Arrahmah.Com |
- 556 warga sipil Suriah gugur dalam kampanye udara pengecut oleh rezim Nushairiyah di Ghautah Timur
- Konvoy 140 kendaraan relawan Austria menuju Hungaria untuk menolong pengungsi Suriah
- Empat orang diseret ke pengadilan Turki atas dakwaan terlibat dalam tenggelamnya kapal pengungsi
- Jerman menjadi tujuan utama pengungsi
- Mengapa aku tak menangisi ayah bocah malang yang tenggelam ini
- Ini daftar resto, bakery dan cafe besar bersertifikat halal terkini dari MUI
- Setelah melalui perjalanan kaki yang melelahkan, ribuan pengungsi tiba di Austria
- "Mandi pasir", cara lain untuk mengobati penyakit
- Bulgaria mendakwa tiga orang terkait tewasnya pengungsi di truk
- PMII: JK dan Luhut intervensi Polri
556 warga sipil Suriah gugur dalam kampanye udara pengecut oleh rezim Nushairiyah di Ghautah Timur Posted: 06 Sep 2015 04:33 PM PDT GHAUTAH (Arrahmah.com) - Sedikitnya 556 warga sipl Suriah telah gugur dalam serangan udara pengecut oleh rezim Nushairiyah di wilayah Ghautah Timur, pinggiran Damaskus sejak 10 Agustus lalu, ujar laporan kelompok pemantau seperti dilansir Zaman Alwasl pada Ahad (6/9/2015). |
Konvoy 140 kendaraan relawan Austria menuju Hungaria untuk menolong pengungsi Suriah Posted: 06 Sep 2015 04:05 PM PDT WINA (Arrahmah.com) - Konvoy sekitar 140 relawan telah berangkat dari Wina pada Ahad (6/9/2015) untuk menyeberang ke Hungaria untuk mendistribusikan bantuan kepada para pengungsi dan membawa mereka kembali ke Austria. |
Empat orang diseret ke pengadilan Turki atas dakwaan terlibat dalam tenggelamnya kapal pengungsi Posted: 06 Sep 2015 04:00 AM PDT ANKARA (Arrahmah.com) – Sebanyak empat orang Suriah telah dijebloskan ke penjara oleh pengadilan Turki, setelah didakwa sehubungan dengan tenggelamnya pengungsi termasuk balita Aylan Kurdi, sebagaimana dilansir oleh Al Bawaba, Sabtu (5/9/2015). Ibu dari para tersangka itu berada di sana untuk mendukung anak-anak mereka yang didakwa melakukan penyelundupan pengungsi dan menyebabkan beberapa orang meninggal yang disebabkan oleh "kelalaian yang disengaja". Ibu dari salah satu terdakwa, Meliha Recep, bersikeras bahwa anaknya bukanlah penyelundup, tapi dia juga seorang pengungsi. "Mereka tidak melakukan apa pun, mereka hanya mencoba untuk menyelamatkan diri. Anak-anak kami juga korban. Mereka hanya berada di perahu yang sama, itu saja," kata Recep, yang mengenakan jilbab abu-abu, kepada wartawan. Sidang berlangsung di resort Bodrum, Turki, dekat tempat di mana tubuh bocah tiga tahun Aylan ditemukan terdampar tak bernyawa. Di kota perbatasan Kobani Suriah, Aylan dimakamkan pada hari Jum'at (4/9) bersama dengan saudara Ghalib, (5), dan ibu mereka. Ayahnya Abdullah, yang berharap bisa memberikan kehidupan baru yang aman bagi keluarganya, sekarang ingin tinggal di kota yang dilanda perang itu di samping kuburan mereka. Dia menangis saat anak-anak dan istrinya dimasukkan ke dalam liang lahat. Dia juga meminta kepada pemerintah Arab berbuat lebih banyak untuk meringankan krisis pengungsi Abdullah Kurdi selamat dari bahaya yang menewaskan keluarganya serta sedikitnya sembilan orang lainnya yang menumpang dua kapal kecil menuju ke pulau Kos Yunani yang berjarak hanya beberapa kilometer jauhnya. Foto memilukan yang menunjukkan tubuh mungil Aylan ini telah menyentak dunia akan krisis kemanusiaan yang semakin parah, dan memaksa pemerintah Eropa untuk menerima kenyataan bahwa ini adalah keadaan darurat pengungsi yang tidak dapat diabaikan. (ameera/arrahmah.com) |
Jerman menjadi tujuan utama pengungsi Posted: 06 Sep 2015 03:00 AM PDT BAVARIA (Arrahmah.com) - Jerman menjadi tujuan utama bagi para pengungsi setelah Jerman memutuskan untuk tidak lagi memulangkan para pencari suaka ke negara asalnya. Jerman juga memiliki perekonomian terkuat di Uni Eropa, sebagaimana dilansir oleh Al Bawaba, Sabtu (5/9/2015). Bus dan kereta disediakan untuk mengangkut pendatang dari kota perbatasan Nickelsdorf Austria menuju Wina atau Salzburg, di mana tersedia jalurkereta ke kota-kota Jerman seperti Munich atau Frankfurt. Perusahaan kereta api Jerman Deutsche Bahn menambahkan mobil ekstra dan menyerukan untuk mengerahkan lebih banyak staf untuk mengatasi meningkatnya permintaan. Di stasiun kereta api Austria, para pengungsi dibekali dengan air dan makanan. Mereka juga mendapatkan perawatan medis. Banyak yang menderita kelelahan, masalah jantung dan stres psikologis, menurut layanan medis Wina. "Kami memiliki beberapa unit darurat medis," kata Walter Grashofer dari Palang Merah Austria. "Banyak mengalami lecet di kaki mereka, infeksi atau menderita kedinginan." Dia menambahkan bahwa banyak diantara mereka yang tidak mengenakan pakaian yang bisa menangkal cuaca dingin dalam perjalanan panjang mereka. Ada beberapa dari mereka hanya memakai sandal, celana pendek dan kemeja ringan. "Apa yang telah terjadi di Hungaria sejak semalam adalah konsekuensi dari kebijakan migrasi Uni Eropa yang gagal, serta serangkaian beberapa pernyataan yang tidak bertanggung jawab yang dibuat oleh politisi Eropa," kata Menteri Luar Negeri Hungaria Peter Szijjarto. Szijjarto ikut mengambil bagian dalam pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa di Luxembourg pada Sabtu (5/9), dimana diplomat top blok itu menggambarkan bahwa masalah ini tidak "mudah." "Saya punya harapan, saya selalu punya harapan, tapi saya harus mengakui bahwa diskusi hari ini adalah salah satu yang tersulit," kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini. Yang menjadi perdebatan utama dalam pertemuan itu adalah apakah pencari suaka harus dibagi antara negara-negara Uni Eropa, ketimbang menyerahkan kepada negara "garis depan" gelombang pengungsi untuk mengatasi semuanya. Negara-negara Eropa Timur menolak skema pembagian wajib pengungsi yang diharapkan akan diusulkan oleh Komisi Eropa minggu depan. Perdana Menteri Polandia Ewa Kopacz memperingatkan dalam pertemuan itu bahwa negaranya tidak bisa berjanji dulu untuk menerima sebanyak 2.000 pengungsi, sehingga keamanan ekonomi dan sosial Polandia dipastikan stabil. Menteri dalam negeri Uni Eropa akan membahas usulan pembagian pengungsi baru pada September 14. Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier menyerukan kepada para pemimpin Uni Eropa untuk mengadakan pertemuan puncak untuk membahas masalah pengungsi pada awal Oktober. (ameera/arrahmah.com) |
Mengapa aku tak menangisi ayah bocah malang yang tenggelam ini Posted: 06 Sep 2015 01:00 AM PDT TURKI (Arrahmah.com) - Foto balita Suriah mengenakan T-shirt merah dan celana pendek yang terdampar tak bernyawa dalam keadaan tertelungkup di sebuah pantai di Turki telah menjadi berita utama di seluruh dunia pada Rabu (2/9/2015), tak lama setelah diposting di Twitter. Daily Sabah melansir bahwa gambar menyayat hati yang begitu mengundang air mata dan kemarahan umat Islam di seluruh dunia ini segera beredar luas dan di re-tweet sebanyak ribuan kali hanya dalam waktu beberapa jam. Balita malang berusia tiga tahun itu bernama Aylan Kurdi. Aylan berada di salah satu dari dua kapal yang bertolak dari Badroum menuju pulau Kos Yunani. Kedua kapal itu tenggelam tak lama setelah meninggalkan pantai Turki. Kemudian sebanyak dua belas mayat ditemukan di laut. Aylan tenggelam di Laut Mediterania bersama kakaknya, Ghalib yang berusia lima tahun, serta sang ibu, Rihan. Sementara ayahnya, Abdullah, selamat. Abdullah menceritakan detik-detik mengerikan ketika kapal yang ditumpangi keluarganya tenggelam saat berupaya mencapai Eropa. "Saya mencoba untuk menyelamatkan anak-anak saya," ungkap Abdullah. "Saya memegang mereka berdua saat perahu terbalik, tapi gelombang tinggi pertama membunuh anak sulung saya, Ghalib, dan kemudian satu ombak lagi merenggut anak bungsu saya," katanya terisak dalam duka yang sangat dalam. Abdullah membawa istri dan anak-anaknya untuk mencapai Eropa untuk melarikan diri dari perang brutal Suriah, di mana PBB mengatakan bahwa setidaknya sebanyak 230.000 orang telah tewas. Lebih dari 6,5 juta orang dari populasi yang berjumlah 22 juta juga telah mengungsi akibat konflik ini. Sementara ribuan orang telah tewas saat mencoba mencapai Eropa tahun ini. Foto-foto keluarga Aylan muncul di halaman depan surat kabar di seluruh dunia, menyoroti skala krisis kemanusiaan yang diciptakan oleh perang Suriah, yang telah memaksa lebih dari 4 juta orang melarikan diri ke luar negeri, terutama ke Turki, Libanon dan Yordania. Menanggapi kejadian ini, seorang jurnalis independen asal Amerika, Bilal Abdul Kareem, memiliki pandangan yang berbeda terhadap langkah yang diambil ayah Aylan dan para pria Suriah lain yang seperti dirinya. Jurnalis senior yang kini tengah meliput di Suriah ini pada Jum'at (4/9) menyampaikan pendapatnya melalui sebuah artikel berjudul "Mengapa aku tak menangisi ayah bocah ini". Berikut terjemahannya, yang dipublikasikan Muqawamah Media pada Ahad (6/9). Mengapa Aku Tak Menangisi Ayah Anak Ini Kematian balita malang Aylan Kurdi adalah tragedi yang dirasakan oleh setiap orang yang masih memiliki hati di dadanya. Hati saya juga sangat bersimpati untuk ibu si anak dan adiknya yang selamat saat mencoba menyeberangi laut dari Turki ke wilayah Yunani di Aegean, kepulauan Kos. Namun hati saya tidak bisa bersimpati untuk sang suami dan para lelaki yang seperti dia. Mengapa begitu sulit bagi saya untuk memberikan simpati pada orang ini? Setelah semua yang terjadi, ia telah mengorbankan dua anaknya dan itu adalah tragedi yang menghancurkan hidupnya pastinya. Dia telah berusaha melarikan diri dari perang sengit yang berkecamuk di negara asalnya, Suriah. Dia, bersama dengan ribuan orang lain, berusaha untuk membawa anak-anak mereka ke tempat-tempat yang lebih aman dan hal ini dapat dimengerti. Namun setelah para wanita dan anak-anak telah mencapai keselamatan itu, selayaknya para laki-laki ini haruslah kembali ke Suriah. Namun (itu tidak pernah terjadi) setelah mereka mencapai Eropa. Jika kita merenungkan lebih dalam, sesungguhnya ayah si balita malang ini sebagaimana begitu banyak orang Suriah lainnya sebenarnya mereka telah meninggalkan ribuan bayi Suriah yang malang (bukan hanya Aylan Kurdi) untuk lari dari Bashar Asad dan sekutunya. Anak-anak Suriah yang kurang beruntung lainnya bahkan tidak memiliki dana untuk mencoba perjalanan ke Eropa, perbekalan yang mereka miliki mungkin akan habis sebelum mereka bahkan menyeberangi perbatasan Turki. Apakah hidup anak malang ini lebih berharga dari mereka yang akan mati hari ini dan besok dengan cara dibom barel oleh Asad? Saya pikir ini adalah kejahatan yang ayahnya dan tak terhitung orang Suriah lainnya seperti dia lakukan, mereka sedang merengek seperti bayi kecil untuk pergi ke Eropa, rela meninggalkan negaranya dan bangsanya yang tak berdaya untuk menyelamatkan diri mereka sendiri dari kebengisan Bashar Asad. Perang Suriah tidak akan berakhir dengan mengumpulkan jutaan tanda tangan pada petisi online untuk menuntut Bashar mundur. Dan perang ini juga tidak akan berakhir hanya dengan menyuplai pasokan makanan dan air terus menerus ke kamp-kamp pengungsi. Perang ini hanya akan berakhir ketika Asad dipaksa jatuh dari kekuasaannya. Itu hanya akan terjadi ketika masyarakat tertindas ini bangkit dan berkata: "Sudah cukup semua ini!" dan mengambil aksi nyata. Sesungguhnya era untuk berdemonstrasi dan memohon ke telinga tuli PBB telah berakhir bagi bangsa Suriah. Saya telah berkeliling di Idlib dan Aleppo dan melihat begitu banyak anak-anak tak berdaya, orang tua, dan lain-lain yang telah ditinggalkan oleh "para pria" Suriah yang berjalan dengan kecepatan tertinggi menuju Eropa. Benar ISIS adalah wabah untuk revolusi bangsa Suriah, tetapi juga ada begitu banyak orang lain yang telah berbondong-bondong datang ke Suriah dari berbagai negara yang berbeda dan mereka bukan bagian dari ISIS, mereka datang untuk mengisi kekosongan dan membantu kaum yang tertindas. Namun banyak dari mereka telah diberi label teroris oleh negara-negara asal mereka karena mengangkat senjata melawan rezim Suriah dan akan dipenjara jika suatu saat nanti mereka kembali ke negara mereka. Siapa yang lebih kecewa pada negara asalnya; ayah anak ini yang lari meninggalkan bangsanya sendiri, atau orang asing yang menumpahkan darahnya untuk melawan Bashar Asad jatuh dari kekuasaannya? Mana dari dua kelompok manusia ini yang seharusnya layak mendapatkan simpati dunia dan mana yang layak dicemooh? Ada banyak kecaman dari berbagai penjuru dunia untuk beberapa negara Eropa yang telah gagal untuk membuka pintu mereka kepada para pencari suaka ini. Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban mengatakan pada hari Kamis: "Kami tidak ingin, dan saya pikir kami memiliki hak untuk memutuskan bahwa kami tidak ingin ada jumlah besar orang Muslim di negara kami. Kami tidak suka konsekuensi dari memiliki sejumlah besar komunitas Muslim seperti yang kami lihat di negara-negara lain, dan saya tidak melihat adanya alasan bagi orang lain untuk memaksa kami untuk menciptakan cara-cara hidup bersama di Hungaria dengan cara yang tidak ingin kami lihat. Itu adalah pengalaman sejarah bagi kami." Komentar rendah Viktor Orban ini tetap tidak mengusik keheningan negara-negara Teluk yang kaya minyak. Viktor Orban tidak memiliki afiliasi kepada para migran ini, baik secara teritorial atau agama. Saya kira fakta bahwa para pengungsi adalah bagian dari ras umat manusia juga tidak akan mengubah pendiriannya. Adapun negara-negara Teluk seperti Arab Saudi, UEA, Qatar, Oman, Kuwait, dan Bahrain, seharusnya mereka sadar bahwa mereka adalah saudara bagi kaum muslimin malang yang berasal dari wilayah yang dilanda perang di Suriah. Namun mereka tidak melakukan aksi nyata untuk kaum muslimin Suriah, sebagaimana mereka juga tidak melakukan apa-apa untuk kaum muslimin Rohingya yang tertindas di Burma. Izinkan saya menjelaskan pernyataan saya ini. Saya tidak sedang menyinggung bantuan berupa air, selimut, dan makanan yang dibutuhkan oleh orang-orang yang tertindas. Namun, hal utama yang mereka butuhkan tidak ada dalam daftar yang disebutkan di atas. Yang paling utama yang mereka butuhkan adalah tempat yang aman untuk hidup dan negara yang bisa disebut sebagai rumah, walaupun itu untuk sementara. Apa yang menghentikan Qatar yang sangat kaya dengan gas dari membuka perbatasan mereka untuk para pengungsi ini, baik Muslim atau non-Muslim? Apa yang membuat Kuwait enggan memfasilitasi dan mengizinkan anak-anak Rohingya yang kelaparan mengambil residensi di negara mereka? Apakah Uni Emirat Arab tidak memiliki cukup dana untuk menyediakan tempat tinggal bagi orang-orang ini di sebagian tanah kosong mereka? Mereka tentu memiliki dana yang tak terhingga yang mereka habiskan dengan boros untuk populasi kecil mereka sendiri. Sementara para pekerja migran dari Pakistan dan India bisa menghabiskan keabadian bekerja di berbagai negara Teluk untuk membangun negara mereka, namun mereka tidak akan pernah ditawarkan kewarganegaraan dan akan selalu hanya satu atau dua langkah lagi "diminta meninggalkan" negara-negara kaya itu. Sebuah perselisihan sederhana antara sponsor lokal dan pekerja asing bisa menyebabkan bencana bagi keseluruhan keluarga si pekerja. Para pemimpin Muslim seperti Raja baru Saudi Salman telah menghabiskan liburan dengan 1.000 orang rombongan ke Vallauris, Perancis, sementara dana dan perumahan sangat dibutuhkan untuk saudara-saudara muslimnya yang tertindas di belahan bumi yang lain. Saya tidak dalam posisi untuk mengatakan bahwa Raja Salman menggunakan dana negara untuk liburan musim panas yang jauh dan mahal itu, karena saya tidak punya bukti untuk itu. Mungkin liburan itu dibiayai oleh dana pribadinya sendiri. Namun, dengan asumsi bahwa liburan itu dibiayai dengan cara yang diperbolehkan, apakah ini adalah etika yang tepat dari seorang Penjaga dua Tanah Haram sementara bangsa Rohingya dan Suriah mati di laut karena mereka ditolak masuk oleh negara-negara tetanga? Saya pikir tidak. Akhirnya saya ingin berbagi ide dengan Anda. Jika saya bisa meyakinkan para pemimpin Teluk, maka saya akan meminta mereka untuk memfasilitasi transportasi ke tanah mereka bagi perempuan Suriah, anak-anak, dan orang tua untuk jangka waktu 5 tahun saja. Perumahan harus dibayar oleh negara yang menampung mereka dan mereka harus diberlakukan layak dan sesuai. Karena sesungguhnya dana yang dihasilkan dari penjualan minyak dan gas alam adalah kekayaan milik semua umat Islam dan bukan hanya milik sebagian orang di sebuah wilayah kecil saja. Namun para pria Suriah harus dilarang tinggal di kamp-kamp pengungsi tersebut. Para pria dewasa Suriah harus dipaksa untuk kembali ke negara mereka dan berjuang menyelesaikan konflik di Suriah. Kenapa para pria ini diizinkan untuk meninggalkan Suriah dan masyarakat mereka kemudian menjadi beban masyarakat lain pada saat yang sama? Sudah saatnya para lelaki Suriah mencium istri dan anak-anak mereka dan kembali ke tanah air mereka untuk menjatuhkan rezim jahat saat ini dari kekuasaan mereka dan memberikan rumah yang stabil dan abadi bagi keluarga mereka. Jika bukan mereka yang melakukannya, maka siapa lagi? (banan/arrahmah.com) |
Ini daftar resto, bakery dan cafe besar bersertifikat halal terkini dari MUI Posted: 06 Sep 2015 12:00 AM PDT JAKARTA (Arrahmah.com) - Alhamdulillah, Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) telah mesosialisasikan daftar resto, bakery, dan cafe besar bersertifikat halal periode 2015 pada lama resminya. Proses sertifikasi halal dilakukan LPPOM MUI baik untuk perusahaan besar yang mengajukannya secara mandiri ataupun gratis. Untuk Usaha Kecil Menengah (UKM), fasilitasi sertifikasi dilakukan LPPOM MUI bekerja sama dengan Pemerintah/Instansi terkait seperti Kementrerian Agama RI, Badan Pemeriksa Obat dan Makanan, Kementerian KUKM, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Perindustrian Kota/Kabupaten untuk memberikan fasilitasi sertifikasi halal gratis kepada UKM. Berikut daftar resto, bakery, dan cafe besar bersertifikat halal MUI yang Arrahmah kutip dari laman resmi MUI, pada Sabtu (6/9/2015).
Adapun catatan dari MUI yang perlu kita perhatikan bahwa, "Untuk yang tidak/belum bersertifikat halal, prinsip MUI adalah: "Belum tentu haram, namun MUI tidak menjamin kehalalannya". "Bread Talk pernah mengajukan untuk mendapatkan sertifikat halal, namun GAGAL dalam uji kehalalan." Sementara jaringan resto/bakery/cafe besar yang TIDAK/BELUM memiliki Sertifikat Halal MUI adalah: Hanamasa, Burger King, Coffee Bean, Excelso, Roti O, dan JCo. Untuk lebih lengkap, sila unduh daftar perusahaan pangan, obat, dan makanan yang tersertifikasi halal MUI pada link berikut. Semoga dengan mengonsumsi pangan, makanan dan obat yang halal, tubuh kita akan senantiasa sehat dan meningkatkan keberkahan hidup kita, aamiin , sesuai sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam berikut. "Barang siapa mengusahakan buat keluarganya dari barang yang halal, maka ia ibarat seorang pejuang di jalan Allah. Dan barangsiapa mencari dunia yang halal dengan menjaga diri dari sesuatu yang tak berguna, maka ia menduduki derajat seperti derajat seorang syuhada." (Hadis Riwayat Ath-Thabrani), dan "Barangsiapa memakan makanan yang halal selama empat puluh hari maka Allah akan menyinari qolbunya dan akan memancarkan ilmu hikmat dari qolbunya ke lisannya." (Hadis Riwayat Abu Nuaim)." Dengan demikian, beberapa hadits tersebut menunjukkan bahwa mengonsumsi sesuatu yang halal saja itu merupakan penghulu dari peribadatan apa pun, sebab diterima atau tidaknya suatu ibadah atau doa, tergantung dari apa yang seseorang konsumsi. (adibahasan/arrahmah.com) |
Setelah melalui perjalanan kaki yang melelahkan, ribuan pengungsi tiba di Austria Posted: 05 Sep 2015 10:20 PM PDT WINA (Arrahmah.com) - Ribuan pengungsi mengalir menuju ke Austria dan Jerman pada Sabtu (5/9/2015) setelah mereka diizinkan meninggalkan Hungaria, sebagaimana dilansir oleh Al Bawaba. Banyak pengungsi yang melarikan diri dari negara yang dilanda perang seperti Suriah dan Afghanistan, dan dengan demikian mreka memenuhi syarat untuk mendapatkan perlindungan internasional. Tapi negara-negara Uni Eropa belum menyepakati cara terbaik untuk menangani lonjakan pengungsi ini. Hungaria pekan ini berusaha untuk memblokir pengungsi yang ingin melakukan perjalanan barat, mengutip aturan Uni Eropa yang mengatakan bahwa para pengungsi perlu mengajukan suaka di negara anggota pertama Uni Eropa pertama yang mereka datangi. Tapi langkah itu menyebabkan kekacauan di ibukota Budapest, dimana para pengungsi itu berniat untuk pindah ke negara Uni Eropa yang lain - terutama Jerman - dan menolak untuk bekerja sama dengan pihak berwenang Hungaria. Setelah pengungsi dan migran itu menolak untuk dipindahkan ke pusat-pusat pengungsian di Hungaria, mereka kemudian nekat berjalan kaki menuju perbatasan Austria – Jerman. Austria dan Hungaria setuju untuk membiarkan para pengungsi itu memasuki kedua negara itu. Hungaria kemudian menyediakan bis khusus untuk mengangkut para pengungsi itu ke perbatasan pada Sabtu pagi (5/9), tetapi kemudian membiarkan mereka menyeberang ke Austria dengan berjalan kaki. Juru bicara pemerintah Hungaria, Zoltan Kovacs, mengatakan bahwa ini adalah program biasa untuk meringankan tekanan migrasi. "Kami telah membahas situasi darurat yang akut ini. Dalam hal ini, Jerman dan Austria setuju untuk membiarkan para pengungsi itu menuju kedua negara itu," kata juru bicara pemerintah Jerman Georg Streiter . "Pada saat yang sama, kami mempertahankan bahwa sistem Dublin tentu saja masih berlaku," kata Menteri Luar Negeri Austria Sebastian Kurz dalam pembicaraan Uni Eropa di Luxembourg, mengacu pada aturan pengelolaan para pencari suaka Polisi Austria mengatakan bahwa mereka menunggu kedatangan 10.000 pengungsi dari Hungaria pada Sabtu (5/9). Sekitar tengah hari, sebanyak 6.500 pengungsi telah tiba di Austria. "Hampir semua ingin pergi ke Jerman," kata Kementerian Dalam Negeri Austria menulis di Twitter. "Perjalanan selanjutnya bagi para pengungsi sedang difasilitasi." (ameera/arrahmah.com) |
"Mandi pasir", cara lain untuk mengobati penyakit Posted: 05 Sep 2015 09:00 PM PDT KAIRO (Arrahmah.com) - Gurun pasir yang panas tampaknya bukan tempat yang memungkinkan untuk 'mandi' apalagi di puncak musim panas, tetapi penduduk setempat di Mesir Barat meyakini bahwa mandi di pasir pada saat puncak musim panas adalah cara alami untuk menyembuhkan berbagai penyakit, sebagaimana dilansir oleh Al Bawaba, Sabtu (5/9/2015).. Pada saat hari terpanas, penderita rematik, nyeri sendi, infertilitas atau impotensi dikubur hingga leher di dalam pasir Siwa dekat Gunung Dakrour. Pasien itu bersantai di bawah tenda atau payung sebelum melakukan pengobatan, yang meliputi pijat kaki oleh tenaga kesehatan, setelah itu pasien di rendam hingga leher di padang pasir yang panas. Mereka menghabiskan antara 10 dan 15 menit terkubur di pasir sebelum kemudian digali dan pindah ke tenda yang telah terkena sinar matahari yang berfungsi seperti sauna. Setelah mereka sudah tidak terlalu panas, mereka kemudian menikmati secangkir teh herbal panas untuk semakin menyempurnakan terapi. Raafat El-Fiqi, seorang guru matematika dan peneliti dari Alexandria, juga mengikuti terapi mandi pasir di Siwa selama beberapa tahun setelah dianjurkan oleh dokter. "Saya selalu merasa lebih baik di sini. Terapi ini baik untuk sirkulasi darah saya, pernapasan, dan kekebalan saya secara umum," katanya. Para pasien itu kemudian dibawa ke sebuah rumah untuk mendinginkan badan sebelum kemudian siap untuk menyantap makan malam. Disarankan bahwa mereka tidak mandi selama tiga hari setelah terapi itu atau tidak boleh terkena udara dingin, untuk mendapatkan efek maksimum. Sekali pengobatan membutuhkan waktu antara tiga dan sembilan hari, biaya yang dibutuhkan berkisar antara 300 hingga 400 pound Mesir (£ 25 - £ 33) setiap hari yang meliputi akomodasi dan makanan. (ameera/arrahmah.com)
|
Bulgaria mendakwa tiga orang terkait tewasnya pengungsi di truk Posted: 05 Sep 2015 08:00 PM PDT SOFIA (Arrahmah.com) - Pihak berwenang Bulgaria mengatakan bahwa mereka telah mendakwa tiga orang sehubungan dengan kematian 71 pengungsi yang tubuhnya ditemukan di sebuah truk yang ditinggalkan di jalan raya di Austria, sebagaimana dilansir oleh World Bulletin, Sabtu (5/9/2015). Empat warga Bulgaria dan satu warga negara Afghanistan sedang ditahan sambil menunggu hasil penyelidikan di Hungaria. Mereka terancam hukuman hingga 16 tahun penjara karena terlibat dalam perdagangan manusia di Hungaria, ditambah dengan dakwaan pembunuhan di Austria. (ameera/arrahmah.com). |
PMII: JK dan Luhut intervensi Polri Posted: 05 Sep 2015 06:38 PM PDT JAKARTA (Arrahmah.com) - Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menilai ada indikasi intervensi sejumlah pejabat negara dalam pencopotan Kabareskrim Polri, Budi Waseso. Nama-nama pejabat yang disebut yakni Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan, dan Menteri BUMN Rini Soemarno. Ketua Bidang Advokasi Pengurus Besar PMII, Bambang Tri Anggono, di Jakarta, Sabtu (5/9/2015), mengatakan pencopotan Buwas begitu jelas dilakukan ketika perwira tinggi Polri tersebut fokus menyidik kasus korupsi pelabuhan di bawah PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II. "Intervensi Pemerintah melalui Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam mengurai kasus Pelindo II sangat kentara. Apalagi, Menkopolhukam Luhut Pandjaitan secara terang-terangan mengeluarkan statement ganjil dengan mengatakan terjadi kegaduhan ekonomi pasca penggeledahan kantor Direktur Utama Pelindo II RJ Lino," kata Bambang. Muncul kesan pejabat tersebut sengaja menutupi kasus besar di Pelindo II. Bambang mempertanyakan begitu dilindunginya kasus Pelindo II sampai harus dibayar dengan pencopotan Buwas atas nama kegaduhan ekonomi. "Seharusnya mereka mendukung pengungkapan kasus besar korupsi Pelabuhan di bawah Pelindo II. Pelindo II sebagai muara distribusi masuk dan keluarnya barang harus bersih dari para mafia," ujar dia. Menurut Bambang, sejak diangkat sebagai Kabareskrim, Buwas telah menunjukkan keseriusannya berperang melawan mafia di berbagai sektor. Sejumlah prestasi besar yang sudah dilakukan oleh Buwas di antaranya membongkar kasus dugaan korupsi kondensat, dugaan korupsi cetak sawah, penimbunan sapi, dan penggeledahan kantor Pelindo II. "Upaya dan komitmen Buwas memerangi mafia dan korupsi ternyata terkendala oleh orang dalam pemerintahan sendiri," kata dia, lansir PRLM Sabtu (6/9/2015) (azm/arrahmah.com) |
You are subscribed to email updates from Arrahmah.com To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |