Arrahmah.Com |
- Ledakan bom ranjau di Sinai lukai enam orang termasuk empat tentara AS
- Uni Emirat Arab katakan 45 tentaranya tewas dalam ledakan selama operasi di Yaman
- "Israel" memasukkan 40 Muslimah Palestina ke dalam daftar hitam
- Curahan hati ayah Aylan Kurdi: "Saya telah mencoba menolong anak-anak saya"
- Sulawesi Utara cermin kerukunan umat beragama Indonesia?
- Perdana Menteri Hungaria: Pengungsi merupakan ancaman terhadap identitas Kristen Eropa
- Air, senjata baru di Suriah
- Turki menangkap 4 orang terkait kasus tenggelamnya Aylan Kurdi dan 12 orang lainnya
- Ulama Internasional serukan qunut nazilah untuk nasib pengungsi Suriah
- Sekolah Yahudi ultra ortodoks mendoktrin anak-anak untuk membenci non-Yahudi
Ledakan bom ranjau di Sinai lukai enam orang termasuk empat tentara AS Posted: 04 Sep 2015 04:34 PM PDT SINAI (Arrahmah.com) - Enam tentara termasuk empat tentara AS terluka pada Kamis (3/9/2015) dalam dua ledakan bom ranjau di timur laut Sinai, ujar pernyataan Pentagon. |
Uni Emirat Arab katakan 45 tentaranya tewas dalam ledakan selama operasi di Yaman Posted: 04 Sep 2015 04:02 PM PDT DUBAI (Arrahmah.com) - Sedikitnya 45 tentara dari Uni Emirat Arab telah tewas dalam ledakan kecelakaan selama operasi di Yaman, ujar laporan dari kantor berita negara WAM pada Jum'at (4/9/2015). |
"Israel" memasukkan 40 Muslimah Palestina ke dalam daftar hitam Posted: 04 Sep 2015 06:30 AM PDT AL-QUDS (Arrahmah.com) - Pihak berwenang "Israel" pada Kamis (3/9/2015) telah melarang sebanyak 40 wanita Palestina memasuki Masjid al-Aqsa, sumber-sumber lokal mengatakan kepada Ma'an News Agency. Komandan polisi "Israel" di Yerussalem, Avi Bitton, mengatakan pada Rabu (2/9) bahwa blacklist itu terdiri dari wanita yang "menyebabkan masalah dan kerusakan" di lokasi masjid Al-Aqsha, tapi wanita lain yang tidak ada dalam blacklist akan diizinkan masuk setelah memperlihatkan kartu identitas. Pemerintah "Israel" juga telah mencegah para wanita memasuki masjid dari pukul 07:00 hingga 11:00 selama dua minggu terakhir. Namun, penduduk setempat mengatakan bahwa pasukan "Israel" diduga mengkhususkan selama empat jam di pagi hari untuk memungkinkan orang-orang Yahudi memasuki kompleks masjid melalui Gerbang Maroko, dimana hal ini merupakan bentuk pelanggaran terhadap perjanjian "Israel" dengan Yayasan Waqaf Islam yang mengelola kompleks masjid Al-Aqsha yang melarang non-Muslim beribadah di situs suci itu. Siswa sekolah juga mengalami pembatasan saat mereka melakukan perjalanan pulang pergi dari sekolah yang terletak di kompleks Al-Aqsha. (ameera/arrahmah.com) |
Curahan hati ayah Aylan Kurdi: "Saya telah mencoba menolong anak-anak saya" Posted: 04 Sep 2015 06:00 AM PDT DAMASKUS (Arrahmah.com) - Ayah dari seorang anak laki-laki Suriah yang ditemukan terdampar tak bernyawa di sebuah pantai di Turki menggambarkan saat-saat mengerikan ketika kapal yang ditumpangi keluarganya tenggelam saat berupaya mencapai Eropa. "Saya mencoba untuk menyelamatkan anak-anak saya," ungkap Abdullah al-Kurdi, yang istri dan dua anaknya meninggal dalam kecelakaan itu, kepada Rozana FM, stasiun oposisi Suriah, sebagaimana dilansir oleh Al Bawaba. "Saya memegang mereka berdua saat perahu terbalik, tapi gelombang tinggi pertama membunuh anak tertua saya, Galip, dan kemudian satu ombak lagi mengambil anak bungsu saya," kata ayah itu terisak dalam duka yang sangat dalam. Istrinya Rehan juga meninggal dalam kecelakaan itu. Foto-foto dari Aylan Kurdi muncul di halaman depan surat kabar di seluruh dunia, menyoroti skala krisis kemanusiaan yang diciptakan oleh perang Suriah, yang telah memaksa lebih dari 4 juta orang melarikan diri ke luar negeri, terutama ke Turki, Libanon dan Yordania. Foto-foto itu juga memicu perdebatan di Eropa tentang apakah pemerintah melakukan cukup upaya untuk mengatasi krisis pengungsi. Ribuan migran telah meninggal di laut ketika mencoba untuk mencapai Eropa. Sebagian besar kematian itu terjadi di Mediterania. "Kami mencoba beberapa kali tapi upaya kami gagal karena kami tertangkap oleh Penjaga Pantai Turki," kata Abdullah al-Kurdi, yang bekerja sebagai penata rambut di Suriah, mengatakan kepada stasiun radio oposisi Suriah. "Kali ini aku berhasil, melalui bantuan adik saya dan ayah saya dengan membayar jaminan sebesar 4.000 Euro untuk melakukan perjalanan ini," katanya. Media Kanada melaporkan bahwa keluarga Kurdi ingin bergabung dengan adik al-Kurdi di Vancouver tapi tidak bisa mendapatkan visa. Sang ayah mengatakan kapal kecil dengan panjang 5 meter itu menghantam perairan berombak besar dalam perjalanan. "Tiba-tiba kami melihat penyelundup Turki melompat ke laut dan kami ditinggalkan di kapal dan berjuang sendiri untuk menyelamatkan hidup kami," katanya. "Saya bertahan tiga jam di laut sampai penjaga pantai Turki datang." Pada saat itu, keluarganya sudah mati. Turki telah menangkap empat orang sehubungan dengan operasi penyelundupan. (ameera/arrahmah.com) |
Sulawesi Utara cermin kerukunan umat beragama Indonesia? Posted: 04 Sep 2015 04:00 AM PDT JAKARTA (Arrahmah.com) - Menteri Agama, Lukman Saifuddin, pada Konferensi Internasional Tahunan Ke-15 Studi Islam (AICIS), di Manado, Jumat, mengatakan, kerukunan antarumat beragama di Provinsi Sulawesi Utara mencerminkan Indonesia. "Indonesia mini ada di sini. Sikap toleransi dan tenggang rasa yang dimiliki masyarakat Nyiur Melambai memberi kekaguman bagi bangsa Indonesia terutama di sektor keagamaan," kata Lukman.. Menurut Lukman, penyelenggaraan AICIS di Manado yang mayoritas berpenduduk beragama Kristen itu menjadi hal yang luar biasa. Hal itu, menurut Lukman, sejalan dengan semangat seorang pahlawan nasional asal daerah ini, Sam Ratulangi, lewat filosofinya, manusia hidup untuk memanusiakan orang lain. "Sungguh luar biasa, deaerah yang dihuni 75 persen beragama Kristen namun bisa menjadi tuan rumah 15Th AICIS 2015 yang notabenenya kegiatan umat Islam," katanya, lansir Antaranews, Jumat (4/9/2015). Sementara itu Wakil Gubernur Sulawesi Utara, Djouhari Kansil, mengatakan, Sulawesi Utara banyak menggelar kegiatan yang berlabel keagamaan. Dengan semboyan torang samua basudara (kita semua bersaudara) telah memberi motivasi dan inspirasi seluruh warga sehingga kegiatan apapun yang digelar di daerah ini terus menuai sukses. Realitas keberagaman ini, kata Kansil, disyukuri sebagai anugerah Tuhan sehingga memotivasi masyarakat hidup dalam persaudaraan yang rukun, damai, saling menghargai dan menghormati perbedaan. Penancapan kepala Babi di Masjid Bitung Perlu diketahui pada Sabtu (11/7/2015) lalu, saat Ramadhan umat Islam dihina, suasana puasa ternoda, pasalnya tepat pukul 07.00 Wita masyarakat Muslim kawasan perumahan Air Hujan Kota Bitung Sulawesi Utara digemparkan dengan peristiwa biadab oleh beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab dan menurut informasi diduga dilakukan oleh ormas yang menamakan diri Brigade Manguni. Di kawasan akan dibangunnya mesjid ditemukan kepala Babi yang tertancap di tengah lokasi pembangunan serta isi perut Babi yang berhamburan di lokasi pembangunan mesjid, tampak pihak kepolisian juga telah berada di tempat kejadian perkara untuk melihat langsung perbuatan penodaan agama dan tidak menghormati toleransi ummat beragama. Peristiwa yang sangat tidak terpuji yang dilakukan tersebut ini mendapat sorotan dari semua kalangan muslim Kota Bitung Sulawesi Utara, padahal seharusnya Kota Bitung merupakan salah satu patron kota yang kental antar toleransi . Motif yang dilakukan oleh oknum tersebut tidaklah jelas , dari sisi agama , tidak ada agama mengajarkan perilaku seperti itu. Intimidasi dilakukan untuk menghalangi proyek pembangunan masjid. Peristiwa itu sempat menimbulkan ketegangan. Pemuda dan mahasiswa kota bitung kali ini mengecam dan mendesak Pemerintah yang dalam hal ini Pihak Aparat Penegak Hukum untuk secepatnya mencari dalang dibalik semua ini , selain itu pemuda dan mahasiswa kota bitung mendesak pihak pemerintah untuk secepatnya menyelesaikan kelengkapan Administrasi yang telah dipenuhi oleh panitia pembangunan mesjid . Saat itu Wakil Ketua MUI Sulawesi Utara, Taufik Pasiak meminta pihak kepolisian untuk mengupayakan ketenangan di Bitung pasca insiden penanaman kepala babi di lokasi pembangunan masjid Bitung, Sulawesi Utara. "Saya sebagai MUI berharap supaya pemerintah itu tegas. Terutama, pihak kepolisian," kata Taufik kepada ROL, Senin (20/7/2015). Taufik mengungkapkan peristiwa seperti ini biasa terjadi di masyarakat karena pemerintah tidak tegas. Pemerintah tidak turun tangan secara serius. Ia menambahkan jika masyarakat sudah menyerahkan kepada aparat kepolisian untuk menyelidiki insiden ini. Menurut Taufik, pendekatan keamanan itu penting. Amankan dulu, beri rasa tenang kepada masyarakat. Setelah itu, barulah membicarakan hal-hal yang diinginkan bersama. (azm/arrahmah.com) |
Perdana Menteri Hungaria: Pengungsi merupakan ancaman terhadap identitas Kristen Eropa Posted: 03 Sep 2015 11:30 PM PDT BUDAPEST (Arrahmah.com) - Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban memperingatkan pada Kamis (3/9/2015) bahwa gelombang pengungsi dan migran yang datang ke Eropa dan kebijakan imigrasi Uni Eropa yang gagal bisa mengancam identitas Kristen di benua itu. Orban mengatakan bahwa sebagian besar para pengungsi itu adalah ummat Islam, bukan orang Kristen. "Kita tidak boleh lupa bahwa mereka yang datang ke sini itu telah dibesarkan dalam agama yang berbeda dan mewakili budaya yang sangat berbeda," tulis pemimpin konservatif itu, yang sedang berkunjung ke Brussels pada Kamis (3/9), sebagaimana dilansir oleh World Bulletin. Orban membela keputusan kontroversial pemerintah Hungaria untuk membangun pagar di sepanjang perbatasan Serbia dalam upaya untuk menghentikan dan menghambat masuknya orang yang melarikan diri dari perang dan penderitaan. "Rakyat menginginkan kita mengendalikan situasi dan melindungi perbatasan kita," tulisnya. "Ketika kita telah melindungi perbatasan kita, kita bisa mengajukan pertanyaan tentang jumlah orang yang bisa diijinkan masuk, atau apakah harus ada kuota." Dia menambahkan bahwa, "cukup menyedihkan, selain Hungaria - atau orang-orang Spanyol -. Tidak ada yang ingin melindungi perbatasan Eropa." "Pagar perbatasan yang dibangun oleh Hungaria adalah penting. Kami tidak melakukan itu untuk bersenang-senang, tapi karena itu perlu untuk dilakukan." Ungkapnya. Di Brussels, Presiden Uni Eropa Donald Tusk bereaksi terhadap apa yang dikatakan oleh Orban tersebut. Donald Tusk mengatakan bahwa "bagi saya Kekristenan dalam kehidupan publik dan sosial berarti kewajiban untuk membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan". "Mengacu kepada agama Kristen dalam debat publik tentang migrasi seharusnya berarti kemanusiaan untuk saudara-saudara kita (dan) kesiapan untuk menunjukkan solidaritas." (ameera/arrahmah.com) |
Posted: 03 Sep 2015 10:00 PM PDT DAMASKUS (Arrahmah.com) - Jaringan air Suriah mengalami rusak berat akibat bom dan penembakan, dan beresiko mengalami keruntuhan sebagai akibat dari perang yang berlarut-larut. Hal ini meningkatkan ancaman penyakit tifus yang mematikan atau merebaknya wabah kolera, Komite Palang Merah Internasional mengatakan pada Rabu, (2/9/2015), sebagaimana dilansir oleh World Bulletin. Pekerja bantuan kemanusiaan ICRC telah berupaya membantu dewan air dan para insinyur untuk mempertahankan dan memperbaiki stasiun pompa yang sudah mengalami kerusakan di seluruh Suriah sejak konflik dimulai pada Maret 2011. Tapi sekarang dengan adanya masalah listrik dan kerusakan yang terjadi akibat dari konflik itu, akan menyebabkan jaringan air tidak bisa berfungsi secara permanen, dan tidak bisa diperbaiki," Patrick Hamilton, koordinator operasi ICRC untuk Timur Tengah, mengatakan kepada Reuters di markas ICRC. Pasokan air di Aleppo tergantung pada pengoperasian pompa dan pembangkit listrik, tetapi masing-masing itu berada dalam kendali pihak yang sedang berperang. Pengoperasian pompa air dan pembangkit listrik sering digunakan sebagai alat untuk menekan pihak lain. "Terlalu sering di Suriah, air menjadi alat untuk menekan pihak musuh. Air menjadi senjata perang. Dan warga sipil yang paling menderita. Akses terhadap air merupakan keharusan," kata Marianne Gasser, kepala delegasi ICRC di dalam Suriah. Meskipun sistem kesehatan lumpuh, penduduk Suriah tetap "relatif sehat" karena mereka mendapatkan akses ke air bersih, tapi kerusakan jaringan pasokan air akan menyebabkan bencana kemanusiaan yang lain. (ameera/arrahmah.com) |
Turki menangkap 4 orang terkait kasus tenggelamnya Aylan Kurdi dan 12 orang lainnya Posted: 03 Sep 2015 09:00 PM PDT ANKARA (Arrahmah.com) – Empat orang, yang diduga terkait dengan perdagangan manusia yang mengakibatkan kematian 12 orang dalam tragedy perahu tenggelam, telah ditahan pada Kamis (3/9/2015) di provinsi Mugla, barat daya Turki, kata sumber-sumber keamanan, sebagaimana dilansir oleh Al Bawaba. Para tersangka itu ditangkap di pantai Gumbet, di Bodrum, setelah mereka naik perahu. Pihak berwenang mengatakan bahwa mereka telah dirujuk ke pengadilan. Dua belas orang, termasuk delapan anak, tenggelam pada Rabu (2/9) setelah kapal mereka yang sedang dalam perjalanan ke pulau-pulau Yunani tenggelam di Laut Aegean. Jenazah para korban, termasuk anak-anak, terdampar di pantai Turki pada Rabu pagi (2/9). Foto-foto korban menyebar di media sosial pada hari itu juga. Mayat anak Suriah yang bernama Aylan, (2), saudaranya Galip, (3), dan ibu mereka Zahin Kurdi, (27), berada di antara 12 korban yang diidentifikasi oleh Otoritas Turki. Jenazah-jenazah itu diserahkan kepada ayah mereka, yang selamat dalam tragedi itu, menurut koresponden Anadolu Agency di Bodrum. Pantai Bodrum yang berada di provinsi Mugla, Turki, merupakan lokasi pilihan bagi para migran yang mencoba untuk mencapai pulau Kos Yunani, karena merupakan salah satu rute terpendek melalui laut dari Asia menuju wilayah Uni Eropa. Dalam lima bulan pertama tahun 2015, lebih dari 42.000 orang tiba melalui laut ke Yunani, sebagian besar dari mereka adalah pengungsi, menurut Badan Pengungsi PBB. (ameera/arrahmah.com) |
Ulama Internasional serukan qunut nazilah untuk nasib pengungsi Suriah Posted: 03 Sep 2015 08:32 PM PDT JAKARTA (Arrahmah.com) - Persatuan Ulama Islam Internasional menyerukan kepada seluruh Khatib Jumat untuk mengkhususkan Jumat hari ini, 20 Zulqo'dah/4 September 2015 untuk menyadarkan kaum Muslimin akan nasib para pengungsi Suriah dengan berdoa dan berqunut untuk mereka dalam shalat. "Umat yang satu untuk luka yang satu," tulis seruan itu. La haula wala quwwata illa billah, Hasbunallaah wani'mal wakil Sebagaimana diketahui, foto dari polisi Turki yang menggendong tubuh mungil Aylan Kurdi di pantai Turki telah memicu reaksi mengejutkan yang menunjukkan bahwa tragedi krisis pengungsi sudah sedemikian parah. Warga dunia mengutuk kejadian yang terkam pada foto tersebut. Aylan tenggelam bersama dengan ibunya dan saudaranya yang berusia lima tahun. Setidaknya selusin yang lainnya juga tenggelam ketika perahu mereka yang kelebihan beban terbalik selama perjalanan dalam upaya untuk mencapai pulau Kos Yunani. Gambar Aylan yang tertelungkup di pinggai pantai dengan ombak menyentuh badan mungilnya di salah satu daerah wisata pantai utama du Turki telah memicu reaksi di seluruh dunia, dimana banyak orang menuntut Eropa untuk memberi kemudahan bagi ribuan pengungsi yang melarikan diri dari perang. Sebanyak 15 orang berhasil diselamatkan dari perahu itu, termasuk ayah Aylan, Abdullah. Menurut laporan itu, Abdullah mengatakan bahwa ia sekarang ingin pulang untuk menguburkan keluarganya di kampung halaman mereka. (azmuttaqin/arrahmah.com) |
Sekolah Yahudi ultra ortodoks mendoktrin anak-anak untuk membenci non-Yahudi Posted: 03 Sep 2015 08:00 PM PDT LONDON (Arrahmah.com) - Anak-anak Yahudi ultra-Ortodoks yang terdaftar di TK yang dikelola oleh sekte Satmar di London mengajarkan bahwa non-Yahudi ("goyim") adalah jahat, menurut koran Inggris Independent, Kamis (3/9/2015). Menurut laporan itu, para siswa diajarkan bahwa mereka yang melakukan Holocaust adalah "Goyim," dan tidak ada perbedaan antara non-Yahudi dan Nazi. "Apa yang goyim ingin lakukan dengan semua orang Yahudi?" Jawaban yang benar adalah: "membunuh mereka." "Ini tidak secara eksplisit merujuk pada Holocaust," sebuah sumber mengatakan kepada The Independent. "Ini dokumen yang mengajarkan kepada anak-anak yang masih sangat muda untuk menjadi sangat takut dan memperlakukan non-Yahudi dengan sangat curiga karena apa yang mereka lakukan kepada kita di masa lalu." "Ini bukan pelajaran sejarah - Anda tidak bisa mengatakan begitu: Ini adalah cerita perumpamaan yang secara aktif mengajarkan ekstremisme, kebencian dan ketakutan terhadap dunia luar kepada anak-anak." Seseorang, yang tidak ingin disebutkan namanya, telah menunjukkan kepada The Independent lembar kerja yang diberikan kepada anak-anak berusia tiga dan empat tahun di sebuah sekolah TK Yahudi Ortodoks di London. Di dalamnya, anak-anak diminta untuk mengisi pertanyaan yang terkait dengan hari Kislev, yang diperingati oleh orang Yahudi sekte Satmar sebagai hari dimana pendiri dari sekte itu dan dianggap sebagai rabbi suci, Rabbi Yoel Teitelbaum, lolos dari Nazi. Dokumen yang mengacu kepada Nazi hanya menyebut "Goyim" - sebuah istilah untuk non-Yahudi dimana beberapa orang berpendapat bahwa istilah itu ofensif. Emily Green, yang dulu mengajar di sekolah Beis Rochel, mengajatakan bahwa adalah hal biasa untuk diajarkan di sekolah Yahudi ultra-Ortodoks bahwa orang-orang non-Yahudi adalah jahat. Ini adalah bagian dari doa, pengajaran, dan seluruh jiwa dan ciri khas mereka. (ameera/arrahmah.com) |
You are subscribed to email updates from Arrahmah.com To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |