Arrahmah.Com |
- Dua polisi junta Mesir tewas dalam serangan oleh pria bersenjata tak dikenal di Kairo
- Mantan Presiden Mursi dihukum 20 tahun penjara
- Haji Bakar tulis rencana pembentukan ISIS di atas buku notes kedinasan Rezim Suriah, kebetulankah?
- Isu ISIS versus neoimperialisme neoliberalisme
- Buya Hamka: Ghirah dan tantangan terhadap Islam
- Orientalis: "Israel" resah, kelompok Islam ada di puncak kekuasaan Pakistan
- Pesantren Sidogiri bongkar pemikiran menyimpang Ulama Metro TV Quraish Shihab dengan buku
- Buldoser "Israel" hancurkan rumah-rumah warga Palestina di desa Badui
- Waspada tipuan Syiah Iran, Khomeini ternyata beragama Sikh
- Syi'ah menebar jala syahwat
Dua polisi junta Mesir tewas dalam serangan oleh pria bersenjata tak dikenal di Kairo Posted: 21 Apr 2015 04:31 PM PDT KAIRO (Arrahmah.com) - Dua polisi junta Mesir tewas setelah ditembak oleh pria bersenjata tak dikenal di Kairo pada Selasa (21/4/2015) sore, ujar pernyataan kementerian dalam negeri melalui juru bicaranya seperti dilansir Reuters. "Dua pria bersenjata tak dikenal melepaskan tembakan ke arah mobil yang membawa Kolonel Wael Tahoon di distrik Ain Shams di Kairo saat ia dalam perjalanan untuk bekerja, mengakibatkan kematiannya dan pengawalnya yang mengendarai mobil," ujar Hany Abdel Latif. Sebelumnya laporan oleh kantor berita negara Al ahram mengatakan dua polisi tewas dalam serangan bom. Mesir menghadapi gelombang serangan mematikan yang menargetkan polisi dan tentara junta sejak pertengahan 2013 ketika militer melancarkan kudeta militer yang dipimpin oleh Abdel Fattah al-Sisi untuk menggulingkan Muhammad Mursi dari kekuasaan. Kelompok bersenjata yang berbasis di Sinai yang telah mengumumkan bai'at kepada Daulah Islam (ISIS/IS) telah mengklaim serangkaian serangan terhadap tentara dan polisi junta. Sedangkan kelompok lainnya melancarkan serangan serupa di Kairo dan kota lain. Tidak ada klaim tanggung jawab segera untuk serangan yang terjadi pada Selasa (21/4) yang datang setelah pengadilan menjatuhkan hukuman kepada Muhammad Mursi 20 tahun penjara tanpa pembebasan bersyarat. Pemerintah junta Mesir mengatakan kelompok Ikhwanul Muslimin yang mendukung Mursi merupakan kelompok "teroris" meskipun gerakan tersebut berkomitmen untuk aktivitas damai. (haninmazaya/arrahmah.com) |
Mantan Presiden Mursi dihukum 20 tahun penjara Posted: 21 Apr 2015 04:00 PM PDT KAIRO (Arrahmah.com) - Pengadilan Kairo menghukum mantan Presiden Mesir, Muhammad Mursi dan 12 terdakwa lainnya 20 tahun penjara. Demikian dilaporkan Al-Jazeera, Selasa (21/4/2015). Mursi dijatuhi hukuman pada Selasa (21/4) atas tuduhan penangkapan dan penyiksaan demonstran pada Desember 2012. Pengadilan sebelumnya telah mencabut tuduhan pembunuhan, yang sedianya berimbas hukuman mati terhadap Mursi. Mursi juga menghadapi tuntutan serius atas 3 pelanggaran hukum lainnya, termasuk dugaan menjadi intelijen Qatar. Mohammed Soudan, anggota senior Ikhwanul Muslimin, dan seorang pejabat intern yang berafiliasi Partai Kebebasan dan Keadilan mengatakan kepada Al Jazeera bahwa, persidangan adalah "lelucon politik". "Putusan ini 100 persen vonis politik. Mursi, penasehat dan pendukung yang dituduh dalam kasus ini adalah korban ... polisi dan tentara menyaksikan oposisi menyerang istana presiden," kata Soudan. "Mereka membunuh 11 orang dan sembilan dari mereka adalah pendukung Morsi. .. Putusan adalah ujian untuk para demonstran di jalanan, dan juga ujian untuk masyarakat internasional." Toby Cadman, seorang pengacara hak asasi manusia internasional yang terlibat dalam sejumlah kasus hukum di Mesir mengatakan kepada Al Jazeera bahwa sidang menggarisbawahi politisasi peradilan Mesir. "Sidang ini merupakan langkah politik oleh rezim Sisi dan pertunjukan pengadilan yang ditujukan terhadap pemimpin pertama negara itu yang dipilih secara demokratis," kata Cadman. Amnesty International juga mengecam persidangan itu "palsu", dan menyerukan pembebasan Mursi dan pengunjuk rasa. "Putusan ini menghancurkan setiap ilusi yang tersisa dari independensi dan imparsialitas dalam sistem peradilan pidana Mesir," kata pihak Amnesty, Hassiba Hadj Sahraoui dalam pernyataan yang dirilis setelah putusan. Abdullah al-Arian, asisten profesor sejarah di Georgetown University School of Foreign Service di Qatar, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa waktu putusan itu signifikan, Mursi telah menghabiskan waktu maksimum yang diizinkan oleh konstitusi di penjara dan jika pengadilan tidak lulus membktikan kesalahannya, mereka akan harus membebaskannya. Wartawan Mesir, Yehia Ghanem, mengatakan kepada Al Jazeera, pemerintah Mesir mengirim pesan bahwa mereka tidak akan mentolerir oposisi. "Semuanya dihitung secara politis dari awal. Ini mengirim pesan ke Mesir dan seluruh dunia bahwa tidak ada masa depan bagi setiap pemerintahan sipil," kata Ghanem. Dalam insiden paling mematikan itu, setidaknya 817 demonstran tewas di Kairo Rabaa al-Adawiya Square, ketika pasukan keamanan menembaki mereka yang diam. Human Rights Watch (HRW) mengatakan pembunuhan itu setara dengan "kejahatan terhadap kemanusiaan". Ribuan juga telah dipenjara, dengan banyak pendukung Mursi menghadapi masa percobaan dan menghadapi tuduhan terlibat dalam kekerasan. Setidaknya 1.212 orang telah dihukum mati sejak awal 2014, termasuk kepala Ikhwanul Muslimin, Mohamed Badie. (adibahasan/arrahmah.com) |
Haji Bakar tulis rencana pembentukan ISIS di atas buku notes kedinasan Rezim Suriah, kebetulankah? Posted: 21 Apr 2015 08:32 AM PDT DAMASKUS (Arrahmah.com) - Der Spiegel, sebuah majalah Jerman, baru-baru ini mengupas Daulah Islamiyah atau yang lebih dikenal ISIS beserta sosok yang disebut-sebut sebagai tokoh utama pembentukannya yakni, Haji Bakar. Dalam sebuah operasi yang menargetkan Haji Bakar pada Januari 2014 lalu, ditemukan sebuah dokumen rahasia terkait ISIS yang ringkas dan terperinci, namun sangat penting dan berbahaya. Der Spiegel menganggap penulisan struktur kelembagaan ISIS di atas buku notes kedinasan rezim Assad itu hanyalah suatu "kebetulan" belaka. Demikian dikutip Kiblat dari Zaman al-Wasl, Selasa (21/4/2015). Dalam laporannya tentang Samir Abdu Muhammad Al-Khalifawi atau yang dikenal sebagai Haji Bakar, Der Spiegel menampilkan sejumlah halaman (buku notes) berisi instruksi (sistem koordinasi, red.) dan gambar struktur kelembagaan ISIS yang diduga ditulis sendiri oleh Haji Bakar dengan tulisan tangan. Dokumen itu ditulis di atas kertas buku notes keluaran "Muassasatul Iskan Asykariyah", di bawah Kementerian Pertahanan rezim Bashar Assad. Bahkan, logo lembaga resmi pertahanan Suriah juga tertera di atas setiap lembar buku notes tersebut. Kendati gambar pada dokumen itu tidak terlihat jelas, akan tetapi garis-garis (struktur) yang digambarkan itu terlihat sebagai sesuatu yang sangat serius. Terlebih, jika kita mengingat kecerdasan dan keahlian intelijen yang dimiliki Haji Bakar. Reporter Der Spigel sendiri mengungkapkan "kejutan besar" dari (kinerja) Haji Bakar yang mampu menembus faksi-faksi revolusi Suriah yang ada di dalamnya. Terlebih bagi orang-orang yang terbiasa dengan dunia intelijen selama hidupnya, meski tanpa diketahui identitas, atau jabatan atau seberapa 'bahayanya' Haji Bakar, (seorang intel) akan diketahui setelah kematiannya dan terungkap melalui dokumen yang dibawanya. Haji Bakar, menurut dokumen dan manuskrip yang ditinggalkannya, memiliki jam terbang yang sangat tinggi di bidang keamanan selama bertahun-tahun di dinas intelijen udara Iraq di masa rezim Saddam Husain. Dia juga memiliki kemampuan di dunia intelijen dan sanggup menyamar secara halus. Haji Bakar benar-benar memiliki semua ini. Tidak mungkin dia menjadi model (intel) yang menjatuhkan pilihannya murni kebetulan, kecuali jika sang tokoh nomor satu ISIS itu tidak mampu menyediakan kertas untuk menuliskan rencana-rencananya yang besar dan meninggalkan petunjuk! "Muassasatul Iskan Asykariyah" merupakan salah satu lembaga utama yang dimiliki Hafidz Assad, yang kemudian diwariskan kepada Bashar Assad, yang mendapatkan perhatian khusus. Pengurusnya diserahkan kepada kerabat mereka dari keluarga Syalusy, terutama Riyadh Salusy. Keluarga Syalusy mengelola perusahaannya sesuai keinginan Hafidz dan Bashar Assad dengan bayaran miliaran Lira. Gaji mereka, mayoritas diambil dari hasil keuntungan pasar dan rekonstruksi bangunan. Wallahua'lam bish-shawwab. (adibahasan/arrahmah.com) |
Isu ISIS versus neoimperialisme neoliberalisme Posted: 21 Apr 2015 05:00 AM PDT Oleh: Abu Fikri (Arrahmah.com) - Mencoba memahami keterkaitan antara isu radikalisme dan terorisme melalui pintu ISIS yang marak akhir-akhir ini dengan sosialisasi Indonesia dalam ancaman Neo Liberalisme dan Neo Imperialisme yang belum begitu dipahami oleh masyarakat secara meluas adalah sesuatu yang menarik. Di satu sisi Pemerintah dengan berbagai elemen sibuk memperkuat opini terorisme dan radikalisme sebagai ancaman nasional. Di sisi lain ada arus penyadaran umat tentang ancaman nasional sesungguhnya melalui neo liberalisme dan neo imperialisme. Kenapa pula disebut dengan ancaman bukan cengkeraman sebagaimana yang secara masif dikampanyekan oleh salah satu ormas di negeri ini. Dalam Wikipedia, ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dalam negeri maupun luar negeri yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman adalah bagian dari risiko. Sedangkan risiko adalah buah pikir dari sebuah ancaman. Jenis Ancaman antara lain : Ancaman militer dan Ancaman non militer/nirmiliter. Sedang sasaran ancaman adalah negara, bangsa, pemerintah, masyarakat, individu dan wilayah. Kepentingan ancaman negara yaitu kedaulatan dan kemerdekaan negara, keutuhan wilayah, bangsa, persatuan bangsa, Nilai-nilai luhur bangsa, pemerintah, kebijaksanaan dan tindakan pemerintah, legitimasi pemerintah. Sasaran secara individu meliputi keamanan jiwa diri dan keluarga. Serta harta kekayaan. Ancaman juga bisa berupa ancaman masa depan berupa serangan simultan dari dalam dan atau didukung dari luar. Termasuk serangan multi arah melewati batas negara, serangan asimetri, serangan oleh negara kecil dan bukan negara, serangan jaringan teroris internasional, serangan terhadap sistem kehidupan masyarakat. Diantara salah satu konten jerat hukum atas tindak ancaman adalah Jika kita perhatikan maka secara sederhana kita bisa melihat potensi ancaman yang bisa memenuhi kategori defenisi sebagaimana disitir oleh Wikipedia hanyalah ancaman yang dilakukan oleh kekuatan negara besar atau kekuatan politik internasional yang mendominasi dan memainkan peran penting dalam peta percaturan politik internasional. Kecuali ancaman yang potensial terjadi sebagai wujud sebagian kecil saja dari pengertian ancaman secara menyeluruh. Sementara jerat hukum sebagaimana dijelaskan dalam UU ITE hanyalah untuk menjerat pidana ancaman oleh individu atau kelompok. Dan belum ada sebuah konstruksi hukum satupun yang mampu menjerat pidana ancaman yang dilakukan oleh negara atau kekuatan politik internasional semisal Multi National Corporation. Neoliberalis sebuah ancaman Terlepas dari perdebatan secara teori defenisi neo liberalis, secara faktual kebijakan neo liberalis nampak pada salah satunya skema SAP (Structural Adjustment Program/Program Penyesuaian Struktural) sebagai Letter Of Intents IMF yang dipaksakan pada pemerintah Indonesia. Skema SAP tersebut secara garis besar adalah : liberalisasi perdagangan, privatisasi/swastanisasi BUMN, penghapusan subsidi (BBM, listrik, pendidikan, kesehatan, telepon, dan lain- lain), dan restrukturisasi keuangan. Esensi liberalisasi perdagangan adalah dibukanya proteksi pasar domestik untuk perdagangan internasional. Di bidang investasi, sebagai syarat pencairan hutang, IMF merekomendasikan kepada pemerintah untuk: menghapus batasan kepemilikan saham 49 % bagi investor asing -kecuali perbankan–, menghapuskan larangan investasi pada sektor perkebunan, dan mencabut larangan investasi asing dalam perdagangan eceran (supermarket, mall, waralaba, dan sebagainya). Modal internasional pun akan leluasa mengeksploitasi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan menggusur pasar-pasar tradisional. Sedang swastanisasi BUMN pada hakekatnya adalah sebuah upaya sistemik pengalihan sektor pengelolaan strategis dari representasi negara (baca BUMN) kepada pemodal internasional seperti Multi Nasional Corporation. Pengalihan sektor pengelolaan strategis itu meliputi manajemen dan kepemilikan. Dan naifnya proses pengalihan itu dibangun menggunakan argumentasi penyesatan opini seperti bahwa "BUMN sarang korupsi" maupun "swasta lebih bisa mengelola". Penghapusan subsidi pada hakekatnya cuman sebagai retorika angka-angka. Sementara asumsi tujuan penghapusan subsidi dalam kacamata kebijakan neo liberal adalah bagaimana mengalihkan subsidi konsumtif kepada subsidi produktif. Subsidi publik dianggap pemborosan maka subsidi harus diarahkan kepada mekanisme pasar karena justru biaya yang akan ditanggung konsumen (rakyat) akan lebih murah. Termasuk subsidi sosial seperti pendidikan, kesehatan, energi dan kebutuhan dasar rakyat lainnya. Begitu propagandanya. Terakhir dari SAP adalah restrukturisasi keuangan yang pada intinya adalah rekapitalisasi perbankan dan penyelesaian hutang (hutang luar negeri pemerintah dan swasta, penyelesaian kredit-kredit macet domestik oleh BUMN-BUMN maupun oleh swasta). Rekapitalisasi perbankan dianggap sebagai faktor penting untuk menstabilkan perekonomian. Tidak masalah bagi IMF maupun pemerintah untuk mengcovernya sekalipun digunakan sebagai ladang subur bagi para bankir, pejabat BI maupun birokrasi. Kita bisa memahami kemudian bahwa 4 konten dalam Struktural Adjusment Program LOI IMF adalah infrastruktur ekonomi politik yang membuka jalan lapang interdependensi (ketergantungan) negara miskin seperti Indonesia terhadap negara adi daya AS. Dengan kata lain ancaman neo liberalisme melalui implementasi kebijakannya telah mewujud secara nyata. GATT, APEC, MEA 2015 dan terakhir KAA 2015 di Bandung dan Jakarta adalah forum-forum internasional yang dianggap sebagai sebuah keniscayaan tetapi sesungguhnya menjadi media yang memuluskan jalan liberalisasi perdagangan, pencabutan subsidi, swastanisasi BUMN dan restrukturisasi keuangan. Dan itulah yang dimaksud dengan neo imperialisme. Sebuah imperialisme gaya baru di bidang ekonomi politik melalui penguatan forum-forum internasional maupun legal of frame. Yang mengancam secara sistemik sebagaimana dijelaskan oleh Wikipedia di atas. Posisi ISIS sebagai simbol war on terrorism Pengelolaan isu ISIS sebagai simbol radikalisme dan terorisme memiliki peran strategis untuk mengaburkan arti ancaman sesungguhnya. Dan dalam kerangka peta pengaruh mempengaruhi maka kepentingan membuka jalan mudah untuk mengimplementasikan setidaknya 4 konten SAP LOI IMF adalah dengan jalan mengeleminasi segala bentuk perlawanan melalui treatment jebakan intelektual, politik maupun legislasi. Dengan kata lain pengarustamaan opini penanggulangan terorisme dan radikalisme melalui pintu ISIS berhadapan secara vis a vis dengan pengarustamaan opini Indonesia dalam ancaman Neo Liberalisme dan Neo Imperialisme. Karena sesungguhnya ISIS hanyalah tema antara untuk memberikan signal kepada siapa saja yang diidentifikasi sama secara intelektual maupun politik. Terutama kesamaan dalam konteks pemahaman terkait dengan simbol, ajaran maupun profil para pengembannya. Fenomena sertifikasi da'i, pemblokiran situs-situs islam, revisi UU Terorisme, sinergitas penanggulangan terorisme radikalisme, deradikalisasi, penangkapan terduga teroris jaringan ISIS, dan lain-lain adalah sebuah kerangka sistemik untuk memuluskan kepentingan sebenarnya di balik propaganda terorisme ISIS sebagai ancaman nasional. Apalagi kalau bukan kepentingan skenario global mengelola Indonesia sebagai negara strategis di antara dua samudra dan dua benua. Yang perairannya menjadi tempat 50 persen sirkulasi perdagangan internasional. Dan Selat Malakanya menjadi perairan yang menjadi lintasan pengangkutan minyak terbesar kedua setelah Selat Hormuz. Dimana ada Armada 7 AS yang senantiasa mengamankan dan mengendalikannya. Kekayaan flora, fauna, ragam budaya, sumber daya alam dan sumber daya manusianya yang melimpah. Lengkap sudah ancaman dilakukan secara komprehensif yang ditunjukkan dengan simbol-simbol antara lain : keberadaan Kedubes AS, latihan militer bersama, penyadapan intelijen, intervensi politik melalui pilpres, dan terakhir perayaan Independence AS di Losari Makassar secara outdoor seolah mengindikasikan berpindahnya barometer politik ekonomi di Indonesia. Dari Jakarta berpindah di Makassar. Mengingat nilai strategis Indonesia Timur sebagai titik konsentrasi eksplorasi eksploitasi sumber daya alam dan perdagangan. Cengkeraman bukan ancaman Melihat fenomena di atas hubungan posisi pembangunan opini penanggulangan terorisme radikalisme di satu sisi. Dengan kepentingan kekuatan ekonomi politik global di bawah komando AS yang dominan di sisi yang lain. Maka sesungguhnya Indonesia tidak lagi tepat dikatakan sebagai dalam ancaman. Karena istilah ancaman secara sederhana bahasa dipahami sebagai potensi yang akan membahayakan. Sementara neo liberalisme dan neo imperialisme dalam wujudnya sebagaimana yang telah dijelaskan sudah terjadi dan semakin menghegemoni. Maka Indonesia sesungguhnya bukan saja dalam ancaman Neo Liberalisme dan Neo Imperialisme melainkan Indonesia dalam Cengkeraman Neo Liberalisme dan Neo Imperialisme. Bagaimana keluar dari jerat cengkeraman ini ? Harus ada sebuah kekuatan besar yang berakar dari keyakinan umat akan datangnya kebangkitan melalui sebuah kekuatan negara yang memiliki kemampuan politik untuk menghadang sekaligus menghalanginya. Gabungan kekuatan pemikiran, politik dan militer yang terhimpun dari berbagai elemen umat untuk menghimpunnya. Berakar dari ajaran Islam yang memuat syariah, dakwah, jihad dan khilafah. Wallahu a'lam bis showab. (*/arrahmah.com) |
Buya Hamka: Ghirah dan tantangan terhadap Islam Posted: 21 Apr 2015 03:45 AM PDT Oleh Akmal Sjafril (Arrahmah.com) - Mungkin banyak yang sudah melupakan buku Ghirah dan Tantangan Terhadap Islam karya Buya Hamka. Buku itu memang tipis saja, nampak tidak sebanding dengan koleksi masif seperti Tafsir Al Azhar, namun tipisnya buku tidak identik dengan kurangnya isi, apalagi pendeknya visi. Sesuai judulnya, buku tersebut membahas masalah-masalah seputar ghirah dengan bercermin pada kasus-kasus yang terjadi di Indonesia. Meskipun buku ini diterbitkan pada awal tahun 1980-an, pada kenyataannya masih banyak pelajaran yang dapat kita ambil untuk dipraktekkan dalam kehidupan di masa kini. Buya Hamka memulai uraiannya dengan sebuah kasus yang dijumpainya di Medan pada tahun 1938. Seorang pemuda ditangkap karena membunuh seorang pemuda lain yang telah berbuat tidak senonoh dengan saudara perempuannya. Sang pemuda pembunuh itu pun dihukum 15 tahun penjara. Akan tetapi, tidak sebagaimana narapidana pada umumnya, sang pemuda menerima hukuman dengan kepala tegak, bahkan penuh kebanggaan. Menurutnya, 15 tahun di penjara karena membela kehormatan keluarga jauh lebih mulia daripada hidup bebas 15 tahun dalam keadaan membiarakan saudara perempuannya berbuat hina dengan orang. Dalam sejarah peradaban Indonesia, suku-suku lain pun memiliki semangat yang tidak kalah tingginya dalam menebus kehormatan. Menurut Hamka, bangsa-bangsa Barat sudah lama mengetahui sifat ini. Mereka telah berkali-kali dikejutkan dengan ringannya tangan orang Bugis untuk membunuh orang kalau kehormatannya disinggung. Demikian pula orang Madura, jika dipenjara karena membela kehormatan diri, setelah bebas dari penjara ia akan disambut oleh keluarganya, dibelikan pakaian baru dan sebagainya. Orang Melayu pun dikenal gagah perkasa kalau sampai harga dirinya disinggung. Bila malu telah ditebus, biasanya mereka akan menyerahkan diri pada polisi dan menerima hukuman yang dijatuhkan dengan baik. Di masa lalu, anak-anak perempuan di ranah Minang betul-betul dijaga. Para pemuda biasa tidur di surau untuk menjaga kampung, salah satunya untuk menjaga agar anak-anak gadis tidak terjerumus dalam perbuatan atau pergaulan yang menodai kehormatan kampung. Pergaulan antara lelaki dan perempuan dibolehkan, namun ada batas-batas tegas yang jangan sampai dilanggar. Kalau ada minat, boleh disampaikan langsung kepada orang tua. Di jaman Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. dulu pernah ada juga kejadian dahsyat yang berawal dari suatu peristiwa (yang mungkin dianggap) kecil saja. Seorang perempuan datang membawa perhiasannya ke seorang tukang sepuh Yahudi dari kalangan Bani Qainuqa'. Selagi tukang sepuh itu bekerja, ia duduk menunggu. Datanglah sekelompok orang Yahudi meminta perempuan itu membuka penutup mukanya, namun ia menolak. Tanpa sepengetahuanny a, si tukang sepuh diam-diam menyangkutkan pakaiannya, sehingga auratnya terbuka ketika ia berdiri. Jeritan sang Muslimah, yang dilatari oleh suara tawa orang-orang Yahudi tadi, terdengar oleh seorang pemuda Muslim. Sang pemuda dengan sigap membunuh si tukang sepuh, kemudian ia pun dibunuh oleh orang-orang Yahudi. Perbuatan yang mungkin pada awalnya dianggap sebagai candaan saja, dianggap sebagai sebuah insiden serius oleh kaum Muslimin. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. pun langsung memerintahkan pengepungan kepada Bani Qainuqa' sampai mereka menyerah dan semuanya diusir dari kota Madinah. Itulah ghirah, yang diterjemahkan oleh Buya Hamka sebagai "kecemburuan". Penjajahan kolonial di Indonesia membawa masuk pengaruh Barat dalam pergaulan muda-mudi bangsa Indonesia. Pergaulan lelaki dan perempuan menjadi semakin bebas, sejalan dengan masifnya serbuan film-film Barat. Batas aurat semakin berkurang, sedangkan kaum perempuan bebas bekerja di kantor-kantor. Demi karir, mereka rela diwajibkan berpakaian minim, sedangkan keluarganya pun merasa terhormat jika mereka punya karir, tidak peduli bagaimana caranya. Tidak ada yang boleh marah melihat anak perempuannya digandeng pemuda yang entah dari mana datangnya. Suami harus lapang dada kalau istrinya pergi bekerja dengan standar berpakaian yang jauh dari syariat, karena itulah yang disebut "tuntutan pekerjaan". Sesungguhnya ghirah itu merupakan bagian dari ajaran agama. Pemuda Muslim yang membela saudarinya dari gangguan orang-orang Yahudi Bani Qainuqa' menjawab jerit tangisnya karena adanya ikatan aqidah yang begitu kuat. Menghina seorang Muslimah sama dengan merendahkan umat Islam secara keseluruhan. Ghirah adalah konsekuensi iman itu sendiri. Orang yang beriman akan tersinggung jika agamanya dihina, bahkan agamanya itu akan didahulukan daripada keselamatan dirinya sendiri. Bangsa-bangsa penjajah pun telah mengerti tabiat umat Islam yang semacam ini. Perlahan-lahan, dikulitinyalah ghirah umat. Jika rasa cemburunya sudah lenyap, sirnalah perlawanannya. Buya Hamka mengkritik keras umat Muslim yang memuji-muji Mahatma Gandhi tanpa pengetahuan yang memadai. Gandhi memang dikenal luas sebagai tokoh perdamaian yang menganjurkan sikap saling menghormati di antara umat beragama, bahkan ia pernah mengatakan bahwa semua agama dihormati sebagaimana agamanya sendiri. Pada kenyataannya, Gandhi berkali-kali membujuk orang-orang dekatnya yang telah beralih kepada agama Islam agar kembali memeluk agama Hindu. Kalau tidak dituruti keinginannya, Gandhi rela mogok makan. Itulah sikap sejatinya, yang begitu cemburu pada Islam, sehingga tidak menginginkan Islam bangkit, apalagi memperoleh kemerdekaan dengan berdirinya negara Pakistan. Dua dasawarsa lebih berlalu dari wafatnya Hamka, nyatalah bahwa hilangnya ghirah adalah salah satu masalah terbesar yang menggerogoti umat Islam di Indonesia. Sekarang, orang tua pun rela menyokong habis-habisan anak perempuannya untuk menjadi mangsa dunia hiburan. Para ibu mendampingi putri-putrinya mendaftarkan diri di kontes-kontes model dan kecantikan , yang sebenarnya hanya nama samaran dari kontes mengobral aurat. Kalau kepada putri sendiri sudah lenyap kepeduliannya, kepada agamanya pun begitu. Makanan fast food dikejar karena prestise, tak peduli keuntungannya melayang ke Israel untuk dibelikan sebutir peluru yang akhirnya bersarang di kepala seorang bayi di Palestina. Kalau dulu seluruh kekuatan militer umat Islam dikerahkan untuk mengepung Bani Qainuqa' hanya karena satu Muslimah dihina oleh tukang sepuh, maka kini jutaan perempuan Muslimah diperkosa, jutaan kepala bayi diremukkan dan jutaan pemuda dibunuh, namun tak ada satu angkatan bersenjata pun yang datang menolong. Luar biasa generasi anak-cucu Buya Hamka, karena mereka telah benar-benar mati rasa dengan agamanya sendiri. Ketika anak-anak muda dibombardir dengan pornografi, maka umatlah yang dipaksa diam dengan alasan kebebasan berekspresi. Tari-tarian erotis digelar sampai ke kampung-kampung yang penduduknya tak punya cukup nasi di dapurnya, hingga yang terpikir oleh mereka hanya jalan-jalan yang serba pintas. Ramai orang mengaku nabi, sementara para pemuka masyarakat justru menyuruh umat Islam untuk berlapang dada saja. Padahal yang mengaku-ngaku nabi ini ajarannya tidak jauh berbeda: syariat direndahkan, kewajiban-kewaj iban dihapuskan, para pengikut disuruh mengumpulkan uang tanpa peduli caranya, orang lain dikafirkan, bahkan para pengikutnya yang perempuan disuruh memberikan kehormatannya pada sang nabi palsu. Atas nama Hak Asasi Manusia, umat disuruh rela berbagi nama Islam dengan para pemuja syahwat. Atas nama toleransi, dulu umat Islam digugat karena penjelasan untuk Surah Al-Ikhlash dalam buku pelajaran agama Islam dianggap melecehkan doktrin trinitas. Kini, atas nama pluralisme, umat Islam dipaksa untuk mengakui bahwa semua agama itu sama-sama baik, sama-sama benar, dan semua bisa masuk surga melalui agamanya masing-masing. Maka pantaslah bagi kita untuk merenungkan kembali pesan Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar ketika menjelaskan makna dari ayat ke-9 dalam Surah Al-Mumtahanah: ...orang yang mengaku dirinya seorang Islam tetapi dia berkata; "Bagi saya segala agama itu adalah sama saja, karena sama-sama baik tujuannya." Orang yang berkata begini nyatalah bahwa tidak ada agama yang mengisi hatinya. Kalau dia mengatakan dirinya Islam, maka perkataannya itu tidak sesuai dengan kenyataannya. Karena bagi orang Islam sejati, agama yang sebenarnya itu hanya Islam. "Kecemburuan adalah konsekuensi logis dari cinta. Tak ada cemburu, mustahil ada cinta." Dan apabila Ghirah telah tak ada lagi, ucapkanlah takbir empat kali ke dalam tubuh ummat Islam itu. Kocongkan kain kafannya lalu masukkan ke dalam keranda dan hantarkan ke kuburan. (Buya Hamka)
(adibahasan/islamedia/arrahmah.com) |
Orientalis: "Israel" resah, kelompok Islam ada di puncak kekuasaan Pakistan Posted: 21 Apr 2015 02:39 AM PDT TEL AVIV (Arrahmah.com) - Beberapa analis mengatakan bahwa, pasca naiknya kelompok Islam ke puncak kekuasaan di Pakistan, Israel mengalami ketakutan secara diam-diam. Media-media Israel mengungkap fakta keresahan Israel itu ke publik, sebagaimana dilansir IP, Senin (20/4/2015). Orientalis "Israel", Evirem Harari meminta semua penentu kebijakan di internal Israel untuk melalukan kampanye propaganda di seluruh dunia untuk memperingatkan bahaya jatuhnya Pakistan ke pangkuan kelompok Islam. Demikian perntaan orang "dekat" dengan "kantor PM Benjamen Netenyahu itu", dikutip dari koran Yesrael Hayom, Ahad (19/4). di , orientalis Israel , Harari menilai naiknya kelompok Islam ke puncak kekuasaan Pakistan yang jumlah penduduknya mencapai 190 juta merupakan mimpi buruk bagi zionis penjajah itu. Ia mengklaim Laskar Thaibah yang membidik titik pariwisata milik yahudi di India tahun 2008 -dan mereka memiliki kaitan dengan Prof. Abdul Qadir Khan- disebut sebagai "bapak bom nuklir" Pakistan. Ia juga mengklaim bahwa Partai Laskar Thaibah didukung oleh badan keamanan Pakistan. Harari menyampaikan kemarahannya kepada pemerintah Pakistan setelah keputusan pembebasan Zaki Rahman Ukhowi. Ia adalah pimpinan Laskar Taibah yang dituding India sebagai otak di balik serentetan serangan terhadap pariwisata milik Yahudi di India pada November 2008. Serangan itu menewaskan enam pelajar sekolah agama Yahudi. Harari juga menuding Pakistan meresmikan sistem pendidikan berdasarkan nilai-nilai anti Semit dan memusuhi Yahudi dan pemerintah Pakistan juga mendukung sejumlah Jamaah Jihad yang terang-terangan membenci Yahudi. Pakistan dinilai memberikan perlindungan kepada Tandzim Al-Qaidah, dimana rumah Usamah bin Laden sendiri berdekatan dengan pangkalan militer Pakistan. Isolasi Pakistan Majalah "Israel" Defense mengungkap bahwa ambisi mengisolasi Pakistan adalah salah satu faktor yang mendorong "Israel" membangun hubungan kuat dengan India. Majalah ini menegaskan, ada ambisi India dan Tel Aviv untuk menghadapi bahaya dan ancaman jamaah-jamaah Jihadiah yang beroperasi di dalam Pakistan karena ia dianggap berbahaya bagi keamanan nasional bagi "Israel" dan India. Majalah ini mengutip pernyataan peneliti utama di badan intelijen zionis, Ravel Ovek bahwa "Israel" dan India memilik kepentingan mengawasi situasi Pakistan yang dianggap kedua pihak ("Israel" dan India) sebagai pelindung tumbuhnya kelompok Jihadis Sunni. Dia menyatakan, India berkepentingan mengambil pengalaman dari "Israel" dalam perang melawan kelompok Islam sementara "Israel" berkepentingan mengawasi kelompok Islam di Pakistan. Sejak 2006, jamaah jihad itu dianggap sebagai sumber ancaman bagi India. Ovek menilai, "Israel" melihat bahaya besar jika negara Islam Pakistan akan mengembangkan senjata nuklir yang bisa jadi juga akan mengimpor senjata itu ke negara Islam lainnya, terutama negara yang terlibat konflik dengan "Israel" (adibahasan/arrahmah.com) |
Pesantren Sidogiri bongkar pemikiran menyimpang Ulama Metro TV Quraish Shihab dengan buku Posted: 21 Apr 2015 12:26 AM PDT SIDOGIRI (Arrahmah.com) - Jauh sebelum orang-orang ramai meributkan ketidakberesan pemikiran ulama Metro TV Prof. Dr. Quraish Shihab di kalangan liberal di Indonesia, secara jamak diketahui beliau sebagai seorang yang bermasalah. Demikian dikutip NU Garis Lurus, dari analisa Pesantren Sidogiri, Ahad (19/4/2015). Jilbab tidak wajib dan tidak ada jaminan Rasulullah SAW masuk surga hanyalah dua hal kontroversi Dr. Quraish Shihab yang mengemuka ke publik. Terakhir, dalam kajian tafsir di Metro TV, dia bahkan membolehkan "ucapan selamat natal".
Sepanjang sejarah, Quraish Shihab (QS) pernah menulis buku, "Sunnah -Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah?" Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Lentera Hati pada Maret 2007. Di antara yang ditegaskan QS di buku ini bahwa perbedaan sunni dan syi'ah bukan pada ushul. QS juga menyanggah keberadaan Abdullah bin Saba'. Dia menyebut Abdullah bin Saba' sebagai tokoh fiktif. Dalam buku ini QS juga ingin mendegradasi posisi Abu Hurairah RA sebagai sahabat Rasulullah SAW yang paling banyak meriwayatkan hadis. Menanggapi buku tersebut, teman-teman santri Pondok Pesantren Sidogiri menulis buku bantahan berjudul, "Mungkinkah Sunnah Syiah Bersatu Dalam Ukhuwah?" Sontak, semua pembelaan Quraish Shihab terhadap Syiah telah dimentahkan santri-santri Sidogiri melalui buku ini.
Terkait Syihab sebagai syiah dari Jakarta, Pesantren Sidogiri mengakui bahwa, QS mengirim pesan ketidaksukaannya terhadap buku yang telah membantah buku pro-syiahnya. "Santri (pelajar) gitu loh, membantah bukunya profesor." Dari pelosok Pasuruan, teman-teman Sidogiri pun merespon, "Kalau memang sanggahan kami ada yang perlu disanggah balik, silakan saja. Atau mari kita ketemu, kita duduk dalam satu majelis, kita bedah bareng buku kita masing-masing!" Namun ajakan para santri ini sampai sekarang belum dipenuhi oleh Sang Profesor. Pada Haul Habib Muhanmas bin Salim al Aththas di Masjid Baalawi, Singapura, Quraish Shihab pernah berceramah. Dalam ceramahnya, beliau mengkritisi kitab maulid, Diba'. Tepatnya pada bait: "Mauliduhu bi Makkah, wa hijratuhu bil Madinah wa shulthonuhu bis-Syam." Salah seorang yang hadir ketika itu adalah Habib Umar bin Muhsin Al Aththas, Lawang. Habib Umar sebenarnya bermaksud mendebat QS. Namun Habib Hasan Al Aththas sebagai tuan rumah mencegah beliau. Berikut pengakuan Dr. Adian Husaini terhadap Buku Pesantren Sidogiri Di tengah malasnya tradisi ilmiah, buku terbitan Pesantren Sidogiri tentang "ukhuwah" Sunni-Syiah patut diacungi jempol.Belum lama ini saya menerima kiriman berupa sebuah buku terbitan Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur. Judulnya cukup panjang: "Mungkinkah Sunnah-Syiah dalam Ukhuwah? Jawaban atas Buku Dr. Quraish Shihab (Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah?)" Penulisnya adalah Tim Penulis Buku Pustaka Sidogiri, Pondok Pesantren Sidogiri, yang dipimpin seorang anak muda bernama Ahmad Qusyairi Ismail. Membaca buku ini halaman demi halaman, muncul rasa syukur yang sangat mendalam. Bahwa, dari sebuah pesantren yang berlokasi di pelosok Jawa Timur, terlahir sebuah buku ilmiah yang bermutu tinggi, yang kualitas ilmiahnya mampu menandingi buku karya Prof. Dr. Quraish Shihab yang dikritik oleh buku ini. Buku dari Pesantren Sidogiri ini terbilang cukup cepat terbitnya. Cetakan pertamanya keluar pada September 2007. Padahal, cetakan pertama buku Quraish Shihab terbit pada Maret 2007. Mengingat banyaknya rujukan primer yang dikutip dalam buku ini, kita patut mengacungi jempol untuk para penulis dari Pesantren tersebut. Salah satu kesimpulan Quraish Shihab dalam bukunya ialah, bahwa Sunni dan Syiah adalah dua mazhab yang berbeda. "Kesamaan-kesamaan yang terdapat pada kedua mazhab ini berlipat ganda dibandingkan dengan perbedaan-perbedaan dan sebab-sebabnya. Perbedaan antara kedua mazhab – dimana pun ditemukan – adalah perbedaan cara pandang dan penafsiran, bukan perbedaan dalam ushul (prinsip-prinsip dasar) keimanan, tidak juga dan Rukun-rukun Islam." (Cetakan II, hal. 265). Berbeda dengan Quraish Shihab, pada bagian sampul belakang buku terbitan Pesantren Sidogiri, dikutip sambutan KH. A. Nawawi Abdul Djalil, pengasuh Pesantren Sidogiri yang menegaskan: "Mungkin saja, Syiah tidak akan pernah habis sampai hari kiamat dan menjadi tantangan utama akidah Ahlusunnah. Oleh karena itu, kajian sungguh-sungguh yang dilakukan anak-anak muda seperti ananda Qusyairi dan kawan-kawannya ini, menurut saya merupakan langkah penting untuk membendung pengaruh aliran sesat semacam Syiah." Berikut ini kita kutip sebagian kritik dari Pesantren Sidogiri terhadap Quraish Shihab (selanjutnya Quraish Shihab disingkat "QS" dan Pondok Pesantren Sidogiri disingkat "PPS"). Kutipan dan pendapat QS dan PPS diambil dari buku mereka masing-masing. 1. Tentang Abdullah bin Saba'. QS: "Ia adalah tokoh fiktif yang diciptakan para anti-Syiah. Ia (Abdullah bin Saba') adalah sosok yang tidak pernah wujud dalam kenyataan. Thaha Husain – ilmuwan kenamaan Mesir – adalah salah seorang yang menegaskan ketiadaan Ibnu Saba' itu dan bahwa ia adalah hasil rekayasa musuh-musuh Syiah." (hal. 65). PPS: Bukan hanya sejarawan Sunni yang mengakui kebaradaan Abdullah bin Saba'. Sejumlah tokoh Syiah yang diakui ke-tsiqah-annya oleh kaum Syiah juga mengakui kebaradaan Abdullah bin Saba'. Sa'ad al-Qummi, pakar fiqih Syiah abad ke-3, misalnya, malah menyebutkan dengan rinci para pengikut Abdullah bin Saba', yang dikenal dengan sekte Saba'iyah. Dalam bukunya, al-Maqalat wa al-Firaq, (hal. 20), al-Qummi menyebutkan, bahwa Abdullah bin Saba' adalah orang memunculkan ide untuk mencintai Sayyidina Ali secara berlebihan dan mencaci maki para sahabat Nabi lainnya, khususnya Abu Bakar, Umar, dan Utsman r.a. Kisah tentang Abdullah bin Saba' juga dikutip oleh guru besar Syiah, An-Nukhbati dan al-Kasyi, yang menyatakan, bahwa, para pakar ilmu menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba' adalah orang Yahudi yang kemudian masuk Islam. Atas dasar keyahudiannya, ia menggambarkan Ali r.a. setelah wafatnya Rasulullah saw sebagai Yusya' bin Nun yang mendapatkan wasiat dari Nabi Musa a.s. Kisah Abdullah bin Saba' juga ditulis oleh Ibn Khaldun dalam bukunya, Tarikh Ibn Khaldun. (hal. 44-46). 2. Tentang hadits Nabi saw dan Abu Hurairah r.a.: QS: "Karena itu, harus diakui bahwa semakin banyak riwayat yang disampaikan seseorang, semakin besar potensi kesalahannya dan karena itu pula kehati-hatian menerima riwayat-riwayat dari Abu Hurairah merupakan satu keharusan. Disamping itu semua, harus diakui juga bahwa tingkat kecerdasan dan kemampuan ilmiah, demikian juga pengenalan Abu Hurairah r.a. menyangkut Nabi saw berada di bawah kemampuan sahabat-sahabat besar Nabi saw, atau istri Nabi, Aisyah r.a." (hal. 160). QS: "Ulama-ulama Syiah juga berkecil hati karena sementara pakar hadits Ahlusunnah tidak meriwayatkan dari imam-imam mereka. Imam Bukhari, misalnya, tidak meriwayatkan satu hadits pun dari Ja'far ash-Shadiq, Imam ke-6 Syiah Imamiyah, padahal hadits-haditsnya cukup banyak diriwayatkan oleh kelompok Syiah." (hal. 150). PPS: "Sejatinya, melancarkan suara-suara miring terhadap sahabat pemuka hadits sekaliber Abu Hurairah r.a. dengan menggunakan pendekatan apa pun, tidak akan pernah bisa meruntuhkan reputasi dan kebesaran beliau, sebab sudah pasti akan bertentangan dengan dalil-dalil hadits, pengakuan para pemuka sahabat dan pemuka ulama serta realitas sejarah. Jawaban untuk secuil sentilan terhadap Abu Hurairah r.a. sejatinya telah dilakukan oleh para ulama secara ilmiah dan rasional. Banyak buku-buku yang ditulis oleh para ulama khusus untuk membantah tudingan miring terhadap sahabat senior Nabi saw tersebut, diantaranya adalah al-Burhan fi Tabri'at Abi Hurairah min al-Buhtan yang ditulis oleh Abdullah bin Abdul Aziz bin Ali an-Nash, Dr. Al-A'zhami dalam Abu Hurairah fi Dhau'i Marwiyatih, Muhammad Abu Shuhbah dalam Abu Hurairah fi al-Mizan, Muhammad ?Ajjaj al-Khatib dengan bukunya Abu Hurairah Riwayat al-Islam dan lain-lain." Dalam Bidayah wa an-Nihayah, Ibn Katsir mengatakan, bahwa Abu Hurairah r.a. merupakan sahabat yang paling kuat hafalannya, kendati beliau bukan yang paling utama. Imam Syafii juga menyatakan, "Abu Hurairah r.a. adalah orang yang memiliki hafalan paling cemarlang dalam meriwayatkan hadits pada masanya." (hal. 320-322). Karena kuatnya bukti-bukti keutamaan Abu Hurairah, maka PPS menegaskan: "Dengan demikian, maka keagungan, ketekunan, kecerdasan dan daya ingat Abu Hurairah tidak perlu disangsikan, dan karena itulah posisi beliau di bidang hadits demikian tinggi tak tertandingi. Yang perlu disangsikan justru kesangsian terhadap Abu Hurairah r.a. seperti ditulis Dr. Quraish Shihab: "Karena itu, harus diakui bahwa semakin banyak riwayat yang disampaikan seseorang, semakin besar potensi kesalahannya dan karena itu pula kehati-hatian menerima riwayat-riwayat dari Abu Hurairah merupakan satu keharusan." (hal. 322). "Pernyataan seperti yang dilontarkan oleh Dr. Quraish Shihab tersebut sebetulnya hanya muncul dari asumsi-asumsi tanpa dasar dan tidak memiliki landasan ilmiah sama sekali. Sebab jelas sekali jika beliau telah mengabaikan dalil-dalil tentang keutamaan Abu Hurairah dalam hadits-hadits Nabi saw, data-data sejarah dan penelitian sekaligus penilaian ulama yang mumpuni di bidangnya (hadits dan sejarah). Kekurangcakapan Dr. Quraish Shihab di bidang hadits semakin tampak, ketika beliau justru menjadikan buku Mahmud Abu Rayyah, Adhwa' ?ala Sunnah Muhammadiyah, sebagai rujukan dalam upaya menurunkan reputasi Abu Hurairah r.a. Padahal, semua pakar hadits kontemporer paham betul akan status dan pemikiran Abu Rayyah dalam hadits." (hal. 322-323). Tentang banyaknya hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah r.a., Dr. al-A'zhami melakukan penelitian, bahwa jumlah 5.000 hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah adalah jika dihitung hadits yang substansinya diulang-ulang. Jika penghitungan dilakukan dengan mengabaikan hadits-hadits yang diulang-ulang substansinya, maka hadits dari Abu Hurairah yang ada dalam Musnad dan Kutub as-Sittah tinggal 1336 saja. "Nah, kadar ini, kata Ali as-Salus, bisa dihafal oleh pelajar yang tidak terlalu cerdas dalam waktu kurang dari satu tahun. Bagaimana dengan Abu Hurairah, yang merupakan bagian dari mu'jizat kenabian?" (hal. 324). Memang dalam pandangan Syiah, seperti dijelaskan oleh Muhammad Husain Kasyif al-Ghitha' (tokoh Syiah kontemporer yang menjadi salah satu rujukan kaum Syiah masa kini), yang juga dikutip oleh QS: "Syiah tidak menerima hadits-hadits Nabi saw kecuali yang dianggap sah dari jalur Ahlul bait. Sementara hadits-hadits yang diriwayatkan oleh para perawi semacam Abu Hurairah, Samurah bin Jundub, Amr bin Ash dan sesamanya, maka dalam pandangan Syiah Imamiyah, mereka tidak memiliki nilai walau senilai nyamuk sekalipun." (hal. 313). PPS juga menjawab tuduhan bahwa Ahlusunnah diskriminatif, karena tidak mau meriwayatkan hadits dari Imam-imam Syiah. Pernyataan semacam itu hanyalah suatu prasangka belaka dan tidak didasari penelitian ilmiah apa pun. Dalam kitab-kitab Ahlusunnah, riwayat-riwayat Ahlul Bait begitu melimpah. Imam Bukhari memang tidak meriwayatkan hadits dari Imam Ja'far ash-Shadiq, dengan berbagai alasan, terutama karena banyaknya hadits palsu yang disandarkan kaum Syiah kepada Ja'far ash-Shadiq. Bukan karena Imam Bukhari membencinya. Bukhari juga tidak meriwayatkan hadits dari Imam Syafii dan Ahmad bin Hanbal, bukan karena beliau membenci mereka. (hal. 324-330). 3. Tentang pengkafiran Ahlusunnah: QS: "Apa yang dikemukakan di atas sejalan dengan kenyataan yang terlihat, antara lain di Makkah dan Madinah, di mana sekian banyak penganut aliran Syiah Imamiyah yang shalat mengikuti shalat wajib yang dipimpin oleh Imam yang menganut mazhab Sunni yang tentunya tidak mempercayai imamah versi Syiah itu. Seandainya mereka menilai orang-orang yang memimpin shalat itu kafir, maka tentu saja shalat mereka tidak sah dan tidak juga wajar imam itu mereka ikuti." (hal. 120). PPS: "Memperhatikan tulisan Dr. Quraish Shihab di atas, seakan-akan Syiah yang sesungguhnya memang seperti apa yang digambarkannya (tidak menganggap Ahlusunnah kafir dan najis). Akan tetapi siapa mengira bahwa faktanya tidak seperti penggambaran Dr. Quraish Shihab? Jika kita merujuk langsung pada fatwa-fatwa ulama Syiah, maka akan tampak bahwa sebetulnya Dr. Quraish Shihab hendak mengelabui pemahaman umat Islam akan hakikat Syiah. Bahwa sejatinya, Syiah tetap Syiah. Apa yang mereka yakini hari ini tidak berbeda dengan keyakinan para pendahulu mereka. Dalam banyak literatur Syiah dikemukakan, bahwa orang-orang Syiah yang shalat di belakang (menjadi makmum) imam Sunni tetap dihukumi batal, kecuali dengan menerapkan konsep taqiyyah… "Suatu ketika, tokoh Syiah terkemuka, Muhammad al-Uzhma Husain Fadhlullah, dalam al-Masa'il Fiqhiyyah, ditanya: "Bolehkah kami (Syiah) shalat bermakmum kepada imam yang berbeda mazhab dengan kami, dengan memperhatikan perbedaa-perbedaan di sebagian hukum antar shalat kita dan shalat mereka?" Muhammad Husain Fadhlullah menjawab: "Boleh, asalkan dengan menggunakan taqiyyah." (348-349). Seorang dai Syiah, Muhammad Tijani, mengungkapkan, bahwa "Mereka (orang-orang Syiah) seringkali shalat bersama Ahlusunnah wal Jama'ah dengan menggunakan taqiyyah dan bergegas menyelesaikan shalatnya. Dan barangkali kebanyakan mereka mengulangi shalatnya ketika pulang." (hal. 350-351). Banyak sekali buku-buku referensi utama kaum Syiah yang dirujuk dalam buku terbitan PPS ini. Karena itu, mereka juga menolak pernyataan Dr. Quraish Shihab bahwa yang mengkafirkan Ahlusunnah hanyalah pernyataan orang awam kaum Syiah. PPS juga mengimbau agar umat Islam berhati-hati dalam menerima wacana "Persatuan umat Islam" dari kaum Syiah. Sebab, mereka yang mengusung persatuan, ternyata dalam kajiannya justru memojokkan Ahlusunnah dan memposisikannya di posisi zalim, sementara Syiah diposisikan sebagai "yang terzalimi". Buku terbitan PPS ini memang banyak memuat fakta dan data tentang ajaran Syiah, baik klasik maupun kontemporer. Terhadap Imam mazhab yang empat, misalnya, dikutip pendapat dalam Kitab Kadzdzabu ?ala as-Syiah, "Andai para dai Islam dan Sunnah mencintai Ahlul Bait, niscaya mereka mengikuti jejak langkah Ahlul Bait dan tidak akan mengambil hokum-hukum agama mereka dari para penyeleweng, seperti Abu Hanifah, asy-Syafii, Imam Malik dan Ibnu Hanbal." (hal. 366). Terlepas dari fakta tentang Syiah dan kritik terhadap Quraish Shihab, terbitnya buku ini telah menjadi momen penting bagi PPS untuk turut berkiprah dalam peningkatan khazanah keilmuan Islam di Indonesia. PPS memang telah didirikan pada tahun 1745. Jadi, usianya kini telah mencapai lebih dari 260 tahun. Jumlah muridnya kini lebih dari 5000 orang. Sejumlah prestasi ilmiah tingkat nasional juga pernah diraihnya. Diantaranya, pada Ramadhan 1425 H, PPS berhasil meraih juara I dan III lomba karya ilmiah berbahasa Arab yang diselenggarakan oleh Depdiknas RI. Dalam Jurnal Laporan Tahunan 1425/1426 H, disebutkan bahwa PPS juga cukup sering mendapat kunjungan tamu-tamu dari luar negeri. Termasuk dari kedutaan Australia dan Amerika Serikat. Mereka selalu menerima tamunya dengan baik. Tetapi, dengan sangat berhati-hati, selama ini, PPS senantiasa menolak dana bantuan dan hibah dari Australia dan Amerika. PPS juga termasuk salah satu pesantren di Jawa Timur yang sangat gigih dalam melawan penyebaran paham Liberal. Ditulis dalam Laporan Tahunan tersebut: "Tahun ini, PPS menggerakkan piranti dunia maya untuk melestarikan dan menyelamatkan ajaran Ahlusunnah dari serbuan berbagai aliran sesat. Di website www.sidogiri.com secara khusus disediakan rubrik "Islam Kontra Liberal". Rubrik ini digunakan oleh Pondok Pesantren Sidogiri untuk meng-counter wacana-wacana pendangkalan akidah yang ramai berkembang saat ini. Liberalisme, humanisme, rasionalisme, pluralisme, feminisme, sekularisme, dekonstruksi syariah dan paham-paham destruktif modern lainnya, menjadi bidikan yang terus ditangkal dengan wacana-wacana salaf yang dipegang Pondok Pesantren Sidogiri." Kita berdoa, mudah-mudahan akan terus lahir karya-karya ilmiah yang bermutu tinggi dari PPS. Begitu juga dari berbagai pesantren lainnya. Maka buku dengan judul "Mungkinkah Sunnah Syiah dalam Ukhuwah?" tak ada maksud lain dihadirkan QS, selain sebagai upaya mendudukkan dua faham yang memang berbeda ini (Sunni-Syiah) secara proporsional. Menegaskan perbedaan, tidak berarti menutup ruang untuk saling menghormati dan bertoleransi. Justru adalah absurd, jika mimpi persatuan itu diharapkan muncul dari ranah yang memang berhadap-hadapan secara diametral. Ajakan untuk menjalin ukhuwah adalah baik, namun jika harus mengorbankan akidah, maka itu akan menjadi musibah. Mari kita bangun ukhuwah, dengan tanpa mengormankan akidah. (adibahasan/arrahmah.com) |
Buldoser "Israel" hancurkan rumah-rumah warga Palestina di desa Badui Posted: 20 Apr 2015 11:17 PM PDT NEGEV (Arrahmah.com) - Buldoser "Israel" kembali menghancurkan rumah-rumah milik warga Palestina di desa Badui, desa al- Araqib yang berlokasi di Negev untuk ke-83 kalinya, di samping penghancuran sebuah rumah di desa Atir, ujar aktivis lokal. Buldoser juga menghancurkan lahan di al-Khader, selatan Bethlehem. Polisi "Israel" dilaporkan memberlakukan blokade di Al-Araqib sebelum melaksanakan penghancuran, seperti dilansir IMEMC pada Senin (21/4/2015). Aktivis setempat, Aziz Siyah Abu Mdeighem mengatakan kepada kantor berita Ma'an: "Mereka tersenyum kepada kami setelah mereka menghancurkan rumah kami dan mengejek, 'bagaimana kabarmu?'" "Sangat tidak sopan bagi warga Palestina," ujarnya. "Kami akan terus tinggal di sini bahkan jika mereka menghancurkan al- Araqib 100 kali." Sementara itu di Atir, utara Hura di Negev, buldoser yang dikawal oleh polisi Zionis menghancurkan sebuah rumah di mana sebuah keluarga berjumlah 12 orang tinggal. Ibrahim al-Afinsh yang memiliki rumah tersebut mengatakan orang-orang Atir dan Negev tidak akan pernah menyerahkan hak mereka atas tanah mereka. Aktivis Abu Mdeighem menyeru "Israel" untuk menghormati hukum karena mereka mengklaim negara mereka demokratis. Aktivis mengatakan bahwa pembongkaran di al-Araqib terus berlangsung, bahkan setelah Pengadilan Tinggi "Israel" memutuskan bahwa tanah al-Araqib itu bukan milik negara. Dia menambahkan bahwa pemerintah Zionis setempat yang membantah keputusan itu telah mengajukan gugatan menuntut pengadilan untuk memerintahkan penduduk al-Araqib untuk membayar denda harian sebesar 5.000 shekel. Abu Mdeighem menambahkan: "Israel merayakan kemerdekaannya dengan menghancurkan rumah-rumah kami," mengacu kepada "hari kemerdekaan" yang "Israel" rayakan pada 23 April tahun ini berdasarkan kalender Ibrani.(haninmazaya/arrahmah.com) |
Waspada tipuan Syiah Iran, Khomeini ternyata beragama Sikh Posted: 20 Apr 2015 09:00 PM PDT JAKARTA (Arrahmah.com)- Banyak kalangan percaya bahwa Khomeini seorang Ahlul Bait. "Jangan percayai itu. Dia merupakan orang asli India keturunan kaum beragama Sikh." Demikian tegas Ustadz Muhammad Abdurrahman Al Amiry pada situs resminya, alamiry.net, Senin (20/4/2015). Anda penasaran? Mari kita singkap tabir hakikat Khomeini sebenarnya. Apa asal agamanya? Hal apa lagi yang belum diketahui Muslimin tentangnya? Keluarga sikh Khomeini Ayah Khomeini berasal dari selatan negara India yang menganut agama sikh dan ibunya adalah anak dari seorang imam di tempat peribadatan agama sikh di Kasmir. Apa sikhisme itu? Sikhisme (bahasa Punjabi: ਸਿੱਖੀ) adalah salah satu agama besar di dunia yang bertolak belakang dengan islam. Agama ini berkembang terutamanya pada abad ke-16 dan 17 di India. Kata Sikhisme berasal dari kata Sikh, yang berarti "murid" atau "pelajar". Selebihnya bisa melihatnya disini. Dan tentunya, kita tidak sembarang ucap, bahwa dia asalnya dari kaum penganut agama sikh di India. Itu diakui sendiri oleh Ulama syi'ah Musa Al-Musawi. Dia mengatakan pada kitabnya Al-Jumhuriyyah Ats-Tsaniyah: حيث قدم جده من الهند قبل 120سنة وسكن قرية خمين في إيران. ووالده هو مصطفي ابن احمد وكان يدعى سينكا، ولد سنة 1842 في كشمير من أسرة سيخية ثرية وكان والد سينكا تاجر خمر وعلى علاقة ودية بالإنجليز ،ولما تعرف على فتاة مسلمة تدعى طاهرة وهي ابنة أحد التجار المسلمين قرر اعتناق الدين الإسلامي للزواج منها فهدده أهله بالقتل ففر مع طاهرة من كشمير إلى مدينة لكفؤ ،وأسلم سينكا على يد سيد حامد حسين مؤلف كتاب عبقات الأنوار.وحفيد عم الخميني يسمى ودا ويعيش بالقرب من مدينة سريناجار عاصمة كشمير ،وهو مسؤول عن معابد السيخ هناك . وهذه المعلومات استقاها المؤلف من علماء الشـيعة في كشمير "Kakek Khomaeni datang dari India sebelum 120 tahun yang lalu. Dan dia tinggal di kota Khumain di Iran. Dan ayahnya adalah Musthafa bin Ahmad dan dikenal sebagai "Singh" lahir tahun 1842 di Kashmir dari keluarga penganut agama sikh. Dan ayah Singh adalah penjual Khamr dan memiliki hubungan hangat dengan Inggris. Dan setelah dia mengenal seorang wanita muslimah yang bernama Thahirah dan dia adalah anak dari pedagang muslimin, maka dia menetapkan untuk memeluk agama islam agar dapat menikah dengan wanita tersebut. Maka keluarganya mengancam untuk membunuhnya. Maka dia kabur bersama Thahirah dari Kashmir ke kota lokfo. Dan Singh masuk islam di tangan Sayyid Hamid Husain penulis Kitab 'Aqabat Al-Anwar. Dan cucu dari pamannya Khomaeni bernama Wud dan dia tinggal di dekat kota Srinagar ibu Kota Kashmir dan dia penanggung jawab tempat-tempat peribadatan Sikh disana. Dan inilah info-info yang dikumpulkan oleh penulis dari ulama-ulama syi'ah di Kashmir" (Al-Jumhuriyyah Ats-Tsaniyah hal. 352) Pernyataan di atas adalah kesaksian ulama syi'ah sendiri. Oleh karena itu, Khomaeni bukan Ahlul Bait, Karena Ahlul Bait adalah keturunan nabi yang benar-benar berpegang teguh dengan agama islam dan bukan keturunan dari keluarga penganut agama sikh. Bukti lain bahwa Khomaeni berasal dari India juga dapat diperhatikan pada foto di bawah ini. Keterangan foto menggunakan bahasa Persia. Makna inti dari foto itu: "Gambar Khomaeni di masa kecilnya sedang digendong oleh ayahnya. Diambil dari kitab "Malik Kiyan" karangan Dr. Humaid Khowajah Nushairi. Kitab mereka sendiri yang bersaksi dan gambarnya jelas. Dan ternyata, Khomaeni sendiri mengakui bahwa dia adalah seorang India. Dan ini banyak yang tidak diketahui oleh kaum Muslimin. Dia berkata sendiri dalam kitabnya Syarh Du'a Sihr bahwa dia adalah orang India. Dia menamai dirinya dengan "As-Sayyid Ruhullah bin Musthafa Al-Khomaeni Al-Hindi". Al-Hindi adalah berasal dari India. Lihat pengakuan dia sendiri disini:
Begitulah Khomaeni yang bukan Ahlul Bait. Pada awal hidupnya dia menulis risalah dan kitab dengan namanya Hindi (asal India). Kemudian tiba-tiba berubah menjadi Musawi dan kemudian memakai kain penutup kepala warna hitam. Akan tetapi saudaranya Khomaeni enggan untuk mengubah nasab keluarganya dari Singh menjadi Musawi. Dan dia juga enggan untuk memakai kain penutup kepala hitam. Akhirnya, Khomaeni mengurungnya hingga membunuh saudaranya. Maka orang pertama asal India dari kaum penganut agama sikh yang menguasai Iran dan memperbudak orang syi'ah dan memut'ah wanita-wanita syi'ah sekehendak perutnya adalah Khomaeni. Maka bagaimana dia dipastikan sebagai Ahlul Bait, sedangkan nasabnya saja masih sangat diragukan. Dan Khomaeni, meletakkan simbol khas agama nenek moyangnya "sikh" sebagai simbol negara Iran. Maka sangat mirip simbol bendera Iran dan simbol bendera kaum agama sikh. Maka, begitukah Ahlul Bait?? Memiliki kesamaan dengan agama sikh?? Kalla wa haasya. Bodohlah orang yang bodoh tertipu oleh Khomaeni. Sekali lagi, nasabnya sangat diragukan. Bahkan ada versi lain yang menyatakan dia adalah keturunan Inggris walau India adalah tempat tinggalnya. Ayahnya bernama William Richard Williampshon. Dia lahir di kota Bristol dan ibunya seorang India Kashmir. Berita ini diambil dari salah satu kabar media dari India yang telah dikabarkan pada tahun 80-an. Dan selebihnya bisa dilihat disini. Maka, bagaimana Khomaeni dapat dipastikan sebagai Ahlul Bait keuturnan Nabi, sedangkan nasabnya sajatidak diakui oleh ulama syi'ah dan yang lainnya? Dengan demikian, mengutip Abu Muntashir Al-Balusy, Pengisi Kajian Al Amiry mengatakan bahwa, ان الخميني لا ينتسب الى سلسلة نسب معروفة "Sesungguhnya Khomaeni tidak bernasab kepada silsilah nasab yang dikenal". (adibahasan/ararrahmah.com) |
Posted: 20 Apr 2015 08:40 PM PDT (Arrahmah.com) - Syi'ah dan mut'ah adalah kesatuan tak terpisahkan laksana kendaraan dengan bahan bakarnya. Mustahil menjadi pengabdi Syi'ah tanpa ada praktek mut'ah (kawin kontrak). Dalam kitab Syi'ah, Tafsir Manhaj Ash Shadiqin 2/489, salah seorang imam mereka mengatakan, "Barangsiapa yang keluar dari dunia (wafat) dan dia tidak nikah mut'ah, maka dia datang pada hari kiamat sedangkan kemaluannya terpotong." Bagi penganut Syi'ah tentu ini menjadi cambuk luar biasa untuk berlomba-lomba melakukan mut'ah sesering mungkin, bila tak ingin datang pada hari kiamat tanpa testis kemaluan. Dilain sisi, mut'ah tentu oleh para rahib Syi'ah dijadikan dagangan dengan pesona syahwat yang dapat memikat mereka yang lemah iman. Mut'ah menawarkan kenikmatan biaya murah dengan servis wah. Para rahib Syi'ah sibuk berimprovisasi, mengemas praktek mut'ah yang bahkan lebih hina dari pelacuran, menjadi praktek 'ibadah' bertabur berkah. Na'udzubillahi min dzalik. Import Mut'ah Ke IndonesiaDari Shaleh bin Uqbah, dari ayahnya, "Aku bertanya pada Abu Abdullah, apakah orang yang bermut'ah mendapat pahala?" Jawabnya, "Jika karena mengharap pahala Allah dan tidak menyelisihi wanita itu, maka setiap lelaki itu berbicara padanya pasti Allah menuliskan kebaikan sebagai balasannya, setiap dia mengulurkan tangannya pada wanita itu pasti diberi pahala sebagai balasannya. Jika menggaulinya pasti Allah mengampuni sebuah dosa sebagai balasannya, jika dia mandi maka Allah akan mengampuni dosanya sebanyak jumlah rambut yang dilewati oleh air ketika sedang mandi." Aku bertanya, "Sebanyak jumlah rambut?" Jawabnya ," Ya, sebanyak jumlah rambut." Di Iran, menyalurkan syahwat biologis sangat jauh dari kata sulit. Penduduknya sudah sangat mafhum bahwa mut'ah adalah jalan utama menyalurkan libido asmara. Caranyapun relatif mudah, mereka cukup mendatangi masjid-masjid di Iran yang menyediakan fasilitas mut'ah, yaitu berupa kamar khusus mut'ah dan sekumpulan wanita yang bisa dipilih sebagai pasangan mut'ah. Biasanya wanita-wanita itu akan ditempatkan pada bilik-bilik masjid dan siap untuk diperlihatkan kepada laki-laki yang datang. Harga nikah mut'ah bervariasi tergantung wanita mana yang dipilih dan hendak 'memakai' wanita itu untuk berapa lama. Hebatnya, nikah mut'ah tidak mengenal ambang batas, bisa dilakukan ribuan kali pada waktu yang sama dengan wanita yang berbeda. Praktek keagamaan penganut Syi'ah di Iran tersebut rupanya oleh para rahib Syi'ah hendak ditransformasikan ke bumi Indonesia. Salah satu caranya, mereka mendatangi tempat-tempat pelacuran, kemudian berkhutbah di hadapan para pelacur dan pelanggannya, "Apa yang hendak kalian lakukan bukanlah perzinaan asalkan kalian mau menjalani satu syarat, yaitu mau dinikahkan secara mut'ah." Berita ini sempat ramai menghiasi jagat media beberapa tahun silam. Kini, mereka kian bergairah mensosialisasikan ajaran mut'ah ini secara massif dan terang-terangan. Fakta ini terkuak dengan adanya dialog terbuka antara seorang da'i Sunni Muhammad Abdurrahman Al Amiry (MAA) dengan Emilia Renita AZ (ER), isteri dedengkot Syi'ah Indonesia Jalaluddin Rakhmad. Dialog terbuka yang diselenggarakan pada 1 Maret 2014 lalu itu membahas kebenaran ajaran Syi'ah khususnya Mut'ah. Dalam acara tersebut ER terang-terangan mengatakan bahwa dirinya adalah penganut Syi'ah sejati dan tidak mungkin mengharamkan nikah mut'ah karena dalilnya sangat kuat. "Aku gak pernah mut'ah dan tidak minat mut'ah karena aku adalah Syi'ah yang sangat menjaga iffah (kesucian). Tapi aku tidak pernah mengatakan mut'ah itu jorok. Aku ini Syi'ah yang tidak mungkin mengharamkan nikah mut'ah, karena itu ada dalil kuat untuk menghalalkannya. Tapi aku jelaskan, aku tidak melakukannya karena tidak semua yang halal dalam al Qur'an harus kita lakukan. Nikah mut'ah adalah solusi buat para wanita menjaga iffahnya (kesuciannya)." terang ER. Jawaban blunder ini ia berikan karena mendapat pertanyaan menohok dari MAA tentang berapa kali ER nikah mut'ah. Betapa bertolak-belakangnya jawaban isteri sang tokoh ini, dia menjunjung tinggi ajaran agamanya tapi tegas menolak mengamalkannya. Mendengar jawaban ER yang tidak mau mut'ah lantaran menjaga kesuciannya, MAA pun langsung bereaksi, "Berarti menurut anda, Syi'ah yang mut'ah tidak menjaga kesuciannya? Berarti Imam Khumaini (Imam Besar Syi'ah dan Pemimpin Revolusi Syi'ah Iran) adalah orang yang tidak bisa menjaga iffahnya karena ia mut'ah dimana-mana tanpa malu. Dengan kata lain, Syi'ah adalah agama yang tidak menjaga iffah penganutnya karena mewajibkan mut'ah. Dan berarti andapun meyakini Syi'ah tidak memiliki kehormatan." Kisah Nyata Mut'ah Penganut Syiah di BojonegoroKisah teranyar datang dari seorang yang berinisial YA, penganut Syi'ah di Bojonegoro. Dari kisah yang dipaparkan YA terlihat jelas betapa massifnya penetrasi mereka. YA, pria berusia 35 tahun ini berprofesi sebagai pengusaha pariwisata yang cukup maju. Tahun 2007 lalu, YA menikah dengan sorang perempuan dan kini telah dikaruniai anak berusia 5 tahun. Kehidupan YA berubah sejak tahun 2009 setelah ia bergaul dengan komunitas Syi'ah di Bojonegoro. Komunitas Syi'ah yang diikuti YA adalah komunitas Syi'ah yang aktif menggelar kajian dan memiliki literatur Syi'ah. YA tidak sendirian, banyak kawan-kawannya yang tergabung dalam komunitas Syi'ah Bojonegoro tersebut. Selain menggelar kajian Syi'ah secara tematik, komunitas Syi'ah yang dipimpin oleh Ustadz HF yang berasal dari Madura Jawa Timur ini rutin menggelar Kajian Madrasah Karbala yang fokus pada peristiwa pembunuhan cucu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, Husain bin Ali Radhiyallahu 'Anhu. "Lokasi pengajiannya di rumah saudara AK, sebelah barat Masjid Al Mukhlisin, Jalan Monginsidi Bojonegoro. Kadang juga di Balai Desa Klangon Bojonegoro. Mereka juga punya radio komunitas, namanya Brain Community, tapi sudah tidak on air sekarang," jelas sumber Fimadani. Meski sudah 5 tahun menjadi penganut Syi'ah, YA tidak mengajak istri dan keluarganya menjadi pengikut Syi'ah. Di keluarganya, hanya ia sendiri yang menjadi pengikut aliran yang pernah difatwakan sesat oleh Majelis Ulama Indonesia tersebut. Maka, ketika muncul keinginan melakukan salah satu ajaran penting Syi'ah, nikah mut'ah, tidak ada anggota keluarganya yang tahu. Uniknya, YA tidak melakukan nikah mut'ah dengan wanita Syi'ah yang sudah lama menjadi pengaut Syi'ah. Ia memilih melakukan nikah mut'ah dengan wanita Sunni yang didoktrinnya dengan konsep keutamaan nikah mut'ah menurut Syi'ah. "Kalau wanita-wanita itu malah tidak ikut ngaji (Syi'ah-red) sama sekali. Cuma diberi penjelasan singkat tentang mut'ah dan wanitanya mau diajak mut'ah, maka terjadi kawin mut'ah. Rata-rata cuma cinta sesaat karena bisa diajak check in hotel dan diberi mahar," terang sumber. Senjata yang sering dipergunakan oleh YA untuk menaklukkan calon mangsanya adalah dengan menceritakan "hadits" pegangannya. Abu Ja'far berkata "Ketika Nabi sedang Isra' ke langit berkata, Jibril menyusulku dan berkata, wahai Muhammad, Allah berfirman, sungguh Aku telah mengampuni wanita ummatmu yang mut'ah. (Man La Yahdhuruhul Faqih jilid 3 hal 464). Oleh karena itu, wanita-wanita yang didoktrin oleh YA pun mau melakukan nikah mut'ah dengannya. Bahkan, YA dan wanita-wanita itu melakukan pernikahan tanpa saksi dan tanpa penghulu. Pernikahan nikah mut'ah dalam Syi'ah memang bisa dilakukan dengan cara seperti itu. Salah satu dasarnya, menurut orang Syi'ah, adalah, "Dari Abu 'Abdillah 'alaihis-salaam tentang seorang laki-laki yang menikah tanpa adanya bukti, maka ia menjawab, "Tidak mengapa." [Al-Kaafiy, 5/387]. Hingga kini, YA sudah melakukan nikah mut'ah dengan 7 perempuan dengan durasi yang berbeda, ada yang mingguan dan ada yang hingga satu tahun. Seluruhnya berasal dari Bojonegoro. Wanita terakhir yang dinikah-mut'ahi oleh YA adalah EN, janda beranak satu, seorang SPG. YA dan EN baru berkenalan 2 bulan yg lalu. Dengan jurus yang sama, YA mendoktrin EN dengan konsep nikah mut'ah Syi'ah. Ia juga kerap mengajak EN jalan-jalan dengan mobilnya. Alhasil, EN pun mau diajak nikah mut'ah oleh YA pada Oktober 2014 lalu. Tentu saja istri YA tidak mengetahui nikah mut'ah itu. Setelah mut'ah berjalan beberapa waktu, EN menginginkan hal yang lebih. Ia ingin dinikahi YA secara permanen dan resmi di KUA. Jelas saja YA tidak mau. "Si istri mut'ah mengancam akan mendatangi istri resminya di rumah jika tidak mau bertanggung jawab," papar sumber Fimadani. "Dia lain dari wanita yang dinikah mut'ah sebelum-sebelumnya, dia tergolong nekat dan berani mengadu ke istri YA jika tuntutannya tak dipenuhi," lanjutnya. Bahkan, EN rela menunggu hingga YA menjadi duda. Hingga kini, YA masih kebingungan menyelesaikan masalah yang dibuatnya sendiri itu. Apakah ia akan menikahi EN secara resmi, ataukah ia akan membiarkan EN membongkar pernikahan mut'ahnya pada sang istri. ----------------------- Makalah ini dikutip ulang dari Majalah Risalah Mujahidin. Sumber: http://risalahmujahidin.com/syiah-menebar-jala-syahwat/ (*/arrahmah.com) |
You are subscribed to email updates from Arrahmah.com To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |