Human Rights Watch (HRW) mengatakan amunisi bom cluster Rusia dari jenis paling mutakhir digunakan dalam serangan udara di Suriah utara.
Rusia ataupun rezim Suriah telah menggunakan senjata mematikan jenis SPBE, dalam serangan di kota Kafr Halab, terletak di sebelah selatan-barat dari Aleppo, dalam laporan 4 Oktober.
Menurut HRW, amunisi yang kemungkinan besar digunakan pada bom cluster adalah RBK-500 SPBE. Amunisi itu merupakan satu-satunya jenis bom yang mampu dijatuhkan dari udara oleh senjata ini.
“Ini meresahkan, amunisi bom cluster sedang digunakan di Suriah mengingat bahaya yang ditimbulkan terhadap warga sipil untuk tahun-tahun ke depan,” kata Nadim Houry, wakil direktur HRW untuk Timur Tengah.
“Baik Rusia maupun Suriah harus menghentikan penggunakan bom cluster, dan keduanya harus bergabung dengan larangan internasional tanpa menunda,” tambahnya.
Bom cluster dapat menyimpan ratusan amunisi kecil termasuk granat, bom-bom dan ranjau. Bom cluster bisa ditembakkan melalui oleh sistem artileri atau dijatuhkan oleh pesawat, dan tersebar di wilayah yang luas.
Seperti ranjau darat tradisional, amunisi kecil bom cluster menimbulkan ancaman untuk jangka waktu bertahun-tahun meski konflik bersenjata selesai. Karena amunisi bom cluster sering gagal meledak ketika disebar oleh tembakan.
“Serangan di Kafr Halab bertepatan dengan gelombang laporan video dan fotografi dari udara turun dan serangan bom cluster di Aleppo, Hama, dan Idlib sejak Rusia memulai kampanye udara di Suriah pada 30 September,” kata pengawas HAM itu dalam sebuah pernyataan.
(4/10) Serangan Udara Rusia menargetkan Markas Jabhah Nusrah di Kafr Halab, Aleppo.
(4/10) - Video yang memperlihatkan bom cluster digunakan dalam serangan udara Rusia
Rusia ataupun rezim Suriah telah menggunakan senjata mematikan jenis SPBE, dalam serangan di kota Kafr Halab, terletak di sebelah selatan-barat dari Aleppo, dalam laporan 4 Oktober.
Menurut HRW, amunisi yang kemungkinan besar digunakan pada bom cluster adalah RBK-500 SPBE. Amunisi itu merupakan satu-satunya jenis bom yang mampu dijatuhkan dari udara oleh senjata ini.
“Ini meresahkan, amunisi bom cluster sedang digunakan di Suriah mengingat bahaya yang ditimbulkan terhadap warga sipil untuk tahun-tahun ke depan,” kata Nadim Houry, wakil direktur HRW untuk Timur Tengah.
“Baik Rusia maupun Suriah harus menghentikan penggunakan bom cluster, dan keduanya harus bergabung dengan larangan internasional tanpa menunda,” tambahnya.
Bom cluster dapat menyimpan ratusan amunisi kecil termasuk granat, bom-bom dan ranjau. Bom cluster bisa ditembakkan melalui oleh sistem artileri atau dijatuhkan oleh pesawat, dan tersebar di wilayah yang luas.
Seperti ranjau darat tradisional, amunisi kecil bom cluster menimbulkan ancaman untuk jangka waktu bertahun-tahun meski konflik bersenjata selesai. Karena amunisi bom cluster sering gagal meledak ketika disebar oleh tembakan.
“Serangan di Kafr Halab bertepatan dengan gelombang laporan video dan fotografi dari udara turun dan serangan bom cluster di Aleppo, Hama, dan Idlib sejak Rusia memulai kampanye udara di Suriah pada 30 September,” kata pengawas HAM itu dalam sebuah pernyataan.
(4/10) Serangan Udara Rusia menargetkan Markas Jabhah Nusrah di Kafr Halab, Aleppo.
(4/10) - Video yang memperlihatkan bom cluster digunakan dalam serangan udara Rusia