Arrahmah.Com |
- Serangan udara Saudi menghantam basis Angkatan Laut Yaman di Hodaida
- Syaikh Al-Jaulani: Kami tidak akan menargetkan sipil Alawiyah
- Wisata jihad mujahid muda Indonesia
- Majelis Mujahidin: Hentikan pembersihan etnis di Myanmar!
- Besok matahari melintas persis di atas Ka'bah, verifikasi arah kiblat kita
- Muslim Rohingya dibantai, FUI: Hentikan kezaliman pemerintah Myanmar dan para biksu
- Jet-jet "Israel" kembali meluncurkan serangan di Jalur Gaza
- Kurangnya masjid memaksa Muslim Italia shalat di mana saja
- Polisi Cina menahan 181 Muslim Uighur di Turkistan Timur
- Mujahidin Ahrar Syam rilis video penyerangan Markas Rezim Assad di Homs utara
Serangan udara Saudi menghantam basis Angkatan Laut Yaman di Hodaida Posted: 27 May 2015 04:46 PM PDT HODAIDA (Arrahmah.com) - Serangan udara koalisi pimpinan Saudi menargetkan pangkalan Angkatan Laut Yaman di kota Laut Merah, Hodaida pada Rabu (27/5/2015), ujar laporan Al Arabiya. Pelabuhan telah dikendalikan oleh milisi Syi'ah Houtsi yang didukung Iran dan telah menjadi target kampanye udara koalisi pimpinan Arab Saudi. "Basis angkatan laut dibom oleh pesawat tempur dan kapal. Sejumlah besar basis hancur dan dua kapal perang terpukul, salah satu dari mereka bernama Bilqis, hancur dan tenggelam ke samping dan lima kapal perang menghancurkan bangunan administrasi basis," ujar seorang pejabat kepada kantor berita Reuters. Sementara itu, warga di ibukota Sana'a yang dikuasai Houtsi melaporkan adanya serangan udara di kamp-kamp militer yang setia kepada Houtsi pada Rabu (27/5). Jet tempur menargetkan markas komando pasukan khusus yang loyal terhadap Ali Abdullah Saleh, mantan presiden Yaman di selatan ibukota, serta depot senjata di Fajj Attan, pemukiman yang menghadap ibukota, ujar warga. Seorang pejabat dari kementerian kesehatan yang dikuasai oleh Houtsi mengatakan kepada AFP bahwa 36 prajurit dan perwira tewas dan 100 lainnya luka-luka dalam serangan. (haninmazaya/arrahmah.com) |
Syaikh Al-Jaulani: Kami tidak akan menargetkan sipil Alawiyah Posted: 27 May 2015 04:22 PM PDT IDLIB (Arrahmah.com) - Amir Jabhah Nushrah, cabang Al Qaeda di Suriah, telah menyatakan bahwa kelompoknya tidak akan menargetkan warga sipil penganut Alawiyah di negara itu meskipun mereka memberikan dukungan bagi pemerintahan Bashar al-Assad. Pernyataan Syaikh Abu Muhammad al-Jaulani, amir Jabhah Nushrah, datang saat melakukan wawancara eksklusif dengan Al Jazeera. "Pertempuran tidak berakhir di Qardaha, desa Alawiyah dan tempat kelahiran dari klan Assad," ujar Syaikh al-Jaulani dalam wawancara yang disiarkan pada Rabu (27/5/2015). "Perang kami bukanlah soal balas dendam terhadap Alawiyah meskipun fakta bahwa dalam Islam mereka dianggap sesat. Perjuangan kami adalah keras terhadap mereka yang menyerang dan membunuh orang-orang kami," lanjutnya. "Iman kami didasarkan pada belas kasih dan tradisi kami yang mulia. Kami bukanlah pembunuh. Kami tidak akan menyakiti atau menargetkan mereka." Al-Jaulani menambahkan bahwa kelompoknya bertujuan untuk menguasai Damaskus dan jatuhnya Assad akan terjadi dengan cepat. "Kami terus berfokus pada Damaskus dan menggulingkan rezim ini," katanya. "Saya jamin, jatuhnya Assad tidak akan memakan waktu lama." Amir Jabhah Nushrah ini juga mengatakan milisi Syi'ah "Hizbullah" asal Libanon yang mendukung pasukan Assad mengetahui nasibnya terkait pemimpin rezim Nushairiyah dan upaya untuk menyelamatkannya tidak ada gunanya. |
Wisata jihad mujahid muda Indonesia Posted: 27 May 2015 09:39 AM PDT
(Arrahmah.com) - AL-JIHAD, dalam bahasa Arab memiliki makna bahasa dan makna syar'i. Secara bahasa, jihad bermakna mengerahkan segala kemampuan dan tenaga, baik dengan perkataan maupun perbuatan. Sementara dalam pengertian syar'i, umumnya para fukaha mendefinisikan jihad sebagai upaya memerangi orang-orang kafir untuk membela agama Allah. (Fayruz Abadi, Kamus Al-Muhith) Pengertian inilah yang dipahami oleh para ulama berdasarkan dalil Al-Qur'an dan Hadits, termasuk yang dipahami oleh ulama-ulama mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hambali, seperti yang dituturkan dalam kitab Al-Mughniy, karya Ibn Qudamah. Namun di Indonesia, BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) memaknai jihad menurut versinya sendiri yang tidak dikenal dalam khazanah Islam. BNPT menganggap jihad sebagai sumber kekerasan, dengan memasukkannya sebagai ciri kaum radikal, yang kemudian mengundang kontroversi karena tidak memiliki dasar hukum. Menurut BNPT, ada empat kriteria radikal, termasuk sebuah situs web media dinilai radikal, yakni: 1. Ingin melakukan perubahan dengan cepat menggunakan kekerasan atas nama agama 2. Takfiri; mengkafirkan orang lain 3. Mendukung, menyebarkan, dan mengajak bergabung dengan ISIS/IS 4. Memaknai jihad secara terbatas. Bangsa Indonesia tidak perlu terikat dengan kriteria yang tidak sesuai dengan konstitusi. Bukan hak BNPT untuk membuat ketentuan hukum, apalagi kriteria yang bersifat anarkis, anti Islam, dan diskriminatif. Kriteria radikal yang dibuat BNPT menggunakan parameter komunisme yang membenci ajaran agama, seperti iman, hijrah, jihad, khilafah, termasuk bendera yang bertuliskan kalimat tauhid. Sebab, menurut mereka, semua itu diasumsikan sebagai ajaran radikal ISIS. Mujahid Muda BerjihadBagi para mujahid, baik yang berjihad di Afghanistan melawan tentara komunis Uni Soviet, maupun yang berjihad di Irak melawan agresi militer Amerika. Dan para mujahid yang berjuang untuk menumbangkan kekuasaan rezim Syi'ah di Suriah, memandang jihad bagai wisata rohani, jalan menuju pendakian spiritual, untuk menegakkan keadilan dan membebaskan masyarakat dari kezaliman. Para mujahid yang syahid di medan jihad, sesungguhnya tetap hidup dan amalnya lestari hingga hari kiamat. Bahkan ruhnya pun terbang dan hinggap di pohon-pohon surga. Hal itu diterangkan dalam Al-Qur'anul Karim: "Wahai kaum Mukmin, sekali-kali kalian jangan beranggapan bahwa para mujahid yang terbunuh ketika membela Islam itu mati. Mereka itu hidup di sisi Tuhan mereka, dan selalu memperoleh rahmat." (Q.s. Ali Imran [3]:168-169) Spirit jihad yang termaktub dalam ayat di atas, itulah yang memotivasi para mujahid di seluruh dunia untuk berjihad melawan musuh-musuh Islam di Suriah, Yaman, Somalia, Afghanistan, Irak, Kashmir. Mereka rela menyabung nyawa demi membebaskan manusia dari penindasan, sebagai wujud solidaritas iman dan jihad untuk kaum muslimin di manapun berada, ketika negara-negara di dunia bungkam membiarkan kemungkaran. Keadaan mereka seperti firman Allah Swt, "Orang-orang yang mengutamakan pahala akhirat daripada kehidupan dunia, hendaklah mereka berperang untuk membela Islam. Siapa saja yang berperang untuk membela Islam, baik ia terbunuh atau menang, Kami akan memberikan pahala yang sangat besar kepadanya di akhirat. Wahai kaum mukmin, mengapa kalian tidak mau berperang untuk membela Islam? Padahal kaum laki-laki, perempuan dan anak-anak yang tertindas telah berdoa: "Wahai Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri yang penduduknya berbuat zalim. Berikanlah kepada kami seorang penolong dari sisi-Mu. Berikanlah kepada kami seorang pembela dari sisi-Mu." (Q.s. An-Nisa' [4]: 75-76) Motivasi ini pula yang menguatkan misi Majelis Mujahidin untuk mengirim para pemuda pemberani sebagai relawan kemanusiaan, seperti Ridwan dan kawan-kawannya, untuk membantu mengurangi derita saudara muslim yang ditindas penguasa Basyar Asad di Suriah. Sang mujahid muda, Ridwan Abdul Hayyie, nama lengkap yang diberikan orang tuanya, adalah putra ke enam dari 11 bersaudara buah pernikahan antara Fihiruddin Muqthi bin Awwas dan Herlina alias Hj. Fatimah Zahrah binti H. Mukeri. Pada 1984 kedua orangtuanya merantau ke Malaysia, dan memilih tinggal di Banting, Selangor Darul Ehsan, Malaysia. Selama di Malaysia, bekerja sebagai guru ngaji dan pendakwah. Di kota inilah Ridwan, yang lahir pada 16 Juni 1993, menghabiskan masa kanak-kanak bersama orang tua dan saudara-saudaranya, yaitu Muhammad Jibril, Ahmad Israfil, Zahratul Ulya, Mikail Abdurrahman, Wardatul Lathifah, Muhammad Rakib, Ahmad Atid, dan Shalahuddin. Pada usia 6 tahun Ridwan kecil masuk Madrasah Ibtidaiyyah, kelas 1 sampai 3 di Sekolah Islam Luqmanul Hakiem (SILH), Ulu Tiram, Johor Bahru. Ketika SILH ditutup oleh Kerajaan Malaysia pada 2002 karena alasan keamanan, Ridwan diterima di kelas 4 sampai pertengahan kelas 6 di Sekolah Agama Banting, Selangor, Malaysia. Ketika situasi politik di Indonesia berubah, dari masa represif ke masa reformasi, maka tahun 2005, Ummi Fatimah memboyong anak-anaknya kembali ke Indonesia. Semua proses kepulangannya, dengan membawa serta semua putra-putrinya, dilakukan sendiri. Karena kala itu, suaminya Fihiruddin alias Moh. Iqbal yang lebih dikenal dengan panggilan Abu Muhammad Jibriel Abdul Rahman—karena putra pertamanya bernama Muhammad Jibriel—ditangkap aparat keamanan Malaysia 21 Juni 2001, ketika hendak menyampaikan ceramah pengajian di Shah Alam, Selangor. Ia dituduh melakukan kegiatan yang membahayakan keamanan dalam negeri Malaysia karena aktif dalam kelompok Mujahidin Malaysia, yang ditengarai terkait Jama'ah Islamiyah (JI). Abu Muhammad Jibriel, mubalig Islam kelahiran Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, 17 Agustus 1957 sempat ditahan berdasarkan Akta Keamanan Dalam Negeri Internal Security Act (ISA) Malaysia di Penjara Kemunting, Perak. Tuduhan itu ternyata tidak terbukti dan akhirnya ia dibebaskan pada 18 Agustus 2003, namun kembali ditahan pihak imigrasi Damansara tiga hari kemudian. Ia ditahan di Depo Tahanan Aji di negara bagian Trengganu 27 September 2003 dan akhirnya dideportasi ke Indonesia. Belakangan, setelah di deportasi, melalui peradilan in absentia (pemeriksaan suatu perkara tanpa kehadiran terdakwa) pemerintah Malaysia merehabilitasi nama baik Mohammad Iqbal alias Abu Muhammad Jibriel karena tidak terbukti terlibat dalam kasus yang dituduhkan. Di Indonesia, sejak 14 Mei 2004 Abu Jibril ditahan, dan kemudian disidang dalam kasus pelanggaran imigrasi. Dia dianggap bersalah karena memberikan identitas palsu saat membuat paspor di Kantor Imigrasi KBRI Kuala Lumpur pada November 1999. Ia dinyatakan bersalah melanggar Pasal 55 huruf c UU No. 9/1992 tentang keimigrasian. Pada 19 Oktober 2004, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menjatuhkan hukuman lima bulan lima belas hari penjara, dipotong masa tahanan. Abu Jibril sendiri tetap beranggapan dirinya tidak bersalah, semua tuduhan itu hanya rekayasa, dan melalui kuasa hukumnya menolak penetapan hukuman tersebut. Dalam situasi penuh ujian, Ridwan ke Indonesia saat berumur 9 tahun, kemudian menyelesaikan SD kelas 6 di SDIT As-Salamah Pamulang, Tangerang Selatan, dengan prestasi memuaskan. Selanjutnya ia diterima menjadi siswa Madrasah Tsaniwiyah (MTs) di Pondok Pesantren Islam Al-Mukmin Ngruki selama 3 tahun. Kemudian masuk Aliyah di Ma'had Tahfizhul Qur'an Isy Karima, Karanganyar selama 4 tahun (Takhassus 1 tahun, Aliyah 3 tahun hingga hafidz Al-Qur'an 30 Juz). Sejak kelas 4 SD, Ridwan sudah menyukai olah raga, terutama sepak bola, karena itu fisiknya kuat dan pemberani. Makanan kesukaannya perkedel dan minum susu. Saat masih bayi, hanya 4 bulan dia minum ASI, setelah itu Umminya tidak lagi mengeluarkan ASI. Ridwan, pemuda yang memiliki jiwa sosial sejak kecil, suka bantu Umminya, tanpa disuruh. "Setiap malam Ummi diminta istirahat tak usah kerja, yang nyuci piring, cuci pakaian, semuanya Ridwan. Pagi-pagi Ummi bangun, rumah sudah bersih," kenang Umminya. Pendidikan karakter yang ditanamkan orang tuanya, nampaknya berpengaruh besar pada diri Ridwan. Ayahnya, Abu Muhammad Jibriel, alumni Sekolah Tinggi Perkebunan (STIPER) Jogjakarta, pernah menempuh pendidikan "Tarbiyah Jihadiyah" di Akademi Jihad (Al-Jamiah Al-Harbiyyah Al-Ittihad Al-Islamiyyah) di perbatasan Pakistan dan Afghanistan, 1986, dengan dosen utama Dr. Abdullah Azzam. Juga mengikuti kuliah mulazamah di Universitas Ummul Qura, Makkah, di bawah bimbingan antara lain Syekh Muhammad Quthub dan Syekh Sayyid Sabiq. Ia bertutur, dalam keluarganya ada empat hal yang selalu ditekankan dalam mendidik anak-anaknya. "Ayah saya seorang petani sederhana, punya putra-putri 12 orang. Di masa kecil, setiap selesai makan malam bersama, kami diberi nasihat. Selain menekankan pentingnya ibadah dan belajar agama, beliau menasihatkan 4 hal yang selalu diulang-ulang. Yaitu, jujur, berani, makan yang halal, dan tidak merokok," demikian Abu Jibriel menerangkan pendidikan karakter orang tuanya, yang juga diterapkan pada anak-anaknya. Usai menamatkan pelajaran tahfizh Al-Qur'an di 'Isy Karima, Ridwan mengikuti program pengabdian masyarakat, menjadi Imam masjid dan guru ngaji di Masjid Al-Falah, Darul Muttaqin Pekanbaru selama hampir setahun. Imam masjid dan guru ngaji di Masjid Raya Ar-Rasul Kotagede, Yogyakarta. Kemudian sebagai guru ngaji di Parung selama beberapa waktu, dan Imam Tarawih Ramadhan 1433-35 H (2012-2014) di Masjid Al-Munawwarah, Pamulang. Pada Agustus 2013, Ridwan melanjutkan studi S1 di Fakultas Ushuluddin, Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an (PTIQ) Jakarta hingga semester 2. Kemudian, pada 2014, ia minta cuti 2 semester menjadi relawan kemanusiaan Majelis Mujahidin ke Suriah. Sebagai mahasiswa, Ridwan suka mengendarai motor besar. Dan yang paling mengesankan, kata Umminya, "Jika berangkat kuliah, Ridwan selalu pakai parfum yang wanginya tercium seisi rumah. Lalu dia peluk dan cium kening Ummi dengan rasa sayang dan hormat." Ridwan Abdul Hayyie, yang dikenal oleh teman di masa sekolahnya sebagai pribadi yang baik, sopan, enerjik, dan humoris, gemar sepak bola, menjemput maut di usia muda, 22 tahun, tepatnya 21 tahun 9 bulan. "Ridwan Abdul Hayyie, murah senyum, humoris, suka bergaul, dan selalu yang pertama mengajak teman asramanya untuk bermain bola hampir setiap hari. Dia adalah seorang hafiz bersuara merdu nan tampan, tegas, dan tidak pilih-pilih orang dalam berteman. Namun dari itu semua, sifat yang tergambar jelas dalam dirinya, dia seorang yang pemberani," kenang teman sekelasnya di Isy Karima yang ditulis pada Fb-nya. Pada Kamis Jumadil Akhir 1436 H bertepatan dengan 26 Maret 2015 M, ba'da Fajr waktu setempat, Ridwan gugur sebagai syahid di medan jihad, terkena serpihan peluru akibat tembakan tank saat bertempur melawan tentara Basyar Asad di kota Idlib, bumi Syam yang diberkahi. Suratan takdir Ilahi selalu datang tepat sasaran, tepat waktu, dan tak pernah salah alamat. Kematian itu misteri, datang tak diundang pergi pun tak pamitan. Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. berkata: "Ihrish 'alal mauti, tuuhab lakal hayat," songsonglah kematian niscaya 'kan kau dapatkan kehidupan. Perjalanan ke SuriahTragedi kemanusiaan yang menimpa rakyat Suriah, disebut-sebut merupakan konflik terpanjang dan paling mematikan dalam gerakan masyarakat sipil melawan penguasa zhalim yang mulai meluas di dunia Arab sejak tahun 2011. Semenjak itu, negeri Suriah terus terkoyak. Siapa pun yang menyaksikan tragedi yang menimpa kaum muslimin Sunni di sana pasti takkan kuasa menahan air matanya. Menyaksikan kekejaman tentara Basyar Asad, anak-anak mati bergelimpangan akibat menghirup gas beracun mematikan dari bom senjata kimia, sungguh memilukan. Sebagian besar korban itu adalah wanita dan anak-anak. Mayat-mayat mereka digeletakkan di lantai sebuah ruangan klinik. Wajah anak-anak yang polos dan tanpa dosa itu diam tak bernyawa. Sama sekali tidak ada luka-luka pada tubuh anak-anak itu, yang membuktikan bahwa mereka mati akibat senjata kimia berupa gas beracun. Kini, perang antara rakyat muslim melawan rezim Syi'ah di Suriah telah memasuki tahun kelima. Kondisi para pengungsi perang Suriah semakin memilukan. Sedikitnya 4,5 juta warga Suriah melarikan diri ke luar negeri. Sekitar satu juta di antaranya, adalah pengungsi anak-anak. Mereka menyelamatkan diri dan minta perlindungan ke Yordania, Lebanon, Turki dan Irak. Jumlah korban tewas akibat konflik Suriah setidaknya mencapai 150.344 jiwa. Data yang dilansir Syrian Observatory for Human Rights, jumlah sesungguhnya bisa sekitar 220.000. Sejak Juli 2013, perhitungan korban dihentikan, karena tidak memungkinkan untuk estimasi akurat di lapangan. Kenyataan tragis inilah yang mendorong umat Islam di berbagai belahan dunia bersimpati, dan ingin membantu saudaranya yang menderita. Tak cukup hanya linangan air mata dan doa. Maka, ketika percikan api jihad membakar dan berkobar di bumi Syam, Maret 2011, Majelis Mujahidin bersiap mengirim relawan jihad sesuai misinya, "membantu setiap perjuangan penegakan syariat Islam oleh kaum muslimin di belahan bumi lain dengan segenap kemampuan yang dimiliki." Menjelang akhir bulan Juli 2014, barulah Majelis Mujahidin mengirim relawan jihad pertama ke Suriah. Sebulan kemudian menyusul pemberangkatan relawan berikutnya. Ridwan Abdul Hayyie termasuk kloter pertama yang diberangkatkan. Perjalanan menuju medan jihad, tak sekadar pengorbanan fisik dan dana, tapi juga mental dan spiritual. Dari Indonesia, transit Malaysia hingga Istanbul, Turki, negeri yang terkenal dengan satu negara seribu rasa, perjalanan lancar tanpa kendala. Kondisi mulai mendebarkan, setelah menunggu hampir 17 jam di Bandar Udara Ataturk Istanbul, Turki, Pada pukul 23.15, para wisatawan jihad ini berangkat ke perbatasan Turki-Suriah dengan pesawat Turkish Air, turun di bandara Hatay. Menjelang Subuh, baru sampai di rumah transit. Istirahat sehari, dan ba'da Ashar berangkat menuju perbatasan, di sini istirahat semalam, dan besok waktu Subuh siap-siap melewati perjalanan paling menegangkan, menyeberangi perbatasan Turki-Suriah yang dibatasi kawat berduri dan dijaga tentara patroli. Memasuki wilayah Suriah, mulai dari Provinsi Aleppo, Idlib, Darkus, Lattakiya, Homs, Deir el Zur, seperti berada di wilayah tak bertuan, yang berlaku hukum perang. Sepi penghuni, setiap saat bom meledak, tembakan peluru siap memangsa siapa saja. Sehingga perjalanan dua jam dari perbatasan melewati ladang gandum dan pohon zaitun yang luas terbentang, bagai perjalanan menuju maut. Waktu terasa cepat berlalu, bulan Ramadhan tiba. "Subhanallah, tak terasa sudah hampir 1 bulan raga dan jiwa ini menapakkan kaki di Bumi Syam, bumi yang diberkahi. Inilah pertama kali kita menjalankan ibadah Ramadhan di bumi jihad," kata seorang ikhwan yang seakan teringat perjalanan yang penuh liku dan berbahaya. Ridwan membuka catatan perjalanannya, dalam buku harian yang dikirimkan ke saudaranya di tanah air melalui melalui WhatsApp: "Keadaan di sini, sungguh bertolak belakang dengan keadaan di negeri kita. Jauh dari keamanan, kenyamanan, ketenteraman. Hari demi hari dikejutkan dengan dentuman-dentuman bom," tulisnya. Suara desingan-desingan peluru yang mengusik telinga. Cuaca dingin dan panas yang menyelimuti malam dan siang hari. Akan tetapi, sama sekali tidak pernah bisa merubah sedikitpun keinginan dan semangat jihad dari dalam jiwa raga ini. Mujahid muda ini, kembali menguntai kata, pada 28 Ramadhan 1435 H, 27 Juli 2014. "Wallahi! Wahai saudaraku di Tanah Air. Kehidupan yang sesungguhnya, nikmat tiada tara, adalah kehidupan yang diberkahi oleh-Nya, insya Allah, sudah dirasakan oleh saudara kalian di Bumi Jihad Syam ini. Wahai Saudaraku di Tanah Air! Tanamkanlah terus dalam jiwa-jiwa kalian, keinginan untuk melangkahkan kaki ke Bumi Jihad mana pun. Niatkanlah tujuan mulia itu dari saat ini. Kemudian berdoalah... Allah tidak akan menyia-nyiakan tujuan mulia kalian. Wahai Saudaraku di Tanah Air! Di hari terakhir Ramadhan yang mulia ini, yang mana doa-doa di ijabah. Sempatkanlah untuk mendoakan para Mujahidin di mana pun mereka berada. Doakan kaum Muslimin yang tertindas di mana pun mereka berada. Jangan pernah melupakan mereka. Wahai Saudaraku, dengan segala kehinaan dan rendah hati diri ini, Taqabbalallahu Minnaa Wa Minkum, Shiyaamanaa Wa Shiyaamakum… hanya itu yang bisa terucap lewat lisan yang lemah ini. Hasbunallahu wa Ni'mal Wakiil… Ni'mal Mawlaa wa Ni'man Nashiir… Laa Hawla wa Laa Quwwata Illa Billah." Catatan itu tertanggal 28 Ramadhan 1435 H, 27 Juli 2014. Di hari-hari selanjutnya, Ridwan agaknya terkenang dengan kebiasaan Ibnu Umar, putra Khalifah Umar bin Khatthab, yang setiap kali pergi meninggalkan keluarganya, ia selalu meninggalkan wasiat dan menuliskannya. Begitulah, ia menuliskan wasiatnya yang mengharukan, seakan dia merasakan hari kematiannya sudah dekat. Wasiat itu ditulis jauh sebelum hari kematiannya, pada 30 Agustus 2014, 06.23 A.M. "Manusia tak lepas dari salah dan khilaf. Apalagi hamba yang hina seperti saya. Dengan penuh kerendahan hati, mohon ikhlaskan segala kesalahan yang mungkin pernah saya lakukan, yang sengaja ataupun tidak. Manusia juga tidak lepas dengan hutang, tidak semua manusia, sebagian, termasuk saya, mungkin ada yang masih saya hutangi, berapa pun, apapun, hubungi saya segera," tulisnya di note ponsel yang diamanahkan ke rekannya agar disampaikan ke keluarga jika dia gugur syahid. Walau bergelut dengan maut, di tengah masyarakat perang yang tertindas, hutang pada saudara kandungnya sendiri pun tak dilupakan. Dia teringat, "Aku kayaknya masih punya hutang sama Kak Ulya, 500 ribu, beli Z10, terus pinjam Bang Mikaiel buat beli tiket kereta ke Solo, tapi lupa berapa. Kak Wardah juga, pinjam 100 ribu... hehe... kalau yang lain, aku minta langsung dikasih, hahaha... Sekiranya ada yang ragu-ragu, dihutangi ataukah tidak, bagusnya diikhlaskan saja, biar sama enak, dan semoga berkah pinjamannya, dan diganti Allah dengan yang lebih baik." Ridwan mengakhiri wasiatnya, "Saya mohon doa, agar saya dipermudah langkahnya, kapan pun dan di mana pun, dalam menerima amanah Ilahi, untuk meninggikan kalimat-Nya, berjihad di Bumi Syam." Ia pun tak lupa mengingatkan adik-adiknya, "Atied dan Udin, supaya membantu Abah sama Umminya. Bang Mikaiel juga hehe... cuci piring, sapu rumah, cuci baju, jemur baju, ambil jemuran, dan lain-lain. Kasian Ummi... hehe..." katanya mengingatkan saudaranya dengan pekerjaan rumah yang biasa dia lakukan ketika berada di rumahnya di Pamulang. "Semoga Allah masih bisa mempertemukan kita kembali, dalam kebahagiaan dan kesehatan, Insya Allah... Amin. Doa saya juga beserta kalian. Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh." Berita SyahidDi zaman ini banyak manusia sibuk dengan perdagangan dunia, berjual beli memperkaya diri. Mengumpulkan bekal dunia sekian banyak, namun masih saja hatinya enggan berbagi dan tergadai dengan kebakhilan. Inginkah kita di hari akhirat kelak, datang menghadap Ilahi dengan tangan hampa, tanpa amal shalih? Namun, Ridwan melakukan perdagangan dengan Allah Yang Maha Pemurah, dan telah dibuktikannya dengan benar dan menakjubkan. "Sungguh Allah membeli jiwa dan harta orang-orang mukmin dengan pahala surga. Mereka telah berperang guna membela Islam, lalu mereka membunuh atau dibunuh. Janji pahala surga ini termaktub dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Wahai kaum mukmin, siapa saja di antara kalian yang memenuhi janjinya kepada Allah, bergembiralah kalian dengan baiat yang telah kalian lakukan dalam perjanjian itu. Demikian itu adalah keberuntungan yang amat besar bagi para syuhada." (QTT, At-Taubah [9]:111) Kedermawanan sosial dengan memberikan harta pada yang membutuhkan adalah perbuatan terhormat. Tapi kedermawanan dengan kerelaan mengorbankan nyawa untuk kepentingan kemanusiaan dan melawan kezaliman merupakan puncak kedermawanan. Hari itu, Kamis 26 Maret 2015 sore, Abu Jibriel mengumpulkan keluarganya dan menyampaikan isi SMS dari Suriah. "Bergembiralah wahai istriku, dan anak-anakku tersayang. Kabar gembira ananda tersayang Ridwan Abdul Hayyie telah syahid kemarin dalam perang di Idlib," katanya. Lalu, ia pun berkata pasrah, "Aku rela serahkan nyawa putraku di jalan Allah, dan aku akan melakukannya hingga putra yang terakhir." Memang benar, seseorang yang digerakkan hati dan perbuatannya dengan iman takkan mudah ditaklukkan. Tidak akan takut apapun jua, selain Allah SWT. Ternyata SMS itu datang dari relawan Mujahidin, yang sudah lebih lama berada di medan jihad Suriah, Abul-Khair namanya. Dia mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ), sama-sama cuti kuliah untuk berwisata ke medan jihad. Di hari pertempuran melawan tentara Basyar Asad, Abul-Khair berada di dekat Ridwan, berkisah tentang dahsyatnya pertempuran serta kondisi jenazah Ridwan. Pertempuran hari itu untuk merebut jantung Kota Idlib. Serangan dilancarkan dari tiga sisi. Dari selatan dan barat daya pasukan Jabhah An-Nushrah, di mana Ridwan ada di dalamnya merangsek masuk. Sementara dari arah utara dan barat laut pasukan Jundul Aqsa yang menyerbu. Serangan dari sisi timur sepenuhnya oleh Ahrar Syam, hingga tentara rezim Syi'ah mundur meninggalkan pertempuran. Sedangkan jalan penghubung dari kota Idlib menuju kota Ariha dijaga oleh gabungan faksi-faksi lain untuk memutus jalur bantuan musuh dan dari upaya mereka melarikan diri. Serangan dibuka oleh tembakan para sniper. "Relawan Majelis Mujahidin ikut operasi gabungan, sekalipun tidak menjadi anggota dari salah satu front mujahidin Suriah. Kami bersama dengan front Muhajirin wal Anshar, gabungan dari para mujahid asing," tulis Abul Khair. "Beberapa hari sebelum kami berangkat ke daerah pertempuran, Ana tidur di samping akhi Ridwan, dia sering sekali bicara ingin segera bertemu bidadari surga. Alhamdulillah, saat bertempur kami tak merasakan datangnya sakaratul maut. Benarlah sabda Nabi Saw, mati syahid itu seperti gigitan semut. Aku saksikan syahidnya Abu Omar—nama panggilan Ridwan—indah sekali, kami cemburu. Tubuhnya masih utuh, kepalanya yang terkena peluru tank hancur seketika, hanya rambut bagian belakang kepala yang tersisa sedikit. Memang rezekinya, padahal Abu Omar bersama teman lainnya bagian isnad, berada di belakang tim penyerang, membantu jika tim iqtiham perlu bantuan. Mobilnya hancur, sudah tidak bisa lagi diperbaiki. Di antara kami ada yang sempat ambil video, dan kami temukan Hp-nya di saku celana, di bawa ke ma'rakah. Tubuhnya agak kaku, karena dari pagi sampai malam belum dikebumikan. Tapi, jenazahnya tidak berbau, Subhanallah biar pun banyak darah keluar, berbeda dengan jenazah yang lain terkadang ada bau amis. Tapi Abu Omar tidak tercium amis darah seperti yang lainnya. Insya Allah Abu Oar syahid, Amin ya Allah." Ketika berita Ridwan telah syahid di medan jihad sampai ke keluarganya, seakan tak percaya. Sambil berlinang air mata, Ummi Hajjah Fatimah Zahrah, bergumam lirih dan mengeluarkan kata-kata yang menggetarkan jiwa, yang mungkin tak banyak ibu-ibu di dunia ini yang mampu mengucapkannya. Ia tahu, tak boleh meratapi kepergian anaknya, sekalipun tak mampu menutupi kepedihan hati seorang ibu yang ditinggal mati anaknya. Maka Ummi hanya mampu berucap pasrah, dengan keteguhan jiwa ia berkata: "Ya Allah, Engkau Maha Mengetahui dan Maha Melihat. Aku berbahagia, dari rahimku telah lahir seorang mujahid. Anakku Ridwan telah syahid, aku sedih tapi juga bahagia. Tapi aku masih punya 7 orang anak lelaki, aku takkan kikir bila Engkau menghendakinya juga syahid di medan jihad." Rasa getir tiada terkira, mengingat tak berapa lama sebelumnya, Ridwan kirim SMS pada Umminya. "Haruskah Ridwan pulang sekarang Ummi?" tanyanya. "Anakku, engkau yang lebih tahu keadaan di situ. Ummi relakan putusan terbaik mana saja yang kau pilih," jawab Umminya. Ternyata, Ridwan Abdul Hayyie 'memilih' pulang ke Rahmatullah. Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Keberangkatan Ridwan Abdul Hayyie bersama teman-temannya sebagai relawan kemanusiaan. Lalu, mengapa ikut bertempur di medang perang? Tak banyak yang menyadari, bahwa relawan kemanusiaan di wilayah perang, tentu berbeda dengan relawan di wilayah yang tertimpa bencana alam. Mereka bukan sekadar membantu secara materi, tetapi juga membantu menjaga jiwa, harta dan kehormatan korban perang. Jika relawan kemanusiaan di wilayah perang membawa senjata dan ikut berperang, hal itu dilakukan untuk membela diri, harta dan kehormatan dari serangan para perusak agama. Berbeda dengan relawan kemanusiaan di wilayah bencana alam, cukuplah membawa cangkul dan sekop. Oleh karena itu, mereka yang belum mampu menjadi relawan di medan perang, janganlah sibuk mencari-cari kesalahan para relawan dengan tuduhan radikal. Apalagi berhalusinasi tentang bahaya yang akan datang sepulang mereka nanti, jauh panggang dari api. Orang yang pantas mendapatkan kehormatan adalah mereka yang rela mengorbankan jiwa untuk kepentingan agama. Sehingga pantaslah Rasulullah Saw memberi kehormatan pada orang-orang yang syahid di medan jihad dengan sabdanya: "Orang yang mati syahid mempunyai 7 karunia di sisi Allah, yaitu: Ia diampuni pada waktu tetesan darah yang pertama, ia dapat melihat kedudukannya di Surga, ia dihiasi dengan pakaian keimanan, ia dijodohkan dengan 72 istri dari bidadari yang cantik jelita, ia dilindungi dari azab kubur dan diamankan dari rasa takut yang paling besar dan dipakaikan pada kepalanya mahkota kehormatan, satu mutiara darinya lebih baik daripada dunia dan dari apa yang ada di dalamnya serta ia dapat memberikan syafaat kepada 70 orang dari ahli keluarganya." (Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya, At-Turmudzi, Ibnu Majah dari Al-Miqdam bin Ma'dikarib RA dan Kanzul-Ummal, Juz IV/ 11132) [] ———————– Makalah ini dikutip ulang dari Majalah Risalah Mujahidin edisi 36. Sumber: http://risalahmujahidin.com/risalah-mujahidin-edisi-36-wisata-jihad-mujahid-muda-indonesia/ (*/arrahmah.com) |
Majelis Mujahidin: Hentikan pembersihan etnis di Myanmar! Posted: 27 May 2015 08:46 AM PDT JAKARTA (Arrahmah.com) - Majelis Mujahidin (MM) mendesak pemerintah untuk ikut andil dalam menyelesaikan masalah masyarakat muslim Rohingya. Mereka berharap kejahatan kemanusiaan yang menimpa muslim Rohingya bisa segera dihentikan. "Dunia Islam dan PBB harus segera menghentikan genosidasi (pembersihan etnis) masyarakat muslim Myanmar dan mengirimkan pasukan perdamaian internasional ke Myanmar," kata Ustadz Abu Muhammad Jibriel Wakil Amir MM saat berorasi di depan kantor kedutaan besar Myanmar Jl KH. Agus Salim, Menteng Jakarta Pusat pada Rabu (27/5/2015) saat mengikuti aksi solidaris muslim Rohingya, dikutip dari Suaraislam.com. Menurutnya, apabila pemerintah Myanmar tidak mengambil inisiatif menghentikan genosida terhadap muslim Rohingya, maka pemerintah Indonesia dan negara-negara Islam lainnya harus memutus hubungan diplomatik dengan Myanmar dan mengusir duta besar Myanmar. Selain itu, lanjt Ustadz Abu Jibriel, respon dunia barat terkesan membiarkan konflik dan kebrutalan pemerintah Myanmar terhadap masyarakat Rohingya, sementara mengacak-acak dunia Islam di Timur Tengah, mengindikasikan sikap diskiriminatif dan hubungan buruk pemimpin negara-negara barat terhadap Islam kecuali yang menjadi kepentingan hegemoni politik mereka. Majelis Mijahidin mengajak seluruh komponen bangsa sesuai kemampuan masing-masing untuk berusaha menghentikan tindakan etnis cleansing terhadap masyarakat Rohingya bersama pemerintah Indonesia. "Namun apabila niat baik tersebut tidak dapat menghentikan kebiadaban pemerintah Myanmar, maka Mujahidin supaya mengambil inisiatif lain sesuai tuntunan syariah Islam untuk menghentikan kemunkaran yang menimpa muslim Rohingya," pungkas Ustadz Abu Jibril. Selain Ustaz Abu Jibril, dalam aksi tersebut hadir pula tokoh Islam lainnya seperti KH. Muhammad al Khaththath (Sekjen FUI), KH. Shabri Lubis (Ketum FPI), Munarman, SH (FPI), Ustaz Bernard Abdul Jabbar (Sekjen KAMRA) dan lainnya. Para tokoh tersebut diterima sebagai delegasi oleh wakil kedubes Myanmar untuk menyampaikan tuntutannya. (azm/arrahmah.com) |
Besok matahari melintas persis di atas Ka'bah, verifikasi arah kiblat kita Posted: 27 May 2015 08:25 AM PDT JAKARTA (Arrahmah.com) - Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais-Binsyar) Mukhtar Ali menjelaskan bahwa berdasarkan data astronomi, Kamis (28/5/2015), matahari akan melintas tepat di atas Kabah. Peristiwa alam ini akan terjadi pada pukul 16.18 WIB dan 17.18 WITA. "Bayang-bayang benda yang berdiri tegak, pada tanggal dan jam tersebut akan mengarah tepat ke Ka'bah," jelas Muhtar Ali, Rabu (27/5). Menurut Mukhtar, peristiwa semacam ini sering dikenal juga dengan nama Rashdul Qiblah. Yaitu, ketentuan waktu di mana bayangan benda yang terkena sinar matahari menunjuk arah kiblat. Sehubungan itu, kaum muslimin dan pengurus takmir masjid/mushalla yang akan memverifikasi kesesuain arah kiblat, dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut: Pertama, menentukan lokasi masjid, mushalla, langgar, atau rumah yang akan diluruskan arah kiblatnya. Sediakan tongkat lurus panjang 1 sampai 2 meter dan peralatan untuk memasangnya. Siapkan juga jam/arloji yang sudah dikalibrasi waktunya secara tepat dengan radio/televisi/internet; Kedua, cari lokasi di samping atau di halaman masjid yang masih mendapatkan penyinaran matahari pada jam-jam tersebut serta memiliki permukaan tanah yang datar. Pasang tongkat secara tegak dengan bantuan pelurus berupa tali dan bandul. Persiapan jangan terlalu mendekati waktu terjadinya rashdul qiblah agar tidak terburu-buru; Ketiga, saat rashdul qiblah berlangsung amatilah bayangan matahari yang terjadi (toleransi +/- 2 menit). Di Indonesia peristiwa rashdul qiblah terjadi pada sore hari sehingga arah bayangan menujuu ke Timur. Sedangkan bayangan yang menuju ke arah Barat agak serong ke Utara merupakan arah kiblat yang tepat; Keempat, gunakan tali, susunan tegel lantai, atau pantulan sinar matahari menggunakan cermin untuk meluruskan lokasi ini ke dalam masjid/rumah dengan menyejajarkannya terhadap arah bayangan. Mukhtar menambahkan bahwa selain tongkat lurus, menara, sisi selatan bangunan masjid, tiang listrik, tiang bendera, atau benda lain yang tegak juga bisa digunakan untuk melihat bayangan. "Bisa juga dengan teknik lain, misalnya bandul yang digantung menggunakan tali sepanjang beberapa meter, maka bayangannya dapat kita gunakan untuk menentukan arah kiblat," jelasnya. (kemenag.go.id/arrahmah.com) |
Muslim Rohingya dibantai, FUI: Hentikan kezaliman pemerintah Myanmar dan para biksu Posted: 27 May 2015 08:11 AM PDT JAKARTA (Arrahmah.com) - Nasib kaum Muslim Rohingya yang terus-menerus dibantai, diperkosa, dirampas harta bendanya, dan diusir dari kampung halamannya selama berpuluh-puluh tahun oleh kaum Budha Myanmar, bahkan diprovokasi oleh para Biksu Budha Myanmar, sungguh memprihatinkan kita semua, khususnya kita kaum muslimin Indonesia yang merupakan wilayah tetangga dan satu rumpun Negara ASEAN. Oleh karena itu, dalam rilisnya, Forum Umat Islam (FUI) yang merupakan forum dari para Pimpinan dan Aktivis Ormas dan Lembaga Islam di Indonesia menyatakan:
(azmuttaqin/arrahmah.com) |
Jet-jet "Israel" kembali meluncurkan serangan di Jalur Gaza Posted: 27 May 2015 07:40 AM PDT PALESTINA (Arrahmah.com) - Jet-jet Zionis "Israel" meluncurkan empat serangan di Jalur Gaza pada Rabu pagi (26/5/2015), beberapa jam setelah mengklaim adanya serangan roket lintas-perbatasan, lansir Al-Arabiya. Saksi mata mengatakan pesawat-pesawat bangsa penjajah itu menargetkan kamp pelatihan milik Jihad Islam di Rafah, Khan Younis dan Kota Gaza. Sementara itu, militer "Israel" mengklaim bahwa serangan meraka menghancurkan empat "infrastruktur teror" di Jalur Gaza selatan. Sejauh ini alhamdulillah tidak ada laporan tentang korban. Sebelumnya, pada Selasa (26/5) dilaporkan ada sebuah roket yang ditembakkan dari wilayah kantung Palestina dan menghantam "Israel" selatan namun tidak menimbulkan korban atau kerusakan. Gerakan perlawanan Palestina, Hamas, belum menyatakan bertanggung jawab atas serangan itu. Serangan udara pada hari Rabu ini adalah yang ketiga sejak agresi akhir 2014. Bulan lalu, sejumlah tank dilaporkan menembaki posisi Hamas setelah sebuah serangan roket. Roket pada hari Selasa merupakan yang ketiga yang ditembakkan dari Gaza sejak dilakukannya gencatan senjata yang mengakhiri 50-hari agresi "Israel" pada musim panas 2014, yang membunuh sekitar 2.200 warga Palestina, yang kebanyakan adalah warga sipil yang tak berdosa. Sementara di sisi "Israel", dilaporkan yang tewas hanya 73 orang, dan kebanyakan dari mereka adalah tentara. (banan/arrahmah.com) |
Kurangnya masjid memaksa Muslim Italia shalat di mana saja Posted: 27 May 2015 07:20 AM PDT ITALIA (Arrahmah.com) - Muslim Italia melaksanakan shalat di gudang, di area parkir, dan bahkan di garasi. Mereka mengaku kurang nyaman dengan hal itu, sebagaimana dilansir WB pada Rabu (26/5/2015). Di sebuah negara di mana Katolik, Budha, Yahudi dan Mormon diakui secara resmi sebagai agama di Italia, Islam, agama terbesar kedua di negara itu, malah tidak diakui. Dengan 1,5 juta Muslim yang ada di Italia, hanya ada dua masjid yang akan dibangun secara resmi - di Roma dan Milan - ditambah dengan sekitar lima lainnya, yang lebih meyerupai gedung budaya dibanding masjid. Hal ini kontras dengan negara-negara Eropa lainnya: Jerman memiliki 140 masjid dengan kubah dan menara; Inggris memiliki sekitar 200 masjid yang akan dibangun. Sementara di Venesia, hubungan antara pemerintah kota dan masyarakat Muslim dilaporkan baik namun ada peningkatan ketidaknyamanan yang dirasakan mayoritas Muslim karena terpaksa melaksanakan shalat di garasi atau flat mereka. Pusat Islam terdekat utama ada di Marghera, lebih dari 10 kilometer jauhnya. "Kami ingin tempat kami sendiri untuk shalat," kata Mohamed Amin Al Ahdab, presiden Komunitas Islam Venesia. "Setiap hari, umat Islam datang dari seluruh dunia untuk melihat Venesia dan mereka bertanya 'Mengapa kalian tidak memiliki masjid?'" (banan/arrahmah.com) |
Polisi Cina menahan 181 Muslim Uighur di Turkistan Timur Posted: 27 May 2015 07:00 AM PDT CINA (Arrahmah.com) - Dalam sejumlah operasi yang dilakukan oleh pasukan pendudukan Cina, sebanyak 181 Muslim Uighur dilaporkan telah ditahan di Turkistan Timur, lansir WB pada Selasa (26/5/2015). Pemerintah Cina mengklaim bahwa 112 orang yang ditahan oleh polisi merupakan bagian dari kelompok kejahatan yang terorganisir. Dalam beberapa tahun terakhir sebagian besar warga Muslim Uighur di Turkistan Timur dikabarkan telah mulai memberanikan diri melawan pasukan Cina. Setelah kabar serangan-serangan tersebut, polisi Cina yang memanfaatkan situasi telah menangkap ratusan Muslim Uighur di Cina dengan meluncurkan sejumlah operasi. Aktivis Turkistan Timur dan pengungsi di luar negeri telah melaporkan bahwa polisi Cina telah menerapkan kebijakan represif yang berlebihan untuk polisi Cina terhadap Muslim Uighur. Pemerintah Cina menuduh Muslim Uighur berusaha untuk membangun kembali negara merdeka Turkistan Timur. (banan/arrahmah.com) |
Mujahidin Ahrar Syam rilis video penyerangan Markas Rezim Assad di Homs utara Posted: 27 May 2015 01:30 AM PDT HOMS (Arrahmah.com) - Ahrar Syam, salah satu unsur dalam aliansi Jabhah Islamiyah, merilis sebuah video bertajuk "Dan sudah menjadi kewajiban kami menolong orang-orang yang beriman," pada YouTube, Senin (25/5/2015). Video berdurasi 10 menit rilis resmi Ahrar Syam ini mendokumentasikan operasi peperangan di pinggiran Homs utara. Dokumentasi diawali dengan pembealan awal berupa penerangan strategi operasi yang mengoptimalkan teknologi digital, para Mujahidin terlihat nampak sudah mempersiapkan operasi ini dengan matang. Selain itu terdapat pula penggalan program pelatihan fisik para Mujahidin Ahrar Syam sebelum menghadapi tentara rezim Assad. Sebelum melakukan penyerangan, Dewan Syari'ah memberi tausyiah kepada para Mujahidin Ahrar Syam. Dengan penuh semangat disertai dzikir (takbir), mereka lalu mulai memasuki wilayah tentara nusyairiyah dan shabihah di Homs utara dengan berjalan kaki. Sesampainya di lokasi, Mujahidin meledakkan sebuah markas shabihah dan menghujani tentara rezim dengan roket dan bazooka. Kendaraan musuh juga turut hancur terkena roket itu. Selain itu, terjadi juga baku tembak antara Mujahidin dan tentara Assad yang mempertahankan markasnya. Para Mujahidin menggunakan senjata yang beragam, mulai dari sniper, AK-47, RPG, hingga artileri berat lainnya. Musuh juga melakukan penyerangan dari udara. Mujahidin membalasnya dengan tembakan anti-serangan udara. Alhamdulillah, Allah memenangkan Mujahidin Ahrar Syam untuk menguasai wilayah di Homs Utara itu. Sementara, mayat tentara tentara rezim bergelimpangan. Dari operasi ini, Allah memeberikan rizki ghonimah bagi Mujahidin Ahrar Syam. Mereka mendapatkan rampasan perang berupa, senapan, amunisi, senjata artileri dan kendaraan milik tentara rezim. (adibahasan/arrahmah.com) |
You are subscribed to email updates from Arrahmah.com To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |