Arrahmah.Com

Arrahmah.Com

Link to Arrahmah.com

MSF: Serangan bom barel berulang di rumah sakit di Homs telah membunuh 7 warga sipil

Posted: 01 Dec 2015 04:01 PM PST

Seorang pria mengangkut jenazah seorang wanita yang meninggal di lokasi serangan udara oleh pasukan rezim Nushairiyah pimpinan Bashar Asad pada 7 November 2015. (Foto: Reuters)

HOMS (Arrahmah.com) - Dokter Tanpa Batas atau yang dikenal dengan akronim MSF pada Selasa (1/12/2015) telah mengecam serangan berulang bom barel di sebuah rumah sakit di wilayah yang dikuasai oleh pejuang Suriah di kota Homs oleh pasukan rezim yang menewaskan tujuh orang dan melukai 47 lainnya.

Pemboman pada pekan lalu terjadi berkali-kali, salah satu daerah di bom dan kemudian bom kedua menghantam tim medis yang berupaya melakukan penyelamatan, menurut pernyataan Brice de le Vingne, direktur operasi MSF, lansir AFP.

Ia menambahkan bahwa taktik tersebut terbukti menghasilkan tingkat kerusakan yang tidak dapat dibayangkan. (haninmazaya/arrahmah.com)

Serangan udara telah memutus pasokan air untuk 3,5 juta orang di Aleppo

Posted: 01 Dec 2015 03:32 PM PST

Warga Aleppo menampung air untuk kebutuhan mereka

ALEPPO (Arrahmah.com) - Sebuah serangan udara yang menghantam pabrik pengolahan air di Suriah pada Kamis pekan lalu telah memutus pasokan air untuk 3,5 juta orang, dan meskipun pompa air sebagian telah dipulihkan, namun 1,4 juta orang masih kekurangan pasokan air, ujar kepala badan PBB UNICEF di Suriah mengatakan pada Selasa (1/12/2015).

"Di Suriah, aturan perang, termasuk yang dimaksudkan untuk melindungi infrastruktur sipil vital, terus rusak setiap hari," ujar Hanaa Singer, perwakilan UNICEF Suriah, dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Reuters.

"Serangan udara yang dilaporkan menghantam pabrik pengolahan air Al-Khafseh di Aleppo utara Kamis lalu adalah contoh yang sangat mengkhawatirkan," lanjutnya. (haninmazaya/arrahmah.com)

Mujahidin Jabhah Nushrah dan tentara Libanon bertukar tawanan

Posted: 01 Dec 2015 03:03 PM PST

Mujahidin Jabhah Nushrah yang menyaksikan pertukaran tawanan di Arsal. (Foto: Al Jazeera)

ARSAL (Arrahmah.com) - Tentara Libanon dan Mujahidin Suriah Jabhah Nushrah telah melakukan pertukaran tawanan yang telah lama ditunggu-tunggu di luar kota perbatasan Libanon, Arsal, di mana sekelompok tentara Libanon ditangkap tahun lalu.

Kesepakatan yang ditengahi oleh mediaotr Qatar, mensyaratkan pembebasan 16 pasukan keamanan Libanon-tentara dan polisi-dalam pertukaran untuk 13 tahanan Muslim yang berada di penjara Libanon, termasuk lima orang , lansir Al Jazeera pada Selasa (1/12/2015).

Pada Selasa (1/12), Palang Merah Libanon hadir di lokasi pertukaran bersama para prajurit militer Libanon saat pejuang Jabhah Nushrah duduk di belakang kendaraan, merayakan kesepakatan dengan mengibarkan bendera hitam mereka.

Turun dari konvoy kendaraan SUV, belasan tentara dengan penampilan segar berseragam lengkap disambut oleh kerabat di pusat kota Beirut.

Dikelilingi oleh pejabat Libanon, termasuk perdana menteri dan kepala keamanan umum, menteri kehakiman, dan duta besar Qatar, para tentara tersebut disambut dengan meriah di mana bunga-bunga dilemparkan ke arah mereka.

Salah satu tentara mengatakan: "Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Jabhah Nushrah karena telah membebaskan kami. Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang mengambil bagian dalam negosiasi yang menyebabkan pembebasan kami."

Pada tahap awal dari pertukaran, Jabhah Nushrah menyerahkan jenazah Muhammad Hamieh, salah satu dari dua tentara yang tewas dalam pertempuran di Arsal.

Pertukaran tahanan terjadi setelah berbulan-bulan perundingan.

Menurut laporan Al Jazeera, di antara tahanan yang dibebaskan oleh Libanon adalah Jumana Hmayed, yang ditangkap dengan tuduhan memasukkan "teroris" ke Libanon dan Saja Dulaimi, mantan istri pemimpin ISIS, Abu Bakr Al-Baghdadi.

Pasukan Libanon menangkap Dulami pada November 2014 di Libanon utara, atas tuduhan terlibat dalam kelompok "teroris".

Berbicara kepada Al Jazeera tak lama setelah pembebasannya di Arsal, Dulami mengatakan ia berencana untuk pergi ke Turki.

"Saya mantan istri Abu Bakr Al-Baghadi. Kami telah bercerai lebih dari enam tahun. Saya akan bergi ke Beirut dan berencana ke Turki," ujarnya.

Abbas Ibrahim, kepala keamanan umum Libanon dalam konferensi pers mengatakan meskipun proses panjang dan sulit, namun mereka mampu mencapai hasil.

"Setelah 16 bulan dalam situasi sulit, hari ini sukacita telah tiba," ujarnya.

Menurut sumber yang terlibat, perjanjian untuk pembebasan tahanan Libanon termasuk menyiapkan koridor kemanusiaan untuk memungkinkan aliran bantuan kepada orang-orang di pinggiran Arsal. Mengirim mereka yang terluka dari Arsal ke Turki untuk menerima perawatan medis, menyediakan kenegaraan legal untuk mereka yang terluka yang tetap ingin berada di Libanon, menciptakan "zona aman" di Wadi Hmayed bagi mereka yang tinggal di sana, menyediakan peralatan medis untuk rumah sakit di Arsal juga menyiapkan klinik di pinggirannya.

Keluarga para tahanan menolak untuk merobohkan tenda-tenda mereka di pusat kota.

"Kami telah menghabiskan satu tahun tiga bulan tidak dapat makan, tidur atau bahkan hidup dengan benar, jadi hari ini kami semua lega dan bahagia," ujar salah satu kerabat tahanan.

Pada Agustus 2014, bentrokan mematikan di Arsal meninggalkan 19 tentara Libanon tewas dan 35 tentara dan polisi ditahan oleh Jabhah Nushrah dan ISIS.

Pada periode berikutnya, tujuh dari tawanan dibebaskan. Selanjutnya, dua tentara dieksekusi oleh ISIS dan dua lainnya juga dieksekusi oleh Jabhah Nushrah.

Sisa dari para tawanan, 16 di tangan Jabhah Nushrah dan 9 di tangan ISIS.

Dalam perkembangan terkait, pemerintah Libanon pada Selasa (1/12) mengatakan pihaknya siap untuk bernegosiasi dengan ISIS. (haninmazaya/arrahmah.com)

Seorang guru Al-Qur'an Saudi menghembuskan napas terakhirnya saat mengajar di kelas

Posted: 01 Dec 2015 05:30 AM PST

file-30-school

ARAB SAUDI (Arrahmah.com) - Jutaan warga Arab Saudi turut bergabung dengan Menteri Pendidikan Azzam Al-Dakheel dalam menyampaikan belasungkawa dan doa untuk seorang guru Al-Qur'an yang menghembuskan napas terakhirnya saat ia mengajar siswa di kelas.

"Mengajar bukan hanya pekerjaan. Sebaliknya, guru membawa dan menyebarkan sebuah pesan besar dengan kejujuran dan kepercayaan sepenuhnya... Istirahatlah dengan tenang wahai rekan kami," tweet menteri, sebagaimana dilansir Arab News pada Selasa (1/12/2015).

Seorang guru yang mengajar di sekolah itu menyatakan bahwa Al-Hajji selalu berkomitmen untuk menjalankan tugasnya sebagai guru dan dicintai oleh semua orang.

Saat kegiatan belajar mengajar, Al-Hajji mulai merasa sesak napas dan meminta siswa untuk memanggil kepala sekolah. Ia berulang kali mengatakan: "Saya sangat lelah."

Sebelum ia bisa tiba di rumah sakit, Al-Hajji mengucap syahadat dan menghembuskan napas terakhirnya. Innalillahi wa inna ilaihi raji'un.

"Ia adalah salah satu guru terbaik secara profesional, moral, dan spiritual, dan mari kita kirimkan doa untuknya," kata rekannya Yousef Al-Shaeie.

(banan/arrahmah.com)

AQAP mengecam rencana Saudi mengeksekusi sejumlah anggota Al-Qaeda

Posted: 01 Dec 2015 05:00 AM PST

aqap grup

YAMAN (Arrahmah.com) - Cabang Al-Qaeda di Yaman, Al-Qaeda in the Arabian Peninsula (AQAP), mengecam pemerintah Saudi melalui media sosial terkait rencana eksekusi massal terhadap tahanan, termasuk sejumlah anggota Al-Qaeda, dengan tuduhan "terorisme" di Arab Saudi.

Pekan lalu, media Saudi melaporkan bahwa pihak berwenang Saudi memutuskan untuk mengeksekusi lebih dari 50 orang, termasuk banyak dari mereka dikenal sebagai anggota Al-Qaeda, dengan tuduhan melakukan "kejahatan terorisme."

"Demi Allah, darah kami akan tumpah sebelum darah tawanan kami, dan darah suci mereka tidak akan kering sebelum kami menumpahkan darah tentara Al-Saud," AQAP dilaporkan mengumumkan pernyataan ini di Twitter, Selasa (1/12/2015), sebagaimana dilansir Reuters.

Peningkatan "teror" dengan pengeboman masjid dan penembakan di Arab yang dilakukan kelompok "Daulah Islamiyah", atau Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS, membuat pemerintah Saudi menerapkan siaga tinggi untuk kegiatan "ekstrimis".

Menurut laporan dari AmnestI International, Arab Saudi telah melakukan lebih dari 151 eksekusi pada tahun 2015 - untuk kejahatan yang sebagian besar terkait dengan narkoba. Dua orang dari Chad dilporkan dieksekusi untuk serangan yang berafiliasi Al-Qaeda pada bulan Agustus.

Ini akan menjadi eksekusi massal terbesar untuk masalah yang berhubungan dengan keamanan di Arab Saudi sejak tahun 1979.

(aliakram/arrahmah.com)

Kesaksian mantan petinggi ISIS bertaubat kembali ke Al-Qaeda (bag. 2)

Posted: 01 Dec 2015 04:30 AM PST

ar-is

(Arrahmah.com) - Salah seorang mantan petinggi kelompok "Daulah Islamiyah", atau Islamic State (IS), yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS, di Yaman, mengungkapkan sebuah pengakuan setelah ia menyatakan diri bertaubat meninggalkan ISIS dan kemudian kembali ke Al-Qaeda.

Dalam kesaksian ini, Abu AbduRazzaaq menyatakan bahwa ia menyadari dirinya telah terjerembab ke dalam kepalsuan ISIS. Ia bersaksi bahwa selama ia dan sejumlah ikhwan lainnya bergabung dengan ISIS, mereka telah belajar berbohong, menipu, memata-matai, mengafirkan, menyuburkan kebencian, ekstremisme, dan hal-hal dengan yang, oleh Allah, disebut sebagai sifat merusak (kefasikan).

Telah banyak anggota ISIS di Yaman yang akhirnya meninggalkan jamaah sesat tersebut dan kembali bertaubat karena mereka tidak bisa menerima ketika mereka diperintahkan untuk memerangi Mujahidin Al-Qaeda yang justru telah terbukti sebagai pahlawan umat yang sering meraih kemenangan mengusir Syiah Houtsi dan pasukan boneka Amerika.

Peristiwa ini pun menjadi tamparan menyakitkan bagi kelompok ISIS karena tidak sedikit dari mereka yang keluar dari ISIS dan kembali ke Al-Qaeda ini adalah orang-orang yang memegang peranan penting dan kepemimpinan di tubuh ISIS Yaman.

Dalam setiap pernyataannya, Abu AbduRazzaaq membahas setiap masalah berdasarkan apa yang ia lihat dan dengar. Ia menyeru kepada semua saudara-saudara untuk membacanya dengan agama dan keikhlasan untuk memperoleh kebenaran.

Berikut terjemah bagian kedua untaian kalimat kebenaran yang disampaikan oleh mantan petinggi ISIS tersebut selengkapnya, yang dipublikasikan Muqawamah Media pada Selasa (1/12/2015).


Untaian Kalimat Kebenaran (bagian 2)
Mudahnya Mereka Mengafirkan Kaum Muslimin
Oleh: Abu AbduRazzaaq

 

Salah seorang mantan anggota ISIS cabang Yaman yang bertaubat dan kembali ke pangkuan Al-Qaeda

 

"Takfir dan Pengkafiran"… Betapa hati saya sangat membenci kalimat ini, terus terang saja, saya lebih suka dibunuh oleh seseorang daripada mendapat tuduhan telah mengafirkan seorang Muslim. Demikianlah hari-hari yang saya lalui ketika bersama dengan Al-Qaeda. Tapi setelah saya bergabung ISIS saya menjadi terkejut dengan begitu banyaknya praktik pengafiran (Takfir) terhadap kaum Muslimin.

Saya akan mengisahkan apa yang saya alami kepada pembaca. Suatu saat, saya berbincang dengan salah satu pemuda ISIS-YAMAN sementara saya berada di salah satu tempat penampungan para penganut Takfiri ekstrim ini. Dan dia berkata kepada saya, "Saya tidak mengafirkan seorangpun kecuali kepada orang yang oleh Allah dan Rasul-Nya telah dinyatakan sebagai orang kafir." Saya memintanya untuk menerapkan keyakinan tersebut pada tataran realita, saya kemudian bertanya kepadanya tentang status hukum partai Al-Islah (Partai Islam sayap Ikhwanul Muslimin di Yaman)? Dia mengatakan "Mereka kafir."

Saya bertanya, "Bagaimana tentang Al-Hirak (Pergerakan Selatan)?" Dia mengatakan "Mereka kafir." Saya juga bertanya tentang status dengan suku-suku yang mengusai sebagian wilayah selatan? Dia mengatakan, "Mereka musyrikin."

Selanjutnya, saya bertanya, "Bagaimana tentang karyawan yang bekerja di lembaga pemerintah?" Dia mengatakan "Mereka semua kafir bahkan meskipun mereka hanyalah tukang sampah! Demikian pula setiap orang yang memberikan suara dalam pemilu, partai-partai, jamaah-jamaah mereka semua adalah orang kafir!!" Saya tertawa, "Lantas bagaimana dengan orang-orang Salafi?" Dia mengatakan kepada saya "Orang-orang Salafi yang melihat Abd Rabbi Mansour Hadi sebagai seorang Muslim maka dia adalah orang kafir." Kemudian, saya berkata kepadanya dengan baik-baik, "Lantas bagaimana dengan Al-Qaeda?" Dia mengatakan "Jika Al-Qaeda tidak mengafirkan semua orang yang saya kafirkan tadi, maka Al-Qaeda juga kafir karena orang yang tidak mengafirkan orang yang kafir berarti dia juga orang kafir!!".

Saya berkata kepada diri sendiri, "Hanya kepada Allah lah kami mengadukan masalah kami… Betapa murahnya derajat agama di mata orang-orang ini, dan betapa mudahnya lisan orang-orang ini berbicara tentang hukum-hukum (agama) Allah.

Sementara Allah Ta'ala berfirman tentang persoalan Halal dan Haram (tentang hukum-hukum agama): "Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta, 'Ini halal dan ini haram.'" (An-Nahl: 116)

Jadi bagaimana Anda bisa berbohong tentang Allah dalam persoalan tentang Iman dan kufur? Anda mengafirkan siapapun yang Anda inginkan, dan mengeluarkan dari rahmat Allah siapapun yang Anda inginkan, dan setelah itu Anda tumpahkan darah siapapun yang Anda inginkan, serta mengambil tawanan wanita dari siapapun yang Anda inginkan, juga mengambil harta rampasan perang dari siapa Anda ingin. Sejauh mana Anda berjalan menuju agama Allah dengan kebodohan, sejauh itu pula Anda terpisah dari agama Allah.

Nabi (ï·º) mengatakan: "Orang yang mengatakan orang-orang yang binasa, maka ia adalah orang yang membinasakan diri mereka sendiri." (Shahih). Jika demikian, bagaimana kondisi seseorang yang pekerjannya di siang dan malam hari adalah mengafirkan orang? Setahun yang lalu semua orang ini adalah Muslim, tetapi hari ini mereka menjadi orang-orang kafir menurut kami. Bahkan, kami berani menyatakan bahwa organisasi (Al-Qaeda) telah berubah!

Demi Allah saya telah menyaksikan hal-hal memilukan dan menjengkelkan, begitu banyak orang yang mengafirkan semua manusia, dan tak ada seorang pun yang tinggal dalam lipatan Islam kecuali orang-orang berada di tempat penampungan mereka dan yang memberi Baiat kepada mereka. Dan mereka menjadikan Baiat sebagai syarat Islamnya mereka. Hal yang aneh adalah bahwa mereka mengafirkan seseorang atau kelompok tertentu, tetapi jika mereka memberikan Baiat, mereka bersujud berterima kasih kepada Allah, berteriak takbir dan menyambutnya tanpa meminta dia untuk melakukan mandi wajib untuk bersyahadat dan masuk Islam. Cukup dengan memberikan Baiat, maka ia menjadi Muslim.

Seolah-olah mereka mengatakan kepadanya bahwa ia masuk Islam dari pintu baiat ini, dan dianggap keluar ketika ia meninggalkan pintu tersebut, dan bahwa Baiat sekarang telah menempati posisi syahadat tauhid (pernyataan tauhid). Jika dia memberikan Baiat maka dia adalah seorang Muslim, dan jika dia tidak memberikan Baiat maka dia adalah Kafir, dan jika dia sebelumnya berbaiat kemudian dia meninggalkan Baiat tersebut, maka dia dianggap telah murtad.

Hal yang membuat saya sangat heran terhadap mereka adalah, saya melihat mereka justru lebih banyak mengafirkan seseorang hanya karena dosa-dosa kecil daripada dosa-dosa besar, dan tidak ada seorangpun dari mereka yang merasa keberatan dengan hal ini. Bahkan setiap kali seseorang dari mereka "meningkat" dalam praktik Takfir (pengkafirannya), mereka justru menganggap orang tersebut sebagai ahlul ilmi dalam bidang aqidah dengan manhaj yang jelas dan menganggapnya sebagai seseorang yang berpijak di atas manhaj Nabi (ï·º).

Demikianlah, Takfir (hukum-hukum tentang pengafiran manusia) telah berubah dari masalah yang ditakuti oleh para ulama, (yang bahkan membuat Imam Al-Qurtubi dan empat Imam Madzhab serta para Khulafaa Ar-Rasyidin melarikan diri darinya), menjadi hal yang diobral dan di diskusikan dengan begitu ringannya dalam setiap pertemuan dan ini menjadi manhaj yang diadopsi oleh setiap anggota ISIS.

Saya tidak pernah mendengar seorang pun dari mereka yang menasihati saudaranya dengan sabda Nabi (ï·º): "Siapa pun yang mengatakan kepada saudaranya 'Hai kafir', maka ucapan ini akan kembali kepada salah satu dari mereka." (Shahih) Dan saya sama sekali tidak mendengar salah satu dari mereka yang menasihati saudaranya bahwa pergunjingan (Al-Ghibah) adalah dosa besar, dan bahwa memfitnah (Al-Buhtaan) itu lebih buruk daripada menggunjing, atau bahwa pengafiran (Takfir) secara serampangan itu bahkan jauh lebih buruk dari semua itu.

Tetapi yang terjadi justru sebaliknya, tidak ada yang kami ketahui dalam kelompok kami (ISIS) kecuali ucapan-ucapan seperti, "Kafir, Kufar, Murtad, Shahawaat." Jika mereka semua orang-orang kafir dan murtad, maka bagaimana kita bisa mengklaim bahwa kita telah membentuk kekhalifahan di bumi, sementara semua ajarannya adalah tentang orang-orang kafir dan murtad?

Saya merasa bahwa kami tengah berjuang berdasarkan ajaran agama besar ini dan seolah-olah agama besar ini mencoba untuk mendorong kami keluar dari garis perjuangan itu. Sungguh benar sabda Nabi (ï·º) : "Agama ini mudah dan tidak ada yang bersikap berlebihaan dan sok keras dalam agama ini kecuali (sikap) itu akan membinasakannya."(Shahih) Dan saya merasa bahwa agama ini memiliki sifat destruktif (merusak), tetapi sebenarnya orang-orang yang bersikap berlebih-lebihan itu lah yang menghancurkan tatanan agama ini. Demi Rabb Ka'bah, saya merasa bahwa Islam menjadi begitu keras dan sempit karena pemahaman semacam ini, padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman, "…dan Dia tidak menjadikan kesukaran apapun untukmu dalam agama" (Al-Hajj: 78).

Dan saya merasa bahwa Islam tengah berjalan di tepi jurang, dan bahwa setiap goncangan atau sebuah hembusan angin atau sedikit kecerobohan atau kesalahan apapun akan segera menjatuhkan Anda ke dalam jurang. Seolah-olah agama ini begitu sulit dan sangat berat. Saya juga merasa bahwa memasuki agama ini sangat sulit dan bahkan lebih sulit lagi ketika tinggal di dalamnya. Dan Anda hanya bisa memasuki agama ini dari jalan yang paling sempit.

Akan tetapi, berdasarkan pemahaman yang aneh ini, pintu yang paling mudah untuk memasuki agama ini adalah melalui pemberian Baiat kepada ISIS. Adapun meninggalkan agama, maka ini juga sangat mudah, dan Anda pun bisa saja telah keluar dari agama ini tanpa Anda menyadarinya. Dan Anda tidak menyadari bahwa Anda adalah orang kafir atau murtad, kecuali bila Anda diundang untuk memberikan Baiat ke ISIS, dan Anda memilih untuk menolak.

Demi Allah ketika saya menyaksikan situasi ini, saya menyadari bahwa diri saya telah tenggelam dalam kabut kesesatan, saya teringat pernyataan Syaikh Al-Islam ibn Taimiyyah: "Khawarij mengafirkan kaum Muslimin, demikian juga Mu'tazillah yang mengkafirkan orang-orang yang menentang mereka, demikian juga Syiah Rafidhah, dan orang-orang menganggap fasik mereka yang tidak mengikuti manhaj takfir semacam ini. Sifat seperti ini berlaku untuk sebagian besar pengikut hawa nafsu (Al-Hawaa), mereka menyamaratakan setiap pendapat sebagai sebuah kebid'ahan, dan mengafirkan setiap orang yang menentang pendapat mereka. Akan tetapi Ahlu Sunnah mengikuti kebenaran dari Rabb mereka dengan apa yang datang dari Nabi (ï·º), dan tidak mengafirkan orang-orang yang menentang pendapat mereka, bahkan mereka adalah yang paling memahami kebenaran dan paling penyayang terhadap makhluk."

Pada hakikatnya, yang dapat saya rasakan dari mereka adalah bahwa Takfir (pengkafiran) tidak lagi menjadi praktik hukum syar'i yang terikat aturan syariat, tetapi telah berubah menjadi alat untuk mengancam. Mereka mengancam setiap orang dengan tembakan yang menembus tubuh, atau pisau tajam, atau bom rakitan, atau Takfir (pengkafiran) dan Tafsiq (pemfasikan) kepada lawan mereka dari sesama pergerakan Jihadiyah. Lantas, apa arti semua ini bagi agama? Dan apakah ini bermanfaat bagi Dakwah, dan apa logika penalaran macam apa ini? Sayangnya di atas semua pondasi yang cacat ini, kami mengaku-ngaku telah mendirikan sebuah Negara, atau bahkan Khilafah, dan tidak sama sekali tidak menghargai pendapat orang lain, atau tata aturan syariat Islam.

Adapun Al-Qaeda, yang selalu kami jadikan kambing hitam atas setiap kegagalan yang kami perbuat, jika dibandingkan dengan kami yang sibuk mengafirkan mereka, Al-Qaeda justru sibuk beramal dan menghormati pemikiran orang lain serta tetap berkomitmen dengan aturan Syariah dan tidak mempermainkan hukum-hukum Islam.. Kami sama sekali tidak pernah mendengar bahwa Al-Qaefa mengafirkan orang yang telah mengafirkan mereka, dan menggunakannya seperti senjata. Mereka menghormati nama-nama (istilah-istilah syar'i) yang Allah ajarkan kepada Adam, dan memahami bahwa nama-nama ini adalah suci dan mulia di sisi Allah Yang Maha Kuasa, karena setiap aturan syariat dibangun di atas istilah-istilah syar'i tersebut.

Oleh sebab itu, Al-Qaeda tidak mengafirkan siapa saja yang mereka inginkan, dan tidak pula memvonis dan menghukumi siapa saja yang mereka inginkan, dengan tuduhan apa pun yang mereka inginkan. Sebaliknya mereka selalu menghindari ketidakadilan dalam setiap peradilan syar'i yang mereka gelar bagi masyarakat, mereka takut kepada Allah terkait segala keterbatasan kemampuan mereka.

Demi Allah mereka mengingatkan saya pada posisi Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyyah ketika beberapa lawan-lawannya mengafirkannya. Dia mengatakan, "Mereka yang menentang saya, jika mereka melanggar batas-batas Allah dengan mengafirkan dan memfasiq-kan saya, atau memfitnah saya dengan tuduhan yang bodoh dan emosional, maka saya tidak akan melebihi batas-batas Allah tentang hal tersebut. Sebaliknya, saya tetap mengontrol apa yang saya katakan dan lakukan, dan menimbang dengan neraca keadilan, serta membuat mereka percaya dengan Kitab yang diturunkan oleh Allah, dan menjadikannya sebagai pedoman dalam mengatasi perbedaan pendapat di antara manusia."

Pengafiran yang saya saksikan dan saya alami benar-benar bisa membuat bayi yang baru lahir beruban dan bisa membuat manusia normal terpana, terlebih lagi bagi mereka yang berhati lembut. Dan peristiwa pembunuhan Muslim Ahlussunnah di masjid-masjid dengan alasan menargetkan kaum Syiah di Sana'a, maka pembunuhan tersebut tidak bisa didasarkan pada Fatwa tentang Hukum Tatarus (Tetap Menyerang Musuh, Meskipun Musuh Bercampur Baur dengan Kaum Muslimin dan Beresiko Membunuh Kaum Muslimin). Tidak! Pembunuhan itu tidak dilandaskan pada Fatwa ini, tetapi justru berdasarkan keyakinan bahwa mereka adalah orang-orang kafir atau murtad, karena mereka yang terbunuh itu berasal merupakan anggota atau simpatisan partai politik seperti Al-Islah, atau dari Al-Mu'tamar (Kongres Rakyat), atau karena mereka dari Al-Hirak, atau dari Hautsi atau dari berbagai kelompok maupun jamaah selain ISIS, dan jika mereka bukan dari golongan yang disebutkan itu, mereka masih bisa menghitung hari-hari umur mereka.

Sebagai bukti dari apa yang saya katakan ini adalah, bahwa Anda tidak akan dapat menemukan anggota-anggota kami (anggota ISIS) yang sudi untuk memulai sebuah penyelidikan tentang kaum Muslimin Sunni yang terbunuh dalam rangka membayar Diyat atas kematian mereka. Mereka justru tidak mau mengakui bahwa terdapat Muslim Ahlussunnah di dalam masjid tersebut yang sedang shalat dan bahwa terdapat orang Muslim di antara jasad-jasad orang yang terbunuh.

Sebaliknya mereka tetap saja melakukan pembenaran dan membela diri dari kesalahan dengan mengatakan bahwa target mereka adalah Huseiniyaat dan kuil-kuil Syiah.(meski sebenarnya itu adalah masjid yang bercampur didalamnya kaum Muslimin dalam berbagai alirannya.).

Hal yang sangat mengherankan adalah, setelah semua bencana ini, tiba-tiba ada orang ISIS yang datang dari Irak atau dari Syam, mereka mengatakan kepada kami dan saya mencatatnya, ia katakan, "Kalian tidak memegang aqidah dengan kokoh!" Saya terkejut dengan perkataannya, saya pun berkata pada diri saya sendiri, "Sekarang semua orang selain kami sudah kami kafirkan, tidak ada lagi yang tersisa untuk kami kafirkan. Tinggal kami dan selangkah lagi kami akan saling mengafirkan satu sama lain.

Dan yang lebih aneh lagi, kami merasa begitu marah dan tidak terima jika ada orang yang mengatakan bahwa kami telah mengafirkan kaum Muslimin, dan kami selalu mengatakan bahwa kami tidak mengafirkan orang kecuali orang yang telah ditetapkan Allah sebagai orang kafir, yakni : Partai Al-Islah, Al-Hirak, suku-suku, kaum Salafis yang tidak mengafirkan Abd Rabbi Mansour Hadi, dan mereka yang ikut dalam pemilu, atau yang bekerja di instansi pemerintahan, dan juga Al-Qaeda jika mereka tidak mengafirkan semua orang yang telah disebutkan ini.

(aliakram/arrahmah.com)

Jabhah Nushrah wilayah Qalamoun peringatkan ISIS untuk berhenti memerangi Mujahidin dan kaum Muslimin

Posted: 01 Dec 2015 04:00 AM PST

ar-muq

QALAMOUN (Arrahmah.com) - Cabang media resmi Jabhah Nushrah wilayah Qalamoun, Murasil Qalamoun, telah merilis pesan audio Amir Jabhah Nushrah Qalamoun, Syaikh Abu Malik As-Syami, yang berisi peringatan untuk kelompok "Daulah Islamiyah", atau Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS, agar berhenti memerangi Mujahidin dan kaum Muslimin.

Dalam pesan audio yang berjudul "Peringatan Terakhir Untuk Jama'ah Daulah" ini, selain kembali memperingatkan ISIS dengan tegas untuk segera berhenti memerangi Mujahidin, Syaikh Abu Malik As-Syami juga menyeru kepada mereka untuk bertaubat dari penyimpangan strategi dan aqidah yang mereka usung.

Pesan audio ini juga berisi tanggapan dan bantahan Syaikh Abu Malik As-Syami atas pesan terbaru juru bicara resmi ISIS, Abu Muhammad Al-Adnani. Dalam pesan terbarunya, sebagaimana dilansir Muqawamah Media pada Selasa (1/12/2015)., Al-Adnani telah semakin hilang kendali dengan mengancam semua jama'ah jihad di muka bumi yang masih saja tidak mau tunduk kepada "Daulah Islam" mereka.

Syaikh Abu Malik As-Syami menekankan bahwa fitnah internal ini tidak memberikan sedikitpun kebaikan kepada Islam, dan justru menguntungkan musuh-musuh Islam. Ia menekankan bahwa fitnah ini membuat mujahidin kini semakin disibukkan karena harus menghadapi dua musuh sekaligus, musuh kafir yang berada di depan dan kelompok ISIS yang menyerang dari belakang.

Pesan ini merupakan peringatan dan imbauan terakhir untuk ISIS. Jika mereka tetap mengabaikannya, maka bahasa pedanglah yang selanjutnya akan diberikan agar fitnah atas dienullah dan jihad bisa dibersihkan kembali, dan Mujahidin bisa kembali fokus menghadapi musuh mereka dari kalangan kuffar.

(aliakram/arrahmah.com)

Pasukan "Israel" membunuh dua warga Palestina dalam aksi unjuk rasa di Tepi Barat dan Yerusalem

Posted: 01 Dec 2015 03:30 AM PST

ar-israeli

PALESTINA (Arrahmah.com) - Pada Ahad (29/11/2015), pasukan penjajah "Israel" membunuh dua warga Palestina selama mereka melakukan tindakan keras terhadap para pengunjuk rasa di Tepi Barat dan Yerusalem yang diduduki, ungkap sumber-sumber media Palestina, sebagaimana dilansir MEMO.

Saksi mata mengatakan bahwa polisi "Israel" menembak mati Baseem Salah (38) dekat Gerbang Damaskus Yerusalem.

Menurut saksi mata, polisi "Israel" menembak Salah setidaknya 11 kali, dan meninggalkan dia tergeletak meninggal akibat kehabisan darah di tanah.

Tentara IDF juga menembakkan gas air mata dan peluru tajam terhadap para pengunjuk rasa selama demonstrasi malam di lingkungan Silwan Yerusalem.

Salah satu pengunjuk rasa, yang diidentifikasi sebagai Ayman Al-Abbasi (17), ditembak dengan peluru tajam oleh tentara "Israel", hingga ia tewas seketika. Seorang juru bicara militer "Israel" mengklaim bahwa IDF akan menyelidiki insiden tersebut.

Sementara itu, sumber-sumber Palestina mengatakan bahwa setidaknya 12 warga sipil Palestina di Tepi Barat yang diduduki menderita berbagai jenis cedera mulai dari ringan sampai sedang, sementara lebih dari 14 lainnya memerlukan pengobatan akibat menghirup gas air mata secara berlebihan.

(banan/arrahmah.com)

Rusia mengintensifkan serangannya di daerah perbatasan dengan Turki

Posted: 01 Dec 2015 03:00 AM PST

Foto: ElDorar AlShamia

DAMASKUS (Arrahmah.com) - Koresponden ElDorar AlShamia melaporkan bahwa pesawat tempur Rusia melancarkan serangan udara terbaru di daerah perbatasan dengan Turki di Aleppo dan Idlib, yang menyebabkan korban tewas dan terluka dan sejumlah truk terbakar.

Koresponden itu juga mengatakan bahwa jet tempur Rusia menargetkan Danaa, daerah di dekat perbatasan Turki, di sebelah utara Idlib, dengan serangan udara, yang menyebabkan sekitar 12 mobil yang memuat bahan makanan terbakar dan menyebabkan properti sipil mengalami kerusakan serius, sebagaimana dilansir oleh ElDorar AlShamia, Senin (30/11/2015).

Koresponden itu juga melaporkan bahwa pesawat militer Rusia menargetkan kota Azaz di sebelah utara Aleppo dengan peluru kendali, serta menargetkan jalan antara kota tersebut dan perbatasan Bab al-Salama dengan Turki.

Serangan itu menyebabkan korban di antara warga sipil dan beberapa mobil bantuan yang mengangkut barang ke dalam wilayah Suriah terbakar.

(ameera/arrahmah.com)

Pengunjuk rasa di Inggris: Jangan bom Suriah!

Posted: 01 Dec 2015 02:30 AM PST

Pengunjuk rasa membawa poster yang bertuliskan "Jangan bom Suriah".

LONDON (Arrahmah.com) - Ribuan orang berkumpul di Inggris pada Sabtu (29/11/2015) dalam aksi unjuk rasa yang diselenggarakan oleh koalisi Stop The War untuk menentang usulan Perdana Menteri Inggris David Cameron untuk melakukan serangan udara di Suriah.

Protes itu berlangsung di Downing Street di pusat kota London, lansir Muslim News, Ahad (29/11/2015).

Pengunjuk rasa membawa poster yang bertuliskan "Jangan bom Suriah", "Kami mengatakan jangan bom, dengarkan kami untuk kali ini," mengacu pada keterlibatan Inggris sebelumnya dalam perang Irak tahun 2003.

Lindsey German, yang mengorganisir protes di Downing Street untuk Stop the War menyampaikan pesan kepada para anggota parlemen di parlemen, "Anda telah membuat kesalahan pada tahun 2003 ketika Anda memilih untuk berperang (di Irak). Jangan membuat kesalahan yang sama lagi."

"Kami sangat menentang rencana pemungutan suara oleh David Cameron di parlemen untuk mengebom Suriah. Pengeboman itu sudah berlangsung lebih dari 4 tahun oleh pasukan-pasukan lain. ISIS masih sama kuatnya dengan sebelum pengeboman dimulai dan kami [Inggris] juga memiliki catatan pengeboman selama 14 tahun, dan setiap negara yang kita bom, perang masih berkecamuk di sana sampai sekarang," kata Lindsey German dari Stop the War di tengah-tengah unjuk rasa.

Musisi Inggris, politisi, akademisi dan seniman, termasuk Brian Eno dan Frankie Boyle, telah menulis surat kepada David Cameron, mendesak dia untuk tidak mengebom Suriah, dan mengatakan bahwa kampanye pengeboman tidak akan membantu dalam memerangi terorisme, malah justru akan memperburuk situasi, , sebagaimana dilansir oleh Russia Today.

Mantan perdana menteri Tony Blair, yang berperan penting dalam pengiriman pasukan Inggris ke Iraq tahun 2003, mendukung intervensi militer Inggris di Suriah.

(ameera/arrahmah.com)