Arrahmah.Com

Arrahmah.Com

Link to Arrahmah.com

Diklaim telah menikam tentara, seorang pria Palestina ditembak mati oleh tentara Zionis

Posted: 25 Apr 2015 04:33 PM PDT

As'ad Salaymeh

HEBRON (Arrahmah.com) - Sumber-sumber medis mengatakan seorang pria Palestina yang diidentifikasi sebagai As'ad Salaymeh (22) telah ditembak mati oleh tentara Zionis pada Sabtu (25/4/2015).

Pria tersebut ditembak mati karena dituduh telah menikan seorang tentara perbatasan di dekat makam leluhur di kota Hebron.

Kepala Masjid Ibrahimi di Hebron, Monther Abu Al-Feelat mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Salaymeh mengalami pendarahan hebat hingga akhirnya meninggal dunia saat tentara tidak memberikan perawatan medis yang diperlukan.

Salaymeh dituduh telah menyeberangi hambatan yang didirikan oleh tentara Zionis yang menuju ke Masjid Ibrahimi dan menusuk leher salah seorang tentara.

Juru bicara polisi Zionis, Luba Samri mengklaim polisi menembak Salaymeh setelah ia menikam seorang tentara dan mengklaim Salaymeh tewas ketika dipindahkan ke sebuah rumah sakit di Yerusalem. (haninmazaya/arrahmah.com)

Alhamdulillah, Mujahidin Suriah akhirnya menguasai Jisr al-Shughur

Posted: 25 Apr 2015 04:01 PM PDT

Salah seorang Mujahid melakukan sujud syukur setelah berhasil membebaskan kota Jisr al-Shughur dari tangan rezim Nushairiyah

IDLIB (Arrahmah.com) - Mujahidin Suriah yang terdiri dari berbagai faksi termasuk Jabhah Nushrah, telah merebut kota Jisr al-Shughur di provinsi Idlib untuk pertama kalinya dalam perang yang memasuki tahun kelima pada Sabtu (25/4/2015).

Penangkapan kota strategis tersebut adalah yang terbaru dalam serangkaian kemunduran bagi pasukan rezim Nushairiyah di wilayah selatan dan utara.

Mujahidin Suriah dan kelompok pemantau Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) mengatakan kota yang menghubungkan pesisir Lattakia dan Aleppo, kini sepenuhnya dikendalikan oleh pejuang Suriah.

"Seluruh Jisr al-Shughur sekarang dibebaskan, tidak ada lagi rezim di sana," ujar perwakilan media Mujahidin Ahrar Syam yang mengambil bagian dalam pertempuran kepada Reuters.

Setelah menguasai kota, Mujahidin meneruskan serangan mereka dengan tujuan mendorong tentara rezim dari beberapa daerah yang masih dikuasai oleh rezim di provinsi Idlib.

Mujahidin Jabhah Nushrah melakukan konvoy dengan kendaraan militer setelah menguasai Jisr al-Shughur. (Foto: Reuters)

Mujahidin Jabhah Nushrah melakukan konvoy dengan kendaraan militer setelah menguasai Jisr al-Shughur. (Foto: Reuters)

Sisa bala bantuan pasukan rezim Nushairiyah berhamburan keluar kota, bahkan warga yang loyal kepada rezim pun ikut pergi meninggalkan kota. Padalah Mujahidin Suriah telah menyebarkan selebaran yang mengatakan menjamin keselamatan warga biasa (termasuk Nushairy) kecuali mereka yang ikut berperang.

Tentara rezim eksekusi tahanan

Seperti yang dilakukan oleh pasukan rezim di kota Idlib sesaat sebelum dikuasai oleh Mujahidin, kini mereka melakukan hal yang sama yaitu mengeksekusi para tahanan yang berada di fasilitas darurat di Jisr al-Shughur.

Rami Abdel Rahman, direktur SOHR mengatakan pasukan intelijen militer mengeksekusi tahanan yang ditahan di fasilitas darurat di Jisr al-Shughur.

"Anggota intelijen militer mengeksekusi 23 tahanan sebelum mereka mundur dari daerah Rumah Sakit Nasional di barat daya Jisr al-Shughur," ujar SOHR seperti dilansir Al Arabiya.

Laporan menambahkan para tahanan itu ditahan di dekat gedung rumah sakit utama.

Bulan lalu, aliansi Mujahidin yang menamai dirinya Jaisyul Fath berhasil merebut kota Idlib, ibukota provinsi Idlib. Mereka sepakat untuk terus bersatu dalam pertempuran untuk Jisr al-Shughur.

Pembentukan aliansi sebelum pertempuran besar adalah salah satu faktor di balik kemajuan Mujahidin, ujar seorang sumber Al Arabiya.

Dengan menguasai Jisr al-Shughur, Mujahidin lebih dekat dengan provinsi Lattakia, kubu rezim Nushairiyah dan kini kurang dari 8 km dengan desa yang menjadi basis Nushairiy di dekat pantai.

"Jisr al-Shughur lebih penting daripada Idlib sendiri, sangat dekat dengan wilayah pesisir yang merupakan daerah rezim, pantai kini berada dalam jangkauan tembakan kami," ujar Ahmad dari Ahrar Syam. (haninmazaya/arrahmah.com)

MUI tolak rencana Ahok legalisasi pelacuran di Jakarta

Posted: 25 Apr 2015 08:28 AM PDT

Logo MUI

JAKARTA (Arrahmah.com) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyampaikan penolakan atas ide dari Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Ide yang ditolak itu adalah ide yang berkaitan dalam penanganan pelacuran di Jakarta.

Penasehat Majelis Ulama Indonesia DKI Jakarta Samsul Maarif mengatakan ide Ahok berpotensi mencederai masyarakat. Pasalnya, Ahok berencana untuk membuat lokalisasi pelacuran di Jakarta.

"Lokalisasi sama dengan legalisasi," katanya Sabtu (25/4/2015) dikutip dari Republika. Hal itulah yang kemudian membuat MUI tegas menolak ide tersebut.

Rencana untuk membuat lokalisasi merupakan tanggapan Gubernur DKI terkait persoalan sosial. Persoalan itu adalah penyalahgunaan rumah kos sebagai sarana pelacuran yang marak bertebaran di kawasan Jakarta.

Samsul menambahkan semestinya Ahok mendalami sejarah upaya-upaya yang sudah dilakukan oleh Gubernur DKI sebelumnya, Sutiyoso. Saat itu, Sutiyoso telah berhasil menghapus tempat prostitusi yang ada di Koja, Jakarta Utara.

Berkat kerja sama Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI dan Ulama, kawasan bekas lokalisasi prostitusi itu berubah menjadi kawasan Islamic Centre dan masjid.

"Ahok menganalogikan prostitusi dengan kotoran manusia. Itu adalah adalah analogi yang kurang relevan," ucap dia. Samsul menyebut hal ini sebagai ini qiyas ma'al Fariq.

Menurutnya, dua hal diatas tidak bisa disamakan. Kotoran manusia adalah fitrah sedangkan prostitusi berlawanan dengan fitrah.

Apabila ide Ahok direalisasikan, lanjutnya, maka kejahatan yang dipelihara oleh Pemprov DKI akan bertambah. Jika sebelumnya Pemprov DKI mencoba melindungi keberlangsungan industri minuman keras, nantinya Ahok juga dinilai melegalkan prostitusi melalui adanya lokalisasi. (azm/arrahmah.com)

Peneliti: Ada skenario agar kelompok Islam terus digebuki

Posted: 25 Apr 2015 07:28 AM PDT

Mustofa B. Nahrawardaya

JAKARTA (Arrahmah.com) - Peneliti "terorisme" Mustofa B. Nahrawardaya berpendapat ada upaya terstruktur agar kelompok Islam terus menerus digebuki dengan mengambil alasan isu proyek terorisme dan radikalisme.

"Terorisme dan radikalisme dijadikan akses dan alasan untuk mencapainya. Seolah hanya terorisme dan radikalisme yang menjadi biang kerusakan bangsa ini. Seolah hanya kelompok Islam yang harus menanggung akibat dari rusaknya bangsa ini. Jika kondisi seperti ini terus menerus berlangsung, jelas berpotensi melahirkan pendendam baru. Bahkan melahirkan radikalis baru dan ujung-ujungnya akan melahirkan teroris baru," jelasnya secara tertulis kepada para wartawan Sabtu (25/4/2015).

Kata Mustofa, belum sembuh rasa sakit kelompok Islam atas perlakuan brutal BNPT dan Kominfo yang memblokir media Islam online tanpa kompromi dan tanpa aturan, kini giliran Densus melakukan tindakan keji terhadap Ustadz Basri hanya karena dituduh punya bendera "mirip" bendera yang sering digunakan ISIS. Kini Ustadz Basri hilang.

"Memperlakukan ulama yang belum jelas duduk persoalannya bagaikan hewan. Hanya berdasar dugaan, lalu menindak ulama tanpa pertimbangan.

Jika cara seperti ini tidak bisa dikurangi, imbuh Mustofa, maka wacana pemberantasan terorisme jelas percuma. "Bukannya teroris berkurang, tapi justru akan menambah jumlah," ujarnya.

Selain itu, ada kesan juga dalam beberapa tahun terakhir muncul phobia pemerintah terhadap hal-hal berbau Arab. Terbukti, kata dia, tindakan-tindakan liar terhadap apapun yang berbau Arab, selama ini dilakukan dengan perencanaan dan kesengajaan.

"Penyitaan Al Qur'an dan buku tafsir Al Qur'an serta buku agama Islam dengan alibi barang bukti terorisme, bukan lagi hal tabu. Pendzaliman terhadap Ulama dan pesantren juga sudah biasa terjadi," katanya.

Kata Mustofa, pada saat bersamaan perusakan moral secara struktural dilakukan oleh pihak swasta. Ide lokalisasi miras, perjudian dan pelacuran, bahkan justru digagas oleh Kepala Daerah.

"Ada kesan, degradasi moral dan pembungkaman terhadap kelompok penjaga moral seperti pesantren justru dijadikan agenda terselubung. Terbukti, gerakan berbasis liberal, maupun kelompok-kelompok yang dianggap mengganggu masyarakat mayoritas dan pesantren, baik itu apa yang menamakan dirinya Islam liberal, atau Syiah, tidak pernah sekalipun ditindak," urai aktivis Muhammadiyah ini.

Ketidakseimbangan Pemerintah dalam menindak mereka, terang Mustofa, akhirnya memunculkan banyak dugaan miring.

Dia mengkhawatirkan fenomena ini. Di satu sisi pemerintah ingin memberantas terorisme dan radikalisme, namun di sisi lain justru menumbuhkan bibitnya.

"Akhirnya, nanti ada yang menyimpulkan bahwa pemberantasan terorisme, ternyata omong kosong belaka," pungkasnya. (azmuttaqin/arrahmah.com)

Cara brutal polisi terhadap umat Islam bisa berbuah balas dendam

Posted: 25 Apr 2015 04:19 AM PDT

mugi_hartanto-tulungagung

JAKARTA (Arrahmah.com) - Penangkapan yang mirip penculikan oleh aparat Densus 88 terhadap Tokoh Pesantren kembali berlangsung dengan cara brutal dan sadis. Kali ini menimpa Ulama pengasuh Pondok Pesantren Tanfidzul Al Qur'an, Ustadz Muhammad Basri, MA. di Makassar, Jumat (24/4/42015).

Menurut Mustofa B. Nahrawardaya, peneliti terorisme, cara-cara mengambil orang seperti yang dipertontonkan Densus kepada masyarakat Makassar, bukan saja memperluas rasa kebencian, tapi juga berpotensi melahirkan teroris-teroris baru.

"Bagaimana pun, seorang pengasuh Pondok Pesantren memiliki pengaruh di lingkungannya. Sehingga, cara brutal polisi dalam memperlakukan mereka, bisa berbuah pahit: balas dendam," tulis Mustofa dalam rilisnya kepada para wartawan.

Sebagaimana diketahui, para saksi mata kebrutalan Densus 88 saat menculik Ustadz Basri menuturkan, pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Al Qur'an itu ditabrak motornya saat dia sedang berkendara dengan putranya yang berusia 3 tahun. Setelah terjatuh, Ustadz basri disergap 12 anggota Densus seperti menyergap hewan. Pengasuh Pondok Pesantren penghafal Qur'an ini ditelikung tangannya menggunakan injakan sepatu lars usai ditabrak. Lalu, diborgol dan diseret ke mobil aparat.

Aktivis Muhammadiyah ini mempertanyakan "Dimana sekarang Ustadz Basri? Tidak diketahui. Masih hidupkah? Tidak diketahui. Berapa hari/bulan beliau dijauhkan dari Pesantren? Tidak diketahui."

"Sebagian dari yang ditangkap aparat, kadang lenyap begitu saja kabarnya, tanpa diketahui nasibnya," tukas Mustofa lugas. (azmuttaqin/arrahmah.com)

Banyak kejanggalan pada penangkapan Ustadz Basri

Posted: 25 Apr 2015 02:25 AM PDT

Harits Abu Ulya, Direktur CIIA

JAKARTA (Arrahmah.com) - Pemerhati kontra-terorisme Harits Abu Ulya menganggap penangkapan Pemimpin Pondok Pesantren (Ponpes) Tanfidzul Alquran, Ustad Muhammad Basri MA penuh kejanggalan.

"Densus 88 selalu saja melakukan penindakan dengan cara-cara yang tidak humanis. Padahal, Ustadz Basri niscaya bisa dibawa baik-baik dari tempatnya," ungkap Harits Sabtu (25/4/2015) dikutip dari Okezone.

Dia menambahkan, Densus 88 harus menjelaskan alasan utama dan delik hukum yang dijadikan dasar penangkapan Ustad Basri.

"Kalau terkait ISIS, tidak ada payung hukum yang bisa dijadikan pegangan. Kalau dikaitkan dengan kelompok Santoso Cs di Poso semua baru dugaan," sambungnya.

Bahkan, soal Ustadz Basri sebagai perencana pelemparan bom ke calon Gubernur Sulawesi Selatan tahun lalu, diakui Harits hanya sebatas dugaan dan tuduhan yang harus dibuktikan kebenarannya tanpa rekayasa.

"Tidak pantas perlakuan terhadap seorang ustadz dengan cara-cara kasar seperti menangkap jambret sementara status beliau masih tidak jelas. Asas praduga tidak bersalah sering kali diabaikan begitu saja dalam kasus terorisme," tegasnya.

"Karena itu, masyarakat jangan heran jika ada sekelompok umat Islam marah dan bahkan makin radikal karena melihat tindakan Densus 88 yang dinilai semena-mena terhadap sosok seorang ustad," tukas Direktur The Community of Ideological Islamic Analisyst (CIIA) itu. (azm/arrahmah.com)

Depkes Palestina: Krisis obat-obatan dan peralatan medis di Jalur Gaza memburuk

Posted: 24 Apr 2015 11:00 PM PDT

ar1

PALESTINA (Arrahmah.com) - Kementerian Kesehatan Palestina telah mengumumkan bahwa krisis kekurangan obat-obatan dan peralatan medis sekali pakai semakin memburuk akibat blokade yang diberlakukan penjajah "Israel" di Jalur Gaza selama lebih dari delapan tahun, lansir PNN pada Selasa (21/4/2015).

Direktur Jenderal Farmasi, Ashraf Abu Mahady, mengatakan bahwa Kementerian kini benar-benar kekurangan 118 jenis obat-obatan (25%) dan 334 jenis peralatan medis sekali pakai (37%), menurut laporan oleh Badan Media Palestina Al-Aray.

Dia menyatakan kurangnya peralatan medis sekali pakai untuk kateterisasi jantung dan operasi jantung terbuka sangat signifikan, mencapai 80%, dan akan menyebabkan peningkatan kasus di mana pasien membutuhkan perawatan medis dan perujukan ke luar negeri.

Dia menjelaskan bahwa ada beberapa layanan yang dipengaruhi oleh kekurangan obat-obatan, terutama kurangnya 32% obat perawatan primer, selain 54% obat imunologi dan 30% obat onkologi, yang akan memiliki dampak serius pada kondisi kronis yang diderita oleh pasien di wilayah tersebut.

Mahadi memperingatkan kurangnya obat di toko-toko pelayanan selanjutnya akan memperburuk krisis di Jalur Gaza yang dalam kasus ini telah berlangsung lama.

Dia mendesak badan yang bersangkutan, bersama dengan Komite Internasional Palang Merah dan Organisasi Kesehatan Dunia untuk menekan pemerintah "Israel" supaya mengakhiri blokade dan membuka jalur penyeberangan yang mereka tutup.

(banan/arrahmah.com)

Rayakan Kemerdekaan sepihak, "Israel" muntahkan peluru ke Gaza

Posted: 24 Apr 2015 10:30 PM PDT

remaja-palestina

PALESTINA (Arrahmah.com) - Penjajah "Israel" kembali menyerang Gaza dengan dalih salah satu roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza jatuh dan meledak di wilayah "Israel" yaitu di Gurun Negev.

Juru bicara tentara "Israel" menyatakan, "Tentara 'Israel' masih menyisiri daerah itu untuk mencari kemungkinan adanya roket lain," demikian yang dilansir oleh Xinhua, Jum'at (24/4).

Peristiwa tersebut terjadi saat "Israel" merayakan hari yang mereka klaim sebagai "Hari Kemerdekaan" ke-67 "Israel".

"Israel" membuat pengumuman adanya roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza ke wilayah "Israel". Padahal, gerakan perlawanan Palestina, Hamas, menyatakan tidak mengetahui adanya roket yang diluncurkan dari Jalur Gaza dan menghantam wilayah "Israel".

"Kami tidak memperoleh informasi mengenai peluncuran amunisi apa pun, dan semua faksi Palestina berkomitmen pada gencatan senjata yang ada," jelas Ismail Radwan.

Tank "Israel" menembakkan tiga peluru di utara Jalur Gaza pada Kamis (23/4) malam. Tak ada yang terluka dalam serangan tersebut. Tank-tank "Israel" menembaki posisi Hamas di Jalur Gaza. "Israel" juga mengklaim bahwa serangannya itu menyasar infrastruktur Hamas di utara Jalur Gaza.

Akibat dari insiden ini, "Israel" mencegah perjalanan mingguan ke kompleks Masjid Al-Aqsa. Yoav Mordechai, koordinator "Israel" di Palestina mengatakan persimpangan Erez ditutup pada Jum'at (24/4) karena kondisi berbahaya/

(arc1/arrahmah.com)

SNHR: 463 aktivis media dibunuh 1027 ditangkap oleh rezim Assad

Posted: 24 Apr 2015 05:26 PM PDT

blood

DAMASKUS (Arrahmah.com) - Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SNHR) melaporkan bahwa sedikitnya 463 aktivis media telah dibunuh dan 1.027 lainnya ditangkap oleh rezim brutal Bashar al-Assad, lansir Zaman Al Wasl pada Jum'at (24/4/2015).

Saat protes massa dimulai pada Maret 2011 menentang rezim Bashar al-Assad, rezim menyadari peran penting media dalam mengungkap kejahatan dan pelanggaran mereka sehingga mereka berjuang dengan segala sesuatu yang mereka miliki dan memblokir media Arab dan media internasional dengan presentase yang mencapai 100%, lalu aktivis lokal menuju ke media alternatif melalui teknologi modern dan melalui jaringan sosial.

Mereka mulai melakukan reportase berbekal ponsel sederhana. Seiring waktu berjalan, gerakan mereka berkembang. Peralatan dan formasi mereka dikembangkan, mereka mulai lihai dalam memberitakan peristiwa dan mempublikasikannya dengan gambar atau video yang lebih jelas. Website khusus, juga surat kabar dan stasiun radio mulai muncul, namun munculnya media alternatif ini tidak disertai dengan tingkat yang sama pelatihan kemampuan dan batas-batas orang yang bertanggung jawab.

Rezim Nushairiyah Suriah memerangi aktivis media ini dengan melakukan pembunuhan dan penangkapan. Banyak dari mereka yang menderita, meninggal dunia setelah disiksa dan rezim berharap hal ini menjadi peringatan bagi seluruh rekan-rekan mereka.

Ketika protes beralih ke konflik (pertempuran), pelanggaran terhadap insan pers menjadi lebih luas dan meningkat drastis saat sebuah konsep sederhana dari sebuah pengorbanan dibuat oleh aktivis media dan jurnalis untuk memberitakan kebenaran harus dibayar dengan nyawa mereka. SNHR mencatat banyak kasus bahwa foto terakhir yang diambil oleh lensa fotografer untuk mengungkapkan sebuah peristiwa adalah saat ia kehilangan nyawanya. (haninmazaya/arrahmah.com)

Mujahidin Asy-Syabaab menghukum pria yang menghina Nabi Muhammad

Posted: 24 Apr 2015 05:01 PM PDT

Mujahidin Asy-syabaab Somalia

JAMAME (Arrahmah.com) - Harakah Syabaab al-Mujahidin untuk pertama kalinya menjatuhkan hukuman terhadap seorang pria karena
menghina Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam di hadapan publik, ujar saksi mata kepada BBC.

Warga menyaksikan saat regu tembak menembak pria tersebut di kota Jamame, wilayah Lower Juba, Somalia selatan.

Saksi mata mengatakan bahwa pria tersebut ditembak oleh regu tembak setelah ia mengaku bersalah dalam sidang di pengadilan Syariah.

Selama ini Mujahidin Asy-Syabaab melakukan eksekusi terhadap orang yang menjadi mata-mata atau telah murtad.

Kelompok Islam ini menguasai sebagian besar wilayah pedesaan Somalia. (haninmazaya/arrahmah.com)