Arrahmah.Com

Arrahmah.Com

Link to Arrahmah.com

Iran kerahkan 1.200 tentara di Aleppo

Posted: 14 Apr 2016 04:30 PM PDT

Jet C-130 Iran. (Foto: Internet)

ALEPPO (Arrahmah.com) - Setidaknya 1.200 tentara dari tentara reguler Iran telah bergabung dengan pertempuran yang sedang berlangsung di provinsi Aleppo, sepuluh hari setelah Teheran mengumumkan penyebaran komando militer untuk menolong Bashar Asad, ujar sumber yang tidak ingin disebutkan namanya kepada Zaman Alwasl.

Sedikitnya 12 C-130 Iran mendarat di bandara militer Al-Neirab pekan ini yang membawa sekitar 1.200 tentara yang dikerahkan di medan pertempuran Aleppo, lansir Zaman Alwasl pada Kamis (14/4/2016).

Mengomentari penyebaran Brigade 65 ke Suriah, komandan lapangan, Brigjen Hamidreza Pourdastan mengatakan pada Senin lalu bahwa Iran memiliki strategi baru dengan mengirimkan lebih banyak penasehat militer untuk mendukung Asad.

Teheran merupakan sekutu utama rezim Nushairiyah pimpinan Asad dan telah memberikan dukungan militer dan ekonomi selama perang yang telah berlangsung lebih dari lima tahun.

Sampai saat ini, sebagian besar warga Iran yang terlibat dalam perang Suriah berasal dari paramiliter Korps Garda Revolusi dan Iran juga diyakini telah mengirim ratusan penasehat militer.

Beberapa hari lalu, empat tentara Iran dari pasukan khusus dilaporkan tewas oleh kantor berita Tasnim.

Syaikh Abdullah Al-Mouhaisni, Jihadi asal Saudi yang tergabung dalam harakah Ahrar Syam, mengatakan dalam sebuah video bahwa puluhan milisi paramiliter Iran telah tewas dalam bentrokan yang berlangsung di kota Tallet Al-Eis dan bukit yang berada di dekatnya di pedesaan selatan. (haninmazaya/arrahmah.com)

Mujahidin IIA bebaskan 10 desa di Badakhshan

Posted: 14 Apr 2016 09:18 AM PDT

iia soldiers

BADAKSHAN (Arrahmah.com) - Mujahidin Imarah Islam Afghanistan (IIA) bergerak maju ke distrik Tagab, provinsi Badakhshan, untuk membersihkan kehadiran pasukan musuh di wilayah tersebut pada Rabu (13/4), menurut laporan Al-Emarah News.

Laporan mengatakan bahwa 10 desa telah dibebaskan oleh Mujahidin di tengah-tengah "Operasi Umar" yang meninggalkan sejumlah pasukan rezim tewas dan terluka.

Sementara di distrik Shuhada, Mujahidin membersihkan sejumlah besar daerah dari keberadaan pasukan rezim pada Rabu, menimpakan kerugian jiwa dan materi pada pasukan rezim.

Sedangkan di distrik Baharak, Mujahidin menguasai sebuah pos musuh pada Rabu dini hari, meninggalkan sejumlah tentara rezim tewas dan terluka.

Mujahidin juga menyerbu markas-markas besar polisi di distrik Baharak, namun belum diketahui jumlah kerugian yang dialami pasukan rezim. (siraaj/arrahmah.com)

Mujahidin IIA lancarkan "Operasi Umar" tahun ini

Posted: 14 Apr 2016 09:13 AM PDT

iia soldiers

AFGHANISTAN (Arrahmah.com) - Mujahidin Imarah Islam Afghanistan (IIA) melancarkan operasi militer musim semi tahun ini dengan menyebutnya "Operasi Umar."

"Operasi Umar" dimulai serentak di seluruh Afghanistan pada Selasa (12/4/2016) pukul 5:00 waktu setempat yang bertepatan dengan 5 Rajab 1437. Mujahidin mengatakan bahwa operasi militer ini dimulai pada 5 Rajab dikarenakan pada tanggal tersebut kaum Muslimin pada zaman Khalifah Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu memerangi dan mengalahkan pasukan kafir barat dalam Perang Yarmuk.

"Sehingga, kami berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar Dia memberkahi Operasi Umar dengan cara yang sama dan mentakdirkannya dengan kemenangan Islam yang besar di medan perang dan kekalahan tanpa syarat serta penarikan mundur pasukan penjajah dan budak-budak dalam negeri mereka," tulis Mujahidin IIA dalam pernyataan resminya terkait peresmian "Operasi Umar" yang dipublikasikan Shahamat. (siraaj/arrahmah.com)

Tentara "Israel" bakar bendera Palestina di hadapan ratusan warga Palestina

Posted: 14 Apr 2016 03:00 AM PDT

Ilustrasi (Foto: Internet)

TEPI BARAT (Arrahmah.com) - Dua orang tentara penjajah "Israel membakar sebuah bendera Palestina di hadapan ratusan warga Palsetina yang akan melewati sebuah pos pemeriksaan yang berlokasi di dekat Nablus, sebuah kota di bagian utara Tepi Barat, pada Rabu (13/4).

Dua tentara "Israel" awalnya menghentikan salah satu mobil yang membawa sejumlah warga Palestina ketika hendak melewati pos pemeriksaan. Kedua tentara itu kemudian merebut bendera Palestina dari salah satu warga.

Sesaat kemudian, dua tentara "Israel" itu membakar bendera Palestina, lansir Ma'an (14/4/2016).

Pemerintah Otoritas Palestina telah mengajukan protes resmi kepada penjajah "Israel" atas ulah dua tentaranya.

Militer "Israel" mengaku telah mendisiplinkan kedua tentara tersebut. Melalui juru bicaranya, mereka mengklim bahwa "tentara tersebut tidak bertindak sesuai standar IDF (Angkata Bersenjata 'Israel')". (fath/arrahmah.com)

John Kerry: Pelanggaran HAM bantu "teroris" berkembang biak

Posted: 14 Apr 2016 02:30 AM PDT

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry. (Foto: Telegraph)

WASHINGTON DC (Arrahmah.com) - Menteri Luar Negeri AS, John F. Kerry, mengatakan pemerintahan otoriter, tindakan keras terhadap perbedaan pendapat, dan pelanggaran HAM membantu kelompok "teroris" berkembang biak.

"Pelanggaran yang paling luas dan dramatis pada tahun 2015 terhadap orang-orang di Timur Tengah, di mana pertemuan 'terorisme' dan konflik Suriah menyebabkan penderitaan besar," katanya ketika merilis laporan pelanggaran HAM tahuna oleh Departemen Luar Negeri AS, Rabu (13/4).

"Mengingat kengerian lima tahun terakhir ini, saya tidak bisa membayangkan pukulan yang lebih kuat pada HAM yang menentukan perang, 'teror', penindasan dan terutama untuk penyiksaan, untuk pengeboman tanpa pandang bulu," ujarnya, seperti dikutip Washington Post (14/4/2016).

"Dan karena itu memungkinkan awal baru bagi rakyat Suriah," lanjut Kerry.

John Kerry juga mengomentari perdebatan para kandidat calon Presiden AS dari Partai Republik yang akan mempertimbangkan penerapan teknik penyiksaan waterboarding dan bentuk-bentuk penyiksaan lain untuk memerangi terorisme.

"Amerika Serikat menentang penggunaan penyiksaan dalam bentuk apapun, setiap saat, oleh pemerintah atau aktor non-negara. Komitmen Amerika terhadap perlakuan yang manusiawi dari orang di penahanan dimulai jauh sejak Jenderal George Washington di Perang Revolusi. Pada akhirnya, menjunjung tinggi nilai-nilai inti yang membuat sebuah bangsa yang kuat," klaim Kerry. (fath/arrahmah.com)

Halau pengungsi, Austria bangun pagar di perbatasan

Posted: 14 Apr 2016 02:00 AM PDT

Pemerintah Austria akan membangun pagar pembatas dan memperketat pemeriksaan di perbatasan dengan italia di bagian timur negara itu. (Foto: Reuters / Dominic Ebenbichler)

WINA (Arrahmah.com) - Pemerintah Austria akan membangun pagar pembatas dan memperketat pemeriksaan di perbatasan dengan Italia di bagian timur negara itu.

Langkah tersebut dilakukan demi mencegah pengungsi yang masuk setelah jalur Balkan ditutup.

Sebagaimana dilansir Telegraph (12/4/2016), pagar tersebut akan dibangun di Terusan Brenner yang merupakan jalur transportasi penting yang menghubungkan Eropa selatan dan utara sejak zaman kekaisaran Romawi.

Sebagaimana disampaikan kepala polisi di negara bagian Tyrol, Austria, Helmut Tomac, pagar tersebut akan dibangun sepanjang lebih dari 228 meter, memotong jalan raya yang sibuk dan rel kereta.

Pagar yang disebut "sistem manajemen perbatasan" itu diklaim akan memberikan otoritas Austria kemampuan lebih baik dalam mengendalikan jumlah kendaraan dan penumpang yang masuk melalui Brenner.

Pembangunan pagar perbatasan ini merupaka salah satu efek berantai dari gelombang pengungsi Timur Tengah dan Afrika yang membanjiri Eropa. Austria khwatir, lebih dari 300.000 imigran asal Afrika di kamp pengungsi Libya, tengah berencana menyeberangi laut Mediterania menuju Sisilia di Italia. Kemudian, dari Italia para pengungsi diprediksi akan menuju negara-negara kaya di utara Eropa, dan melalui Austria.

Diperkirakan pagar anti-pengungsi yang dibangun Austria akan rampung pada akhir Mei. Pengetatan perbatasan akan dimulai paling lambat 1 Juli, seperti disampaikan Hans Peter Doskozil, menter pertahanan Austria.

Sekitar 90.000 pengungsi dan imigran pencari suaka membanjiri Austria tahun lalu, namun pemerintah Austria ingin mengurangi jumlahnya pada tahun ini. Austria telah menetapkan kuota para pencari suaka hanya berjumlah 37.500 orang.

Keputusan Austria membangun pagar di perbatasan memicu kemarahan pemerintah Italia. "Pembangunan pembatas di Terusan Brenner adalah kesalahan besar yang melanggar peraturan Eropa," kata Sandro Gozzi, menteri negara urusan Eropa. (fath/arrahmah.com)

Lagi, kekerasan meletus di Kashmir setelah dua pemuda ditembak mati oleh tentara India

Posted: 14 Apr 2016 12:34 AM PDT

Tentara pendudukan India melepaskan tembakan dan menembakkan gas air mata ke arah pendemo. (Foto: Zulkarnain Banday/Al Jazeera)

KUPWARA (Arrahmah.com) - Ratusan warga Kashmir turun ke jalan, melemparkan batu dan meneriakkan slogan-slogan kebebasan setelah tentara pendudukan India menembak mati setidaknya dua orang selama protes terhadap kasus pelecehan seksual oleh seorang tentara, menurut laporan Al Jazeera.

Dua pemuda, Nayeem Ahmad dan Muhammad Iqbal, tewas ketika melakukan aksi protes pada Selasa (12/4/2016) menyusul tuduhan oleh penduduk setempat mengenai percobaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh tentara India terhadap seorang gadis di kota Handwara, distrik Kupwara.

"Ini dimulai dengan demonstrasi kecil, dan kemudian ratusan orang lainnya bergabung. Para pengunjuk rasa menuntut bahwa tentara (yang diduga melakukan pelecehan seksual terhadap seorang gadis) ditangkap dan diserahkan kepada orang-orang," ujar Zulkarnain Banday, sepupu korban Nayeem Ahmad seperti dilansir Al Jazeera.

"Ketika mereka menolak, tentara melepaskan tembakan dan menembakkan gas air mata ke arah demonstran. Saat itulah pengunjuk rasa mencoba membakar bunker," lanjut Banday dari Handwara.

Pejabat polisi pendudukan India mengornfirmasi tewasnya dua pemuda, sementara laporan media lokal mengatakan bahwa seorang wanita muda juga ditembak mati pada Selasa (12/4) malam, namun masih belum jelas siapa yang bertanggung jawab atas kematiannya.

Kolonel NN Joshi mengklaim bahwa ia menyesal telah ada nyawa yang menghilang dan akan menyelidiki masalah tersebut.

"Siapa pun yang terbukti bersalah akan ditangani sesuai hukum, semua ini adalah masalah penyelidikan," klaimnya kepada Al Jazeera.

Namun kelompok masyarakat sipil mengatakan bahwa kasus tersebut akan jatuh ke dalam jurang kasus yang tidak akan pernah terselesaikan dan belum pernah terpecahkan di Kashmir. Kelompok hak asasi manusia telah lama menuduh militer india menggunakan pemerkosaan dan pelecehan seksual untuk mengintimidasi penduduk lokal.

"Inilah sebabnya mengapa orang tidak maju dengan kasus pelecehan seksual dan kekerasan, karena seperti itulah bagaimana mereka ditangani," ujar Khurram Parvez, koordinator program Koalisi Masyarakat Sipil Jammu Kashmir (JKCCS).

Zulkarnain Banday mengatakan tidak mungkin keluarga Ahmad akan mengajukan keluhan ke polisi.

"Tidak ada yang memiliki keyakinan dengan polisi atau sistem," ujar Banday yang bekerja sebagai jurnalis untuk The Statesman. Ia mengatakan bahwa ia juga diancam oleh polisi saat mengambil foto terkait peristiwa itu.

"Mereka mengatakan kepada saya bahwa jika saya mengambil foto, mereka akan membunuh saya juga," ujarnya. (haninmazaya/arrahmah.com)

Arab Saudi berharap KTT OKI Istanbul bisa mewujudkan persatuan Islam

Posted: 13 Apr 2016 11:43 PM PDT

Penjaga Dua Masjid Suci Raja Salman dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sedang meninjau di Istana Presiden Turki di Ankara, Selasa (12/4/2016). (SPA)

RIYADH (Arrahmah.com) - Arab Saudi ingin memastikan keberhasilan KTT Organisasi Kerjasama Islam (OKI) Istanbul yang akan digelar akhir pekan ini dalam mengatasi masalah di wilayah Timur Tengah, dan menjalin hubungan yang lebih erat dengan Turki di bidang ekonomi dan politik, termasuk perang melawan terorisme.

Hal ini sesuai dengan pernyataan duta besar Saudi di Ankara, Adil Mirdad, yang mengatakan bahwa kedua negara itu telah melakukan kerja sama di beberapa bidang sebagai anggota OKI.

Dalam sebuah wawancara dengan koran lokal, Mirdad mengatakan bahwa Arab Saudi ingin memastikan KTT OKI bisa menyatukan ummat Islam, sebagaimana dilansir Arab News, Rabu (13/4/2016).

Dia menegaskan bahwa keyakinan ini telah menjadi dasar dari setiap tindakan Arab Saudi sejak negara ini didirikan oleh almarhum Raja Abdul Aziz. Keyakinan itu telah ditegakkan sejak saat itu oleh beberapa pemimpin Arab Saudi dan sekarang di bawah pimpinan Penjaga Dua Masjid Suci Raja Salman.

Dia juga mengatakan bahwa Arab Saudi dan Turki berbagi pandangan tentang beberapa isu termasuk Palestina, Suriah dan Irak.

"Dua negara kami ingin Irak bersatu, dan Suriah mempertahankan kedaulatan penuh atas tanahnya tanpa perpecahan apapun, dan tanpa Assad yang telah menyeret negara itu ke dalam lubang dan menggusur rakyatnya," katanya.

Menurut Mirdad, masalah penting yang dibahas pada KTT OKI diharapkan akan menyelesaikan banyak konflik di wilayah itu, yang telah menjadi semakin buruk selama 100 tahun terakhir.

Sangat penting bagi semua negara untuk mencapai kesamaan pandangan dan memberikan solusi yang efektif, ungkapnya.

Sehubungan dengan terorisme, Mirdad mengatakan: "Arab Saudi dan Turki dapat bekerjasama untuk mencapai banyak hal. Kedua negara itu memiliki pengaruh besar di kawasan dan secara internasional dan dapat menemukan solusi atas terorisme, terutama di Suriah dan Irak, dan perang melawan ISIS."

Mirdad mengatakan bahwa solusi itu akan didasarkan pada visi Raja Salman, terutama untuk Suriah, di mana dukungan telah diberikan kepada Koalisi Nasional dan oposisi.

"Selama KTT OKI yang diselenggarakan di Kairo pada tahun 2013, Arab Saudi dan Turki sepakat bahwa rezim Suriah telah melakukan kejahatan keji terhadap rakyat Suriah'"

"Jadi, sangat penting untuk menyatukan negara-negara Islam dan mengadopsi visi ini, dan terus menekan masyarakat internasional dan Dewan Keamanan untuk mengambil tindakan yang diperlukan dalam hal ini."

Berbagai kesepakatan harus didasarkan pada resolusi PBB, yang harus membentuk transisi untuk sebuah pemerintahan yang baru, dan melawan upaya Iran untuk mencampuri wilayah tersebut, tuturnya.

(ameera/arrahmah.com)

Banjir langka landa Riyadh, lalu lintas kacau, sekolah ditutup

Posted: 13 Apr 2016 10:50 PM PDT

Badai, yang melanda Riyadh selama jam sibuk pada Selasa (12/4) malam, mereda menjelang fajar pada Rabu (13/4) tapi beberapa jalanan masih tergenang air.

RIYADH (Arrahmah.com) - Lalu Lintas macet dan sekolah ditutup di ibukota Riyadh, Arab Saudi, pada Rabu (13/4/2016) setelah kota gurun itu dilanda badai langka yang parah, yang memicu banjir.

Badai, yang melanda Riyadh selama jam sibuk pada Selasa (12/4) malam, mereda menjelang fajar pada Rabu (13/4) tapi beberapa jalanan masih tergenang air.

Riyadh menerapkan rencana darurat untuk menangani banjir ini, ungkap juru bicara dewan kota, Muhammad Al Shwayman, sebagaimana dikutip oleh Saudi Press Agency (SPA), sebagaimana dilansir Gulf News.

Warga dihimbau untuk tidak berkumpul di daerah yang terkena dampak "untuk mengambil gambar dan video, yang menempatkan kehidupan mereka pada risiko," katanya.

Lalu lintas terhenti sejauh beberapa kilometer sepanjang jalan raya utama dan banyak kendaraan mogok saat jalan-jalan kota dilandah banjir besar.

Riyadh, sebuah kota gurun dengan penduduk 5,7 juta, terkenal karena suhu udaranya yang panas, dan hanya sesekali turun hujan.

Sebuah harian lokal mengutip departemen pendidikan yang mengatakan bahwa semua sekolah di wilayah ibukota akan ditutup pada Rabu (13/4).

SPA melaporkan bahwa Universitas Arab Naif untuk Ilmu Keamanan kelasnya ditunda.

Di wilayah barat daya Arab Saudi , pembelajaran ditunda di wilayah Asir karena kondisi cuaca, kata seorang pejabat sebagaimana dikutip SPA.

(ameera/arrahmah.com)

Di tengah kecamuk perang, Suriah gelar pemilu parlemen

Posted: 13 Apr 2016 09:00 PM PDT

pemilu parlemen Suriah

DAMASKUS (Arrahmah.com) - Presiden Suriah Bashar Assad mengeluarkan Keputusan No.63 tertanggal 22 Februari yang menetapkan 13 April sebagai tanggal digelarnya pemilihan legislatif. Pengumuman itu datang beberapa menit setelah Rusia dan Amerika Serikat menegosiasikan gencatan senjata yang mulai berlaku lima hari kemudian.

Ketua Komisi Yudisial Tinggi untuk Pemilu (HJCE), Hisham Shaar, mengatakan bahwa ada sekitar 3.500 calon legislatif yang ikut dalam pemilihan untuk memperebutkan 250 kursi parlemen, sebagaimana dilansir Sputnik News, Rabu (12/4/2016).

Menurut Shaar, warga Suriah akan dapat memberikan suara mereka di lebih dari 7.000 tempat pemungutan suara di seluruh negeri. TPS dibuka pukul 07:00 waktu setempat.

Dia juga mengatakan bahwa HJCE tidak akan menghalangi para pengamat internasional untuk memantau pemilihan parlemen jika Kementerian Luar Negeri Suriah menyetujui aktivitas mereka.

Menteri Luar Negeri Suriah Walid Muallem mengatakan pada bulan lalu bawa pemilihan parlemen ini akan memiliki "dampak" pada negosiasi yang dimediasi PBB di Jenewa.

Pada tanggal 30 Maret, Assad mengatakan kepada Sputnik bahwa ia tidak mengharapkan perubahan besar di parlemen Suriah pasca pemilu ini, namun ia menegaskan kembali bahwa pemilihan itu akan mengukuhkan keberadaan Suriah sebagai sebuah negara meskipun kehadiran kelompok "teroris".

Banyaknya kandidat dalam proses pemilihan parlemen ini menunjukkan dukungan dan keinginan yang kuat di antara orang Suriah untuk memperkuat legitimasi pemerintah, klaimnya.

Ibrahim Khodr Salem, gubernur provinsi barat Latakia, mengatakan kepada Sputnik News, Senin (11/4) bahwa daerahnya siap untuk mengadakan pemilihan dengan 990 kotak suara yang dipindahkan ke TPS dan menyediakan transportasi umum gratis untuk para pemilih.

(ameera/arrahmah.com)