Arrahmah.Com

Arrahmah.Com

Link to Arrahmah.com

Serangan udara koalisi pimpinan Saudi kembali dilancarkan setelah lima hari gencatan senjata

Posted: 18 May 2015 04:18 PM PDT

Warga di ibukota Yman berdiri di depan rumah mereka yang hancur setelah serangan udara di Sana'a. (Foto: Reuters)

SANA'A (Arrahmah.com) - Seragan udara militer koalisi pimpinan Arab Saudi yang menargetkan milisi Syi'ah Houtsi di seluruh Yaman kembali dilancarkan pada Senin (18/5/2015) dan bentrokan sengit berlangsung di seluruh negeri setelah gencatan
senjata lima hari berakhir.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan akan mengadakan konferensi "perdamaian" di Yaman dalam waktu dekat, namun ingin pertempuran dihentikan sebelum ia mengirimkan undangan, menurut juru bicaranya.

Sejauh ini, menurut laporan PBB jumlah korban tewas dalam konflik Yaman telah mencapai 1.820 dan 7.330 lainnya terluka sejak 19 Maret 2015. Laporan menambahkan kelompok-kelompok bantuan memperkirakan bahwa lebih dari 545.000 orang telah mengungsi sejak 26 Maret, seperti dilansir AP.

Puluhan politisi dan pemimpin suku telah melakukan pembicaraan di ibukota Saudi untuk membahas jalan keluar krisis, namun milisi Syi'ah Houtsi yang didukung Iran memboikot pertemuan. Houtsi menolak tujuan utama pembicaraan yang ingin
mengembalikan presiden Mansour Hadi ke kekuasaan.

Gencatan senjata tampaknya telah memungkinkan milisi Syi'ah Houtsi dan sekutu mereka untuk menyebarkan lebih banyak pasukan ke kota pelabuhan Aden, di mana telah terjadi pertempuran sengit selama berminggu-minggu.

Houtsi dan sekutunya telah mengambil alih kota Lawdar pada akhir pekan lalu yang akan memungkinkan mereka untuk menyalurkan pasukan ke Aden dari utara. Saksi mata mengatakan milisi Syi'ah menahan puluhan milisi pro-pemerintah di Lawdar dan menghancurkan rumah-rumah mereka. Para saksi berbicara dengan syarat anonim karena alasan keamanan, lapor AP.

Di Dhale, gerbang lain menuju Aden, komandan milisi pro-pemerintah Hadi, Ahmed Harmel mengatakan bentrokan sengit berkecamuk semalam.

Di Taiz, kota terbesar ketiga di Yaman, pertempuran jalanan berkecamuk di seluruh hari gencatan senjata. Para pejabat medis mengatakan terdapat lebih dari 41 warga sipil telah tewas dan 230 terluka selama bulan lalu. Mereka mengatakan sebagian besar kematian akibat penembakan acak di daerah pemukiman oleh milisi Syi'ah Houtsi.

Sementara itu serangan udara koalisi menyerang posisi Houtsi di beberapa lingkungan Aden setelah gencatan senjata berakhir pada Ahad (17/5). Serangan juga terjadi di jantung posisi Houtsi di provinsi Saada dekat perbatasan Saudi.

Dari pengasingannya di Riyadh, Menteri Luar Negeri Yaman Riad Yassin mengatakan kepada Al Arabiya pada Senin (18/5) bahwa tidak ada pembicaraan yang berlangsung untuk memperbaharui jeda kemanusiaanyang menurutnya telah dilanggar oleh Houtsi.

Juru bicara PBB mengatakan bahwa dalam empat hari pertama pekerja kemanusiaan mengirimkan bantuan makanan yang cukup untuk menutupi kebutuhan satu bulan untuk 273.000 oang, bahan bakar untuk menjamin akses air bersih untuk 1,2 juta orang dan mendistribusikan kebutuhan penting lainnya di luar makanan bagi hampir 32.000 orang. Pasokan peralatan dan perlengkapan medis juga didistribusikan kepada rumah sakit dan fasilitas kesehatan di lima provinsi. (haninmazaya/arrahmah.com)

PBB kecam negara Asia Tenggara yang tolak pengungsi Rohingya

Posted: 18 May 2015 07:26 AM PDT

Para pengungsi Rohingya berjejalan di atas Kapal yang membawanya

NEW YORK (Arrahmah.com) - PBB mengecam penolakan negara-negara Asia Tenggara terhadap ribuan imigran yang terombang-ambing di perairan, Senin (18/5/2015). Juru bicara badan pengungsian PBB, UNHCR, Vivian Tan mengatakan rendahnya upaya penyelamat merupakan tanda buruk.

Dia memperingatkan bahwa pertolongan untuk imigran sangat mendesak. "Kita berharap lebih banyak perahu ditemukan, lebih banyak orang yang bisa diselamatkan dan dibawa ke daratan. Sayangnya, kita tidak melihat itu," kata Tan, dikutip BBC.

Badan-badan bantuan mengatakan krisis kemanusiaan mulai terjadi seiring dengan penolakan pemerintah untuk migran. Beberapa waktu lalu, negara-negara Asia tidak mengizinkan lebih banyak migran dibawa ke daratan. Indonesia adalah salah satunya. Pihak berwenang Indonesia melarang nelayan menolong kapal migran dan membawanya ke pantai, bahkan jika kapal perahu seadanya itu tenggelam.

Juru bicara militer, Fuad Basya mengatakan para nelayan bisa mengirim makanan, bahan bakar atau keperluan apa pun yang dibutuhkan para migran. Tapi, membawa mereka ke daratan akan dianggap ilegal oleh konstitusi.

Beberapa nelayan di provinsi Aceh mengabaikan perintah tersebut. Mereka tetap membantu migran tiba di daratan Indonesia. "Mereka juga manusia, sama seperti kita semua," kata seorang nelayan yang menolak disebut namanya.

Sedikitnya 700 migran Bangladesh dan Rohingya dari Myanmar diselamatkan pekan lalu dan dibawa ke Aceh. Jumlah mereka di sana kini telah mencapai 1500 orang. Sebagian besar diselamatkan dalam keadaan memprihatinkan, kurang nutrisi, kelaparan dan sekarat.

Selain Indonesia, Malaysia juga telah menutup perbatasan perairan di timur laut dan melarang kapal migran masuk. Sementara Thailand mengirim mereka keluar dari perbatasan negara. (azm/arrahmah.com)

Himbau baca Al-Qur'an langgam Jawa, Menag dituntut nyanyikan "Indonesia Raya" dengan langgam "Cocak Rowo"

Posted: 18 May 2015 06:45 AM PDT

Lhukman Hakim Saefuddin, Menteri Agama

Oleh Hartono Ahmad Jaiz

(Arrahmah.com) - Sebelum melontarkan dan mempertahankan himbauan baca Quran dengan langgam Jawa, sebaiknya Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin dituntut untuk mencontohi menyanyikan lagu kebangsaan "Indonesia Raya" dengan langgam "Cocak Rowo" pada event resmi kenegaraan di Istana Negara.

Atau sekalian yang asli langgam Jawa, misalnya Megatruh (Memecat Nyawa). Atau sekalian langgam Jawa Pucung (alias pocong) yang misinya agar jenazah dimandikan, dikafani, dishalati, dan dikubur.

Nanti pihak yang tahu betul tentang budaya Jawa akan bertanya: Maksudnya ini ngalup atau biar cepat mati atau bagaimana? Lagu Kebangsaan "Indonesia Raya" kok dinyanyikan dengan Langgam Pucung alias Pocong?

Perlu diketahui, ilmu untuk membaca Al-Qur'an itu sudah ada. Ada ilmu tajwid, ada ilmu qiroah, di samping dalam hal pembacaan isinya memerlukan ilmu-ilmu alat yang lain, ilmu Bahasa Arab yang bersumber dan berkaitan dengan Al-Qur'an seperti nahwu, sharaf, balaghah.

Dalam sastra Arab ada ilmu tentang syair (dengan lagunya) yang disebut ilmu 'Arudh (wal qawafi). Misalnya syair "Ya rabbi bil..." (saya tidak berarti setuju dengan isinya, ini hanya contoh) itu lagu dan wazan serta qafiyahnya sudah tertentu seperti itu, karena bait-baitnya itu disusun dalam jenis yang aturan bait-baitnya dan lagunya memang seperti itu.

Tidak ada orang Arab atau di dunia ini yang mengimbau untuk membaca Al-Qur'an dengan Langgam Arab (dalam hal ini contohnya syair Ya Rabbi bil...).

Itu membuktikan, langgam Arab yang ilmunya adalah Ilmu 'Arudh walqawafi tidak digunakan untuk membaca Al-Qur'an.

Betapa jauhnya nanti kalau baca Al-Qur'an dengan langgam Jawa?

Misal membaca Al-Qur'an dengan langgam Jawa Asmorondono (Asmarandana) yang bernada hasrat cinta kepada wanita secara menggebu? Padahal di dalam Al-Qur'an banyak ancaman siksa neraka?

Lontaran Menteri Agama itu telah dia akui sudah dipraktekkan dalam suatu acara nasional, membaca Al-Qur'an dengan langgam Jawa. Bahkan dikatakan, nantinya akan difestifalkan.

Persoalannya dapat diurai secara sederhana sebagai berikut:

  1. Seandainya itu memang murni untuk memajukan Islam, maka itu namanya berdakwah tanpa ilmu.
  2. Seandainya itu karena menyemangati Umat Islam, hingga akan difestifalkan segala, itu merupakan proyek, maka itu proyek yang buta akan asas prioritas. Kenapa? Karena, tidak ada kebutuhan untuk itu, bahkan yang dibutuhkan adalah mendidik Umat Islam ini agar membaca Al-Qur'annya benar bacaannya, lalu mempelajari isinya, kemudian untuk diamalkan. Itu prioritas.
  1. Seandainya imbauan baca Qur'an dengan Langgam Jawa itu ada maksud lain di balik itu, maka ingat, ada ancaman Allah.

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشۡتَرِي لَهۡوَ ٱلۡحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ بِغَيۡرِ عِلۡمٖ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًاۚ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ عَذَابٞ مُّهِينٞ ٦ [سورة لقمان,٦]

Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan [Q.S. Luqman: 6]

ذَٰلِكُم بِأَنَّكُمُ ٱتَّخَذۡتُمۡ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ هُزُوٗا وَغَرَّتۡكُمُ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَاۚ فَٱلۡيَوۡمَ لَا يُخۡرَجُونَ مِنۡهَا وَلَا هُمۡ يُسۡتَعۡتَبُونَ ٣٥ [سورة الجاثية,٣٥]

Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia, maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertaubat [Al Jatsiyah35]

Contoh persoalannya, ketika membaca ayat-ayat tentang siksa neraka tapi dengan langgam Asmarandana yang kaitannya dengan asmara, bukankah itu mengolok-olok ayat?

Bagaimana bisa masuk akal orang yang waras, kalau ayat-ayat suci Al-Qur'an yang berisi ancaman siksa neraka bagi orang-orang munafik dan sebagainya, tahu-tahu dibaca dengan Langgam Jawa Asmarandana yang mengenai kasmaran, cinta-cintaan?

Kata Allah Ta'ala dalam al-Qur'an: Afalaa ta'qiluun? (Apakah kamu sekalian tidak berakal, tidak memahaminya?).

{ لَقَدْ أَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ كِتَابًا فِيهِ ذِكْرُكُمْ أَفَلَا تَعْقِلُونَ} [الأنبياء: 10]

Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya [Q.S. Al Anbiya"10]

Dari 3 persoalan tersebut di atas, mungkin yang tampaknya ringan adalah nomor satu yaitu : memang murni untuk memajukan Islam. Tapi ternyata itu termasuk berdakwah tanpa ilmu. Dikhawatirkan, itu justru termasuk yang disebutkan dalam hadits Nabi shallalahu 'alaihi wa sallam ini:

Dari Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alahi wa Sallam bersabda:

سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ

"Akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh kedustaan, saat itu pendusta dipercaya, sedangkan orang benar justru didustakan, pengkhianat diberikan amanah, orang yang amanah justru dikhianati, dan saat itu Ruwaibidhah berbicara." Ada yang bertanya:"Apakah Ruwaibidhah itu?"Beliau bersabda: "Seorang laki-laki yang bodoh namun dia membicarakan urusan orang banyak."(HR. Ibnu Majah No. 4036, Ahmad No. 7912, Al-Bazzar No. 2740 , Ath-Thabarani dalam Musnad Asy-Syamiyyin No. 47, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 'Alash Shahihain No. 8439, dengan lafaz: "Ar Rajulut Taafih yatakallamu fi Amril 'aammah – Seorang laki-laki bodoh yang membicarakan urusan orang banyak." Imam Al-Hakim mengatakan: "Isnadnya shahih tapi Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya." Imam Adz-Dzahabi juga menshahihkan dalam At-Talkhis-nya).

Apabila lontaran Menag itu termasuk kategori 2 yakni proyek yang buta akan asas prioritas; maka berarti itu proyek yang tidak diperlukan alias mubadzir. Sedangkan orang yang bertindak mubadzir itu adalah teman syaitan.

{ إِنَّالْمُبَذِّرِينَكَانُواإِخْوَانَالشَّيَاطِينِوَكَانَالشَّيْطَانُلِرَبِّهِكَفُورًا} [الإسراء: 27]

Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya [Q.S. Al Isra"27]

Selanjutnya, bila yang dilontarkan Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin itu ada maksud lain, atau malah mendukung lontaran ketua umum NU Said Aqil Siradj dan orang liberal yang ingin memasarkan apa yang disebut Islam Nusantara; maka sangat mengerikan. Karena ancaman ayatnya cukup jelas dan tegas seperti tersebut di atas [Lihat: Q.S. Al Jatsiyah 35].

Afalaa ta'qiluun?

Wallahu a'lam bisshowab.

(*/arrahmah.com)

Klarifikasi Bank Danamon terkait pemecatan security outsourcing pasca shalat Jum'at

Posted: 18 May 2015 06:00 AM PDT

security

MEDAN (Arrahmah.com) - Sehubungan dengan pemberitaan di arrahmah.com Jum'at (15/5/2015), pukul 14:30 berjudul "Shalat Jum'at di tengah Jam Kerja, Security Bank Danamon Dipecat", PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. (Danamon) memberikan klarifikasi resmi.

"Danamon menghormati dan menghargai hak setiap karyawan dan tenaga kerja alih daya dalam menjalankan kegiatan keagamaannya masing-masing tanpa diskriminasi, sesuai dengan kebijakan yang berlaku. Kegiatan keagamaan ini termasuk sholat Jumat, dimana para karyawan Danamon mengatur penyelenggaraan sholat Jumat berjamaah." Demikian ungkap Hartono Teguh Wijaya, Regional Corporate Officer Danamon Kantor Wilayah 6 – Medan dan Sekitarnya kepada redaksi Arrahmah, Senin (18/5).

Menurut Hartono, security bernama Hendri Waluyo adalah karyawan dari PT Bravo Satria Perkasa ("PT Bravo") yang ditempatkan dan ditugaskan sebagai tenaga kerja alih daya (outsourcing) di Kantor Wilayah Danamon Diponegoro, Medan sebagai satuan pengamanan (satpam). Karenanya, PT Bravo memiliki wewenang penuh untuk mengaturmasalah kepegawaian Saudara Hendri Waluyo.

"Hingga saat ini, Danamon senantiasa mematuhi perundangan-undangan ketenagakerjaan yang berlaku. Danamon juga terbuka dan menghormati pihak-pihak lain, termasuk otoritas setempat untuk mendapatkan informasi secara lengkap, benar dan akurat," ujar Hartono sebagai klarifikasi agar masyarakat memperoleh informasi yang benar secara lengkap dan akurat. (adibahasan/arrahmah.com)

Wilayahnya diblokade rezim, siswa SMA di Muadimiyat rela diangkut bis untuk ikut ujian akhir

Posted: 18 May 2015 05:00 AM PDT

Siswa SMA di Muadimiyat, diantarkan dengan bis untuk mengikuti ujian akhir dari daerahnya yang diblokade rezim nusyairiyah.

DAMASKUS (Arrahmah.com) - "Waktu ujian terburuk." Demikian lapor Syria Direct saat lebih dari 300.000 pelajar SMA Suriah memulai hari pertama ujian akhirnya pada Ahad (17/5/2015).

Menurut aktivis lokal, para siswa itu diantarkan dengan bis oleh pihak sekolah, karena rezim menolak mengelola ujian akhir di daerah Muadimiyat a-Syam yang diblokirnya.

Rencana pengangkutan peserta ujian itu merupakan persetujuan antara panitia negosiasi lokal dengan gubernur, ujar Wasi Ahmad, seorang aktivis dari Dewan Oposisi Daerah Muadimiyat.

Muadimiyat a-Syam, berada di bawah kekuasaan Mujahidin, telah berulang kali diblokade oleh rezim dan telah menjadi subjek pengepungan kasar sejak Februari.

Kondisi ujian akhir di sekolah negeri yang dikuasai Mujahidin di Idlib tersebut sangat kontras dengan foto kelas ujian siswa perempuan yang dipublikasikan kantor berita pemerintah nusyairiyah, SANA.

penyelenggaraan ujian akhir di sekolah yang dikelola rezim syiah nusyairiyah

penyelenggaraan ujian akhir di sekolah yang dikelola rezim syiah nusyairiyah

"Jika tdak ada sekolah di salah satu lingkungan Idlib, kami menampung siswa di rumah warga sipil atau terkadang di gua dimana mereka dapat belajar dan mengerjakan ujian," ujar Jamal al-Syahud, Direktur Provinsi Merdeka Idlib, kepada Syria Direct.

"Kami telah mengurangi jam belajar mereka di sekolah...guna membatasi waktu para siswa berkumpul di kelas dan membubarkan mereka sebelum pesawat (rezim) tiba (menyerang)," tandas Jamal. (adibahasan/arrahmah.com)

Tak ada Ukhuwah Islamiyah antara Sunni dan Syi'ah (11)

Posted: 18 May 2015 04:30 AM PDT

syiah sesat

Oleh Apad Ruslan

(Arrahmah.com) - Keimanan Syiah terhadap rukun iman sangat berbeda dengan kaum Muslimin. Syiah mengklaim bahwa kedudukan Allah dalam hal Qadha' dan Qadar mahluk-Nya adalah sebatas mengetahuinya saja. Pun jika Allah sudah mentaqdirkan, maka pekerjaan mahluk adalah akibat freewill si pelaku, tanpa paksaan Allah subhanahu wata'ala.

Berikut ulasan mengenai Qadha dan Qadar versi Syiah yang Arrahmah kutip dari Sigabah.com. Ulasan ini diadaptasi dari buku Mungkinkah SUNNAH-SYIAH DALAM UKHUWAH? Jawaban Atas Buku Dr. Quraish Shihab (Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan, Mungkinkah?). Bismillah.

Syiah dan Rukun Iman: Qadha' dan Qadar

Terkait kemanan Syiah tentang Qadha' dan Qadar, kaum majusi Persia ini -seperti pada rukun Iman yang lain- juga punya pandangan yang jauh berbeda dengan Ummat Islam.

Jika kita kembali menelaah literatur-literatur salaf yang mengupas tentang aliran-aliran teologi dalam Islam berikut pemikirannya, maka akan kita dapatkan bahwa jajaran ulama Syiah periode awal sepakat menetapkan eksistensi Qadar. Pendapat bahwa perbuatan makhluk tidak terkait dengan takdir Allah subhanahu wata'ala muncul pada saat pemikiran teologis Syiah mulai bergesekan dengan pemikiran Mu'tazilah, tepatnya pada abad keempat hijriah.

Agaknya, periode itulah yang dijadikan patokan oleh para ahli untuk menentukan awal pengingkaran Syiah terhadap Qadar.[1] Buku-buku teologi Islam mencatat, bahwa maraknya pengingkaran Qadar Allah subhanahu wata'ala. Di kalangan Syiah ini diperkirakan terjadi sejak munculnya Muhammad bin an-Nu'man al-Mufid bersama para pengikutnya.

Pandangan Syiah terhadap Qadha' dan Qadar ini antara lain diuraikan oleh Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari. Dalam Maqalat al-Islamiyin,[2] beliau menegaskan bahwa dalam menyikapi Af'al al-Ibad (pekerjaan-pekerjaan hamba), pandangan Syiah Rafidhah terbagi menjadi tiga kategori:

  • Meyakini bahwa semua perbuatan makhluk diciptakan oleh Allah subhanahu wata'ala.
  • Tidak mempercayai bahwa perbuatan makhluk adalah ciptaan Allah subhanahu wata'ala.
  • Bersikap netral. Kelompok ini mengatakan tidak ada pemaksaan pada setiap perbuatan makhluk—pendapat ini sama dengan pendapat sekte Jahmiyah. Namun seorang hamba juga tidak boleh menyerah pada nasib—yang ini lebih dekat pada pendapat sekte Mu'tazilah (Qadariyah).

Tentu saja klasifikasi terhadap kerangka pemikiran Syiah yang dibuat oleh al-Asy'ari ini berlandasan pada data-data otentik dari Syi'ah, berikut data empiris berdasarkan penelitian dan pengalaman beliau. Hal itu terbukti, bahwa ketika menjelaskan akidahnya mengenai qadar, Ibnu Babawaih al-Qummi agaknya menunjuk pada salah satu klasifikasi yang dibuat al-Asy'ari tadi. Dengan tanpa ketegasan teoritis, Ibnu Babawaih dalam Aqaid ash-Shaduq menyatakan sebagai berikut:

إِعْتِقَادُنَا فِي أَفْعَالِ العِبَادِ أَنَّهَا مَخْلُوْقَةٌ خَلْقَ تَقْدِيْرٍ لَا خَلْقَ تَكْوِيْنٍ, وَ مَعْنَى ذَلِكَ أَنَّهُ لَمْ يَزَلِ اللهُ عَالِماً بِمَقَادِرِهَا.

"Keyakinan kami mengenai perbuatan makhluk ialah: bahwa perbuatan itu diciptakan dengan penciptaan takdir, bukan penciptaan pembentukan. Artinya adalah bahwa Allah subhanahu wata'ala senantiasa mengetahui takdirnya makhluq."[3]

Namun, ketidak-lugasan penyampaian Ibnu Babawaih tersebut memberikan indikasi bahwa Allah subhanahu wata'ala hanya mengetahui segala perbuatan makhluk saja, tidak memberi arti Allah subhanahu wata'ala bisa berkehendak apa saja pada setiap makhluknya, sesuai dengan arti qadar yang sesungguhnya.

Kemudian, ulama Syiah yang lain memberikan penjelasan akan keyakinan Syiah Itsna Asyariyah yang sesungguhnya terhadap qadar Allah subhanahu wata'ala, seperti yang dikemukakan al-Mufid dalam penegasannya berikut:

الصَحِيْحُ عَنْ آلِ مُحَمَّدٍ صلّى الله عليه و سلّم أَنَّ أَفْعَالَ العِبَادِ غَيْرُ مَخْلُوْقَةٍ لله,َ وَ الَّذِيْ ذَكَرَهُ أَبُوْ جَعْفَرٍ قَدْ جَاءَ بِهِ حَدِيْثٌ غَيْرُ مَعْمُوْلٍ بِهِ, وَ لَا مَرْضِيِّ الْإِسْنَادِ, وَ الأَخْبَارُ الصَّحِيْحَةُ بِخِلَافِهِ.

"Yang benar dari keluarga Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam ialah: bahwa sesungguhnya perbuatan makhluk itu tidak diciptakan oleh Allah subhanahu wata'ala. Sementara apa yang disampaikan Abu Ja'far adalah hadits-hadits yang tidak bisa dipakai. Selain sanadnya tidak baik, hadits-hadits yang shahih juga bertentangan dengannya."[4]

Senada dengan penegasan di atas, adalah jawaban dari pertanyaan yang pernah diajukan kepada Abu al-Hasan ar-Ridha AS (diklaim pihak Syiah sebagai Imam ke-8). bahwa ketika beliau ditanyakan oleh seseorang mengenai keyakinannya tentang qadar Allah subhanahu wata'ala; apakah qadar itu diciptakan Allah subhanahu wata'ala atau tidak? Lalu beliau menjawab:

لَوْ كَانَ خَالِقًا لَهَا لَمَا تَبَرَّأَ مِنْهَا وَ قَدْ قَالَ سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى أَنَّ اللهَ بَرِيْءٌ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ وَ رَسُوْلُهُ, وَ لَمْ يُرِدْ البَرَاءَةَ مِنْ خَلْقِ ذَوَاتِهِمْ وَ إِنَّمَا تَبَرَّأَ مِنْ شِرْكِهِمْ وَ قَبَائِحِهِمْ.

"Andaikan Allah subhanahu wata'ala yang menciptakan perbuatan makhluk, tentu Dia tidak akan melepaskan diri darinya, sementara Dia telah berfirman: "Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya terbebas diri dari orang-orang musyrik." Allah subhanahu wata'ala tidak bermaksud melepaskan diri dari menciptakan mereka, namun melepaskan diri dari kesyirikan dan kejelekan mereka."[5]

Lebih tegas lagi, al-Hurr al-Amili (w. 1104 H), salah seorang ulama Syiah terkemuka, mengupas kajian seputar qadar dalam bab spesifik dengan judul "Sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala menciptakan segala sesuatu selain perbuatan makhluk." Dalam kitabnya al-Fushul al-Muhimmah fi Ushul al-Aimmah, dia mengatakan bahwa Syiah Imamiyah dan Mu'tazilah meyakini bahwa semua perbuatan makhluk timbul dari dirinya sendiri, merekalah yang menciptakan perbuatan-perbuatan itu.[6]

Ulama Syiah yang lain, Muhammad Shadiq ath-Thabathaba'I, juga memberikan ketegasan yang sama: "Syiah Imamiyah dan Mu'tazilah berkeyakinan bahwa semua perbuatan dan gerak-gerik makhluk itu terjadi dengan kekuatan dan keinginan mereka sendiri. Merekalah yang menjadikan pekerjaan-pekerjaan itu. Sedangkan ayat-ayat yang menerangkan bahwa Allah subhanahu wata'ala. yang menciptakan segala sesuatu, itu adakalanya sudah di takhsis (dikhususkan maksud dan tujuannya) dengan selain perbuatan makhluk, atau ditakwil bahwa Allah subhanahu wata'ala. Yang menciptakan segala sesuatu dengan tanpa perantara, atau dengan perantara makhluk-Nya."[7]

Dari beberapa penegasan ulama-ulama Syiah ini, jelaslah kiranya, bagaimana sebenarnya kepercayaan mereka berkenaan dengan qadar Allah subhanahu wata'ala bahwa akidah mereka dalam hal ini sebetulnya tidak ada bedanya dengan sekte Mu'tazilah – yang menyimpang.

Namun, sebagaimana disinggung di atas, tampaknya keyakinan qadar ala Mu'tazilah ini dianut oleh orang-orang Syiah pasca abad ketiga hijriah, sebagaimana disampaikan oleh Ibnu Taimiyah. Sedangkan Syiah yang hidup pada abad-abad sebelumnya malah memiliki keyakinan yang berseberangan. Hal ini didasarkan pada riwayat-riwayat yang disampaikan langsung oleh A'immah Ahlul Bait, al-Kulaini antara lain meriwayatkan hadits sebagai berikut:

قَالَ أَبُو جَعْفَر وَأَبُو عَبْدِ اللهِ: إِنَّ اللهَ أَرَحْمُ بِخَلْقِهِ مِنْ أَنْ يُجْبِرَ خَلْقَهُ عَلَى الذُّنُوبِ ثُمَّ يُعَذِّبَهُمْ عَلَيْهَا وَاللهُ أَعزُّ مِنْ أَنْ يُرِيْدَ أَمْرًا فَلَا يَكُوْنُ، قَالَ: فَسُئِلَا عَلَيْهِمَا السَّلَامُ هَلْ بَيْنَ الْجَبْرِ وَالْقَدَرِ مَنْزِلَةٌ ثَالِثَةٌ؟ قَالَا: نَعَمْ أَوْسَعُ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْاَرْضِ.

Abu Ja'far dan Abu Abdillah berkata: "sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala tidak akan memaksa hamba-Nya untuk mengerjakan perbuatan dosa lalu menghukumnya, sebab betapa besar kasih sayang-Nya. Dan Allah subhanahu wata'ala tidak mungkin menginginkan sesuatu lalu tidak terjadi, karena Dia sangat berkuasa. Rawi berkata: Lalu keduanya ditanyakan: "apakah antara pemaksaan dan takdir ada tempat ketiga? Beliau menjawab: "Ya, (tempat itu) lebih luas dari ruangan yang ada di antara langit dan bumi.[8]

Kedua Imam ini menegaskan bahwa pendapat mereka tentang qadar adalah tidak membenarkan al-Jabr dan at-Tafwidh (fatalisme). Mereka memegang maqam ketiga yang lebih netral, tidak mengikuti madzhab Mu'tazilah. Lebih tegas lagi, Abu Abdillah AS (Diklaim Syiah sebagai Imam ke-6). Mengatakan: "Kamu bertanya tentang perkataan orang-orang Qadariyah (kelompok yang meniadakan qadar pada Allah subhanahu wata'ala.), (apa yang mereka katakan) bukanlah agamaku dan bukan pula agama leluhurku, tak kutemukan seorang pun dari keluargaku berpendapat seperti itu."[9] Abu Abdillah AS. Melanjutkan: "Celakalah Qadariyah (free will), apakah mereka tidak membaca firman Allah 'Kecuali istri Luth, kami tetapkan dia temasuk orang-orang yang dihukum.' Celaka mereka, kalau bukan Allah yang menaqdirkannya, lalu siapa?"

Al-Qummi meriwayatkan dalam kitab tafsirnya: ". . .Orang-orang Qadariyah yang menafikan takdir, yang mengira bahwa mereka bisa berbuat baik atau sebaliknya, kapan pun mereka mau, adalah orang-orang Majusi dari Ummat Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam. Padahal musuh-musuh Allah subhanahu wata'ala. Itu mengingkari Masyi'ah dan Takdir."[10]

Yang perlu menjadi catatan disini adalah, kendati Syiah generasi awal menetapkan eksistensi takdir Allah subhanahu wata'ala, akan tetapi pendapat yang umum dipegang oleh mayoritas Ummat Syiah masa kini adalah pendapat generasi kemudian yang menafikan takdir, yang diadopsi dari teologi Mu'tazilah. Sementara status dari teologi Mu'tazilah (Syiah) yang menafikan takdir sama halnya dengan teologi Jabariyah yang hanya menetapkan takdir. Kedua teologi ini hanya menggunakan sebagian dalil dan meninggalkan dalil yang lain. Sementara yang mengambil jalan tengah adalah teologi yang menggunakan nash-nash dan argumentasi secara sempurna, yang sesuai dengan Kitabullah. Ayat-ayat al-Qur'an telah menegaskan bahwa makhluk memiliki kemauan, kemampuan dan perbuatan, namun semuanya bergantung pada kehendak Allah subhanahu wata'ala.[11] Inilah akidah yang dipedomani oleh Ummat Islam Ahlussunnah wal Jama'ah. Allah subhanahu wata'ala erfirman:

وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا

"Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Insan [76]: 30).

Paparan data dan fakta tentang keyakinan Syiah terhadap 6 rukun iman—yang telah disampaikan pada beberapa edisi yang lalu dan sekarang—menunjukkan betapa Syiah telah menyimpang dari ajaran Islam, sehingga tidak mudah untuk dikatakan bahwa penganut Syiah sebagai orang Islam.

Referensi

[1]Ibn Taimiyah, Minhaj as-Sunnah, juz 2 hlm. 29.

[2]Al-Asy'ari, Maqalat al-Islamiyyin, juz 1 hlm. 114-115.

[3]Ibnu Babawaih al-Qummi, Aqaid ash-Shaduq, hlm. 78.

[4]Al-Mufid, Syarh Aqa'id ash-Shaduq, hlm. 12.

[5]Ibid, hlm. 13.

[6]Al-Hurr al-Amili, al-Fushul al-Muhimmah fi Ushul al-Aimmah, hlm. 80-81.

[7]Muhammad Shadiq ath-Thabathaba'I, Majalis al-Muwahhidin fi Bayani Ushul ad-Din, hlm. 21 dan al-Qazwini, Qala'id al-Kharaid, hlm. 60.

[8]Al-Kulaini, al-Kafi, juz 1 hlm. 159.

[9]Al-Majlisi, Bihar al-Anwar, juz 5 hlm. 56.

[10]Al-Qummi, Tafsir Al-Qummi, juz 1 hlm. 226-227 dan al-Majlisi, Bihar al-Anwar, juz 5 hlm. 9.

[11]Al-Qifari, Ushul Madzhab asy-Syi'ah, juz 2 hlm. 774-785.

(adibahasan/arrahmah.com)

Ratusan orang memprotes hukuman mati Mursi di Istanbul

Posted: 18 May 2015 03:41 AM PDT

mursii

ISTANBUL (Arrahmah.com) - Ratusan orang mengelar aksi unjuk rasa di Istanbul pada Ahad (17/5) untuk memprotes keputusan pengadilan Mesir yang menjatuhkan hukuman mati kepada mantan Presiden Mesir Muhammad Mursi, sebagaimana dilansir oleh World Bulletin.

Para demonstran berkumpul di halaman Masjid Fatih, beberapa di antaranya membawa spanduk bertuliskan: "Pembunuh [mantan panglima militer Mesir dan pemimpin kudeta Abdel Fattah al-Sisi] Sisi, kami bersama Anda, Morsi", dan "Hakim Pro-kudeta tidak bisa menghakimi Mursi ".

Demonstrasi tersebut dipimpin oleh organisasi non-pemerintah Turki, termasuk Asosiasi Kebebasan Pemikiran dan Hak Pendidikan, atau Ozgur-Der dan Yayasan Bantuan Kemanusiaan (IHH).

Wakil Presiden IHH Osman Atalay mendesak PBB dan Amnesty International mengambil tindakan untuk mencegah eksekusi pemimpin Mesir dan orang Mesir lainnya yang termasuk dalam kasus ini.

"Harga dari eksekusi ini akan luar biasa," Atalay memperingatkan.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga menyerukan kepada dunia Barat untuk mengambil sikap terhadap keputusan pengadilan Kairo dan mengkritik kebisuan mereka atas masalah ini.

Pengadilan Mesir pada Sabtu (16/5) menyebutkan sebanyak 122 dari 166 terdakwa, termasuk Mursi kemungkinan dijatuhi hukuman mati atas tuduhan pembobolan penjara dan spionase,

Keluarga Mursi tidak menghadiri sidang pengadilan yang digelar pada Sabtu itu, mengutip "penolakan mereka terhadap legitimasi pengadilan."

(ameera/arrahmah.com)

Penolakan Indonesia atas imigran Rohingya, diatur undang-undang, difasilitasi Australia

Posted: 18 May 2015 03:30 AM PDT

Wanitadan anak-anak  pengungsi Rohingya

Oleh Maimon Herawati

(Arrahmah.com) - Indonesia belum meratifikasi konvensi pengungsi PBB. Oleh karena itu, belum memiliki payung peraturan untuk menerima mereka (baca: Tidak wajib memikirkan mereka).

Indonesia juga memiliki UU No 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, yang menempatkan pengungsi sebagai imigran illegal. Pengungsi mungkin dipenjara. Orang yang menolong pengungsi juga masuk kategori melanggar hukum.

Percaya atau tidak, Australia memberikan banyak dana untuk propaganda 'Jangan tolong pencari suaka', sampai membuatkan leaflet, (dan) menerbitkan buku. Parahnya lagi, sampai menghadirkan ustadz yang memfatwakan haram menolong pencari suaka.

Saya bertemu dengan tim peneliti dari Monash University yang menyampaikan hasil penelitian mereka terkait ini.

Australia tidak mau menerima pengungsi. Maka para pengungsi 'disimpan' di pulau yang jauh dari Australia. Australia tidak ingin mereka masuk lewat Indonesia, maka TNI AL diberi bantuan kapal cepat yang canggih untuk mengawasi laut Indonesia. Indonesia juga coba 'diikat' dengan grant-grant, supaya jinak.

Apa yang terjadi pada pengungsi Rohingya, sudah sering terjadi. Beri mereka minum dan makan, lalu dorong perahu mereka ke laut internasional dan lepaskan. Mau karam kek, mau terlunta-lunta sampai habis karena kelaparan, tutup saja mata rapat-rapat.

Sempat emosional saat diskusi tersebut.

'They are there. You cannot shift them from one place to another. World leaders need to sit and talk. They are human being, and not just a bunch of logs.' [Mereka ada disana. Anda tidak dapat memindahkannya dari satu tempat ke tempat lain. Para pemimpin dunia harus duduk bersama dan berdiskusi. Mereka adalah manusia, dan bukan sebongkah kayu.]

Jadi, sepanjang pemerintahan ini membutakan hati dan melulu 'play by the book', kejadian pengungsi dilarang masuk, diusir akan terus terjadi.

Alhamdulillah, mereka merapat di Aceh.

Semoga Aceh dikuatkan untuk menggunakan Qur'an.... Innamal mukminuna ikhwah...

Sudahkah ada sanksi terhadap Myanmar yang melakukan genoside terhadap bangsanya sendiri? Sepertinya dunia tutup mata karena mereka Muslim.

*Penulis adalah Dosen FIKOM UNPAD, peneliti konflik Palestina dan dunia Islam, pejuang kebebasan kaum Muslimin dan pendiri Forum Lingkar Pena. (adibahasan/arrahmah.com)

Seorang pria Kuala Cangkoi serobot acara ACT di penampungan Rohingya, semangat laksanakan hadits "sayangi anak yatim"

Posted: 18 May 2015 02:45 AM PDT

Seorang pria "kebelet" santuni anak-anak Rohingya, serobot acara nonton bareng di kemah ACT

LHOKSUKON (Arrahmah.com) - Alhamdulillah, para relawan ACT telah memulai penanganan para pengungsi Rohingya yang terdampar di Aceh. Salah satunya adalah dengan melakukan trauma healing bagi anak-anak Rohingya melalui pemutaran film Islami. Namun, tiba-tiba di akhir acara ada seorang pria menyerobot begitu saja.

"Tadinya, acara nobar (nonton bareng) film animasi Islami, diikuti dengan tertib oleh puluhan anak Rohingya. Tak lama setelah film berakhir, ada yang menyerobot di Minggu sore, (17/5/2015), di tenda pemutaran film di area penampungan pencari suaka, Kuala Cangkoi, Lapang, Aceh Utara." Demikian dilaporkan ACTNews, Senin (18/5).

Seorang lelaki dengan setumpuk barang, nampaknya sudah tidak sabar ingin memegang, mengelus dan membagikan sesuatu‎ untuk anak-anak Rohingya. Begitu film berakhir, sebelum anak-anak beranjak karena akan digiring ke lokasi pangkas rambut, lelaki tak dikenal itu menyerobot masuk.

"Ia elus kepala anak-anak, sambil membagikan sendiri makanan ringan yang dibawanya. Rupanya ia sudah menunggu-nunggu kesempatan anak-anak itu berkumpul, ia sudah kebelet membagikan makanan," ungkap Muhardiansyah, aktivis KAMMI Aceh Utara yang rajin memotret momen-momen menarik dari aktivitas kemanusiaan yang dikerjakan ACT-KAMMI Aceh Utara.

Bagi sebagian orang, ada yang terobsesi mengelus anak yatim, menyenangkan mereka, dan menyakini hal itu sebagai salah amal saleh utama. "Menyayangi anak yatim, masyhur haditsnya. Kita semua sadar, ini memang amalan utama dan sangat dianjurkan. Sebaliknya, mengabaikan mereka apalagi menyengsarakannya, bisa dicap pendusta agama. Pantas saja, ada yang 'kebelet' banget memberi sesuatu untuk anak-anak ini," ungkap Muhardiansyah. (adibahasan/arrahmah.com)

TNI masih tolak kapal Rohingya, Panglima Aceh serukan penyelamatan

Posted: 18 May 2015 02:00 AM PDT

Para pengungsi Rohingya berjejalan di atas Kapal yang membawanya

LANGSA (Arrahmah.com) - TNI memperketat patroli di kawasan laut di Sumatera untuk mencegah kedatangan imigran gelap, sementara para sesepuh di Aceh meminta nelayan akan menyelamatkan mereka yang butuh pertolongan di laut.

Menurut juru bicara TNI Fuad Basya kepada BBC Indonesia, patroli diperketat sebagai tanggapan atas peningkatan gelombang pengungsi asal Myanmar dan Bangladesh ke Indonesia. Fuad mengatakan peningkatan patroli dilakukan dengan tiga kapal dan pesawat pengintai.

"Kami meningkatkan patroli tapi kemudian mereka menggunakan modus baru dengan menurunkan para penumpang di laut seperti yang terjadi di Langsa itu," jelas Fuad, sebagaimana dilansir BBC Indonesia, Senin (19/5/2015).

Dia mengatakan sikap TNI masih tetap menolak kedatangan pendatang illegal yang akan memasuki perairan Indonesia, tetapi juga tak mengabaikan sisi kemanusiaan jika ada yang membutuhkan pertolongan di laut.

Sesepuh serukan bantuan
Bagaimanapun nelayan Aceh merasa terpanggil untuk membantu para pengungsi yang sebagian merupakan umat Islam Rohingya dari Myanmar.

"Kami mendengarkan teriakan Allahu Akbar dan sebagian laki-laki terjun ke laut, untuk mencapai kapal kami," jelas Ar Rahman salah seorang nelayan.

Dia mengatakan ratusan pengungsi berada di kapal yang oleng ketika dia dan nelayan lainnya mencapai lokasi setelah menerima informasi dari radio komunikasi antar pelaut.(adibahasan/arrahmah.com)