Arrahmah.Com |
- "Israel" kerahkan ratusan tentara dan polisi untuk mengamankan rencana pembongkaran rumah milik warga Palestina
- Jabhah Nushrah bunuh 50 tentara Asad dalam pertempuran di Aleppo selatan
- Pernyataan juru bicara IIA terkait keputusan NATO mempertahankan pasukannya di Afghanistan
- Kesaksian warga Raqqah hidup di "ibukota" ISIS: Kami menghadapi kematian dari berbagai arah
- 30 orang hilang saat kapal pengungsi tenggelam di lepas pantai Turki
- Jerman: rezim Asad membeli minyak dari ISIS
- NATO akan mempertahankan 12.000 tentaranya di Afghanistan hingga 2016
- Empat tentara penjajah AS tewas dalam serangan bom ranjau di provinsi Parwan, Afghanistan
- Mujahidin Asy-Syabaab menyerbu basis militer tentara boneka Somalia di kota Qoryoley
- NATO akan memperluas penyebaran pasukan di Afghanistan tahun 2016
Posted: 02 Dec 2015 03:34 PM PST YERUSALEM (Arrahmah.com) - Ratusan tentara dan polisi Zionis dikerahkan di lingkungan Yerusalem Timur pada Rabu (2/12/2015) menjelang rencana pembongkaran sebuah rumah milik warga Palestina yang dituduh melakukan serangan pada tahun lalu. |
Jabhah Nushrah bunuh 50 tentara Asad dalam pertempuran di Aleppo selatan Posted: 02 Dec 2015 03:05 PM PST ALEPPO (Arrahmah.com) - Sedikitnya 50 tentara rezim Nushairiyah pimpinan Bashar Asad dan milisi Syiah yang menjadi sekutu mereka tewas dalam tujuh hari terakhir di pedesaan selatan Aleppo, ujar pernyataan Mujahidin Jabhah Nushrah pada Rabu (2/12/2015). |
Pernyataan juru bicara IIA terkait keputusan NATO mempertahankan pasukannya di Afghanistan Posted: 02 Dec 2015 07:49 AM PST (Arrahmah.com) - Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pada Selasa (1/12/2015) menyatakan bahwa NATO akan mempertahankan 12.000 pasukannya di Afghanistan hingga akhir 2016 dengan dalih memerangi "teroris," sebagaimana dilansir AFP. Keputusan NATO ini mengundang kecaman dari Mujahidin Imarah Islam Afghanistan (IIA). Juru bicara IIA mengatakan dalam pernyataan resminya bahwa keputusan NATO tersebut hanya akan menambah kesulitan rakyat Afghan dan memperluas ketidakamanan. Berikut pernyataan resmi juru bicara IIA Zabihullah Mujahid yang dipublikasikan Voice of Jihad pada Rabu (2/12). ***** Negara-negara anggota NATO sekali lagi memperjelas rencana jahat mereka terkait Afghanistan dan menyatakan bahwa tentara mereka akan tetap berada di Afghanistan hingga akhir tahun 2016, akan melanjutkan pendanaan yang dibebankan terhadap pemerintahan Kabul dan akan melakukan apa yang disebut "proyek sipil" dengan tujuan menipu rakyat Afghan. Imarah Islam mengecam dengan keras keputusan ini oleh NATO. Memperpanjang penjajahan Afghanistan dan menjaga api dalam perang ini tetap menyala tidak hanya menarik rakyat Afghan ke dalam kesulitan yang lebih tetapi juga hal ini menciptakan ketidakamanan di wilayah yang lebih luas, membuang-buang kesempatan dan lebih jauh lagi menurunkan reputasi NATO itu sendiri.Sama seperti ratusan ribu tentara penjajah dari negara-negara anggota NATO dan milyaran dolar gagal untuk mewujudkan keinginan dan tujuan bangsa Afghan oleh karena itu beberapa ribu tentara yang terbatas untuk membentengi basis-basis akan juga gagal dalam mencapai tujuan-tujuan kolonial NATO.Sejarah telah membuktikan bahwa bangsa Afghan yang gagah berani bukanlah bangsa yang pengecut bahkan mereka akan melanjutkan Jihad sakral mereka hingga pengusiran penjajah yang tersisa dan akan memanfaatkan hak hukum mereka dan segala cara yang mereka miliki untuk kemerdekaan negara mereka di bawah kepemimpinan Imarah Islam [Afghanistan].Juru bicara Imarah Islam AfghanistanZabihullah Mujahid(siraaj/arrahmah.com) |
Kesaksian warga Raqqah hidup di "ibukota" ISIS: Kami menghadapi kematian dari berbagai arah Posted: 02 Dec 2015 04:10 AM PST Raqqah adalah sebuah penjara yang kejam, warganya secara perlahan mati kelaparan, terlebih lagi bom pasukan asing juga menambah penderitaan mereka, ungkap seorang warga Raqqah yang telah mengungsi untuk menghindari kelompok "Daulah Islamiyah", atau Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS, yang mengklaim Raqqah sebagai "ibukota daulah" mereka. Dalam sebuah wawancara dengan MEE, Senin (30/11/2015), Abdullah K, yang belum lama ini menyelamatkan diri ke Eropa, mengatakan bahwa kota itu telah jatuh ke dalam jurang, di mana warganya menghadapi murka IS dan bombardir pasukan asing. Komentarnya itu bertepatan dengan langkah para politisi Inggris yang tengah mempersiapkan diri mereka untuk memilih apakah akan memperpanjang aksi militer negara itu terhadap IS ke Suriah atau tidak. Raqqah, markas de facto kelompok IS, diklaim akan menjadi target utama aksi militer tersebut. Kota ini sudah menderita di bawah serangan AS, Rusia dan yang paling baru Perancis, yang meningkatkan serangan udaranya pasca serangan IS bulan Oktober di Paris. Berbicara kepada MEE dari perbatasan Yunani-Macedonia, Abdullah mengatakan kondisi warga Raqqah berada di ambang kelaparan. "Hari ini, Raqqah bagai menghadapi mimpi buruk. IS dengan segala cara membuat penduduk sipil kelaparan dan itulah yang terjadi. Ketersediaan listrik menjadi begitu sulit. Air belum disanitasi sejak IS mengambil alih Raqqah. "Pusat kota bagaikan kota hantu. Hanya rumah-rumah yang telah diambil alih secara paksa oleh anggota IS lah yang menerima pelayanan," ungkap Abdullah menjelaskan diskriminasi yang mereka rasakan di Raqqah sejak kedatangan IS. "Harga sekantung roti telah mencapai harga yang luar biasa," ujar Abdullah. "Meskipun IS mengancam untuk memotong tangan siapa pun yang tertangkap mencuri, pencurian justru telah merajalela dan bahkan terjadi di siang bolong karena kasus kelaparan." Dia mengatakan terlebih pengeboman yang menyasar sipil semakin menambah kesengsaraan tersebut. "Setiap intervensi militer oleh Inggris tidak akan menghentikan geng Asad, tapi semakin memperkeruh situasi," katanya. "Saya tidak mendukung segala bentuk intervensi yang tidak mengembalikan stabilitas dan membawa kami kembali ke negara kami, selain intervensi yang menyingkirkan Asad dan IS." Dia mengatakan bahwa serangan mendadak Rusia dan Perancis telah benar-benar gagal untuk menargetkan IS. "Serangan udara Rusia seperti orang buta yang menyerang di mana-mana kecuali untuk daerah di mana IS berada," katanya. "Sedangkan serangan Rusia malah menghujani warga sipil. "[Sementara] serangan udara Perancis bersifat reaksioner, acak, dan tidak penuh perhitungan meski terkadang tidak ada warga sipil yang tewas dan serangan berhasil menargetkan basis IS."
Lubang hitam Raqqah Mantan penduduk Raqqah lainnya yang sekarang berbasis di Turki mengatakan kepada MEE mengenai bahaya bagi siapa pun yang berada di Raqqah. "Tidak ada internet di rumah, internet hanya ada di kafe umum yang dioperasikan oleh IS," katanya, meminta namanya dirahasiakan. "Jadi sangatlah berisiko untuk menyebutkan hal-hal tertentu untuk berbicara menentang mereka ketika mereka memantau segala sesuatunya." Karena cengkraman IS, mengonfirmasi banyak detail kehidupan di kota ini menjadi begitu sulit, apalagi mendengar cerita pengeboman dari perspektif warga sipil. Kehidupan di Raqqah telah berubah sejak IS mengambil alih kota ini pada bulan Januari 2014, dengan populasinya jatuh dari dari satu juta menjadi hanya 400.000 orang. Hukuman bagi mereka yang tidak mematuhi peraturan yang ketat telah menjadi realitas sehari-hari bagi warga. Para aktivis di sana dieksekusi atau berhasil melarikan diri ke Turki - namun tidak berarti mudah untuk menyelamatkan diri mengingat IS melarang warga meninggalkan Raqqah tanpa izin mereka. Sejumlah laporan telah beredar dari keluarga para anggota IS sendiri yang melarikan diri dari Raqqah ke Mosul dari serangan udara baru-baru ini. Para anggota IS juga telah pindah ke daerah-daerah sipil untuk bersembunyi di antara warga sipil, dan menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia.
Sebuah realitas yang berbeda Situasi di Raqqah tampak begitu berbeda pada tahun 2013 ketika Tentara Pembebasan Suriah atau Free Syrian Army (FSA) dan Mujahidin Ahrar Syam memukul mundur pasukan pemerintah Nushairiyah Suriah dari kota, dan kemudian dari provinsi. Di bawah pemerintahan FSA, Abdullah mengatakan, kehidupan Raqqah berlanjut normal. "Sekolah-sekolah dan perguruan tinggi tetap buka, dan bahkan lembaga pemerintah tetap berjalan di bawah koordinasi penuh antara FSA dan Ahrar Syam," katanya. Namun, pada bulan-bulan sebelum deklarasi "Daulah Islam" di Suriah dan Irak pada musim panas 2014, banyak aktivis dan tokoh terkenal di Raqqah yang diculik. "Tidak diragukan lagi bahwa mereka diculik oleh anggota IS," katanya. "Orang-orang - seperti aktivis dalam gerakan non-kekerasan dan bersenjata, kepala dewan kota, wali dewan kota, dan hakim legislatif - merupakan kekuatan pendorong untuk menyatukan jalan dan mengorganisir protes jalanan yang besar. "Pada tanggal 10 Januari 2014, IS mengambil alih Raqqah. Sekolah-sekolah ditutup selama satu tahun dan dibuka kembali pada bulan Februari 2015, tetapi hanya untuk kelas sembilan. Seluruh kurikulum berubah dari menggunakan buku-buku 'kafir' menjadi buku-buku yang disetujui oleh IS." Menurut salah satu aktivis yang melarikan diri dari Raqqah pada bulan Oktober, kebanyakan orangtua khawatir terhadap pencucian otak anak-anak mereka dengan paham ekstrimis yang bisa dilakukan di sekolah-sekolah yang dikendalikan IS, sehingga mereka memilih home schooling untuk anak-anak mereka, meski langkah itu bisa beresiko hukuman mati. Di tengah teror dan diskriminasi yang IS sodorkan kepada warga sipil Raqqah, memang ada beberapa laporan di mana IS juga mencoba menerapkan syariat Islam, namun cara mereka memaksa warga sipil dirasa bagai teror yang justru membuat warga awam begitu ketakutan dengan "kengerian syariat Islam" yang masih baru bagi mereka. IS, kata para aktivis, bersumpah untuk membunuh guru-guru yang menjalankan sekolah swasta di luar pantauan IS, terutama untuk anak-anak perempuan. Pemilik toko yang tidak menutup tokonya untuk shalat berjamaah akan dikenakan denda yang besar. Kaum perempuan dipaksa untuk memakai hijab yang menutup seluruh tubuh, ditambah pakaian tebal lain yang melapisinya. Para pria diberhentikan di pos-pos pemeriksaan yang dijaga oleh banyak anggota IS dan penjaga patroli IS yang adang-kadang memerintahkan untuk menyerahkan ponsel mereka untuk melihat apakah mereka memiliki lagu atau menyimpan gambar perempuan tak berhijab di ponsel mereka. Dengan beberapa hal itu, meski menghadapi kengerian dari berbagai arah setiap harinya, masih ada di antara mereka yang menyisakan harap bahwa mereka akan dapat melaluinya, kata Abdullah: "Keluarga saya masih di Raqqah, tabah dan menunggu pertolongan." (aliakram/arrahmah.com) |
30 orang hilang saat kapal pengungsi tenggelam di lepas pantai Turki Posted: 02 Dec 2015 03:00 AM PST ANKARA (Arrahmah.com) - Setidaknya 30 orang hilang setelah kapal yang membawa pengungsi tenggelam di lepas pantai sebelah barat Turki, pada Selasa (1/12/2015), ungkap penjaga pantai Turki. Sebagaimana dilansir oleh Anadolu Agency, perahu yang membawa sekitar 35 orang itu menuju ke pulau Chios Yunani ketika perahu itu tenggelam di lepas pantai Cesme, provinsi Izmir. Pulau ini merupakan salah satu tujuan paling disukai bagi pengungsi yang berupaya untuk memasuki Uni Eropa dari Turki. Dua pengungsi berenang ke darat dan melapor kepada penjaga pantai Turki mengenai tenggelamnya perahu pengungsi. Kapal dan helikopter pencarian dan penyelamatan telah dikirim ke lokasi kecelakaan. Mayat dari tiga pengungsi Suriah ditemukan terdampar di pantai dekat. Izmir, Mugla, Aydin dan Canakkale - empat provinsi Turki yang berhadapan dengan pulau-pulau Yunani di Laut Aegea dan laut Mediterania - merupakan tempat utama bagi pengungsi untuk menuju negara-negara Uni Eropa. Setidaknya 3.138 pengungsi telah meninggal saat menyeberangi Laut Mediterania sepanjang tahun ini, menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi. Badan pengungsi PBB mengatakan bahwa lebih dari 640.000 orang telah tiba di Eropa melalui Mediterania sepanjang tahun ini. (ameera/arrahmah.com) |
Jerman: rezim Asad membeli minyak dari ISIS Posted: 02 Dec 2015 12:30 AM PST BERLIN (Arrahmah.com) - Pemerintah Jerman menuding rezim Bashar Asad membeli minyak dari ISIS. |
NATO akan mempertahankan 12.000 tentaranya di Afghanistan hingga 2016 Posted: 02 Dec 2015 12:30 AM PST KABUL (Arrahmah.com) - NATO akan mempertahankan 12.000 tentara di Afghanistan untuk tahun 2016 dengan dalih mencegah Afghanistan menjadi surga "teroris", menurut pernyataan Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg pada Selasa (1/12/2015). |
Empat tentara penjajah AS tewas dalam serangan bom ranjau di provinsi Parwan, Afghanistan Posted: 02 Dec 2015 12:00 AM PST PARWAN (Arrahmah.com) - Sedikitnya empat tentara penjajah AS dilaporkan tewas dalam serangan Mujahidin Imarah Islam Afghanistan (IIA) di utara Afghanistan, menurut laporan Al-Emarah pada Selasa (1/12/2015).
|
Mujahidin Asy-Syabaab menyerbu basis militer tentara boneka Somalia di kota Qoryoley Posted: 01 Dec 2015 11:30 PM PST SHABELLE BAWAH (Arrahmah.com) - Pertempuran mematikan antara Mujahidin Somalia Asy-Syabaab dengan tentara boneka Somalia (SNA) pecah di kota strategis Qoryoley, wilayah Shabelle Bawah, lansir kantor berita Shabelle pada Selasa (1/12/2015). |
NATO akan memperluas penyebaran pasukan di Afghanistan tahun 2016 Posted: 01 Dec 2015 11:00 PM PST BRUSSELS (Arrahmah.com) - Menteri luar negeri NATO, pada Selasa (1/12/2015), sepakat untuk memperluas pengerahan 12.000 tentara di Afghanistan pada tahun 2016 dan menyediakan dana sedikitnya 3 miliar dolar AS untuk pasukan keamanan Afghanistan sampai tahun 2020. Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg memperingatkan bahwa kehadiran NATO di Afghanistan sangat penting untuk menghentikan negara itu menjadi "tempat yang aman bagi teroris internasional". "Kami berada di Afghanistan untuk mendukung diri kami," kata Stoltenberg kepada wartawan di Brussels setelah pertemuan antara menteri luar negeri NATO, pada Selasa (1//12) "Jika Afghanistan menjadi tempat berlindung yang aman bagi 'teroris internasional' hal itu juga akan menjadi ancaman bagi kami," kata Stoltenberg. "Kami bekerja sama dengan Afghanistan untuk memperbaiki dan meningkatkan keamanan bersama, itu sebabnya kami terus mendanai mereka," Stoltenberg menambahkan. "Kami [para menlu NATO] bertemu hari ini dan bersama-sama menegaskan kembali komitmen kami untuk meningkatkan keamanan, dan mempromosikan perdamaian, pembangunan, hak asasi manusia, dan supremasi hukum di Afghanistan," kata menteri luar negeri NATO dalam sebuah pernyataan bersama, pada Selasa. Klaim NATO itu tentu bertolak belakang dengan kenyataan bahwa keikutsertaan NATO dalam berbagai konflik di berbagai negara justru melanggengkan peperangan, pertikaian, perpecahan, dan menelan korban sipil yang tidak sedikit. (ameera/arrahmah.com) |
You are subscribed to email updates from Arrahmah.com. To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |