Arrahmah.Com

Arrahmah.Com

Link to Arrahmah.com

Warga Mekkah berbondong-bondong donasikan darah untuk korban musibah crane

Posted: 12 Sep 2015 08:15 AM PDT

People in large numbers turn out to donate blood at a hospital in Makkah (SG)

MAKKAH (Arrahmah.com) - Warga Makkah, khususnya para pemuda, berbondong-bondong pada Jum'at (11/9/2015) untuk mendonasikan darah mereka untuk para korban luka akibat jatuhnya crane di Masjidil Haram, lapor Saudi Gazette pada Sabtu (12/9).

Mereka mendatangi rumah sakit-rumah sakit di mana para jamaah dirawat.

Sejumlah orang menggunakan social media untuk mengajak orang-orang untuk datang mendonasikan darah untuk membantu menyelamatkan nyawa para tamu Allah itu.

Abdul Wahabat Shalbi, juru bicara di Departemen Kesehatan Makkah, mengatakan bahwa semua rumah sakit di Makkah siap menerima sebanyak mungkin para jamaah yang terluka.

"Mereka yang mengalami luka serius telah dilarikan ke Rumah Sakit Ajyad terdekat sementara mereka yang kondisinya relatif stabil dibawa ke rumah sakit lainnya. Kita telah menyediakan 2.000 unit darah selain memasok 340 unit tambahan ke rumah sakit," tambahnya. (siraaj/arrahmah.com)

Kedutaan Cina tidak membela kasus wanita Uighur di Pakistan

Posted: 12 Sep 2015 07:40 AM PDT

Aisye Karim dan anak-anaknya, Muslim Uighur yang terperangkap di Pakistan (Foto: Aisye, RFA)

XINJIANG (Arrahmah.com) - Kedutaan Cina di Pakistan telah gagal menolong wanita etnis Uighur berkewarganegaraan Cina yang terdzolimi di sana, sebagaimana dilaporkan Radio Free Asia (RFA) pelayanan siar Uighur, Jum'at (11/9/2015). Muslimah Uighur itu telah dipisahkan dari keempat anaknya dan dipukuli oleh saudara iparnya yang merupakan warga Pakistan, sementara suaminya ditahan di penjara.

Asiye Kerim (48), menikahi pengusaha di Pakistani Abduljalil Abdulwahab pada1995 di Korla, Perfektur Otonomi Bayin'gholin Mongol di baratdaya Uighur, Xinjiang, Cina. Pasangan ini memiliki 2 anak di Xinjiang sebelum pindah ke Peshawar di utara Pakistan, dekat keluarga Abdulwahab, dimana mereka dikarunia 2 anak lainnya.

Pada 2010, saat bepergian ke Urumqi ibukota Xinjiang, Abdulwahab ditangkap dan dijatuhi hukuman 18 tahun penjara oleh pengadilan Cina atas tuduhan menjual narkoba. Kerim mengatakan kepada RFA layanan siar Uighur bahwa ia dipaksa lari ke Peshawar di Korla bersama keempat anaknya setahun kemudian ketika 4 saudara Abdulwahab memintanya tinggal disana sampai suaminya bebas dari penjara.

Setelah menemui Abdulwahab di penjara pada 2013, ia meyakinkan Kerim untuk mendaftakan kedua anaknya menjadi warga negara Pakistan di Peshawar guna melanjutkan sekolahnya. Sayangnya, ketika mereka mengalami kekerasan yang dilakukan keluarga suaminya awal tahun ini, sehingga ia dan kedua anaknya memutuskan untuk pergi ke Korla di Pakistan.

Kerim merahasiakan rencana kepergiannya itu dari saudara suaminya, ia perbaharui paspor Pakistan kedua anaknya dan mendaftarkannya ke Kedutaan Cina di ibukota Islamabad. Mereka berharap mendapatkan visa untuk kembali ke Xinjiang, dimana suaminya dipenjara.

Tetapi, pada akhir Agustus, saudara-saudara Abdulwahab masuk ke rumah Kerim di Peshawar di desa Hajiabad. Mereka meminta semua paspor dan telepon genggamnya, dan saat ia menolak, mereka memukulinya dan mengancam akan membunuhnya jika ia meninggalkan rumah itu.

"Mereka menghina saya dan memukui saya beberapa kali, sampai beberapa gigi saya tanggal dan melukai tangan kanan saya," ujarnya, menambahkan bahwa anak tertuanya dan putrinya juga disakiti saat mereka mencoba melindunginya.

"Sejak saat itu...kami takut untuk pergi- bahkan untuk ke halaman- karena mereka melarang kami keluar sampai saya sembuh dari luka-luka saya. Jika saya pergi, mereka barangkali akan menembak mati saya."

Kerim mengatakan bahwa anaknya secara diam-diam membawanya ke dokter, 2 hari setelah insiden itu. Ia meminjam motor tetangganya, tetapi mereka pergi dalam keadaan penuh ketakutan.

Ia mengatakan bahwa Kedutaan Cina tak membantu banyak untuk kepergiannya meninggalkan Pakistan.

"Saya telah menelepon Kedutaan (Cina) di Islamabad dan meminta tolong agar menyelamatkan kami, tetapi mereka tidak tertarik dengan kasus kami, hanya mengatakan 'kita lihat apa yang bisa kami lakukan'," akunya.

"Kemudian saat saya menelepon kedutaan lagi, staf disana menutup teleponnya tanpa penjelasan."

Kerim mengatakan bahwa ia merasa tergganggu jika melaporkan situasi yang dihadapinya kepada otoritas lokal, karena "mereka kenal dengan saudara iparnya, tetapi mereka tidak mengenal saya."

Tanpa ada siapa pun untuk kembali, Kerim telah meminta pertolongan lembaga Omer Uighur Trust -sebuah lembaga HAM yang bermarkas di utara Pakistan di kota Rawalpindi- yang anggotanya telah merawat keluarganya, meski mereka belum dapat mengembalikannya kembali ke Cina "karena keterbatasan wewenang mereka dalam mengatasi kasus seperti itu."

Ia juga meminta komunitas internasional Uighur untuk "menolongnya dari situasi membahayakan ini."

Situasi membahayakan

Omer Khan, seorang warga Pakistan etnik Uighur dan pendiri Omer Uighur Trust, mengonfirmasikan bahwa Kedutaan Cina tidak melakukan apa-apa untuk menolong Kerim dan keluarganya.

"Saya telah menelepon Kedutaan Cina melalui penerjemah, melaporkan situasi dan menyampaikan permohonan bantuan untuk Aisye," ujarnya kepada RFA.

"Mereka merekam laporan kami dan hanya menjawab dengan mengatakan 'kami akan meneleponmu kembali.' Tetapi sejauh ini, mereka tidak membalas telepon kmai atau berbicara kepada Aisye."

Khan berkata bahwa ia telah pergi ke desa Hajiabad dimana Kerim dan anak-anaknya menahan diri dari berbicara dengan saudara-saudara iparnya. Bahkan para tetangganya menasehati agar "menghindari kontak langsung dengan mereka," menyatakan bahwa mereka bisa saja menjadi marah dan menyerang keluarga itu lagi.

Ia mengatakan bahwa kelompoknya kemudian berbicara dengan anggota kepolisian desa itu, yang mengatakan telah memperlakukan Kerim dan keluarganya dengan baik dan mengamini hak Kerim untuk kembali ke Xinjiang sebagai warga negara Cina dan dapat membawa anak-anaknya bersamanya.

Tetapi polisi mengatakan kepada mereka bahwa mereka tidak dapat bertindak langsung, karena mereka hanya staf biasa, selain itu mengingat [perawakan] saudara ipar Kerim, dibutuhkan setidaknya "20 orang aparat untuk masuk ke rumah itu."

Khan mengaku telah sering berkomunikasi dengan Kerim, dan memintanya agar tetap tenang.

Namun ia juga telah meminta polisi agar bertindak secepatnya, "karena Aisye dan anak-anaknya dalam situasi yang sangat membahayakan."

Hingga berita ini diturunkan, telepon berulang dari RFA ke Kedutaan Cina di Islamabad selalu diputus oleh staf disana. (adibahasan/arrahmah.com)

Dianggap kurang peduli, Saudi klaim telah menerima 2,5 juta pengungsi sejak perang Suriah

Posted: 12 Sep 2015 06:30 AM PDT

Arab Saudi baru-baru ini banyak dikritik atas tanggapannya terhadap krisis pengungsi Suriah. (Al Bawaba / File).

RIYADH (Arrahmah.com) - Arab Saudi telah menjadi tuan rumah bagi sekitar 2,5 juta orang Suriah sejak awal krisis melanda negara itu pada tahun 2011, ungkap Kementerian Luar Negeri Arab Saudi, sebagaimana dilansir oleh Al Bawaba, Sabtu (12/9/2015).

Dalam pernyataan yang dikeluarkan untuk SPA, kementerian itu mengatakan bahwa orang Suriah telah memiliki kehidupan yang layak dan normal di Kerajaan Arab Saudi seperti halnya ekspatriat lainnya.

"Kerajaan tidak memperlakukan ekspatriat Suriah sebagai pengungsi. Mereka hidup di lingkungan yang normal, bukan di kamp-kamp khusus."

Menurut kementerian itu, orang Suriah telah diberikan izin tinggal secara legal, dan memiliki kebebasan penuh untuk melakukan perjalanan di dalam negeri.

"Selain itu, mereka diizinkan untuk belajar di sekolah-sekolah di Arab Saudi, sesuai dengan perintah dari kerajaan yang dikeluarkan pada tahun 2012."

Kementerian itu juga menjelaskan bahwa sebanyak 100.000 warga Suriah telah terdaftar di sekolah umum. Hal ini diungkapkan dalam menanggapi laporan yang mempertanyakan peran Kerajaan Arab Saudi dalam menanggulangi krisis pengungsi Suriah.

"Semua orang Suriah di Kerajaan (Arab Saudi) menerima pengobatan gratis. Mereka diizinkan untuk bekerja di sektor swasta seperti ekspatriat lainnya," tambah kementerian itu.

Arab Saudi telah menghabiskan dana sebesar $ 700 juta untuk membantu pengungsi Suriah, menurut angka yang tersedia selama Konferensi Donor Ketiga di Kuwait pada bulan Maret tahun ini, ungkap kementerian itu.

"Kerajaan telah memainkan peran penting dalam membantu pengungsi Suriah di Yordania dan Lebanon melalui bantuan kemanusiaan termasuk makanan, perawatan medis, obat-obatan dan pakaian," tambahnya.

Publikasi online mengutip sebuah sumber yang mengatakan bahwa Departemen Tenaga Kerja Atab Saudi telah mengeluarkan peraturan untuk memperbaiki statusnya para pendatang. "Ini akan menjadi bantuan besar bagi sesama pendatang Suriahku," kata seorang pendatang Suriah di Riyadh.

"Kami telah tinggal di sini selama bertahun-tahun dan menerima santunan tidak hanya finansial dari negara ini tetapi juga pendidikan gratis bagi anak-anak kami," ungkapnya.

Para pendatang yang tinggal bersama dengan keluarga mereka di sini akan merasakan bahwa langkah tersebut akan membantu mereka untuk menggunakan keterampilan mereka dengan baik dan mendapatkan keuntungan dari keberadaan mereka, dan itu akan menjadi situasi yang saling menguntungkan bagi mereka dan bagi negara tuan rumah.

Perintah yang dikeluarkan oleh Raja Salman itu bertujuan untuk memungkinkan departemen-departemen yang mengalami kekurangan tenaga kerja terampil untuk menggunakan keterampilan dari para pendatang dari Suriah, karena banyak dari mereka yang berpengalaman dan berkualifikasi untuk melakukan perubahan kualitatif untuk pasar lokal.

Negara-negara Barat juga telah menyadari adanya keuntungan dari penyerapan para pengungsi dari Timur Tengah, dimana banyak dari mereka yang memiliki bakat dan keterampilan, dan hal ini bisa menjadi solusi hemat biaya bagi negara-negara Barat di tengah kemerosotan ekonomi global.

Demikian pula, kedatangan pengungsi Arab bisa menjadi berkah tersembunyi bagi Kerajaan Arab Saudi dalam menghadapi penurunan harga minyak. Keterampilan profesional mereka, bersama dengan pengetahuan mereka dalam bahasa Arab, akan memberi mereka keunggulan atas ekspatriat berbahasa non-Arab.

(ameera/arrahmah.com)

Pengungsi Palestina di Suriah juga ikut eksodus ke Eropa

Posted: 12 Sep 2015 06:00 AM PDT

Semakin banyak pengungsi Palestina di Suriah dan Lebanon yang bergabung dengan ratusan ribu warga Suriah yang melakukan perjalanan berbahaya mencari kehidupan yang lebih baik di Eropa. (AFP ).

SIPRUS (Arrahmah.com) – Zahra Zahroura, seorang pengungsi Palestina di Suriah, selalu membayangkan bisa melalui hari-harinya di kampung halaman keduanya, Homs, Suriah, ditopang oleh harapan bahwa ia hanya ingin mengungsi sekali saja seumur hidupnya.

Tapi apa daya, karena perang di Suriah yang semakin memburuk, Zahroura terpaksa melarikan diri untuk kedua kalinya, bertujuan untuk mendapatkan kehidupan baru di daratan Eropa, walau hanya mencapai Siprus, tapi beruntung dia masih hidup.

"Suami saya bekerja dan kami hidup dengan baik. Tapi kami harus pergi karena perang," kata Zahroura, yang berhasil selamat bersama dengan lebih dari 100 orang yang menumpang kapal-kapal nelayan kecil yang terapung selama tiga hari di bawah matahari Mediterania yang terik, sebagaimana dilansir oleh Ma'an News Agency, Kamis (10/9/2015).

"Semua rumah menjadi puing-puing, semuanya hancur oleh bom,"

Zahroura adalah salah satu dari pengungsi Palestina di Suriah dan Lebanon yang bergabung dengan ratusan ribu warga Suriah lainnya yang melarikan diri dari perang. Mereka melalui perjalanan berbahaya dalam upaya untuk mencari kehidupan yang lebih baik di Eropa.

Perahu yang ditumpanginya membawa 115 pengungsi - termasuk 54 perempuan dan anak-anak - telah berangkat dari pelabuhan Tartus Suriah sebelum kemudian mengambil lebih banyak orang di Tripoli Lebanon

Menurut seorang pejabat di kamp Kofinou Siprus, di mana orang-orang yang diselamatkan itu tinggal, sebagian besar penumpang kapal itu adalah orang Palestina dari Lebanon atau Suriah.

Orang-orang Palestina itu terusir atau melarikan diri dari kampung halamannya di Palestina menuju Suriah ketika "Israel" didirikan pada tahun 1948. Di Suriah, mereka kembali mengalami beberapa kengerian terburuk akibat perang yang telah menewaskan lebih dari 240.000 orang.

Salah satu kamp Palestina terbesar di Suriah adalah Yarmouk, yang terletak di Damaskus. Kamp itu sebelum perang memiliki populalsi sekitar 160.000. Setelah bertahun-tahun pertempuran dan pengepungan, badan pengungsi Palestina PBB UNRWA memperkirakan hanya ada 18.000 orang yang masih hidup di kamp Yarmouk.

(ameera/arrahmah.com)

RUU pertembakauan akan hapus pasal bahaya rokok

Posted: 12 Sep 2015 04:48 AM PDT

Bahaya rokok

JAKARTA (Arrahmah.com) - Ketua Pengurus Harian Yayasan Perlindungan Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan Rancangan Undang-Undang (RUU) Pertembakauan yang sudah disetujui Badan Legislasi (Baleg) DPR menjadi usulan inisiatif DPR merupakan antiklimaks terhadap pengaturan bahaya rokok terhadap kesehatan.

"RUU Pertembakauan akan menghapuskan beberapa pasal dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang mengatur bahaya rokok," kata Tulus Abadi melalui siaran pers diterima di Jakarta, Kamis (10/9/2015).

Karena itu, Tulus menilai pembahasan RUU Pertembakauan merupakan langkah mundur yang dilakukan DPR. Apalagi, produk tembakau tidak memiliki nilai urgensi untuk diatur dalam sebuah undang-undang.

Pasalnya, tanaman padi yang merupakan bahan pangan utama dan memengaruhi kehidupan masyarakat saja tidak diatur dalam undang-undang.

"Tidak ada undang-undang atau usulan RUU Perpadian. Apakah tembakau lebih penting daripada padi?" tanyanya.

Selain itu, Tulus mengatakan RUU Pertembakauan telah bermasalah sejak awal karena diduga diselundupkan oleh industri ke Baleg tanpa melalui prosedur yang benar dan tanpa ada naskah akademis.

"RUU ini akan mengatur banyak aspek, termasuk aspek kesehatan. Kalau dilihat pengusulnya adalah industri rokok, sangat tidak masuk akal industri rokok akan peduli dengan bahaya rokok," katanya.

Menurut Tulus, karena pengusulnya industri rokok, sudah pasti tujuan RUU Pertembakauan adalah melindungi kepentingan industri rokok, untuk terus meningkatkan produksi.

Tulus mengatakan masyarakat Indonesia lebih membutuhkan regulasi yang kuat dan komprehensif untuk melindungi dari dampak buruk tembakau.

"Bukan RUU Pertembakauan yang akan menggenjot produksi rokok, sehingga masyarakat Indonesia akan semakin sakit," tuturnya, dikutip Antara. (azm/arrahmah.com)

Mafia migas dibalik penembakan gedung ESDM?

Posted: 12 Sep 2015 04:28 AM PDT

Jendela kaca bolong akibat tembakan yang menyasar Kantor Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM)

JAKARTA (Arrahmah.com) - Diduga ada tangan mafia migas dibalik penembakan gedung Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Pasalnya ada kebijakan "pembersihan" mafia tambang, minyak dan gas. Kebijakan yang ambil Kementerian ESDM saat ini menurut Staf khusus Menteri ESDM, Muhammad Said Didu membuat para mafia tersebut gerah.

Insiden penembakan itu, menurutnya, sebagai isyarat agar Kementerian ESDM tidak mengganggu bisnis yang selama ini dijalankan para mafia ini.

"Kode ini (penembakan) sangat terkait dengan banyak pihak yang berbisnis tanpa modal, berbisnis dekat kekuasaan, merasa terganggu," ujar Said di Jakarta, Jumat (10/9/2015).

Dia menduga, para mafia merasa terganggu karena saat ini semua proses regulasi dibuat transparan. Beberapa aturan yang dianggap memberatkan para investor juga disederhanakan. "Transaksi yang terjadi bisa dimonitor semua," katanya.

Said mencontohkan, pelaku usaha yang ingin membangun pembangkit listrik saat ini tidak perlu izin Kementerian, tapi langsung kepada Perusahaan Listrik Negara. Begitu pula dengan perizinan pertambangan yang dulunya berlapis, kini ikut dipangkas.

Selain itu, belakangan ini Kementerian ESDM juga melakukan terobosan yang dianggap sulit dilakukan oleh pemerintahan sebelumnya. Petral, anak usaha Pertamina, dibubarkan karena diduga menjadi sarang mafia.

Semua langkah yang dikerjakan menteri Sudirman Said beserta anggotanya dianggap memotong lahan bisnis para mafia.

Said menduga, pelaku penembakan tak bertujuan melukai apalagi membunuh. Penembakan dilakukan sebagai upaya teror terhadap orang-orang di sekitar menteri seperti staf khusus menteri.

Terkait insiden penembakan ini, Menteri ESDM Sudirman Said menurut Said sudah berpesan seluruh jajarannya agar tetap menjalankan tugas seperti biasa.

Kasus penembakan yang terjadi di kantor tidak memengaruhi semangat kerja. "Kami diminta waspada tapi jangan takut. Itu kesepakatan kami. Jangan ada yang kendur," ujar Said, dikutip CNNIndonesia

Said optimistis melakukan langkah-langkah perbaikan di sektor energi dan sumber daya mineral akan terus berjalan, termasuk pembenahan hal-hal yang terkait kebijakan migas dan pemberantasan mafia. (azm/arrahmah.com)

Jet-jet Turki serang PKK di Irak Utara

Posted: 12 Sep 2015 04:00 AM PDT

f16-turkey

IRAK (Arrahmah.com) - Setidaknya 60 pemberontak Kurdi tewas dalam serangan udara jet-jet Turki yang menargetkan kamp-kamp Partai Pekerja Kurdistan (PKK) di Irak utara pada Jum'at (11/9/2015) pagi, kata sumber-sumber keamanan Turki, sebagaimana dilansir WB.

Menurut sumber, armada 21 pesawat F-16 dan F-4 Angkatan Udara Turki mengebom lebih dari 64 sasaran di Qandil, Hakkurk, Avasin, Metina, Baysan, Gara dan Zap antara pukul 23:50 dan 05:30.

Serangan tersebut juga menghancurkan depot amunisi terbesar kelompok pemberontak itu di Gara, sumber menambahkan.

Pasukan keamanan Turki telah merespon serangan baru PKK di wilayah tenggara dengan meluncurkan serangan udara pada pangkalan PKK di Irak utara dan tentara telah mengirimkan pasukan darat di perbatasan, menewaskan hampir 1.000 pemberontak.

Pada Selasa (8/9), Turki juga mengirimkan dua unit pasukan khusus, yang terdiri dari 230 tentara ke Irak utara untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun untuk mengejar pmberontak PKK di seberang perbatasan, kata sumber militer.

Pada Kamis (10/9), Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mengatakan bahwa operasi darat skala penuh terhadap PKK di Irak utara juga akan diluncurkan "jika perlu".

(banan/arrahmah.com)

Yordania tegaskan tidak akan membiarkan "Israel" campur tangan di Masjid Al-Aqsa

Posted: 12 Sep 2015 03:30 AM PDT

al-aqsa-mosque-2 (1)

AMMAN (Arrahmah.com) - Yordania telah menegaskan bahwa pemerintah di Amman tidak akan membiarkan otoritas pendudukan "Israel" campur tangan di Masjid Al-Aqsa. Menteri Wakaf Agama dan Urusan Islam, Hayel Abdulhafez Dawud, mengatakan bahwa sebagai masalah prinsip, warga Yordania menolak setiap diskusi tentang kedaulatan atas Al-Aqsa. Jika putusan dikeluarkan oleh pemerintah "Israel" dalam hal ini, maka Yordan tidak akan membiarkannya, lansir MEMO pada Jum'at (11/9/2015).

Yordan telah memiliki tanggung jawab atas situs agama Islam di Yerusalem dan Tepi Barat itu sejak awal pendudukan "Israel". Dawud menunjukkan bahwa Noble Sanctuary of Al-Aqsa adalah sebuah situs suci dan "Israel" tidak memiliki hak untuk mencampuri urusannya dalam cara apapun.

"Israel", tambahnya, adalah penjajah dan hukum internasional tidak melarang orang untuk melakukan ibadah keagamaan mereka di bawah pendudukan. Undang-undang tersebut, bagaimanapun, melakukan pelarangan terhadap penjajah mencampuri lembaga-lembaga keagamaan. Setiap dan semua pelanggaran "Israel" di Al-Aqsa dengan demikian melanggar hukum, perjanjian dan konvensi internasional.

Dawud menyampaikan pernyataannya setelah otoritas pendudukan "Israel" melarang kelompok Murabitun memasuki Al-Aqsa. Menurut Syaikh Azzam Al-Khatib, Direktur Jenderal Wakaf Muslim dan Urusan Al-Aqsa, keputusan Menteri Pertahanan Moshe Ya'alon yang melarang Murabitun benar-benar tidak dapat diterima.

"Rezim pendudukan tidak memiliki hak untuk campur tangan dalam urusan Al-Aqsa," kata Syaikh Al-Khatib. "Setiap Muslim yang memasuki Masjid Al-Aqsa dan beribadah adalah pelindung masjid. Tak seorang pun memiliki hak untuk mencegah seorang Muslim memasuki tempat suci itu dan beribadah."

Dia menekankan bahwa tidak ada dasar hukum untuk pihak manapun, terlepas dari siapa mereka, untuk mencegah Muslim masuk, berdoa dan beribadah di dalam masjid itu. Perintah pelarangan Ya'alon adalah, ia menyimpulkan, sebuah pengekangan kebebasan beribadah terhadap umat Islam.

(banan/arrahmah.com)

287 warga Gaza melaksanakan shalat Jum'at di Masjid Al-Aqsa

Posted: 12 Sep 2015 03:00 AM PDT

Hundreds-Muslims-Praying-At-Al-Aqsa-Mosque-Jerusalem

YERUSALEM (Arrahmah.com) - Sekitar 287 warga Gaza berhasil mencapai Yerusalem pada Jum'at (11/9/2015) melalui perbatasan Beit Hanoun untuk melaksanakan shalat Jum'at di Masjid Al-Aqsa, lansir MEMO.

Jamaah shalat Jum'at ini diizinkan melewati penyeberangan oleh pasukan "Israel".

Perlu dicatat bahwa pasukan pendudukan "Israel" hanya mengizinkan warga Gaza yang berusia lebih dari 60 tahun untuk melewati perbatasan Beit Hanoun untuk melaksanakan shalat Jum'at di Al-Aqsa, di Yerusalem yang diduduki setelah serangan terbaru di Gaza.

Zionis "Israel" tak henti-hentinya menghalangi warga Palestina yang hendak beribadah di situs suci umat Islam ini. Hal itu mereka lakukan dengan koordinasi dengan administrasi Yerusalem.

(banan/arrahmah.com)

2.363 jamaah haji Palestina berangkat ke Mekkah dari Kairo

Posted: 12 Sep 2015 02:30 AM PDT

egypt-air

KAIRO (Arrahmah.com) - Jumlah jamaah haji Palestina yang berangkat dari bandara Kairo menuju Arab Saudi selama tiga hari terakhir telah mencapai 2.363, lansir MEMO pada Jum'at (11/9/2015).

Para jamaah melakukan perjalanan melalui penyebrangan Rafah yang khusus dibuka untuk memungkinkan mereka untuk memasuki Mesir, sumber-sumber keamanan setempat menjelaskan.

Menurut sumber-sumber keamanan di bandara, kloter ketiga dan terakhir jamaah Palestina dari Gaza berangkat dari Bandara Internasional Kairo pada Kamis (10/9).

Sumber-sumber ini juga mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa penyeberangan Rafah kembali ditutup setelah kloter terakhir jamaah melewatinya.

Jumlah jamaah Palestina dari Tepi Barat dan Jalur Gaza tahun ini mencapai hampir 6.000. Para jamaah dari Tepi Barat biasanya melakukan perjalanan melalui Yordania.

Egypt Air menandatangani perjanjian kesepahaman dengan penerbangan Palestina pada 12 Agustus dalam rangka memfasilitasi sembilan perjalanan khusus untuk membawa jamaah Palestina dari Gaza ke Arab Saudi untuk melakukan ibadah haji tahun ini.

(banan/arrahmah.com)