Arrahmah.Com

Arrahmah.Com

Link to Arrahmah.com

Jet tempur Rusia dan rezim Nushairiyah sengaja menggempur rumah sakit dan fasilitas medis di Aleppo

Posted: 03 Mar 2016 03:30 PM PST

Fasilitas medis dan ambulans yang hancur setelah digempur oleh jet tempur Rusia atau rezim Nushairiyah. (Foto: Internet)

ALEPPO (Arrahmah.com) - Pasukan rezim Nushairiyah dan Rusia telah sengaja menggempur rumah sakit dan fasilitas medis di Aleppo saat mereka berupaya maju ke Suriah utara, menurut laporan Amnesti Internasional.

Badan HAM tersebut mengatakan telah mengumpulkan bukti dari sedikitnya enam serangan yang disengaja terhadap rumah sakit dan klinik di bagian utara pedesaan Aleppo dalam 12 minggu terakhir, seperti dilansir Zaman Alwasl pada Kamis (3/3/2016).

Tiga warga sipil dan seorang pekerja medis gugur dan 44 lainnya terluka dalam serangan yang dikatakan oleh Amnesti sebagai kejahatan perang.

Tirana Hassan, direktur Respon Krisis Amnesti Internasional mengatakan rumah sakit telah menjadi garis depan baru dalam serangan oleh pasukan rezim Nushairiyah dan Rusia.

Hassan mengatakan: "Pasukan Suriah dan Rusia sengaja menyerang fasilitas kesehatan dalam pelanggaran mencolok terhadap hukum kemanusiaan internasional. Tapi apa yang benar-benar mengerikan adalah bahwa menghancurkan rumah sakit tampaknya telah menjadi bagian dari strategi militer mereka."

"Serangan terbaru dari serangan terhadap fasilitas kesehatan di utara Aleppo tampaknya menjadi bagian dari pola serangan terhadap petugas medis dan rumah sakit, strategi yang telah menghancurkan sejumlah fasilitas medis dan membunuh ratusan dokter dan perawat sejak awal konflik."

Amnesti juga mengutip seorang dokter dari kota Anadan, barat laut Aleppo, yang mengatakan banyak orang meninggal di kota tersebut setelah rumah sakit lapangan diserang pada 2 Februari lalu.

"Rumah sakit lapangan hampir tidak beroperasi dan pusat ditutup. Masalahnya adalah bahwa tidak semua orang mampu untuk pergi. Orang-orang yang tinggal adalah orang-orang lanjut usia yang membutuhkan perawatan medis," ujar dokter tersebut. (haninmazaya/arrahmah.com)

47 anggota OKI akan hadir di KTT luar biasa bahas Al Aqsha

Posted: 03 Mar 2016 05:00 AM PST

Dirjen Multilateral Kementerian Luar Negeri Hasan Kleib

JAKARTA (Arrahmah.com) - Dirjen Multilateral Kementerian Luar Negeri Hasan Kleib menyatakan 47 dari 56 negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) akan hadir dalam KTT Luar Biasa yang akan membahas isu Palestina dan dan Al Aqsha atau Al-Quds Al-Syarif.

Kata Hassan, selama dirinya menangani KTT OKI tidak pernah semua anggota hadir, "Selalu saja ada anggota yang tidak hadir," jelasnya di hadapan para wartawan pada media briefing KTT OKI di kantor Kemkominfo Jakarta, Kamis.

Saat ini jumlah anggota OKI ada 56 termasuk Indonesia, setelah Suriah dikeluarkan pada KTT OKI tahun 2012 di Makkah.

Selain anggota OKI, Observer, anggota DK PBB, dan anggota kwartet perdamaian Timut Tengah akan hadir.

Dalam keterlibatan tersebut, dua anggota DK PBB yaitu Rusia dan AS juga menjalankan peran sebagai anggota Kuartet Perdamaian Timur Tengah bersama dengan Uni Eropa dan PBB.

Sebagaimana diketahui lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB yakni Rusia, Amerika Serikat, Cina, Prancis, dan Inggris. Adapun kwartet Timur Tengah adalah Amerika Serikat, Rusia, PBB dan Uni Eropa.

(azmuttaqin/arrahmah.com)

4.000 pohon almond untuk Gaza

Posted: 03 Mar 2016 04:00 AM PST

Mamadou Sow (Kiri), Kepala sub delegasi Gaza di Komite Internasional Palang Merah (ICRC), membantu seorang petani Palestina menanam pohon almond yang didistribusikan oleh ICRC di desa Wadi al-Salqa, dekat perbatasan Jalur Gaza dengan "Israel", Rabu (2/3/2016). (AFP).

GAZA (Arrahmah.com) - Palang Merah pada Rabu (2/3/2016) mulai mendistribusikan ribuan pohon almond untuk petani di Jalur Gaza yang lahannya berada sepanjang perbatasan dengan "Israel", yang dilanda perang berturut-turut.

Mamadou Sow, kepala Komite Internasional Palang Merah di wilayah pesisir Palestina itu, mengatakan bahwa organisasinya akan memberikan 4.000 pohon almond dengan varietas yang berbeda untuk petani yang lahannya berada di sepanjang perbatasan, terutama yang dilanda perang, lansir oleh Arab News.

Seorang petani, Marwan Abu Muharib, yang merupakan salah satu penerima bantuan, menjelaskan bagaimana kehidupan di zona perbatasan, yang dilanda tiga konflik dengan "Israel" sejak tahun 2008.

"Setiap hari hidup kami dalam bahaya," ungkap petani berusia 45 tahun itu. Marwan menanam terong, cabai merah dan sayuran lainnya di rumah kaca. Sekarang dia menanam pohon almond.

"Kami berada sekitar 700 atau 800 meter dari perbatasan," ungkapnya.

"Militer "Israel" berpatroli lewat di dekat ladang kami. Setiap hari kami mendengar tembakan dari daerah latihan mereka, yang berada di sisi lain dari pagar perbatasan," tuturnya.

Saat ia berbicara, suara tembakan terdengar di kejauhan, menyebabkan sekawanan burung bangau yang takut terbang ke langit.

Para petani Palestina yang berada di perbatasan itu dilanda kecemasan.

"Siapa yang bisa mengatakan bahwa pesawat "Israel" tidak akan datang dan menghancurkan segalanya," kata petani yang lain, mengacu pada penyemprotan racun yang mematikan tanaman oleh pesawat "Israel" di sepanjang perbatasan.

Peternak domba di sepanjang perbatasan meyakini bahwa tujuan penyemprotan itu adalah untuk membunuh dedaunan sehingga ternak mereka tidak bisa merumput.

"Kami berharap ini tidak akan terjadi lagi," harapnya.

(ameera/arrahmah.com)

Dewan Pakar ANNAS: Syiah biang kerok terorisme dan radikalisme

Posted: 03 Mar 2016 03:07 AM PST

Pengurus Dewan Pakar ANNAS Pusat, H.M. Rizal Fadillah, S.H

PROBOLINGGO (Arrahmah.com) - Secara empiris, berbicara persoalan terorisme dan radikalisme, Dewan Pakar ANNAS Pusat, H.M. Rizal Fadillah, S.H menegaskan, Syiah adalah biang-kerok dari gerakan terorisme dan radikalisme di Indonesia. Dia mengingatkan adanya aksi peledakan kompleks Seminari Al Kitab di Malang 1984 dan peledakkan Candi Borobudur 1985 yang sempat mengguncang dunia yang kedua aksi tersebut dilakukan oleh Syiah.

Selanjutnya, H.M. Rizal mengingatkan, 3 persoalan gerakan Syiah dari sisi teologis, politis, terorisme dan radikalisme sangatlah perlu diantisipasi. ANNAS hadir bersama pemerintah dan aparat untuk melawan kesesatan dan bahaya latennya Syiah demi membentengi aqidah ummat dan mempertahankan keutuhan NKRI

Dikatakannya saat orasi dalam Deklarasi dan Pengukuhan Pengurus ANNAS Wilayah Jawa Timur Kota Probolinggo, di Masjid Al Arif Jl. Mastrip Kota Probolinggo, Ahad, (28/2/2016), persoalan Syiah bukanlah persoalan sederhana, melainkan ia merupakan persoalan yang sangat mendasar.

Paling tidak, ada 3 hal yang mendasarinya di antaranya persolan teologis, politis, terorisme dan radikalisme. Hal ini disampaikan Pengurus Dewan Pakar ANNAS Pusat, H.M. Rizal Fadillah, S.H saat menyampaikan

Dari sisi teologis, menurut H.M. Rizal, Syiah adalah sesat dan menyesatkan serta membahayakan. Kita tahu, Syiah meragukan orsinilitas Al Qur'an, mengabaikan, mengesampingkan bahkan menghinakan hadits-hadits karena dia punya landasan hadits yang lain. Dari sisi teologis yang lain pun sangat berbeda, baik syahadat, rukun iman maupun rukun Islamnya pun sangat berbeda.

Dari perbedaan ini, menurutnya, perbedaannya fundamental bukan furuiyah, sesat dan tidak sesat, Islam dan bukan Islam. Konklusinya, Syiah adalah bukan Islam, tegasnya.

Selanjutnya, H.M Rizal menyatakan, persoalan Syiah itu bukan hanya teologis saja yang kemudian mereka klaim bagian dari mahdzab, tapi dia adalah politis yang lahir dari rahim politik dan sedang bergerak di bidang politik. Kita tahu konteks politik adalah bagaimana merebut kekuasaan. Maka ketika Syiah bergerak dalam garis politik targetnya adalah merebut kekuasaan. (azmuttaqin/arrahmah.com)

Mentok di Polda Jabar, FPI melaporkan penistaan agama Bupati Purwakarta ke Mabes Polri

Posted: 03 Mar 2016 02:33 AM PST

Mabes Polri di Jakarta Selatan

JAKARTA (Arrahmah.com) - Tim Bantuan Hukum Front (BHF) Dewan Pimpinan Pusat Front Pembela Islam (DPP FPI) melaporkan kembali kasus penistaan agama yang dilakukan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, ke Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia di Jakarta, Rabu (2/3/2016).

Mengutip laman resmi FPI, laporan ke Mabes Polri itu ditempuh karena Tim BHF menilai Polda Jawa Barat yang menangani kasus ini dinilai tidak serius. Hingga hari ini, Dedi Mulyadi tidak pernah dipanggil untuk diperiksa.

Sebelumnya, Tim BHF melaporkan kasus ini ke Polda Jawa Barat pada tanggal 30 November 2015, dengan nomer laporan LPB/983/XI/2015/Jabar. Dedi Mulyadi dilaporkan karena dinilai telah melanggar pasal 156a KUHP tentang penistaan agama.

Semua bukti penistaan, baik berupa audio visual maupun buku, sudah kita serahkan kepada kepolisian. Bukti sudah terang benderang, kenapa sampai hampir 5 bulan Dedi belum diperiksa?" Kata Pak Ikhwan Tuan Kotta, SH, tim advokat BHF.

Selain melaporkan kembali kasus ini ke Mabes Polri, Tim BHF juga membawa masalah ini juga Kompolnas dan Mendagri, serta ditembuskan ke Polda Jawa Barat, Gubernur Jawa Barat dan MUI Jawa Barat. (azm/arrahmah.com)

Pengungsi Suriah: Kami tidak pernah menyangka ini semua akan menjadi semakin buruk

Posted: 03 Mar 2016 02:00 AM PST

Foto: Vesna Besiç - Anadolu Agency

Perang lima tahun di Suriah telah menewaskan hampir setengah juta orang dan membuat lebih dari 10 juta terpaksa mengungsi dari rumah mereka, dan sekarang sebuah keluarga, yang menunggu perang berakhir yang telah terjadi selama bertahun-tahun, tengah mencari masa depan mereka di salah satu negara di Balkan barat, yaitu Bosnia-Herzegovina.

Adil Abdullah dan keluarganya selalu berpikir bahwa perang akan segera berakhir dan semua kengerian yang mereka alami akan terlewati.

Namun, lima tahun menunggu telah menyebabkan mereka harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dan dari jalan ke jalan, sampai akhirnya mereka mencapai tujuan akhir mereka, yang mereka sebut "tanah air kedua" mereka.

Adil Abdullah pertama kali ke Bosnia pada tahun 1980-an untuk belajar kedokteran gigi, dan kemudian menjadi dokter relawan selama konflik Bosnia pada tahun 1992-1995.

Ketika konflik di Bosnia berakhir, Abdullah kembali ke Suriah dan membuka klinik gigi.

Namun sekarang, lebih dari 20 tahun kemudian, Abdullah menemukan dirinya berada dalam perang lagi.

"Kami tidak tahu itu akan jadi bencana. Kami berpindah tempat tinggal berkali-kali di Suriah. Kami pergi dari jalan ke jalan, berharap bahwa perang akan segera berhenti. Namun itu tidak kunjung berhenti selama lima tahun," kata Abdullah kepada Anadolu Agency.

Abdullah pertama kali pergi ke Turki pada musim panas 2015, masih berharap bahwa perang akan segera berhenti. Namun, perang tidak berakhir, dan ia mengatakan, "Hidup akan sulit ketika Anda tidak memiliki pekerjaan di Turki."

"Sulit untuk meninggalkan Suriah, tapi kami harus melakukannya. Kemudian, kami menyadari bahwa perang tidak berakhir, saya mulai menjual semua yang kami miliki: perhiasan, emas, dan lain-lain. Jadi saya bisa membeli apa yang kami butuhkan untuk hidup," katanya.

Abdullah dan keluarganya memulai perjalanan mereka dari Suriah menuju negara dan warga yang menerima dengan baik kedatangannya.

Namun ia masih peduli untuk masa depan empat anaknya yang menyaksikan perang.

Ia juga ingin mencari pekerjaan untuk memberikan mereka kehidupan yang normal.

"Saat ini satu-satunya masalah adalah bahwa saya tidak memiliki pekerjaan. Saya ingin tinggal di sini dan terlibat dalam kehidupan sosial dengan keluarga saya untuk melupakan apa yang kita lihat di Suriah," katanya.

Sementara itu, anak-anak Abdullah belajar bahasa Bosnia untuk bersosialisasi dengan teman baru dan pergi ke sekolah.

"Saya senang di sini, Bosnia adalah negara yang indah dengan kedamaian, orang-orang ramah," kata Abdullah bin Raid. "Aku sudah memiliki banyak teman di sini, dan aku juga ingin pergi ke sekolah. Aku sudah tidak sekolah selama lima tahun. Aku mencintai ilmu. Aku ingin menjadi ahli biologi."

Perang Sipil di Suriah telah menewaskan sedikitnya 250.000 orang dan membuat lebih dari 11 juta orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka. (fath/arrahmah.com)


Wahai para penuntut ilmu, pelajari dahulu Adab dan Akhlaknya, baru Ilmunya

Posted: 03 Mar 2016 01:00 AM PST

Foto: Internet

(Arrahmah.com) - Yang perlu diperhatikan oleh penuntut ilmu di zaman ini adalah adab dalam menuntut ilmu. Di zaman modern saat ini, beberapa pendidik merasa adab para murid mulai berkurang. Misalnya:

  • Kurang hormat dengan gurunya
  • Terlambat ketika menghadiri majelis ilmu
  • Tidak mengulangi (muraja'ah) pelajaran sebelumnya

Padahal dengan adab yang baik maka ilmu tersebut menjadi berkah. Bagaimana ingin mendapatkan keberkahan ilmu jika adabnya saja tidak diperhatikan. Ilmu tersebut mungkin tidak akan bertahan lama atau tidak akan mendapatkan berkah.

Padahal di zaman keemasannya adab menuntut ilmu sangat diperhatikan oleh para ulama. Misalnya:

  1. Datang ke majelis ilmu sebelum pelajaran di mulai bahkan ada yang sampai menginap agar dapat tempat duduk terdepan karena majelis ilmu saat itu sangat ramai
  2. Menghapal beberapa buku (matan/ringkasan isi) sebelum belajar ke ulama. Bahkan beberapa ulama mempersyaratkan jika ingin belajar kepadanya harus hafal dahulu. Misalnya imam Malik yang mempersyaratkan harus hafal kitab hadits yang tebal yaitu Al-Muwattha'.
  3. Menjaga suasana belajar dengan fokus dan tidak bermain-main. Misalnya bermain gadget atau HP atau mengobrol dengan temannya.

Misalnya kisah berikut ini, dikisahkan oleh Ahmad bin Sinan mengenai majelis Abdurrahman bin Mahdi, guru Imam Ahmad, beliau berkata,

كان عبد الرحمن بن مهدي لا يتحدث في مجلسه، ولا يقوم أحد ولا يبرى فيه قلم، ولا يتبسم أحد

"Tidak ada seorangpun berbicara di majelis Abdurrahman bin Mahdi, tidak ada seorangpun yang berdiri, tidak ada seorangpun yang mengasah / meruncingkan pena, tidak ada yang tersenyum." (Siyaru A'lamin Nubala' 17/161, Mu'assasah Risalah, Asy-syamilah).

Berikut beberapa kisah dari ulama, mereka menekankan agar belajar adab dahulu baru ilmu. Imam Malik rahimahullahu mengisahkan,

قال مالك: قلت لأمي: " أذهب، فأكتب العلم؟ "، فقالت: " تعال، فالبس ثياب العلم "، فألبستني مسمرة، ووضعت الطويلة على رأسي، وعممتني فوقها، ثم قالت: " اذهب، فاكتب الآن "، وكانت تقول: " اذهب إلى ربيعة، فتعلًّمْ من أدبه قبل علمه

"Aku berkata kepada ibuku, 'Aku akan pergi untuk belajar.' Ibuku berkata,'Kemarilah!, Pakailah pakaian ilmu!' Lalu ibuku memakaikan aku mismarah (suatu jenis pakaian) dan meletakkan peci di kepalaku, kemudian memakaikan sorban di atas peci itu. Setelah itu dia berpesan, 'Sekarang, pergilah untuk belajar!' Dia juga pernah mengatakan, 'Pergilah kepada Rabi'ah (guru Imam Malik, pen)! Pelajarilah adabnya sebelum engkau pelajari ilmunya!'." ('Audatul Hijaab 2/207, Muhammad Ahmad Al-Muqaddam, Dar Ibul Jauzi, Koiro, cet. Ke-1, 1426 H, Asy-Syamilah)

Berkata Adz-Dzahabi rahimahullahu,

كان يجتمع في مجلس أحمد زهاء خمسة آلاف – أو يزيدون نحو خمس مائة – يكتبون، والباقون يتعلمون منه حسن الأدب والسمت

"Yang menghadiri majelis Imam Ahmad ada sekitar 5000 orang atau lebih. 500 orang menulis [pelajaran] sedangkan sisanya hanya mengambil contoh keluhuran adab dan kepribadiannya." (Siyaru A'lamin Nubala' 21/373, Mu'assasah Risalah, Asy-syamilah).

Mari kita perbaiki adab kita dalam menuntut ilmu dan mengikhlaskannya kepada Allah.

Demikian semoga bermanfaat

Penyusun: dr. Raehanul Bahraen

(fath/muslim.or.id/arrahmah.com)

Pasukan rezim Nushariyah menutup persimpangan utama Al-Waer di Homs

Posted: 03 Mar 2016 12:17 AM PST

Distrik Al-Waer yang hancur setelah bertahun-tahun dikepung oleh pasukan rezim Nushairiyah

HOMS (Arrahmah.com) - Pasukan rezim Nushairiyah pimpinan Bashar Asad dilaporkan telah menutup persimpangan utama di distrik Al-Waer, distrik terakhir yang dikuasai oleh pejuang Suriah di provinsi Homs, dalam upaya untuk memperketat pengepungan meskipun adanya klaim "gencatan senjata".

Penutupan terjadi saat rezim mencoba untuk menekan komite negosiasi lingkungan yang menuntut pelepasan 7.350 orang yang telah ditangkap sejak Maret 2011, lansir Zaman Alwasl pada Rabu (2/3/2016).

Kesepakatan "gencatan senjata" menyatakan bahwa rezim Bashar ASad harus mengungkapkan nasib para tahanan. Keluarga dan kerabat para tahanan turun ke jalan pada Februari lalu mengatakan bahwa nasib anak-anak mereka belum diketahui.

Pada 10 Desember tahun lalu, sekitar 300 pejuang bersama dengan 400 anggota keluarga mereka meninggalkan Al-Waer sebagai bagian dari kesepakatan "gencatan senjata" lokal. Para pejuang dan keluarga mereka dipindahkan ke daerah yang dikuasai oleh pejuang Suriah di dekat perbatasan Turki.

Pasukan rezim nampaknya ingin melucuti pasukan oposisi yang ingin tinggal di Al-Waer atau mendorong mereka untuk meninggalkan lingkungan tersebut sebelum tahap ketiga dari kesepakatan "gencatan senjata" berlaku.

Beberapa pekan lalu, distrik Al-Waer mulai terlihat hidup kembali. Mereka menggelar pasar sayur pertama mereka setelah tiga tahun menghadapi penembakan dan pengepungan oleh pasukan rezim Nushairiyah. Penduduk setempat berharap kehidupan sehari-hari bisa kembali normal, namun pasukan rezim kembali melakukan blokade dengan menutup persimpangan utama di Al-Waer. (haninmazaya/arrahmah.com)

Alhamdulillah, kondisi Syeikh Al-Qarni membaik setelah insiden penembakan

Posted: 02 Mar 2016 11:00 PM PST

Foto ini diambil dari video pada 1 Maret 2016 yang menunjukkan petugas medis sedang memindahkan Sheikh Aidh al-Qarni ke rumah sakit di kota Zamboanga, Filipina bagian selatan, setelah dia terluka dalam upaya pembunuhan usai memberikan ceramah di sebuah universitas. (AFP).

RIYADH (Arrahmah.com) - Ulama terkemuka Saudi, Syeikh Aidh Al-Qarni, yang ditembak dan terluka di lengan pada Selasa (1/3/2016) usai memberikan ceramah di sebuah universitas, men-tweet pada Rabu (2/3) bahwa ia dalam keadaan sehat.

Syeikh Al-Qarni memposting pesan dalam bahasa Arab, yang mengatakan: "Saya membawa kabar baik kepada kalian, bahwa saya sehat dan baik, Alhamdulillah." Tweet-nya itu di-retweet sebanyak 24.665 kali dalam beberapa jam.

Ummat Islam dari berbagai belahan dunia berharap dia cepat sembuh. Syeikh Al-Qarni memiliki lebih dari 12 juta follower di Twitter.

Syeikh Al-Qarni dan seorang diplomat dari kedutaan Saudi di Filipina terluka dalam insiden penembakan saat keduanya meninggalkan auditorium universitas di kota Zamboanga, usai Syeikh Al-Qarni memberikan ceramah.

Abdullah bin Nasir Al-Busairi, duta besar Saudi untuk Filipina, mengunjungi Syeikh Al-Qarni di rumah sakit Kota Zamboanga. Al-Qarni diterbangkan ke Manila untuk perawatan lebih lanjut.

Syeikh Al-Qarni, (57), memiliki pengikut yang banyak di Inggris dan dunia Muslim. Dia adalah penulis beberapa buku berpengaruh, termasuk La Tahzan yang best seller, dengan jutaan eksemplar terjual di seluruh dunia.

(ameera/arrahmah.com)

Muzammil: Indonesia harus punya proposal penyelesaian Palestina

Posted: 02 Mar 2016 10:00 PM PST

Anggota DPR RI dari Fraksi PKS Almuzzammil Yusuf .

JAKARTA (Arrahmah.com) - Anggota DPR RI dari Fraksi PKS Almuzzammil Yusuf mengharapkan delegasi Indonesia dalam Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) memiliki proposal penyelesaian komprehensif atas persoalan Palestina.

Pemerintah Indonesia akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan KTT Luar Biasa OKI pada 6-7 Maret 2016 yang fokus membahas masalah Palestina.

"Indonesia merupakan negeri berpenduduk muslim terbesar di dunia, sudah sepatutnya memiliki peran dan andil yang besar dalam KTT Luar Biasa OKI. Oleh karena itu, delegasi RI harus mempunyai proposal penyelesaian yang komprehensif atas persoalan Palestina," ujarnya di Jakarta, Kamis (3/3/2016), sebagaimana dilansir oleh Antara News.

Dia menekankan, delegasi RI harus tetap pada posisi menyuarakan amanat konstitusi yang menolak segala bentuk penjajahan dan mendukung kemerdekaan negara Palestina.

Menurutnya, sebagai tuan rumah KTT Luar Biasa OKI peran Indonesia harus terlihat menonjol, jelasnya.

"Kuatnya peran delegasi RI dalam KTT Luar Biasa OKI itu bisa menjadi bargaining (daya tawar) Indonesia dalam diplomasi internasional dengan berbagai negara dan kawasan, termasuk juga di forum PBB pada masa mendatang," lanjut Muzzammil yang pada periode 2009-2014 menjabat sebagai Ketua Kaukus Parlemen Indonesia untuk Palestina.

Muzammil juga menambahkan, saat ini banyak negara Islam yang sedang dilanda konflik internal dan konflik dengan negara tetangga sesama Muslim, seperti masalah ISIS yang mempengaruhi hampir seluruh kawasan.

Untuk kasus-kasus seperti inilah, kata Muzzammil, Indonesia seharusnya bisa mengambil peran, misalnya dengan menawarkan diri sebagai mediator untuk terselenggaranya pertemuan informal Jakarta guna menjembatani penyelesaian kasus itu.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan bahwa KTT OKI itu akan menghasilkan Deklarasi Jakarta yang berisi kesepakatan bersama negara-negara OKI dalam penyelesaian nyata masalah Palestina.

(ameera/arrahmah.com)