Arrahmah.Com |
- Puluhan sipil gugur dalam serangan udara pengecut oleh pasukan rezim Nushairiyah dan Rusia di pinggiran Damaskus
- Pernikahan massal diselenggarakan di Aleppo, 45 pasangan berpartisipasi
- Erdogan apresiasi dukungan Zuckerberg terhadap Muslim atas retorika Islamophobia Trump
- Musim dingin di Suriah, ayo bantu saudara kita!
- Seorang pelajar Muslim AS kesal karena dicurigai membawa bom di ranselnya
- Presiden Gambia deklarasikan negaranya sebagai Republik Islam
- Badai Desmond melanda Inggris, relawan Muslim sigap membantu korban bencana
- Pasien Irlandia menolak dirawat oleh dua dokter Muslim
- Ahrar Syam menyatakan tidak akan mengikuti keputusan Konferensi Riyadh
- Serangan udara Rusia dan rezim Asad bunuh 65 warga sipil di Damaskus, Aleppo dan Deir Azzur
Posted: 13 Dec 2015 03:30 PM PST DAMASKUS (Arrahmah.com) - Puluhan warga sipil Suriah gugur dalam serangan udara pengecut oleh tentara rezim Nushairiyah dan Rusia pada Ahad (13/12/2015) di pinggiran ibukota Suriah, Damaskus, ujar sumber kepada Al Jazeera. |
Pernikahan massal diselenggarakan di Aleppo, 45 pasangan berpartisipasi Posted: 13 Dec 2015 03:00 PM PST ALEPPO (Arrahmah.com) - Organisasi amal Insan Channel pada Jum'at (11/12/2015) mengadakan pernikahan massal untuk 45 pasangan Suriah yang terdiri dari Tentara Pembebasan Suriah (FSA), aktivis dan perawat di daerah yang dikuasai oleh pejuang Suriah di Aleppo, seperti dilaporkan Anadolu. |
Erdogan apresiasi dukungan Zuckerberg terhadap Muslim atas retorika Islamophobia Trump Posted: 13 Dec 2015 05:30 AM PST
Sebagaimana dilansir oleh Daily Sabah, (Kamis (10/12/2015), Erdogan memposting pernyataannya dalam bahasa Turki dan Inggris, "saya ingin menyampaikan bahwa saya sangat menghargai pesan Mark Zuckerberg untuk menunjukkan perbedaan yang mendalam antara Islam dan terorisme sejak dua konsep ini sering disebutkan secara bersamaan akhir-akhir ini." Presiden Erdogan, dalam berbagai kesempatan, telah menekankan bahwa "Islam adalah agama damai," dan menekankan bahwa tindakan terorisme tidak dapat dikaitkan dengan agama. Zuckerberg telah mengungkapkan dukungannya terhadap Muslim yang mengkhawatirkan adanya aksi balas dendam atas serangan kekerasan yang terjadi baru-baru ini di Paris dan San Bernardino. Donald Trump telah mengusulkan untuk melarang secara total semua Muslim untuk memasuki Amerika Serikat. Pemimpin politik lainnya telah mengutuk gagasan Trump sebagai suatu bentuk diskriminatif. (ameera/arrahmah.com) |
Musim dingin di Suriah, ayo bantu saudara kita! Posted: 13 Dec 2015 02:19 AM PST (Arrahmah.com) - Saat ini saudara-saudara kita di Suriah hidup di bawah tenda-tenda pengungsian yang kian hari terasa kian dingin. Tubuh seakan tidak mampu menahan udara dingin hingga mencapai minus 16 derajat celcius. Kondisi semakin memburuk ketika mereka hanya mengandalkan bantuan kemanusiaan karena minimnya sarana-prasarana untuk menghangatkan tubuh mereka… Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Orang-orang yang mendermakan harta mereka untuk membela Islam adalah laksana orang menanam sebuah biji yang menumbuhkan tujuh tangkai. Pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipat gandakan pahala kepada siapa yang dikehendaki-Nya karena kedermawanannya. Allah Mahaluas rahmat-Nya lagi Maha Mengetahui niat orang-orang yang berderma." [Al-Baqarah, 2: 261] Salurkan bantuan Anda sebagai bentuk peduli terhadap mereka melalui World Human Care (WHC) Berikan Infaq terbaiknya melalui rekening: Bank Mandiri |
Seorang pelajar Muslim AS kesal karena dicurigai membawa bom di ranselnya Posted: 12 Dec 2015 11:00 PM PST GEORGIA (Arrahmah.com) - Ayah dari seorang pelajar Muslim di sekolah menengah mengatakan bahwa seorang guru bertanya kepada putrinya apakah ia membawa bom di ranselnya. Kepala sekolah telah meminta maaf atas insiden itu, menurut juru bicara pihak sekolah. Abdirizak Aden mengatakan bahwa guru di Sekolah Menengah Shiloh di Gwinnett County, Georgia, menghentikan putrinya yang berusia 13 tahun, memakai kerudung, dan bertanya apakah dia membawa bom. Aden mengatakan kepada Atlanta Journal-Constitution bahwa putrinya sangat kesal dengan komentar itu dan ia pergi ke sekolah untuk melihat apa yang terjadi. "Saya marah," kata Aden, yang tinggal di Snellville dan bekerja sebagai sopir truk dan pemilik toko kelontong. "Saya akan mengeluarkan anak saya [dari sekolah]." "Kami dari Afrika, kami adalah Muslim, kami tinggal di Amerika," katanya. "Saya tidak mengajarkan kepada anak-anak saya untuk membenci orang atau berpikir mereka lebih baik daripada orang lain," tambahnya. Sloan Roach, juru bicara sekolah umum Gwinnett County, mengatakan kepada surat kabar itu bahwa kepala sekolah telah meminta maaf kepada keluarga mereka. Insiden ini menunjukkan bahwa tingkat Islamofobia berdampak terhadap hubungan seseorang satu sama lain", ungkap Yusof Burke, presiden Dewan Hubungan Amerika-Islam Chapter Georgia. (ameera/arramah.com) |
Presiden Gambia deklarasikan negaranya sebagai Republik Islam Posted: 12 Dec 2015 09:00 PM PST BRUFUT (Arrahmah.com) - Gambia sekarang adalah sebuah negara Islam, demikian pernyataan presiden negara Afrika bagian barat itu. Presiden Gambia, Yahya Jammeh, membuat deklarasi itu di kota Brufut, yang merupakan kota pesisir di Gambia, pada Kamis (10/12/2015). "Takdir Gambia berada di tangan Allah SWT. Karena sejak hari ini, Gambia adalah negara Islam. Kami akan menjadi negara Islam yang akan menghormati hak-hak warga negara," kata Jammeh seperti yang dikutip dalam pernyataan resmi yang dirilis di situs kantornya, pada Sabtu (12/12/2015), sebagaimana dilansir oleh World Bulletin. Gambia menjadi republik yang merdeka pada tahun 1970. Sejak itu Gambia telah memiliki dua presiden, dimana Jammeh menjadi presiden sejak tahun 1994. Menurut angka resmi Gambia, Muslim membentuk 90 persen dari 1,5 juta populasi negara itu. Selain Gambia, Mauritania adalah negara lain di Afrika yang dikenal secara resmi sebagai Republik Islam. "Sebagaimana Muslim mayoritas di negeri ini, Gambia tidak mampu untuk melanjutkan warisan kolonial," katanya lagi, lansir Reuters, Sabtu (12/12/2015). Presiden Jammeh mengatakan bahwa warga Gambia dari komunitas agama lain masih bisa beradaptasi. Jammeh mendapatkan reputasi di negaranya setelah berkuasa selama 21 tahun. Dia membuat gebrakan pada tahun 2013 dengan menyatakan Gambia keluar dari Negara Persemakmuran yang dia sebut sebagai neo-kolonial. Pada tahun 2007, dia pernah mengklaim telah menemukan obat herbal untuk AIDS. Meskipun hubungan komersial dengan Inggris dan negara-negara Eropa lain masih kuat, hubungan Gambia dengan Barat secara politik telah memburuk dalam beberapa tahun terakhir. (ameera/arrahmah.com) |
Badai Desmond melanda Inggris, relawan Muslim sigap membantu korban bencana Posted: 12 Dec 2015 08:00 PM PST CUMBRIA (Arrahmah.com) - Setelah Badai Desmond mengamuk, warga Cumbria dan Lancashire utara memiliki dua cerita, yaitu tentang kehancuran dan kemurahan hati manusia. Bencana memang akan melahirkan kehancuran fatal yang memilukan, tetapi bencana juga bisa melahirkan cerita-cerita segar tentang kemurahan hati, keberanian, dan kasih sayang. Beberapa tindakan yang terlihat sepele telah membuat perbedaan yang cukup besar. Salah satu contoh kisah kemurahan hati tersebut adalah berasal dari relawan Muslim Al-Imdaad Foundation, sebuah badan amal Islam dari Blakcburn. Dalam laporan yang dilansir Daily Mail (11/12/2015) menyebutkan bahwa relawan Muslim itu rela menolong para korban bencana dengan menawarkan makanan, air bersih, dan tenaga kerja bagi siapa saja yang membutuhkannya. Selain itu, relawan Muslim itu juga mendampingi para pemilik rumah yang untuk pertama kalinya sejak banjir akhirnya kembali lagi ke rumah mereka yang sudah hancur. "Banyak orang menghias rumah mereka untuk Natal, mereka benar-benar menangis di bahu kami," kata relawan Sufyan Valimulla (23). Tim Al-Imdaad telah mengambil jatah cuti mereka hanya untuk berada di lokasi bencana. 60 relawan Muslim lainnya akan tiba akhir pekan ini demi membantu para korban bencana. (fath/arrahmah.com) |
Pasien Irlandia menolak dirawat oleh dua dokter Muslim Posted: 12 Dec 2015 07:30 PM PST DUBLIN (Arrahmah.com) - Seorang pasien wanita tua berada di dalam Rumah Sakit Tallaght pada Selasa malam. Dia didatangi oleh seorang perempuan yang mengenakan jilbab. Seperti dilansir Belfast Telegraph (10/12/2015), pasien tua itu menanyakan apakah dokter itu Muslim, dan dokter itu menjawab "ya". Mendengar jawaban itu sang pasien meminta untuk dirawat oleh orang lain. Dia mengatakan bahwa dia "tidak ingin seorang Muslim terlibat dalam perawatannya." Anak gadis pasien itu menceritakan kisah tersebut di grup Facebook "Anti Islam Irlandia". Di sana dia memuji ibunya karena tidak mengizinkan seorang Muslim merawatnya. Seorang dokter kedua dipanggil untuk mengobati wanita tua itu, tapi dia pun ditolak mentah-mentah lantaran dia juga seorang Muslim. Dokter kedua itu digambarkan oleh anak gadisnya sebagai "seorang pria besar berjanggut hitam". Dokter kedua ini berusaha untuk berbicara dengan pasien wanita itu untuk mengatasi masalahnya. Namun, pasien wanita itu berkata, "Aku di Dublin, Irlandia, negara asal saya pasti tidak terlalu sulit untuk menemukan dokter non-Muslim". Anak putrinya terus memuji sikap ibunya. "Saya bangga kepadanya karena telah bersuara untuk dirinya sendiri." Dia juga menambahkan bahwa banyak perawat dan pasien sepakat dengan sikap ibunya yang menolak dirawat oleh seorang Muslim, tetapi "mereka terlalu takut untuk mengatakan apa-apa". Pihak Rumah Sakit Tallaght mengonfirmasi insiden itu, tetapi menolak tuduhan yang mengatakan pihak rumah sakit tidak merawat wanita itu lantaran mengikuti amarahnya. "Rumah Sakit Tallaght tidak bisa mengomentari kasus pasien secara individu karena itu menyangkut kerahasiaan pasien." Seorang juru bicara Rumah sakit mengatakan bahwa Rumah Sakit Tallaght menekankan pada "rasa hormat" dan menjamin kebebasan profesi dan praktik keagamaan tertentu bagi anggota stafnya. "Nilai-nilai dijunjung tinggi oleh semua staf dan pihak rumah sakit mengharapkan para pasien menghormati nilai-nilai dari keadilan dan kesetaraan," ujar mereka (fath/arrahmah.com) |
Ahrar Syam menyatakan tidak akan mengikuti keputusan Konferensi Riyadh Posted: 12 Dec 2015 07:00 PM PST (Arrahmah.com) - Makar dan tipudaya orang kafir untuk menghancurkan jihad dan hasil-hasil jihad fi sabilillah di negeri Syam benar-benar sangat besar, setelah berkali-kali gagal menghancurkan jihad di Suriah dengan berbagai konferensi yang mereka adakan di Oslo, Jenewa dan berbagai tempat lainnya, kini orang-orang kafir dan munafik kembali menggelar konferensi untuk menghancurkan jihad dan Islam tepat di jantung dunia Islam, yakni di Riyadh-Arab Saudi. Pertemuan yang digelar di kota Riyadh, yang kemudian dikenal dengan nama Konferensi Riyadh tersebut, telah menentukan sebuah daftar akhir yang sangat tidak adil bagi Islam, umat Islam dan Jihad. Diantaranya adalah pembentukan negara sekuler di Suriah dan pengusiran kelompok IS dan seluruh faksi jihad termasuk Jabhah Nushrah, sekaligus ancaman pengeboman dari Rusia dan Amerika bagi faksi-faksi yang tidak mau menaati daftar kekufuran tersebut. Lebih dari itu, berbagai fitnah pun dihembuskan yang menyatakan, bahwa pihak-pihak Mujahidin yang sempat hadir dalam muktamar tersebut adalah termasuk dalam golongan munafikin, murtaddin yang layak untuk dibunuh dan diperangi, yang dimaksud di sini adalah Harakah Ahrar Syam Al-slamiyah yang kala itu ikut menghadiri Konferensi Riyadh tersebut. Berkenaan dengan hal ini, Ahrar Syam Al-Islamiyah akhirnya mengeluarkan pernyataan yang menjelaskan kepada umat alasan Ahrar Syam untuk menyertai konferensi tersebut, sekaligus menjelaskan tentang kebusukan dan pengkhianatan terhadap revolusi Suriah dalam konferensi ini. Pernyataan ini juga mencalkup sikap Ahrar Syam yang memutuskan secara tegas untuk keluar meninggalkan majelis konferensi dan untuk tidak mengikuti keputusan apapun yang dikeluarkan oleh konferensi kekufuran tersebut. Berikut terjemahan lengkap penjelasan Ahrar Syam Al-Islamiyah terkait Konferensi Riyadh, yang dipublikasikan Muqawamah Media pada Sabtu (12/12/2015). Jabhah Al-Islamiyah - Ahrar Syam Penjelasan Walk Out dari Muktamar Riyadh Sungguh kami sangat ingin menjadi pelopor untuk setiap inisiatif apapun di bidang politik yang bisa mewujudkan tujuan-tujuan revolusi rakyat kami, dan meringankan beban penderitaan mereka. Dari titik tolak itulah kami mengikuti secara aktif dalam pertemuan Muktamar Riyadh untuk menghilangkan berbagai pertentangan-pertentangan dan menyatukan perbedaan, meskipun kami menyadari lemahnya daya tawar kami dalam mewakili kelompok-kelompok Mujahidin lain dan adanya oknum-oknum yang diketahui bergabung dengan rezim Suriah. Kami pergi ke Muktamar Riyadh karena berterima kasih kepada orang yang mengundang kami dan juga membawa tugas dari rakyat kami di dalam negeri, kami telah menjanjikan kepada mereka untuk tetap berperang baik secara politik maupun militer demi menjaga prinsip-prinsip dan ketetapan-ketetapan mereka yang sudah diumumkan sebelumnya. Namun kami mendapati diri kami berada di depan kewajiban syariat maupun negara yang membuat kami wajib untuk keluar meninggalkan muktamar ini dan menolak semua solusi-solusi yang dikeluarkannya, itu dikarenakan sebab-sebab berikut ini:
Dan kami mundur dari Muktamar ini sembari menyeru kepada kelompok-kelompok Mujahidin dan lembaga-lembaga revolusi yang aktif untuk berhenti dan melakukan perenungan secara historis demi kepentingan agama, umat dan rakyat mereka, memfokuskan pandangan mata mereka terhadap sejauh mana pengorbanan besar mereka yang dipersembahkan untuk mewujudkan tujuan-tujuan dan kesepakatan-kesepakatan ini. Dan segala puji hanya bagi Allah Harakah Ahrar Syam Al-Islamiyah Pimpinan Umum 28 Shafar 1437 H 10 Desember 2015 M
(banan/arrahmah.com) |
Serangan udara Rusia dan rezim Asad bunuh 65 warga sipil di Damaskus, Aleppo dan Deir Azzur Posted: 12 Dec 2015 04:33 PM PST DAMASKUS (Arrahmah.com) - Serangan udara oleh pasukan rezim Nushairiyah telah membunuh 14 warga sipil di pinggiran timur dan barat ibukota Suriah, Damaskus, ujar laporan kelompok pemantau. |
You are subscribed to email updates from Arrahmah.com. To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |