Arrahmah.Com

Arrahmah.Com

Link to Arrahmah.com

Koalisi pimpinan Saudi mengumumkan berakhirnya gencatan senjata di Yaman

Posted: 02 Jan 2016 03:42 PM PST

Meskipun ada perjanjian gencatan senjata, pasukan koalisi pimpinan Saudi dan milisi Syiah Houtsi sama-sama masih melakukan aktivitas militer. (Foto: AP)

RIYADH (Arrahmah.com) - Koalisi militer pimpinan Arab Saudi telah mengumumkan akhir dari perjanjian gencatan senjata di Yaman yang menurut mereka berulang kali dilanggar oleh milisi Syiah Houtsi dan sekutunya.

Sebuah pernyataan di Twitter oleh kantor berita Saudi SPA mengutip pernyataan pejabat mengatakan bahwa gencatan senjata berakhir pada Sabtu (2/1/2016) pukul 11.00 waktu setempat, seperti dilansir Al Jazeera.

Gencatan senjata dimulai pada 15 Desember tahun lalu dan bertepatan dengan pembicaraan damai yang disponsori PBB di kota Jenewa, Swiss.

Meskipun terikat perjanjian gencatan senjata, kedua belah pihak terus terlibat dalam aksi militer.

"Koalisi telah dan masih sangat ingin menciptakan kondisi yang tepat untuk menemukan solusi damai," klaim pernyataan pejabat koalisi pimpinan Saudi seperti dilaporkan SPA.

Dikatakan bahwa gencatan senjata tidak bisa dipertahankan karena "milisi Houtsi dan pasukan Saleh terus-menerus melanggarnya".

Pernyataan pers datang setelah koalisi mengumumkan bahwa pasukan pertahanan udara Saudi telah mencegat rudal balistik yang ditembakkan dari Yaman menuju kota Abha pada Jum'at (1/1).

"Peluncur terletak dan dihancurkan di Yaman," ujar pernyataan pers koalisi pimpinan Saudi.

Pada Kamis (31/12), tiga warga sipil termasuk dua orang anak tewas dalam serangan rudal lintas perbatasan dari Yaman ke daerah pemukiman di wilayah Jizan, barat daya Arab Saudi.

Sebelas lainnya luka-luka, di antaranya sembilan anak, menurut pertahanan sipil Saudi.

Saudi telah mengerahkan rudal Patriot yang dirancang untuk melawan serangan dan baru-baru ini mencegat rudal yang ditembakkan dari Yaman yang terjadi hampir setiap harinya.

Lebih dari 80 orang, sebagian besar dari mereka tentara dan penjaga perbatasan, telah tewas dalam penembakan dan bentrokan lintas perbatasan di selatan Arab Saudi sejak operasi militer oleh koalisi pimpinan Saudi dimulai di Yaman. (haninmazaya/arrahmah.com)

Setelah eksekusi pendeta Syiah, Kedutaan Saudi di Iran diserang

Posted: 02 Jan 2016 03:17 PM PST

Kedutaan Arab Saudi di ibukota Iran, Teheran, diserbu oleh pengunjuk rasa. (Foto: Al Arabiya)

TEHERAN (Arrahmah.com) - Kedutaan Arab Saudi di ibukota Iran, Teheran dan konsulat di Mashdad telah diserang oleh pengunjuk rasa pada Ahad (3/1/2016) dini hari setelah Arab Saudi melakukan eksekusi terhadap 47 orang termasuk seorang pendeta Syiah.

Foto-foto yang tersebar di media sosial memperlihatkan pengunjuk rasa membobol kedutaan Saudi dan mulai melakukan pembakaran, lansir Al Arabiya pada Ahad (3/1).

Salah satu foto yang diposting di Twitter menunjukkan demonstran yang berkumpul di luar gedung kedutaan dengan api kecil menyala di dalam gedung. Sementara foto yang lain memperlihatkan sebuah ruangan di mana furniturnya telah hancur berantakan.

Salah satu ruangan di dalam gedung kedutaan Saudi di Iran yang hancur setelah diserbu pengunjuk rasa. (Foto: Al Arabiya)

Salah satu ruangan di dalam gedung kedutaan Saudi di Iran yang hancur setelah diserbu pengunjuk rasa. (Foto: Al Arabiya)



Kementerian Luar Negeri Iran mengeluarkan pernyataan yang menyerukan demonstran untuk menghormati tempat diplomatik setelah polisi membubarkan demonstran yang marah dan menyerbu kedutaan Saudi.

Beberapa jam sebelum serangan di kedutaan Saudi, anggota milisi Basij yang terkait dengan elit Garda Revolusi Iran, berdemonstrasi di depan konsulat Saudi di kota Mashdad, timur laut Iran pada Sabtu (2/1).

Milisi dilaporkan berusaha membakar beberapa bagian dari gedung, menurut laporan sebuah situs berita lokal Iran.

Di antara 47 orang yang dieksekusi oleh Saudi terdapat pendeta Syiah, Nimr Al-Nimr.

Al-Nimr telah memimpin gelombang demo anti-pemerintah di timur Saudi, di mana warga minoritas Syiah mengklaim mengalami diskriminasi di negeri yang dipimpin penguasa Sunni tersebut. Hukuman mati terhadapnya dikonfirmasi oleh Mahkamah Agung pada bulan Oktober.

Eksekusi Nimr mendapat kritikan oleh Ayatollah Ahmad Khatami, seorang "ulama" Iran terkemuka yang memperkirakan adanya dampak jika eksekusi dilaksanakan.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Hossein Jaber Ansari juga mengecam eksekusi yang dilakukan oleh Saudi dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan oleh kantor berita IRNA. (haninmazaya/arrahmah.com)

Aneh, aksi menghina Islam tidak dilarang tapi ajakan melaksanakan Syariat Islam justru dipersoalkan

Posted: 02 Jan 2016 06:39 AM PST

Amir Majelis Mujahidin Ustadz Muhammad Thalib Al Yamani

(Arrahmah.com) - Kuliah Shubuh di Masjid Al Munawarah, Sabtu 2Januari 2016. oleh: Al Ustadz Muhammad Thalib, membahas Qs. Al Baqarah ayat 170-171

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۗ أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ

"Bila ada orang berkata kepada kaum kafir: "Wahai kaum kafir, ikutilah ajaran yang telah Allah turunkan kepada Muhammad." Mereka menjawab: "Kami telah mengikuti ajaran yang kami peroleh dari nenek moyang kami dahulu." Wahai Muhammad, katakanlah: "Apakah kaum kafir tetap akan mengikuti ajaran nenek moyang mereka sekalipun nenek moyang mereka tidak mengetahui syari'at halal atau haram sedikit pun, dan mereka itu bodoh?" (QS Al-Baqarah (2) : 170)

Ayat ini, di zaman Nabi Muhammad Shallalahu aalihi wa,sallam sesungguhnya ditujukan kepada kaum kafir dan musyrik. Bahwa orang-orang kafir menolak mengikuti ajaran Nabi Muhammad dengan alasan mereka telah memiliki aturan dan pola hidup yang diwariskan nenek moyangnya.

Namun di zaman modern ini, bukan saja orang kafir yang menolak Alqur'an dan Sunnah Rasulullah Shallalahu aalihi wa,sallam. Tapi juga umat Islam, bahkan dianjurkan oleh mereka yang digelari sebagai Ustadz, Kyai, dan Ulama. Alasannya, persis sama dengan alasan orang kafir zaman dulu.

Berapa banyak Kyai di zaman ini yang menolak melaksanakan syariat Islam di lembaga negara, dengan alasan menghidupkan budaya nenek moyang, melestarikan kearifan budaya lokal. Untuk kepentingan ini, mereka tidak segan melakukan kebohongan sejarah. Mereka mengatakan, upaya melestarikan budaya ini merupakan metode dakwah yang dilakukan oleh Walisongo.

Padahal para Walisongo yang terdiri dari delapan orang ulama dari Arab dan seorang dari Jawa, yaitu Sunan Kalijogo, mendakwahkan ajaran tauhid di tengah tengah masyarakat Hindu dan Budha di bawah kerajaan Majapahit.

Kelahiran kerajaan Islam Demak, kemudian kerajaan Islam Cirebon dll dibidani oleh para wali ini. Bagaimana mungkin mereka digambarkan mengikuti budaya Hindu dan Buda dalam mendakwahkan Islam? Inilah manipulasi sejarah yang dilakukan sebagian Kyai Muslim sebagai pembenaran atas kesesatan paham mereka.

Bukannya mereka menghidupkan Qur'an dan sunnah, malah menghidupkan budaya syirik yang diwariskan nenek moyang.

Misalnya, sejumlah kyai membenarkan prilaku musyrik Bupati Purwakarta yang ingin menghidupkan budaya Pasundan, mendirikan patung, dan acara syirik di kadipaten. Masyarakat Muslim di Purwakarta menolak segala bentuk kemusyrikan yang dilakukan sang bupati. Tapi Si Kyai malah memperkuat kemusyrikan bupati tersebut dengan memperalat jabatannya.

Contoh lain lagi, insiden lagu Natal yang diikuti alunan adzan di Indonesia bagian Timur. Prilaku yang melecehkan Islam ini mendapat respon dan komentar positif, sebagai percampuran budaya, oleh sejumlah Kyai dan tokoh Islam. Aneh, perbuatan yang menghina Islam tidak dilarang, tapi ajakan melaksanakan Syariat Islam justru dipersoalkan. Adzan dikumandangkan untuk menyeru umat Islam shalat berjamaah, bukan mengiringi lagu natal.

Perilaku menyesatkan ini, sebenarnya bukan terjadi sekarang saja. Pada tahun 50-an, Kiyai Sirajudin dari Wonosobo, bukan saja berfatwa untuk melestarikan budaya warisan nenek moyang, lebih berbahaya lagi malah mendukung PKI. Menteri Agama, Syaifuddin Zuhri, ayah dari Menag Lukman Hakim Syaifuddin, juga mendukung Nasakom, yang ternyata malapetaka politik bagi Indonesia.

Jika benar budaya lokal memiliki kearifan, mengapa Nusantara bisa dijajah 350 tahun oleh kolonial Belanda? Manakah jasa budaya untuk memperbaiki Indonesia? Justru atas nama budaya memunculkan komunusme, aliran sesat, dekadensi moral, bydaya maksuat dan berbagai kerusakan lainnya.

Akan tetapi, walaupun musuh Islam melakukan makar, umat Islam tidak perlu terlalu khawatir. Kita sudah berpengalaman di zaman Nasakom pimpinan Sukarno dan Asas Tunggal Pancasila di bawah rezim Suharto. Islam tetap eksis, dan mereka jatuh terhina.

Oleh karena itu, selama umat Islam berpegang teguh pada Qur'an dan sunah Nabi, Allah Subhanahu wa Ta'ala pasti menolong kita. Menjadi kewajiban umat Islam untuk berjuang menegakkan Syariat Islam di lembaga negara, dan menyadari orang kafir dari golongan Yahudi, Nasrani akan terus bersekongkol dengan komunis, Syiah dan aliran sesat untuk mendominasi kekuasaan negara. Dan Umat Islam terus menerus menjadi mayoritas yang dimarjinalkan di dalam pemerintahan.

Notulen: Udstadz Irfan S Awwas.

(*/arrahmah.com)

Arab Saudi buka kembali Kedutaan di Baghdad

Posted: 02 Jan 2016 05:15 AM PST

Kedutaan Arab Saudi di Baghdad sebelumnya telah ditutup selama 25 tahun. (Foto: Al Arabiya)

BAGHDAD (Arrahmah.com) - Arab Saudi kembali membuka kedutaannya di Baghdad pada Jumat setelah ditutup selama 25 tahun. Hal ini bertujuan membangun kerja sama antara kedua negara dalam mengatasi "terorisme".

Sebagaimana dilansir Al Arabiya (1/1/2015), Kedutaan Arab Saudi di Baghdad ditutup pada tahun 1990 setelah Irak menginvasi Kuwait.

Dibukanya kembali Kedutaan Arab Saudi di Baghdad memungkinkan kedua negara untuk bekerja sama dalam bidang keamanan dan memerangi "ekstremisme", duta besar Saudi di Baghdad, Thamer Al-Sabhan, mengatakan.

Mencairya hubungan Saudi-Irak diklaim dapat memperkuat aliansi regional melawan ISIS yang telah merebut wilayah di Irak dan Suriah.

(fath/arrahmah.com)

Arab Saudi eksekusi mati 47 orang, termasuk pendeta Syiah terkemuka Nimr Al-Nimr

Posted: 02 Jan 2016 04:55 AM PST

shia

ARAB SAUDI (Arrahmah.com) - Arab Saudi telah mengeksekusi 47 orang yang didakwa atas tuduhan "teroris", menurut kementerian dalam negeri Arab Saudi, termasuk pendeta Syiah terkemuka Nimr Al-Nimr.

Al-Nimr telah memimpin gelombang demo anti-pemerintah di timur Saudi, di mana warga minoritas Syiah mengklaim mengalami diskriminasi di negeri yang dipimpin penguasa Sunni tersebut. Hukuman mati terhadapnya dikonfirmasi oleh Mahkamah Agung pada bulan Oktober.

Setelah pernyataan itu, Iran mengutuk eksekusi Nimr, mengatakan bahwa Riyadh telah mengeksekusi seorang "lawan terorisme".

Juru bicara kementerian luar negeri Iran Hossein Jaber Ansari sesumbar Arab Saudi akan "membayar harga tinggi atas kebijakan ini".

Dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP dari kantor berita SPA Saudi, pada Sabtu (2/1), Kementerian Dalam Negeri Saudi menyatakan, 47 orang tersebut terbukti mengadopsi ideologi radikal "takfiri", bergabung dengan "organisasi-organisasi teroris" dan melakukan berbagai plot kejahatan.

Di antara ke-47 orang yang dihukum mati itu juga termasuk beberapa warga Saudi yang dinyatakan bersalah atas keterlibatan dalam serangan-serangan Al-Qaeda, yang menewaskan warga Saudi dan warga asing pada tahun 2003 dan 2004.

Mereka yang dieksekusi mati juga termasuk seorang warga Mesir dan seorang warga Chad. Sisanya merupakan warga Saudi yang sebagian besar merupakan anggota kelompok ISIS. Kementerian Dalam Negeri Saudi menyatakan, mereka semua dieksekusi hari Sabtu ini di 12 kota berbeda di Saudi.

(aliakram/arrahmah.com)

Jet-jet penjajah "lsrael" meluncurkan serangan udara di Jalur Gaza

Posted: 02 Jan 2016 04:30 AM PST

isr

PALESTINA (Arrahmah.com) - Jet-jet penjajah "lsrael" telah meluncurkan serangan udara di Jalur Gaza, ungkap sumber-sumber keamanan Palestina, hanya beberapa jam setelah roket dari wilayah Gaza menghantam "Israel" selatan.

Serangan udara pada hari Sabtu (2/1/2015) pagi itu menargetkan empat fasilitas kosong milik gerakan Hamas, mulai dari Beit Hanoun di utara hingga Rafah di selatan, ujar sumber kepada kantor berita AFP.

Serangan itu menyebabkan kerusakan tetapi tidak ada korban.

Militer "Israel" mengatakan "pesawat-pesawat mereka menargetkan dua fasilitas pelatihan militer Hamas dan dua lokasi militer di Jalur Gaza".

IDF [tentara Israel] menuduh Hamas bertanggung jawab untuk semua serangan yang berasal dari Jalur Gaza.

Jum'at (1/1), dua roket yang ditembakkan dari Gaza menghantam "Israel" selatan, tanpa menyebabkan korban atau kerusakan.

Sejak berakhirnya serangan 50-hari "Israel" di Gaza pada musim panas 2014, hampir 30 proyektil ditembakkan dari daerah kantong Palestina yang dikuasai Hamas telah menghantam "Israel", menurut data militer "Israel".

Dalam beberapa bulan terakhir kekerasan di wilayah Palestina telah merenggut nyawa lebih dari 130 warga Palestina dan 21 warga "Israel".

Pada hari Jum'at, dua warga Palestina terluka oleh tembakan "Israel" setelah mereka menyerbu pagar perbatasan di Gaza utara, ungkap tentara "Israel" dan petugas medis Gaza.

(banan/arrahmah.com)

Perhimpunan Ulama Syam serukan wajibnya Jihad bagi kaum Muslimin di negeri Syam

Posted: 02 Jan 2016 03:30 AM PST

syam

(Arrahmah.com) - Menanggapi apa yang tengah terjadi di negeri Syam dengan adanya serbuan seluruh negeri-negeri Kafir terhadapnya, para ulama yang terdiri dari 40 Ahlul Ilmi dan Thalibul Ilmi di negeri Syam menyatakan bahwa peperangan di Syam telah menjadi peperangan penentuan melawan negeri-negeri kafir.

Mereka yang tergabung dalam "Assosiasi para Ulama di Negeri Syam" merilis sebuah pernyataan akan wajibnya Jihad bagi kaum Muslimin di negeri Syam. Berikut terjemah seruan yang dikeluarkan dalam bentuk fatwa tersebut, yang dipublikasikan Muqawamah Media pada Jum'at (1/1/2016).

Bissmillaahirrahmaanirrahiim
Asosiasi Para Ulama di Negeri Syam


Segala puji hanya bagi Allah yang telah dan terus memuliakan Islam dengan pertolongan-Nya, dan menghinakan kesyirikan dengan kekuatan-Nya, Yang telah memutuskan hari demi hari untuk membagi-bagikan rizki dan keberuntungan dengan keadilan-Nya dan menjadikan akhir yang baik bagi orang-orang yang bertakwa dengan karunia-Nya.

Dan shalawat serta salam semoga tetap terlimpah kepada yang telah meninggikan menara api Islam dengan pedangnya.

Allah Ta'ala berfirman:

"(Tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib menolongnya." (TQS. Al-Anfal: 72)

Dan Dia Azza wa Jalla berfirman:

"Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain." (TQS. At-Taubah: 71)

Abu Dawud telah meriwayatkan dengan sanad yang bagus (Isnad Hasan) demikian juga yang selain di dengan redaksi yang berbeda, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

"Kaum Muslimin adalah seimbang dalam hal darah mereka. Orang-orang Muslim yang paling rendah derajatnya dari mereka memiliki hak untuk memeberikan perlindungan atas nama mereka, dan orang Muslim yang bertempat tinggal jauh dari mereka dapat memberikan perlindungan atas nama mereka. Mereka seperti satu sisi telapak tangan yang memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan golongan manusia lainnya."

Amma ba'du:

Telah menjadi hal yang tidak tersembunyi lagi bagi Umat kita yang tercinta, tentang apa yang tengah terjadi di negeri Syam dengan adanya serbuan seluruh negeri-negeri Kafir terhadapnya. Dan hal ini telah menjadi pertanda yang menunjukkan serbuan koalisi Salibis-Zionis-Shafawi untuk memusnahkan revolusi penduduk Syam dan Jihad mereka yang diberkahi, hingga peperangan di Syam telah menjadi peperangan penentuan melawan negeri-negeri kafir, yang telah menyebabkan seluruh Syiah Rafidhah untuk berkumpul di negeri tersebut demi mewujudkan rencana mereka (Syiah) untuk membentuk kawasan bulan sabit Syiah (dalam peta dunia) dan untuk memusnahkan Ahlussunnah di bumi Ribath dan Islam di Syam.

Dan untuk ini, kami dari "Asosiasi para Ulama di Negeri Syam" menerbitkan sebuah pernyataan yang telah ditandangani oleh 40 orang Ahlul Ilmi dan Thalibul Ilmi di negeri Syam dan kami mengeluarkannya dalam bentuk fatwa untuk:

"Wajibnya seluruh umat ini untuk berjihad, bagi setiap individu yang telah mencapai usia dewasa dan memiliki kemampuan dari kalangan putra-putra umat Islam, berkenaan dengan kondisi negeri Syam yang sangat membutuhkan tenaga laki-laki. Khususnya sejak kami membaca pernyataan Jaisyul Fath dalam Seruan Umum (sebuah seruan bagi seluruh umat secara umum untuk berjihad) yang pengumuman ini ditujukan bagi setiap Muslim- baik itu dari kalangan masyarakat yang berpengalaman, memiliki keahlian atau yang selain mereka- untuk berdiri dalam satu barisan melawan serangan musuh yang berlangsung terus menerus dan untuk menghentikan gerak laju musuh dan menghentikan jatuhnya wilayah demi wilayah kaum Muslimin di negeri Syam.

Dan telah dinyatakan oleh setiap orang yang memiliki pengetahuan -dari setiap madzhab- bahwa Jihad telah menjadi Fardu Ain (kewajiban individu yang harus dipenuhi meskipun sudah ada sekelompok orang yang telah melaksanakannya) dalam situasi seperti ini. Dan diantara mereka yang telah menyebutkan tentang kewajiban dari kalangan para ulama madzhab Hanafi adalah Imam Ibnu Abidin, sedangkan dari kalangan ulama madzhab Maliki adalah Imam Al-Qurthubi dan Imam Ibn Abdil Barr, dan dari ulama madzhab Syafii adalah Imam Al-Baghawi dan Imam An-Nawawi. Kemudian dari ulama madzhab Hambali adalah Imam Ibnu Qudamah dan Imam Ibnu Taimiyah, hal ini menyebabkan adanya perkataan para ahli ilmu yang menyatakan telah terjadi Ijma' (kesepakatan ulama) dalam persoalan ini.

Para Imam Madzhab telah menyatakan bahwa ketika disuatu tempat membutuhkan bantuan untuk berperang mengusir penjajah, maka kewajiban ini akan meluas kepada yang lain yang berada di luar wilayah yang berperang itu hingga Kifayah (kecukupan jumlah dan kekuatan) terpenuhi.

Imam An-Nawawi-rahimahullah menyatakan, "Para shahabat kami telah menyatakan bahwa hari ini Jihad adalah Fardu Kifayah (Sebuah kewajiban kelompok, yang jika sekumpulan orang telah mencukupi untuk melaksanakan kewajiban tersebut, maka kewajiban ini gugur bagi yang lain). Kecuali dalam keadaan ketika orang-orang Kafir memasuki secara zhalim, ke wilayah kaum Muslimin, maka jihad berubah menjadi kewajiban pribadi masing-masing kaum Muslimin di wilayah tersebut. Dan jika jumlah Mujahidin di wilayah tersebtu tidak cukup, maka menjadi kewajiban bagi mereka yang ada di dekat wilayah tersebut untuk berjihad hingga tercapai kadar cukup untuk mengusir musuh." (Syarh Shahih Muslim).

Dan Imam Al-Qurthubi berkata: "Ketika jihad telah menjadi kewajiban pribadi karena musuh telah mengambil wilayah diantara wilayah-wilayah (milik kaum Muslimin), maka menjadi sebuah kewajiban bagi setiap Muslim untuk berjuang merebut kemenangan dan pergi berperang baik dalam keadaan ringan maupun berat…dan jika masyarakat di wilayah tersebut tidak mampu menghadapi musuh, maka kewajiban tersebut menimpa kepada mereka yang tinggal disekitar dan didekat wilayah tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat di wilayah tersebut yang harus dipenuhi. Sampai mereka mengetahui bahwa mereka memiliki kekuatan yang cukup untuk menghadapi musuh dan mempertahankan diri dari serangan musuh."

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata, "Dan ketika musuh memasuki wilayah-wilayah Islam, maka tidak diragukan lagi bahwa mengusir musuh adalah sebuah kewajiban bagi mereka yang paling dekat dengan musuh, kemudian yang tinggal didekatnya, karena wilayah-wilayah kaum Muslimin itu seakan-akan adalah satu wilayah."

Dan ketika kami menyerukan kepada kaum Muslimin secara menyeluruh untuk bergerak maju bersama untuk menolong saudara-saudara mereka dari kalangan Mujahidin. Dan ketika kami menyerukan kepada kaum Muslimin secara menyeluruh untuk bergerak maju bersama untuk menolong saudara-saudara mereka dari kalangan Mujahidin, maka kami ingin menekankan dan meminta perhatian kaum Muslimin bahwa dalam situasi seperti ini, maka tidak dibutuhkan lagi adanya persyaratan apapun, tidak pula memerlukan ijin siapapun baik itu dari kepada orang tua maupun dari orang yang menghutangi atau berbagai bentuk persyaratan yang lain.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, "Tentang pertempuran untuk membela diri-demi membela agama atau tempat-tempat suci, maka ini hukumnya wajib sebagaimana kesepakatan Ulama'. Dan bagi musuh yang menyerang dan menjajah, yang telah menyerang kepentingan agama dan dunia kita, maka dalam hal ini tidak ada yang lebih wajib setelah iman, kecuali berjihad untuk mengusir musuh yang menyerang ini. Sehingga dalam keadaan ini jihad tidak memerlukan persyaratan apapun."

Kami menyerukan kepada para Ulama kaum Muslimin untuk memenuhi apa yang telah diwajibkan oleh Allah atas diri mereka untuk mengeluarkan pernyataan wajibnya hal ini, sebagai bentuk nasihat bagi umat Islam dan keputusan para ulama kaum Muslimin dan sikap tegas mereka diperlukan untuk menghadapi serbuan pasukan Syiah Rafidhah ini.

Allah Ta'ala berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, Apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: 'Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah', kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit". (TQS. At-Taubah: 38)

Wallahu a'lam bish Shawaab.

17/3/1437 H
28/12/2015 M.

Penandatangan:

Syaikh Abdul-Razzaq al-Mahdi – Hakim Syar'i di Jaish Al-Fath

Doktor Abu Abdullah al-Shami – Amir Harakat Fajr al-Sham

Syaikh Ali al-Irjani – Penuntut Ilmu Independen

Doktor Abdullah al-Muhaysini – Hakim Syar'i di Jaish al-Fath

Doktor Sa'd Abdul Karim al-Uthman – Penuntut Ilmu Independen

Syaikh Sirajuddin Zurayqat – Penuntut Ilmu

Syaikh Mushlih al-Ulyani – Perwakilan dari Markaz Du'at al-Jihad

Syaikh Abu Ishaq al-Qadi – Hakim Syar'i di Ahrar al-Sham

Syaikh Yusuf Abu Hafs – Kepala Pengadilan Syariat di Pinggiran Aleppo (Dara Izza)

Syaikh Ahmad Muwwas Abu Mukhlis – Hakim Syar'i di Ahrar al-Sham di kawasan Pesisir

Syaikh Abu Azzam al-Qadi – Anggota Majlis al-Qada' Jabhat al-Nusra

Syaikh Abu Umar al-Madani – Penanggung Jawab Maktab Syar'i, Ansar al-Sham

Syaikh Abu Abdullah al-Masri – Kepala Dar al-Qada', di kawasan pesisir.

Syaikh Haydarah al-Qasim – Hakim Syar'i Jaish al-Fath

Syaikh Abu Shaykha – Penuntut Ilmu di Jund al-Aqsa

Syaikh Umar Huzaifa – Anggota Majlis al-Syar'i Faylaq al-Sham

Syaikh Yunus Khattab – Amir Katiba Abdullah bin Abbas, Ahrar al-Sham

Syaikh Muhammad Haj Ali – Penanggung jawab Maktab al-Ilmi di Markaz Du'at al-Jihad

Syaikh Badr al-Utaybi – anggota Markaz Du'at al-Jihad

Syaikh Abul Mu'tasim – Kepala Maktab al-Qada'i di al-Hai'ah al-Islamiyah

Syaikh Abu Hajar al-Aseeri – Petugas Dakwah di kawasan pesisir.

Syaikh Abu Ishaq al-Hamawi – Syar'i di Liwa al-Iman

Doktor Shamil Usood (atau Aswad) – Penuntut Ilmu Independen

Syaikh Abu Suhayb al-Hamsi – Liwa Sham al Ahrar

Syaikh Abu Majid Dar al-Qada' – Kepala Dar al-Qada' in Sarmada

Syaikh Ahmad Raheem – Penuntut Ilmu di Jabhat al-Nusra

Syaikh Al-Mu'tashim Billah al-Madani – Penanggung jawab Syariat bagi Jabhat al-Nusra di Aleppo

Syaikh Abu Hafs al-Khalidi – Penuntut ilmu di Jabhat al-Nusra

Syaikh Abul Ala al-Dimashqi – Penanggung jawab syariat di Liwa al-Iman

Syaikh Abdul-Wahhab al-Saq'ud – Penuntut ilmu di Jabhat al-Nusra

Syaikh Abu Ubaida al-Tamimi – Anggota Institur Zidni Ilma

Syaikh Abu Ya'qub al-Syami – Hakim Syar'i Majelis Pengadilan Islam wilayah Pesisir

Syaikh Anas Khattab – Penulis Islami

Syaikh Abul Muthanna – Anggota Institut al-Fath al-Da'wiyya

Syaikh Abul Muthanna al-Shami – Penuntut Ilmu di Ahrar al-Sham

Syaikh Abul Asim al-Qasimi – Penuntut Ilmu

Syaikh Faisal bin Ghazi – Sekretaris Assosiasi Para Ulama di Negeri Sham

Syaikh Sakhr al-Najdi – Penuntut Ilmu Independen

 

fatwa

Pernyataan wajibnya Jihad di negeri Syam

(banan/arrahmah.com)

Tertangkap, pelaku bom bunuh diri di Markas Jaisyul Islam ini mengaku suruhan ISIS

Posted: 02 Jan 2016 03:05 AM PST

mohammad-abd-karim-

SURIAH (Arrahmah.com) - Juru bicara Jaisyul Islam, Islam Alloush, menyatakan telah menangkap seorang tentara bayaran kelompok "Daulah Islamiyah", atau Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS.

Menurut penjelasan yang diumumkan melalui akun twitter resmi Jaisyul Islam, tentara bayaran ISIS itu akan melakukan bom bunuh diri di markas besar Jaisyul Islam di Distrik Dhabit, Damaskus.

Aksi pelaku yang kemudian diketahui bernama Muhammad Abdul Karim Juma'a itu berhasil digagalkan oleh pejuang Jaisyul Islam saat dia hendak meledakkan diri di Markas Jaisyul Islam pada Kamis (31/12/2015) di Dhabit, menurut portal all4Syiria.info, sebagaimana dilansir Kiblat.net.

Muhammad Abdul Karim mengaku bahwa dirinya merupakan salah satu mantan anggota Jaisyu Tahrir As-Syam yang dibayar ISIS senilai $3.000 untuk membunuh sejumlah pimpinan Jaisyul Islam dengan cara meledakkan diri.

Dalam sebuah video berdurasi 2 menit 17 detik yang dirilis Jaisyul Islam, Muhammad Abdul Karim mengaku membawa 10 kilogram bom kendali jarak jauh di ranselnya yang rencananya akan diledakkan saat dia berada di Markas Jaisyul Islam.

Selain itu, Muhammad Abdul Karim juga mengaku bahwa kelompok Jaisyu Tahrir Asy-Syam mendapatkan instruksi langsung dari beberapa tokoh ISIS untuk membunuh para mujahid. Menurut pengakuannya, para tokoh ISIS tersebut antara lain, Abu Ishaq Al-Gotani, Abu Bakar Misroban, dan Abu Mohammad Al-Muhajir.

Sementara itu, pihak ISIS masih belum memberikan keterangan resmi terkait kesaksian Muhammad Abdul Karim ini.

(aliakram/arrahmah.com)

Meminta waktu shalat yang cukup, ratusan pekerja Muslim di AS dipecat

Posted: 02 Jan 2016 02:00 AM PST

Seorang pekerja asal Somalia memotong daging sapi di Cargill Meat Solutions di Fort Morgan, Colorado.

COLORADO (Arrahmah.com) - Sekitar 190 pekerja Muslim, kebanyakan dari mereka adalah imigran dari Somalia, telah dipecat dari pabrik pengepakan dan distribusi daging di Colorado Timur Plains karena meminta disediakan waktu shalat yang cukup, sebagaimana dilansir oleh Denver Post, Jum'at (1/1/2016).

Sepuluh hari yang lalu lebih dari 200 pekerja melakukan mogok kerja di Cargill Meat Solutions di Fort Morgan.

Beberapa pekerja kemudian kembali, tetapi sebagian besar tetap mogok kerja saat perwakilan dari Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) melakukan negosiasi.

Pada hari Selasa, Cargill melalui pengacaranya memecat para pekerja yang tetap mogok, kata Jaylani Hussein, juru bicara dan direktur eksekutif CAIR.

Beberapa karyawan yang dipecat telah bekerja di pabrik itu hingga 10 tahun, kata Hussein. Cargill sebelumnya telah mengizinkan karyawan Muslim untuk sholat di pabrik, bahkan menyediakan ruang sholat, katanya. Akan tetapi, waktu sholat berbeda-beda tiap bulan tergantug peredaran matahari, sehingga para pekerja Muslim sholat pada waktu yang berbeda-beda, biasanya sekitar lima hingga 10 menit. Namun baru-baru ini sebuah keputusan dibuat di pabrik itu untuk mengubah praktek tersebut.

"Para pekerja diberitahu: 'Jika Anda ingin sholat, pulang ke rumah!'," kata Hussein.

Banyak dari para pekerja yang memutuskan untuk mogok kerja dalam upaya agar manajer pabrik mengembalikan jadwal shalat.

Hussein dan Jennifer Wicks, juga dari CAIR, yang bernegosiasi dengan perusahaan Cargill, pada hari Selasa, mereka diberitahu tentang pemecatan massal tersebut.

"Mereka adalah karyawan yang baik dan tidak pernah memiliki masalah sebelumnya. Masalah ini muncul karena kesalahpahaman dalam perubahan kebijakan," kata Hussein.

"Mereka merasa bahwa tidak bisa shalat itu lebih buruk ketimbang kehilangan pekerjaan. Itu seperti kehilangan rahmat dari Allah," kata Hussein.

Juru bicara perusahaan Mike Martin mengatakan bahwa mereka mengakomodasi ibadah para pekerja engan menetapkan jam yang tidak menganggu proses pengepakan daging. Kebijakan baru perusahaan, waktu shalat selama 10-15 menit dimasukkan dalam jam istirahat yang hanya 30 menit sehari. Pada jam istirahat ini, para buruh tidak mendapat bayaran.

Omar Jamal, direktur eksekutif Komisi HAM Somalia, mengatakan bahwa manajer Cargill tidak mengerti soal ibadah ummat Islam, terutama soal waktu shalat lima waktu yang bisa berubah tergantung pergerakan sinar matahari di bulan tersebut.

Jamal mengatakan bahwa organisasinya telah menghubungi pihak Cargill untuk menegosiasikan pekerjaan para buruh.

"Semoga akan diterapkan kebijakan yang jelas yang dimengerti oleh semua orang dan bisa mengatasi masalah ini," kata Jamal.

(ameera/arrahmah.com)

Hina bendera "Israel", warga Yordania ditangkap

Posted: 02 Jan 2016 12:50 AM PST

Warga Yordania membakar bendera "Israel".

AMMAN (Arrahmah.com) - Pihak berwenang Yordania telah menangkap seorang pemilik toko di kota utara Irbid setelah ia melukis bendera "Israel" di luar tokonya agar pelanggan sengaja menginjak bendera itu saat memasuki tokonya, sebagaimana dilansir oleh MEMO, Rabu (30/12/2015).

Ide dibalik lukisan bendera "Israel" itu untuk mengekspresikan kebencian terhadap negara Yahudi itu, dan sebagai bentuk solidaritas terhadap gelombang perlawanan rakyat Palestina terhadap "Israel".

Pemilik toko, Abed al-Fattah Ja'roun, (60), didakwa dengan tuduhan mengganggu hubungan dengan negara sahabat.

Ia dibebaskan dengan jaminan sebesar 3.000 dinar Yordania ($ 4.200) dengan janji untuk tidak mengulangi aksi tersebut.

Menurut Ja'roun, pejabat keamanan dan wakil gubernur provinsi mengatakan bahwa ia tidak memiliki hak untuk menodai bendera "Israel" karena perjanjian perdamaian Yordania dengan "Israel", dan bahwa hal tersebut adalah sebuah penghinaan dan melukai sebuah negara yang dianggap sebagai "teman."

Meskipun teah berjanji untuk tidak mengulangi lagi perbuatan itu, Ja'roun bersumpah untuk "melanjutkan menggambar bendera 'Israel' di lantai toko saya sebagai sarana untuk mengekspresikan kemarahan saya terhadap serangan Zionis yang dilakukan terhadap rakyat Palestina."

Menurut Al-Araby Al-Jadeed, banyak pemilik toko yang lain di kota ini yang meniru aksi Ja'roun dan mulai melukis bendera "Israel" di lantai luar toko mereka untuk diinjak.

Menginjak bendera "Israel" adalah praktek yang umum di Yordania, khususnya dalam rangka mengekspresikan solidaritas terhadap rakyat Palestina.

(ameera/arrahmah.com)