Arrahmah.Com |
- Muslim New York melawan poster anti-Islam dengan humor
- Haniyah: Darah orang Palestina tidak akan menetes sia-sia
- Psikiater: Penggunakan smartphone secara konstan bisa menyebabkan perilaku autistik pada anak-anak
- AhTv, media kajian dengan Islamic worldview bersama Adian Husaini
- Imarah Islam Taliban mulai Operasi Azm di utara Afghanistan
- Prof. Mansur Suryanegara: Film HOS Tjokroaminoto Sang Guru Bangsa, deislamisasi sejarah terselubung
- Pelarangan kerudung di sekolah Kirgizstan memicu kekhawatiran ummat Islam
- Tanpa 2 lengan, guru ini mengajar di 2 tempat dalam sehari
- Iran: "Pahlawan" dunia Islam atau penjahat kemanusiaan? (2)
- Abott sewot warganya ditembak mati, Australia tarik dubesnya dari Jakarta
Muslim New York melawan poster anti-Islam dengan humor Posted: 29 Apr 2015 04:40 PM PDT |
Haniyah: Darah orang Palestina tidak akan menetes sia-sia Posted: 29 Apr 2015 07:21 AM PDT GAZA (Arrahmah.com) - Wakil kepala biro politik Hamas menegaskan bahwa darah orang Palestina tidak akan menetes sia-sia karena ia menekankan kesatuan tanah Palestina. Ismail Haniyah membuat komentar itu selama panggilan telepon dengan keluarga Mahmoud Abu Jheisheh, pemuda Palestina berusia 21 tahun yang tewas oleh pasukan keamanan "Israel" di Hebron, pada Sabtu (25/4/2015). Abu Jheisheh sebelumnya telah menikam tentara pendudukan "Israel" di dekat Masjid Ibrahimi di kota itu, sebagaimana dilansir oleh MEMO, Selasa (28/4/2015). Meskipun Haniyah hidup di bawah pengepungan "Israel" di wilayah yang dipimpinnya yaitu di Jalur Gaza, bersama dengan hampir 2 juta warga Palestina lainnya, Haniyah terpilih sebagai perdana menteri dari Gaza dan Tepi Barat yang diduduki dalam sebuah pemilihan yang bebas adil pada tahun 2006. Hasil pemilu tersebut ditolak oleh "Israel", Amerika Serikat dan Uni Eropa, di samping tekanan mereka terhadap proses pemilihan yang berlangsung. Namun demikian, dari komentarnya menggambarkan bahwa Ismail Haniyeh dan Hamas masih berkomitmen untuk bekerja demi kepentingan seluruh Palestina, dan semua orang Palestina, bukan hanya satu bagian dari wilayah-wilayah pendudukan saja. (ameera/arrahmah.com) |
Psikiater: Penggunakan smartphone secara konstan bisa menyebabkan perilaku autistik pada anak-anak Posted: 29 Apr 2015 07:04 AM PDT (Arrahmah.com) - Penggunaan teknologi secara konstan seperti smartphone membuat anak-anak sekarang menunjukkan perilaku ambang batas "autis", ungkap seorang psikiater, McGilchrist, sebagaimana dilansir oleh Independent, Rabu (29/4/2015). Mantan guru literatur Oxford, yang kemudian mengikuti pendidikan sebagai dokter, mengatakan bahwa anak-anak berumur lima tahun menjadi semakin tidak dapat membaca ekspresi wajah atau menunjukkan empati, dibandingkan dengan anak-anak pada generasi sebelumnya Ia mengatakan bahwa banyak guru yang harus memberitahukan kepada murid mereka apa maksud dari ekspresi wajah yang berbeda. McGilchrist juga telah berbicara dengan beberapa guru yang menemukan bahwa sekitar sepertiga dari murid mereka memiliki masalah dengan memperhatikan atau memahami emosi atau memahami ekspresi wajah orang lain. Masalah ini terjadi karena adanya peningkatan teknologi dalam kehidupan anak-anak. "Dalam lingkungan virtual mereka tidak perlu menafsirkan isyarat halus dari lingkungan kehidupan nyata seperti ketika mereka bermain dengan anak-anak di hutan." McGilchrist menambahkan bahwa perubahan peran keluarga memiliki arti bahwa anak-anak sering menghabiskan waktunya di depan TV atau layar tablet sementara orang tua menjalankan multi-tugas, dalam perkembangan yang disebut oleh McGilchrist sebagai suatu perkembangan yang "sangat mengkhawatirkan". Namun, para ahli lain mengatakan bahwa permasahannya lebih kompleks. Dr Nadja Reissland, seorang psikolog dari Universitas Durham, mengatakan bahwa klaim dasar McGilchrist yang mengungkakan bahwa anak-anak kurang mampu membaca emosi ketimbang generasi di masa lalu merupakan sebuah "pernyataan besar". Dia menambahkan bahwa diperlukan pemahaman yang lebih dalam tentang latar belakang anak-anak ini, dengan mempertimbangkan bahwa mereka mungkin tidak mau mengungkapkan emosi mereka, atau mereka mungkin berasal dari budaya yang berbeda, bisa menjelaskan perubahan ini. Gangguan spektrum autisme bisa memiliki banyak karakteristik, tapi permasalahan yang mereka hadapi dengan lingkungan sosial membedakan mereka dari gangguan lain. Banyak orang autis tidak memiliki intuisi dalam situasi sosial yang kebanyakan orang alami, yang berarti mereka sering memiliki masalah dalam memahami ekspresi wajah atau memahami emosi orang lain. (ameera/arrahmah.com) |
AhTv, media kajian dengan Islamic worldview bersama Adian Husaini Posted: 29 Apr 2015 03:33 AM PDT JAKARTA (Arrahmah.com) - Alhamdulillah, setelah menghasilkan banyak karya ilmiah, Dr. Adian Husaini, M.Si., cendekiawan Muslim pendiri sekaligus pengasas dan peneliti INSISTS (Institute for the Study of Islamic Thought & Civilizations) itu kini meluncurkan sebuah media dakwah baru bernama AhTv. Demikian informasi yang diterima redaksi Arrahmah pada Selasa (28/4/2015). Portal siaran langsung video kajian keislaman tersebut dapat diakses melalui www.adianhusaini.tv. Saat launching perdananya, Selasa (28/4), pemirsa dapat menyaksikan siaran langsung ujicobanya selama 2 jam, mulai pukul 8 pagi waktu Indonesia bagian Barat. Sementara, pada hari ini, Rabu (29/4), AhTv tayang pukul 11 pagi. Kali ini, Adian Husaini mengupas perkara hukuman mati bagi pengedar narkoba dan rencana Ahok dalam mensertifikasi PSK dalam perspektif Islamic worldview. Semoga dengan adanya media kajian dengan perspektif "Islamic worldview" ini dapat menjadi jalan hidayah bagi kita semua -untuk memahami Islam lebih mendalam lagi- dan menangkal gerakan liberalisme Islam. Baarakallahu fiik. (adibahasan/arrahmah.com) |
Imarah Islam Taliban mulai Operasi Azm di utara Afghanistan Posted: 29 Apr 2015 02:40 AM PDT KUNDUZ (Arrahmah.com) - Ribuan Mujahidin Imarah Islam (Taliban) menyerang pasukan Afghanistan di provinsi utara Kunduz dalam upaya merebut kendali atas ibukota provinsi dan distrik di sekitarnya. Para pejabat Afghanistan mengatakan bahwa beberapa wilayah Kunduz saat ini di bawah kendali Mujahidin. Demikian Muqawamah melansir dari LWJ, Senin (27/4/2015). Pajhwok Afghanistan News juga melaporkan, Mujahidin Taliban menyerang distrik Imam Sahib, Aliabad, dan Qalai Zal serta daerah di kota Kunduz selama akhir pekan. Kepala dewan provinsi Kunduz mengklaim bahwa, "Sekitar 2.000 gerilyawan bersenjata berat menyerang pusat distrik di Imam Sahib, dan 500 personel keamanan Afghanistan yang terlibat pertempuran di distrik telah kalah." Gubernur Kunduz mengakui bahwa Mujahidin Taliban telah menguasai beberapa daerah dan bahwa pasukan keamanan telah meninggalkan setidaknya tiga pos pertahanan. "Mujahidin Taliban telah melancarakan ofensif dengan Mujahidin dari provinsi Afghanistan lainnya," lanjutnya. Di lain pihak, Pasukan keamanan rezim mengklaim telah memukul mundur serangan Taliban di distrik Qalai Zal. Tetapi pertempuran sedang berlangsung di Imam Sahib, Aliabad, dan daerah Gor Tepa di kota Kunduz, ujarnya. Kepala dewan provinsi memperkirakan bahwa lebih dari 65 persen dari provinsi Kunduz berada di bawah kendali Imarah Islam Taliban. Menurut situs resmi Imarah Islam Taliban, Voice of Jihad. "Mujahidin berhasil merebut sebanyak 21 pos tempur dan menyita 6 tank termasuk 2 kendaraan penuh dengan senjata dan amunisi tank di perbatasan kota Kunduz." Voice of Jihad juga melaporkan bahwa "puluhan tentara, polisi dan milisi Arbaki tewas atau terluka termasuk perwira dan komandan peringkat tinggi. Selain itu Mujahidin juga berhasil menawan 55 personel keamanan, sebagian besar milisi Arbaki." Namun para pejabat Afghanistan mengklaim hanya 16 personel keamanan tewas atau terluka selama pertempuran. Kiprah Taliban Serangan Kunduz merupakan serangan besar pertama oleh Mujahidin Taliban di bawah kampanye musim semi yang baru diumumkan, yang dijuluki "Operasi Azm"(tekad atau penentuan). Taliban mengatakan bahwa personil keamanan Afghanistan akan menjadi target utama dalam serangan tahun ini, sementara AS dan pasukan Koalisi telah menarik mundur sebagian besar personel tempur mereka. Masih tersisa sekitar 10.000 personel AS dan beberapa ribu tentara NATO yang masih di negara itu. Pertempuran di Kunduz ini didahului oleh serangan besar Taliban di distrik Chahar Darah dan Dashti Archi pada Oktober tahun lalu. Taliban berhasil menguasai kedua distrik tersebut. Pada 2009, Taliban dan Gerakan Islam Uzbekistan, yang telah diintegrasikan ke dalam struktur komando Taliban di Afghanistan utara, mulai menggoyahkan provinsi-provinsi utara dan menguasai beberapa distrik di Kunduz. Selain itu, kelompok jihad membuat terobosan besar di provinsi lain, dan bahkan mendirikan kamp pelatihan di provinsi Samangan dan Sari Pul. Taliban telah tumbuh semakin kuat di utara selama beberapa bulan terakhir. Selain merebut dua distrik di Kunduz, Taliban menyerbu sebuah distrik di provinsi Jawzjan pada bulan Desember 2014. Pada bulan yang sama Taliban mempublikasikan salah satu kamp pelatihan di provinsi utara Faryab. Semoga operasi musim semi kali ini akan berhasil seperti operasi sebelumnya. Insyaa Allah. (adibahasan/arrahmah.com) |
Prof. Mansur Suryanegara: Film HOS Tjokroaminoto Sang Guru Bangsa, deislamisasi sejarah terselubung Posted: 29 Apr 2015 01:08 AM PDT BANDUNG (Arrahmah.com) - Film HOS Tjokroaminoto Sang Guru Bangsa nampaknya mencederai sejarah perjuangan Muslimin Indonesia. Berbagai identitas Islam HOS Tjokroaminoto dihilangkan. Sebaliknya nilai-nilai liberal dan kemunisme disisipkan. Demikian yang Arrahmah tangkap dari Ulasan singkat Profesor Ahmad Mansur Suryanegara pada laman Facebook resminya, Senin (28/4/2015). "HOS Tjokroaminoto sebagai Guru Bangsa diangkat dalam media informasi selalu bertentangan dengan fakta sejarahnya," ujar Prof. Mansur. Dalam film yang tayang perdana 11 April lalu itu HOS Tjokroaminoto digambarkan pada zamannya bukan dihormati sebagai "Ratu Adil," malah diperlihatkan adegan masyarakat yang menyebutnya sebagai "Santri Piningit," tambahnya. "Dipujinya Samaoen oleh HOS Tjokroaminoto sebagai pemimpin yang cerdas. Diikuti pula Kereta yang orang PKI menyayikan lagu Internasionale," menurut pakar sejarah besar Indonesia ini juga indikasi penyisipan paham komunisme. Alasannya, Samaoen justru merupakan salah satu murid Sang Guru Bangsa yang terpengaruhi Sneevliet, penanam virus komunis asal Belanda di Indonesia, yang kemudian menggurita menjadi PKI. Sebaliknya lanjut Prof. Mansur, Sang Guru Bangsa sepertinya dalam film, tidak pernah mengucapkan Salaam dan tidak ada ucapan Inna lillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun, ketika Ibu Tjokroaminoto wafat. Itu merupakan deislamisasi terselubung. Ditambah peran SM Kartosoewirjo sebagai Sekretaris Jenderal SI dihilangkan. Terkubur sudah penggagas Negara Islam Indonesia oleh penampilan Samaoen Darsono dan lainnya dari PKI. Selain itu, pencuatan tokoh Bung Karno sebagai anak indekosan yang sedang belajar pidato semakin membungkam sejarah pejuang Jago Pemogokan Buruh (pionir perjuangan kaum buruh Indonesia, red). Ia lah Soerjopranoto dari Sjarikat Islam (SI), yang sayangnya tidak tertuturkan. Lambang Bintang Bulan (Kartika Sasi) dan Lambang Banteng Sjarikat Islam Secara terselubung, juga ada upaya pemutarbalikan fakta sejarah perjuangan Muslimin Indonesia dari sisi politik. Hal tersebut terlihat dari pelencengan lambang Bintang Bulan dan Lambang Banteng Sjarikat Islam. Lambang Bintang Bulan atau Kartika Sasi sebenarnya diletakkan di atas dasar warna merah dan bintang bulannya berwarna putih. Warna itu lah yang digunakan oleh Sjarikat Islam di awal berdirinya, atau sejak masa awal Gerakan Nasional Indonesia. "Tetapi mengapa dalam Film Sang Guru Bangsa, dasar lambangnya jadi hijau? Padahal pada masa Gerakan Nasional Sarekat Hijau, justru sebagai gerakan kontra atau yang melawan SI pimpinan Sang Guru Bangsa," tekan Prof. Mansur. Pencitraan demikian menurutnya, mengesankan Sjarikat Islam tidak pernah bicara tentang "Merah-Putih" dalam sejarah juang jihadnya. Sementara Lambang Banteng sebagai lambang Sjarikat Islam dicomot oleh kaum nasionalis. "Terbaca sekarang lebih jadi milik Perserikatan Nasional Indonesia- PNI atau kini PDIP. Lambang Banteng pada Perisai Lambang Negara Pantjasila adalah Lambang Sjarikat Islam. Termasuk lambang Kapas dan Padi," tegas Prof. Mansur. Seharusnya para pembuat Film Sang Guru Bangsa mencermati bagaimana Gerbang Sjarikat Islam di Surabaya diangkat oleh Majalah Tempo. Itu "...benar benar mengibarkan warna sang Merah-Putih. Dan Banteng [pada SI] sebagai Lambang Semangat Kebangkitan Nasional," tambahnya. "Dan dalam fakta sejarah yang mempelopori pengguna istilah Nasional adalah CENTRAL SJARIKAT ISLAM dalam NATIONAL CONGRES CENTRAL SJARIKAT ISLAM 17- 24 Juni 1916 di Gedung Concordia atau GEDUNG MERDEKA sekarang di Bandung. Sementara, PNI baru menggunakan kata nasional 11 tahun kemudian (1927) di Bandung juga," pungkasnya.
(adibahasan/arrahmah.com) |
Pelarangan kerudung di sekolah Kirgizstan memicu kekhawatiran ummat Islam Posted: 28 Apr 2015 11:52 PM PDT BISHKEK (Arrahmah.com) - Sebuah keputusan yang diambil oleh daerah Kirgizstan untuk melarang kerudung di sekolah-sekolah telah memicu kekhawatiran di kalangan ummat Islam, di tengah laporan bahwa larangan tersebut dapat diterapkan di seluruh negeri pada musim gugur mendatang. "Permasalahan ini telah mengemuka setahun yang lalu, dan pihak berwenang telah memutuskan bahwa kerudung harus diperbolehkan. Akan tetapi sekarang sekolah-sekolah mulai membahas topik ini lagi," Aibek Ashirbayev, yang putrinya belajar di sekolah umum di desa Otuz Adir di wilayah Kara-Suu, mengatakan kepada Silk Road, sebagaimana dilansir oleh onislam, Senin (28/4/2015). "Hal ini membuat saya dan banyak orang tua yang lain yang merasa khwatir. Kita hidup di negara di mana 80% adalah warga Muslim, jadi mengapa tidak memperbolehkan anak-anak perempuan Muslim mengenakan kerudung?" Ashirbayev menyuarakan kekhawatiran Muslim Kirgizstan setelah sekolah Kara-Suu telah secara resmi melarang penggunaan kerudung di dalam kelas. Mengenai pelarangan kerudung, Aizhamal Kalenova, Kepala Dinas Pendidikan di wilayah Kara-Suu, mengatakan bahwa pada tahun ajaran baru 2015/2016 semua sekolah di Kirgistan akan mengenakan seragam yang sama, dan pihaknya harus mempersiapkan anak-anak proses ini. Kalenova mengklaim bahwa larangan tersebut datang sebagai bentuk tanggapan terhadap keluhan yang diajukan oleh puluhan orang tua siswa terhadap pemakaian jilbab di sekolah-sekolah. "Karena pengaruh populasi agama di wilayah kami cukup tinggi, sampai sekarang masalah ini tidak diangkat, tapi kami diminta untuk tidak mengizinkan pelajar perempuan untuk memakai kerudung ke sekolah," kata Kulanova. Menyuarakan penentangan terhadap larangan kerudung, pemimpin Muslim Kirgizstan, Otuz Adir, mengatakan bahwa hal ini akan menjadi tindakan yang diskriminati, dan pemakaian kerudung tidak bertentangan dengan seragam sekolah. (ameera/arrahmah.com) |
Tanpa 2 lengan, guru ini mengajar di 2 tempat dalam sehari Posted: 28 Apr 2015 11:21 PM PDT MADURA (Arrahmah.com) - Keterbatasan fisik rupanya bukan halangan bagi Untung. Dengan semangat yang luar biasa, ia giat mengajar di sebuah madrasah. Selesai mengajar di madrasah, Untung bahkan memberikan pengajaran mengaji di musala dekat rumahnya, Madura. Keistimewaan Untung sebagai guru adalah ia tidak memiliki dua lengan. Segala aktivitas mengajar, seperti menulis di papan tulis dilakukan dengan menggunakan kaki kanan. Demikian Merdeka melansir kisah Untung yang diposting seorang netizen di Facebook, Selasa (28/4/2015). Seperti dikutip dari Facebook Alfathri Adlin, Selasa (28/4), pendapatan Untung sebagai guru kurang dari Rp 500 ribu per bulan.
Pada status yang diposting Alfathri sejak 8 April lalu, Untung ditanyai tentang apakah dengan gaji Rp 300 ribu per bulan cukup. Untung menjawab, dirinya sudah mengikhlaskan dirinya untuk pendidikan. Baarakallahu fiik. (adibahasan/arrahmah.com) |
Iran: "Pahlawan" dunia Islam atau penjahat kemanusiaan? (2) Posted: 28 Apr 2015 10:04 PM PDT JAKARTA (Arrahmah.com) - Pasca Revolusi Iran, kalangan Grand Ayatullah banyak yang dijadikan tahanan rumah oleh Khomeini. Rezim keji itu juga menahan dan menyiksa kaum perempuan. Demikian tulis Alireza Jafazadeh dalam bukunya, The Iran Threat: President Ahmadinejad and the Coming Nuclear Crisis, hal 17. Alireza mengatakan bahwa demi menghentikan kekejaman rezim Ahmadinejad, ia memilih hijrah ke New York untuk bekerjasama dengan kelompok-kelompok HAM yang bersimpati kepada Mujahidin E Khalq dan kepada mereka yang berusaha mengadukan kekejaman itu ke Majelis Umum PBB. Kejahatan itu sebelumnya telah diterima dan diperhatikan Komisi HAM PBB dan akhirnya diperkarakan pada Desember 1985. Alhamdulillah, para korban yang terluka dapat dipertemukan dengan banyak elemen misi PBB. Kisah-kisah tragis mereka membuat para delegasi negara bagian dan media tercengang ngeri. Bagi Alireza, saat itu resolusi melawan rezim kejam Iran berhasil satu langkah. Penyerangan dan penutupan semua universitas Banyak dari target OCU ditangkap, ditawan, dan dieksekusi. Newsweek melaporkan pada 5 Mei 1980 bahwa, sebanyak 50 mahasiswa dibunuh saat kaum fundamentalis menyerang kampus-kampus universitas di Teheran dan provinsi-provinsi lainnya. Ahmadinejad sendiri, menurut berbagai sumber, termasuk salah seorang agen Iran yang mendulang reputasi sebagai "orang jahat terkenal" di penjara Evin di utara Tehran. Media Mesir Al-Ahram Weekly bahkan melansir, Ahmadinejad "membangun reputasi sebagai penginterogasi 'jahat' yang pupuler dan diyakini telah bekerja...di penjara Evin, dimana ribuan tahanan politik disiksa dan dieksekusi pada tahun 1980-an." Seorang tahanan yang berhasi melarikan diri mengatakan, bahwa Ahmadinejad selalu menggunakan penutup wajah saat melakukan penyiksaan dalam interogasinya. "Setelah beberapa hari, saya dibawa ke Seksi 4. Ketika itulah saya sendiri disiksa dan diinterogasi oleh dua orang bernama 'Fakur', Kepala Seksi 4, dan 'Golpa' atau Mahmud Ahmadinejad." Tahanan itu dapat mengidentifikasi Golpa sebagai Ahmadinejad karena ia sempat melihat wajah Ahmadinejad beberapa kali selama di penjara. "Setiap penutup mata saya yang terbuat dari kabel turun, saya mendapati Ahmadinejad bersama para penyiksa. Setiap penutup mata saya turun pula, kabel itu diikat lebih kuat lagi ke mata saya dan meneruskan penyiksaan dengan mengikatkan kabel [ke seluruh tubuh saya]," ujarnya. Tragedi pembantaian di penjara tahun 1988 Para korban juga termasuk tahanan yang telah habis masa penjaranya, namun menolak mengubah keyakinan politiknya; orang-orang yang telah habis masa tahanan rumahnya, mereka yang ditahan dalam jangka waktu lama tapi tanpa peradilan; dan mantan tahanan terbebas yang pernah ditangkap sebelumnya. Kebanayakan dari mereka pernah dipenjara saat remaja karena dituduh melakukan tindakan ofensif ringan seperti membagikan pamflet [oposisi]. Adapun pandangan politik para tawanan sangat beragam, mulai dari Mujahidin E Khalq (Mujahidin), sampai Partai Islam Marksis yang telah melakukan upaya penggulingan Khomeini, guna mendukung Partai Tudeh, sebuah partai Marksis sekuler yang hingga 1983 pernah mendukung rezim keji. Pembantaian dan penyiksaan tersebut bukan pertama kalinya dilakukan Republik (bukan) Islam Iran. Hanya saja pembantaian 1988 sangat "istimewa" karena memperlihatkan langkah sistematik terorganisir, yang dilakukan pada waktu sigkat dan tersebar di seluruh negeri, dengan metode manasuka dalam menargetkan korban dengan jumlah masif. Lebih "gila" lagi, rezim Khomeine melakukan semua penyiksaan dan eksekusi itu secara rahasia dan terus menyangkal bahwa peristiwa keji itu benar adanya. Eksekusi itu dimulai dengan sebuah fatwa yang dikeluarkan Khomeini segera setelah Iran mengumumkan gencatan senjata dalam perang Iran-Iraq yang berlangsung selama 8 tahun. Fatwa itu dibuat oleh komisi yang terdiri atas 3 orang, yang menentukan siapa yang harus dieksekusi. Komisi itu dikenal para tahanan dengan sebutan "Komisi Kematian", yang bertugas mempertanyakan keyakinan agama dan keyakinan politik tawanan. Dari jawaban tawanan, lahirlah keputusan siapa yang layak dieksekusi atau disiksa. Proses penanyaan berlangsung ringkas, dirahasiakan, dan tahanan dieksekusi dalam hari yang sama atau segera setelah hari interogasi. Kebanyakan tahanan yang tidak dieksekusi langsung disiksa secara keji. Keluarga tahanan tidak diberi informasi apapun tentang para tahanan. Kebanyakan tahanan ditimbun di kuburan masal tanpa ada penanda nisan. Para keluarga korban yang menerima jenazah tahanan dilarang melakukan pemakaman dan hingga saat ini dilarang berduka atas mendiang tahanan. Lebih kejam lagi, rezim Khomeini bahkan baru-baru ini membuldoser kuburan masal tahanan di Khavaran, Tehran. Saksi kebenaran pembantaian 1988 Karena banyaknya kasus kemanusiaan selama Revolusi Iran, Montazeri akhirnya mengundurkan diri. Sejak saat itu, ia dikucilkan. Menurut Montazeri, setidaknya ada 3800 orang dieksekusi secara rahasia pada tahun 1988. Semuanya dieksekusi akibat fatwa sesat Khomeini. Innalillaahi wainna ilaihi raaji'uun. Semoga masyarakat Indonesia dapat memahami hakikat syiah, sebelum terlambat. Menurut penilaian rakyat Iran sendiri -baik Sunni maupun syiah- mendukung syiah saat ini berarti telah membantu Khomeini memperluas kekuasaan tiraninya mencengkram dunia. Tentu kita tidak ingin pembantaian akibat Revolusi Iran terjadi pula di negeri kita tercinta ini bukan? Allahu yahfidz. (adibahasan/arrahmah.com) |
Abott sewot warganya ditembak mati, Australia tarik dubesnya dari Jakarta Posted: 28 Apr 2015 08:50 PM PDT CANBERRA (Arrahmah.com) - Pasca dieksekusi mati dua warganya Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, Rabu (29/5/2015) dini hari tadi, Pemerintah Australia memutuskan menarik duta besarnya dari Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai bentuk protes keras pemerintah Australia yang sangat mengecam terhadap hukuman mati yang menimpa dua warganya. "Eksekusi mati tersebut merupakan tindakan yang kejam dan tidak perlu. Australia tidak bisa biasa saja dalam menyikapi hal ini,"sebut, Perdana Menteri Tony Abbott, Rabu (29/5/2015). PM Tony Abbott seperti diberitakan beberapa media Australia mengatakan, langkah penarikan duta besar mereka dari Indonesia untuk melakukan konsultasi merupakan langkah yang tepat dan cukup keras, sebagai bentuk protes keras. Australia sendiri sudah beberapa kali menempuh berbagai upaya agar dua warganya tidak dieksekusi, mulai dari bentuk permohonan hingga ancaman. Namun upaya tersebut selalu mengalami kegagalan. Presiden Jokowi tetap melanjutkan eksekusi mati terhadap delapan terpidana mati kasus Narkoba. Abott sewot Pemerintah Australia mengecam eksekusi mati yang dilakukan Indonesia. Perdana Menteri Australia Tony Abbott, dilansir ABC, Rabu (29/4/2015), mengumumkan bahwa Duta besar Australia untuk Indonesia ditarik guna konsultasi menyusul eksekusi mati dua warganya, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. Pengumuman penarikan langsung hanya beberapajam pascaeksekusi. "Eksekusi yang kejam dan tidak perlu. Duta besar akan kami tarik untuk konsultasi," kata PM Abbott, Rabu (29/4). Sementara itu, Menteri Luar Negeri Julie Bishop mengatakan bahwa Paul Grigson. duta besar, akan kembali pada akhir pekan untuk membahas segala yang terjadi dalam hubungan Australia dan Indonesia. "Penarikan duta untuk mengumumkan ketidaksenangan kami perlakuan terhadap warga kami," kata Bishop. Eksekusi mati terhadap delapan terpidana kasus Narkoba dilakukan pada Rabu (29/4) dini hari, pukul 00.25. Kedelapannya adalah Andrew Chan (warga negara Australia), Myuran Sukumaran (Australia), Raheem Agbaje Salami (Nigeria). Terpidana mati lainnya yang menjalani proses eksekusi adalah Zainal Abidin (Indonesia), Rodrigo Gularte (Brasil), Silvester Obiekwe Nwaolise alias Mustofa (Nigeria), dan Martin Anderson alias Belo (Ghana), Okwudili Oyatanze (Nigeria).(azm/dbs/arrahmah.com) |
You are subscribed to email updates from Arrahmah.com To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |