Arrahmah.Com |
- Serangan pengecut terbaru oleh Rusia di Suriah membunuh 22 warga sipil termasuk anak-anak
- Jaisyul Islam membantah laporan mengenai kemajuan pasukan rezim di timur Damaskus
- Sosiolog "Israel": Generasi Yahudi mendatang kalah mental dengan Hamas
- Dibully, Bima Arya: "Penilaian sejatinya ada dari Allah"
- Pelarangan acara Syiah untuk mencegah mudharat yang lebih besar
- 26 hari kampanye serangan udara Rusia, dan kekalahan pahit yang diderita pasukan rezim Asad
- Arab Saudi sediakan toko roti bergerak untuk pengungsi Suriah
- Pemuda Palestina gugur setelah diduga melakukan penyerangan di Masjid Ibrahimi
- Qanun pendirian rumah ibadah di Aceh tinggal disahkan
- Bukan intoleran tapi provokasi pendeta Kristen di Singkil
Serangan pengecut terbaru oleh Rusia di Suriah membunuh 22 warga sipil termasuk anak-anak Posted: 27 Oct 2015 05:03 PM PDT ALEPPO (Arrahmah.com) - Sedikitnya 14 orang termasuk 4 anak dan seorang perempuan dilaporkan gugur ketika jet tempur pasukan komunis Rusia menghantam desa yang dikuasai pejuang Suriah di selatan Aleppo, ujar laporan aktivis Suriah pada Selasa (27/10/2015). |
Jaisyul Islam membantah laporan mengenai kemajuan pasukan rezim di timur Damaskus Posted: 27 Oct 2015 04:35 PM PDT DAMASKUS (Arrahmah.com) - Jaisyul Islam membantah laporan yang mengatakan pasukan rezim Nushairiyah pimpinan Bashar Asad telah membuat keuntungan di wilayah timur Damaskus yang berada di bawah kendali mereka, lansir Zaman Alwasl pada Selasa (27/10/2015). |
Sosiolog "Israel": Generasi Yahudi mendatang kalah mental dengan Hamas Posted: 27 Oct 2015 05:15 AM PDT TEL AVIV (Arrahmah.com) - Kelangsungan sebuah bangsa atau negara banyak tergantung kepada generasinya. Jika generasi bangsa atau negara tersebut rusak jiwa dan mentalnya, penakut dan pengecut, maka bisa dipastikan bahwa bangsa atau negara tersebut akan hancur suatu saat. Sebagaimana yang diakui sendiri oleh seorang sosiolog "Israel" bahwa generasi "Israel" akan kalah mentalnya dengan generasi Hamas. Dr. Zev Odit Manahem, spesialis dalam bidang ilmu sosilogi secara terus terang mengkhawatirkan hal tersebut, sebagaimana dilansir oleh Info Palestina, Selasa (27/10/2015). Berikut tulisannya secara lengkap; "Pukul 9.30, kira-kira 13 Agustus lalu, TV 10 "Israel" menayangkan laporan tentang kehidupan sebuah keluarga Yahudi asal Argentina di salah satu pemukiman di wilayah "sabuk" Gaza. Ketika mereka bertanya kepada seorang bocah berusia 10 tahun, apa yang secara umum kamu takutkan? Bocah kecil itu menjawab, "saya takut orang Arab keluar dari terowongan bawah tanah dan membawa saya saat saya tidur". Jawaban itu membuatku sebagai analisis data di ilmu sosiologi dihadapkan pada fakta mengejutkan yang saya tidak tahu bagaimana gambaran tentang Arab tertanam di benak generasi baru "Israel". Selama ini generasi "Israel" kita terbiasa dengan gambaran tentang Arab sebagai bangsa yang penakut, penipu, pembuat makar dengan mamakai peci dan ikat kepala melingkar, gemuk yang selalu mengendarai keledai, maka telur rebus, sarden dan minum teh. Gambaran Arab dalam generasi saya adalah teroris penakut, atau serdadu yang menyerah dalam perang "kemerdekaan" (penjajahan "Israel" di Palestina tahun 1948) dan perang enam hari tahun 1967. Dalam benak generasi kami, serdadu Yahudi adalah tak tertandingi sampai PLO kami usir dari Libanon. Namun semua gambaran itu sirna dan berubah secara mengakar, serta berubah dengan sangat berbahaya. Anak-anak "Israel" di wilayah selatan yang usianya 10 tahunan kini menggambarkan bangsa Arab, terutama Hamas sangat menakutkan dan horor. Menggambarkan sebagai makhluk yang keluar dari tanah untuk menculik serdadu-serdadu kami. Anak-anak itu melihat Hamas di media massa membunuh serdadu "Israel" yang kami dulu pelajari di sekolah-sekolah sebagai "tak tertandingi". Kami tak lupa gambaran kehidupan di tempat persembunyian [bunker] dan suara sirine serta tangisan ibu-ibu yang kabur ke tempat persembunyian. Semua itu menunjukan bahwa kami lemah. Generasi mendatang kami secara tak sadar adalah anak-anak yang memiliki gambaran bahwa Hamas adalah musuh kejam tak memiliki belas kasihan dan kami kalah menghadapinya. Anak-anak itu akan menjadi serdadu setelah 8 tahun dan saya bertanya-tanya generasi macam apa yang akan membela "Israel" sementara dia terdidik dengan ketakutan menghadapi musuh kami. Generasi macam apa yang akan menjaga kami di masa mendatang dari aksi "pembantaian" yang dilakukan bangsa Arab di masa mendatang sementara mereka melihat komandan mereka kalah di Gaza? Mereka generasi yang terbina oleh serangan roket Hamas di tempat persembunyian dan suara sirine bukanlah generasi milter petarung seperti bapak-bapak mereka, namun akan menjadi generasi gamang dan ketakutan melihat pasukan bertopeng Hamas yang keluar dari mulut terowongan bawah tanah. Karena itu, "Israel" harus menggambarkan sebuah gambaran "Israel" yang pemberani. Kejiwaan generasi "Israel" saat ini harus diobati. Bisakah?" (ameera/arrahmah.com) |
Dibully, Bima Arya: "Penilaian sejatinya ada dari Allah" Posted: 27 Oct 2015 04:09 AM PDT BOGOR (Arrahmah.com) - Wali Kota Bogor Bima Arya dibully oleh pihak-pihak yang mengaku sahabatnya dari kalangan liberal dan kaum sekuler saat keputusannya mengeluarkan Surat Edaran yang melarang kegiatan Asyuro Syiah di wilayahnya. Namun Bima woles dan tidak ambil pusing. Kata dia, penting juga untuk melihat bagaimana banyak pihak kemudian yang menyatakan dukungan dan empatinya terhadap keputusannya ini. "Tapi pada intinya saya tidak ambil pusing, mau dibully oleh jutaan orang di sosial media sekalipun, di dunia ini tidak ada yang berhak untuk menilai. Penilaian sejatinya ada dari Allah Subhanahu wa Ta'ala," tegasnya yang disambut dengan takbir oleh sejumlah anggota ormas dan jurnalis yang mengikuti audiensi di Balai Kota Bogor, Senin (26/10/2015). Dia mengungkapkan betapa pihak-pihak yang mengaku sahabatnya dari kalangan liberal dan kaum sekuler yang marah dan menganggap berlebihan keputusannya itu. "Beberapa hari ini saya belajar tentang arti persahabatan, bagaimana suatu peristiwa disikapi secara dewasa. Memang cukup kaget melihat bagaimana respon sahabat-sahabat saya yang sangat keras menyikapi ini tanpa bisa memahami latar belakang dan konteksnya," ujarnya menjelaskan saat menerima sejumlah wartawan dari berbagai media dan ormas Islam di kantornya, lansir Salamonline. Telah diwartakan, Walikota Bogor tegas melarang kegiatan hari raya Syiah di Kota Bogor. Dia mengeluarkan Surat Edaran yang berisi larangan kegiatan perayaan hari raya Syiah dan aktvitas mobilisasi massa lainnya yang dilakukan jemaat Syiah di Kota Bogor. Surat Edaran itu bernomor 300/1321-Kesbangpol TENTANG HIMBAUAN PELARANGAN PERAYAAN ASYURA (HARI RAYA KAUM SYIAH DI KOTA BOGOR). (azmuttaqin/arrahmah.com) |
Pelarangan acara Syiah untuk mencegah mudharat yang lebih besar Posted: 27 Oct 2015 03:07 AM PDT BOGOR (Arrahmah.com) - Terkait larangan Asyuro Syiah yang dikeluarkan Wali Kota Bogor pada pekan lalu (22/10/2015), Wali Kota Bogor Bima Arya menegaskan, itu adalah untuk mencegah mudharat yang lebih besar. Di tengah hukum yang sebetulnya belum ada secara jelas, menurut Bima, ini adalah ikhtiar kepala daerah untuk memastikan langkah-langkahnya dalam mengeluarkan surat larangan Asyuro Syiah itu. "Kalau istilah istilah saya, (langkah pelarangan) itu adalah untuk mencegah mudharat yang lebih besar, demi kepentingan yang lebih besar lagi, menyelamatkan seluruh warga jangan sampai ada konflik, jangan sampai ada trauma yang membekas," tegasnya menjelaskan alasan yang mendasarinya mengeluarkan surat larangan itu, lansir Salamonline. Lebih jauh dia menegaskan posisinya sebagai kepala daerah yang harus memperhatikan dua hal. "Pertama, saya wajib hukumnya untuk menjalankan amanah ini berdasarkan konstitusi dan peraturan yang berlaku. Kedua, saya wajib juga memperhatikan dinamika sosial, aspirasi dari tokoh-tokoh yang ada di daerah ini. Nah dalam melakukan kebijakan ini dua hal itu yang harus selalu diperhatikan," kata Bima Arya saat menerima sejumlah awak media dan ormas Islam di Balai Kota Bogor, Senin (26/10). Ketika diputuskan, ujarnya , maka keputusan itu tidak boleh bertentangan dengan hukum yang ada di atasnya. Terkait dengan legalisasi, ilegalisasi, dan sebagainya, kata Bima, acuannya adalah pada UU. "Jadi, ini adalah suatu proses dialog yang akan terus berkembang. Saya pun mendapatkan banyak masukan beberapa hari ini terkait dengan polemik ini," ungkapnya. Dari situ Bima mengaku mendapatkan pelajaran dari kasus ini, yang menurutnya harus diselesaikan di republik ini. Bagaimana seharusnya, ujarnya, pemahaman kita tentang yang ilegal, yang legal, yang boleh dan yang tidak boleh. Itu menurutnya sesuatu yang belum selesai. (azmuttaqin/arrahmah.com) |
26 hari kampanye serangan udara Rusia, dan kekalahan pahit yang diderita pasukan rezim Asad Posted: 27 Oct 2015 02:10 AM PDT DAMASKUS (Arrahmah.com) - Laporan menegaskan bahwa tentara Asad telah gagal mencapai kemajuan dalam melawan pejuang oposisi, meskipun serangan udara Rusia memasuki hari yang ke 26, sebagaimana dilansir oleh ElDorar AlShamia, Senin (26/10/2015). Dilaporkan bahwa pasukan Asad terlibat dalam enam lini pertempuran melawan pejuang oposisi yang telah berhasil mengorganisir barisan mereka dan mengatasi serangan darat yang luas meskipun didukung oleh serangan udara Rusia yang hari ini telah mencapai hingga sekitar seribu serangan. Menurut kantor berita "Interfax", dikutip dari Departemen Pertahanan di Moskow, mengatakan bahwa pesawat tempur Rusia telah melakukan 934 serangan mendadak dan menghancurkan 819 sasaran kelompok pejuang oposisi di Suriah sejak awal kampanye pada 30 September. Laporan itu menunjukkan bahwa meskipun mendapat perlindungan udara dan fasilitas pesawat militer Rusia, rezim Asad tidak mampu mencapai prestasi lapangan, bahkan situasinya berbalik berpihak kepada batalyon kelompok oposisi yang berhasil menimpakan kerugian yang besar kepada pasukan Asad dan milisi pendukungya. Kerugian yang belum pernah terjadi sebelumnya, selama empat tahun terakhir. Di lini Hama utara rezim Asad mendorong pasukannya untuk menyerbu kota-kota yang dikuasai oleh kelompok pejuang oposisi untuk mencapai kota Khan Sheikhun di pedesaan selatan Idlib, yang terletak di Aleppo International Highway Damaskus, namun, para pejuang oposisi mampu menggagalkan serangan itu dan menggagalkan rencana rezim. Pasukan Asad kehilangan sekitar empat puluh kendaraan lapis baja dan tank, dan kehilangan lebih dari 400 tentara di sana setelah satu minggu pertempuran. Sementara itu, faksi-faksi pejuang oposisi melancarkan serangan balik terhadap lokasi pasukan Asad yang kemudian menjadi posisi pertahanan di sebelah utara Hama dan menguasai desa Marakapah dan AlLahaya sebelah timur dan barat Hama, dan telah menjadi ancaman bagi pasukan rezim yang bermarkas di kota Morek. Kejadian ini tidak jauh berbeda dengan kondisi di pedesaan Homs utara, saat pasukan Asad dan milisi sekutu mereka gagal untuk maju satu kilometer di kawasan itu untuk mencapai tujuannya dengan cara menghubungkan daerah yang berpengaruh di Homs yang berada di bawah kontrol sebelah selatan kota Hama, dan upaya yang gagal dari pasukan rezim untuk masuk ke daerah-daerah yang dikuasai oleh kelompok pejuang oposisi menyebabkan pasukan rezim Asad mengalami kerugian besar. Puluhan pasukan rezim Asad tewas dan terluka, serta kehilangan sejumlah besar kendaraan lapis baja dan kendaraan militer dalam waktu kurang dari dua minggu, seperti ditegaskan oleh direktur "Homs Media Center", Osama Abu Zeid. (ameera/arramah.com) |
Arab Saudi sediakan toko roti bergerak untuk pengungsi Suriah Posted: 26 Oct 2015 11:16 PM PDT RIYADH (Arrahmah.com) - Kampanye Nasional Saudi untuk Mendukung Saudara di Suriah (SNCSBS) telah menciptakan toko roti bergerak untuk meningkatkan upaya dalam membantu pengungsi Suriah di Turki yang menderita dampak perang, sebagaimana dilansir oleh Arab News, Ahad (25/10/2015). Melalui toko roti bergerak ini, kelompok yang didukung Saudi ini mengharapkan bisa menyediakan sebanyak 60.000 roti per hari. Roti adalah salah satu bahan makanan pokok di antara pengungsi. Dr Badr Abdel Rahman Al-Samhan, direktur regional SNCSBS, mengatakan bahwa peluncuran toko roti bergerak itu mengalami sukses besar dan mendapat sambutan yang baik. Toko roti bergerak ini berjalan tanpa hambatan dan disambut oleh pengungsi Suriah yang membutuhkan makanan, ungkap Al-Samhan. Para pengungsi Suriah menyatakan terima kasihnya kepada SNCSBS dan pemimpin Kerajaan Ara Saudi serta orang-orang Arab atas bantuan roti ini, dan juga atas semua bantuan yang telah mereka terima sebelumnya. "Kami mengucapkan terima kasih kepada Penjaga Dua Masjid Suci Raja Salman, Putra Mahkota Muhammad bin Naif dan Wakil Putra Mahkota Muhammad bin Salman," kata seorang pengungsi Suriah. Para anggota Asosiasi Kedokteran Ekspatriat Suriah (SEMA) di Inggris juga mengungkapkan rasa terima kasih mereka kepada pemimpin Saudi. "Sejumlah organisasi pemerintah Saudi telah menambah bantuan untuk warga Suriah yang menderita dampak buruk perang, " anggota SEMA di Riyadh mengatakan kepada Arab News. SNCSBS melanjutkan proyek bantuannya di stasiun 11 dan 12, mencapai sejumlah daerah yang berdekatan dengan perbatasan antara Suriah dan Turki, dan mendistribusikan makanan dan ransum makanan untuk keluarga pengungsi Suriah di kota Sidon di Lebanon selatan. (ameera/arrahmah.com) |
Pemuda Palestina gugur setelah diduga melakukan penyerangan di Masjid Ibrahimi Posted: 26 Oct 2015 11:14 PM PDT BETHLEHEM (Arrahmah.com) - Pasukan "Israel" menembak mati seorang pemuda Palestina berusia 19 tahun setelah diklaim menusuk seorang tentara "Israel" di luar Masjid Ibrahimi pada Senin (26/10/2015), lansir Ma'an. Pemuda Palestina itu diidentifikasi sebagai Saad Muhammad Youssef Al-Atrash. "Dia meninggal dalam perjalanan ke Rumah Sakit Shaare Zedek di Yerusalem," kata juru bicara militer "Israel". Dia mengatakan bahwa pasukan "Israel" menembakinya setelah diduga berusaha menusuk seorang tentara. Namun, tidak ada seorangpun tentara "Israel" yang terluka dalam insiden itu. "Mereka menembak ke arah penyerang itu, dan serangan itu pun digagalkan," ujarnya lagi. Saudara kandung Al-Atrash mengatakan kepada Ma'an bahwa ia telah dipanggil oleh otoritas "Israel" untuk mengidentifikasi tubuh saudaranya tersebut. Sebelumya pada Senin, tersangka warga Palestina ditembak mati setelah menusuk seorang tentara "Israel" di utara Hebron. Insiden itu terjadi di dekat persimpangan Beit Einun, dan tentara yang masih berusia 19 tahun terluka serius dan dibawa untuk perawatan medis di Rumah Sakit Shaare Zedek di Yerusalem. Penduduk setempat mengatakan bahwa pemuda Palestina itu bernama Saket Abdul-Rahim (22) dari kota Sair. Dilaporkan, bahwa ia adalah seorang mahasiswa di Universitas Al-Quds. Sehari sebelumnya, seorang gadis Palestina (17) juga ditembak mati oleh pasukan "Israel" di luar Masjid Ibrahimi. Polisi "Israel" menuduh mereka melihat pisau di tangannya, meskipun saksi telah membantah itu. Hingga Senin, jumlah warga Palestina yang gugur oleh kebiadaban pasukan "Israel" setidaknya mencapai 59 sejak awal bulan. Sementara sekitar 30 dari mereka yang tewas ditembak setelah diklaim melakukan serangan terhadap "Israel", telah dibantah oleh saksi dan penyelidikan Palestina oleh kelompok-kelompok hak asasi. Mereka mengatakan bahwa para tersangka itu tidak melakukan ancaman sama sekali terhadap "Israel". Dalam beberapa pekan terakhir, Hebron menjadi kota dengan jumlah korban tertinggi di Palestina. 11 warga Palestina ditembak mati sejak akhir September dan satu aktivis Palestina meninggal akibat menghirup gas air mata yang berlebihan. (fath/arrahmah.com) |
Qanun pendirian rumah ibadah di Aceh tinggal disahkan Posted: 26 Oct 2015 07:39 PM PDT SINGKIL (Arrahmah.com) - Meski sudah ada dasar hukum yang mengatur pendirian rumah ibadah di Aceh, khususnya Kabupaten Aceh Singkil, namun hingga kini belum ada Qanun yang khusus terkait pedoman pendirian rumah ibadah. Kabarnya, Rancangan Qanun itu sudah ada, tinggal disahkan saja. "Karena itu, Qanun terkait itu harus dipercepat. Saat ini, rancangan Qanunnya sudah ada, bahkan sudah diprioritaskan tahun ini (2015) untuk disahkan oleg Gubernur dan DPRA," kata tokoh Islam h Singkil, Tgk Zainal Abidin Tumengger. Lebih jauh Zainal berpendapat, seharusnya pembuatan Qanun ini tidak langsung diserahkan ke DPRA, melainkan harus melalui meja Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh. Sehingga Perda Syariat Islam ini bisa diketahui, apakah sudah sesuai dengan syariat Islam, atau malah bertentangan. Jika bertentangan dengan syariat Islam, MPU yang akan mengubahnya. "Setelah MPU, baru kemudian diserahkan ke DPRA," tukasnya. Meski sama-sama mengatur pendirian rumah ibadah, SKB 2 Menteri dan Pergub Aceh tetap berbeda dengan Qanun. Menurut Zainal, jika Pergub No 25 Tahun 2007 mensyaratkan, daftar nama dan KTP pengguna rumah ibadah paling sedikit 150 dan 120 dukungan masyarakat, sedangkan SKB 2 Menteri sebanyak 90 KTP pengguna rumah ibadah serta dukungan masyarakat 60 orang, maka Qanun lebih berat lagi, yakni 250 orang pengguna rumah ibadah. Zainal menyayangkan sikap Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil yang tidak sepenuhnya menerapkan aturan Syariat Islam. Terkait miras atau jilbab, misalnya, Pemkab jarang melakukan razia. Sebagai contoh, pelaksanaan hukuman cambuk (terjadi dua kali) dilakukan hanya karena anggaran yang mendukung itu begitu besar, sekitar Rp. 75-150 juta. "Harusnya Singkil lebih kental pelaksanaan syariat Islamnya. Selama ini, hanya gongnya saja yang besar," kata Zainal. Zainkal menilai, Pemerintah Aceh belum sepenuhnya menerapkan syariat Islam kepada masyarakat. Padahal pemerintah Aceh telah memiliki wewenang untuk menjalankan itu. "Otonomi Khusus yang diberikan kepada Aceh, hendaknya bukan karena tergiur oleh anggaran besar yang diberikan oleh pemerintah pusat, tapi pelaksanaan syariatnya pun harus dijalankan," kata Zainal. Terkait dengan rencana kehadiran Menteri Agama ke Aceh Singkil, Zainal tidak mau terlalu berharap. Keberadaan Kemenag di Aceh sendiri, terkesan tumpang tindih. Mengingat, sudah ada Dinas Syariat Islam. "Kemenag itu warisan dari RI. Karena itu Kemenag harus melebur pada Dinas Syariat Islam. Selain itu, Aceh yang memiliki kekhususan, sebaiknya tidak perlu ada Bimas lain, selain Bimas Islam," ungkap Zainal. Laporan: Desastian/JITU (azmuttaqin/arrahmah.com) |
Bukan intoleran tapi provokasi pendeta Kristen di Singkil Posted: 26 Oct 2015 07:05 PM PDT SINGKIL (Arrahmah.com) - Dalam kasus Aceh Singkil, umat Islam dikesankan sebagai pemicu intoleran. Padahal selama ini, belum ada langkah nyata dari pendeta Kristen untuk memberi pemahaman kepada jemaatnya terkait aturan pendirian rumah ibadah. "Selama ini hanya kiai dan pimpinan ormas Islam yang disuruh untuk menjelaskan kepada umat Kristiani soal pelanggaran aturan hukum terkait pendirian rumah ibadah yang tak disertai izinnya. Apakah pimpinan gereja sudah menjelaskan kepada jemaatnya?" ungkap Azwar, salah seorang warga muslim Lipat Kajang, Aceh Singkil. Dia khawatir, jika tidak diberi pencerahan soal aturan yang mereka langgar, maka jangan-jangan pemimpin gereja atau jemaat tersebut yang menjadi provokator, untuk memanas-manasi jemaatnya, sehingga rela mati mempertahankan gereja. "Bahkan, jangan-jangan pendeta mereka itu sendiri yang menginstruksi jemaatnya untuk melakukan penembakan kepada umat Islam. Jika sang pendeta terbukti melakukan provokasi, seharusnya ditangkap," ungkapnya. Selama ini, lanjut Azwar, tidak ada gangguan disharmoni antara umat Islam dengan umat Kristen. Yang bermasalah justru adalah Panitia Pembangunan Gereja plus pendetanya yang memprovokasi jemaatnya untuk mempertahakan gereja. Untungnya, di Aceh Singkil, kata dia, ada hubungan atau ikatan marga. "Misalnya di Islam maupun Kristen, ada yang bermarga Bancin, Manic, maupun Tumengger, sehingga tak ada gesekan kedua umat beragama tersebut," ungkap Azwar. Laporan: Desastian/JITU (azmuttaqin/arrahmah.com) |
You are subscribed to email updates from Arrahmah.com. To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |