Arrahmah.Com |
- Kamp di rumah sakit Al Shifa menjadi tempat berlindung warga Gaza
- Baku tembak di Hadramaut tewaskan beberapa tentara boneka Yaman
- Mujahidin IIA bersihkan sebuah daerah di Siyah Gerd dari musuh, 3 tentara penjajah AS tewas
- Muslim India memprotes pemberian Visa penulis anti-Islam
- Kenali Dr. Aafia Siddiqui, deritanya tak boleh dirasakan Muslimah lainnya
- Tiga kepentingan yang menunggangi isu ISIS di Indonesia
- Ternyata "Muhammad" menjadi nama paling populer untuk bayi laki-laki di Inggris
- Ustadz Ba'asyir tak peroleh remisi proklamasi RI
- Anak asal Saudi ini menang penghargaan di Malaysia karena kemampuan luar biasanya
- Mengukur bahaya ISIS di Indonesia
Kamp di rumah sakit Al Shifa menjadi tempat berlindung warga Gaza Posted: 17 Aug 2014 04:13 PM PDT Seprai tipis memberikan sedikit kenyamanan kepada Naima Abu Asar dan tiga putri remajanya, mereka tinggal di halaman salah satu rumah sakit tersibuk di Jalur Gaza. Keluarga tersebut kini menyebut sebuah kamp yang terletak di rumah sakit Al Shifa sebagai rumah, mereka berbaring di tanah yang keras di luar rumah sakit saat staf ambulans terburu-buru menangani pasien dan anggota keluarga mereka terlihat panik "Sekolah-sekolah (penampungan) sudah penuh dengan keluarga yang berlindung. Satu-satunya pilihan untuk keselamatan kami adalah di sini, di rumah sakit," ujar Naima kepada Al Jazeera. "Hidup di sini sudah keras, namun 'Israel' mencoba untuk menghancurkan kami lebih banyak setiap harinya," ujarnya menambahkan bahwa tenda keluarga mereka terbuat dari seprai rumah sakit dan potongan plastik, tidak melindungi mereka dari terik musim panas atau dinginnya malam. Naima dan ketiga putrinya hidup dalam kompleks berdinding rumah sakit Al Shifa dengan puluhan keluarga lain, dengan total ratusan orang. Mereka masih mengenakan pakaian yang sama yang mereka kenakan ketika mereka melarikan diri dari pemboman "Aku tidak bisa mengambil apa-apa dari rumah. Semuanya hancur," ujar putri Naima, Yasmine yang berusia 15 tahun. "Kami hanya berhasil lolos dari penembakan, namun penembakan itu membunuh beberapa tetangga kami. Kami sangat beruntung bisa "Kami tidak bisa menemukan tempat yang lebih aman atau tidak terlalu sesak," tambah Naima, sementara seorang pria tua di tenda darurat sebelah menimpali bahwa "Israel" telah membom rumah sakit Gaza juga. Tidak seperti warga Palestina yang berlindung di PBB atau fasilitas yang dikelola pemerintah, keluarga Abu Asar dan lainnya yang tinggal di kamp darurat di Al Shifa mendapatkan sedikit dukungan, hanya mengandalkan pejalan kaki yang terkadang berbagi makanan dan perlengkapan lainnya dengan mereka. PBB memperkirakan bahwa sekitar 365.000 warga Palestina hidup di kamp PBB dan tempat penampungan darurat pemerintah saat sedikitnya 16.800 rumah hancur atau rusak parah sejak serangan "Israel" dimulai pada 8 Juli lalu. Sedikitnya 1.980 warga Palestina telah gugur dan hampir 10.200 lainnya terluka dalam agresi militer "Israel", menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Kefah al-Harazeen (25), dari Shujayea mengatakan : "Bahkan selama gencatan senjata, seperti sekarang, saya tahu rumah saya sebagian dibongkar, dengan banyak struktur batu berubah menjadi debu dan pasir yang bisa dihancurkan di atas kepala kita." Duduk di kakinya, dua anaknya yang masih kecil memiliki kutu dan ruam kulit, karena sudah hampir satu bulan mereka tidak mandi, ujar al-Harazeen. Dia sekarang menggunakan pot kecil diisi dengan air dari bangsal bersalin rumah sakit untuk membersihkan anak-anaknya. "Aku tidak pernah tinggal di tanah seperti ini sebelum pengeboman. Sekarang, virus menyebar di antara anak-anak kami sementara kami semua berlindung di rumah sakit dan masih mencoba untuk tetap bersih," ungkap al Harazeen. "Kami tidak bisa masuk ke sekolah-sekolah PBB dan sekarang kami merasa dikecualikan dari setiap bantuan, makanan atau air," tambahnya. Chris Gunnes, juru bicara UNRWA untuk pengungsi Palestina engatakan kelompok tersebut tidak membedakan siapa pun di Gaza. "Ini adalah kebijakan UNRWA untuk tidak membedakan siapa pun, apakah pengungsi atau bukan, sementara ada keadaan darurat di Gaza seperti yang kita lihat saat ini. Kami membantu orang-orang atas dasar kebutuhan," ujar Gunnes Al Jazeera. 87 sekolah UNRWA saat ini sedang digunakan sebagai tempat penampungan darurat di Gaza. Amal Alaraer (46), tinggal di rumah sakit Al Shifa bersama sembilan anggota keluarga, termasuk suami dan anak yang keduanya menderita luka ketika pasukan Zionis menembaki sebuah pasar lokal di Shujayea, membunuh 17 orang dan melukai 200 lainnya. "Kami duduk di kotak obat kardus dari rumah sakit Shifa," ujar Alaraer, ketika ia mempersiapkan tempat untuk tidur anak- anaknya untuk satu malam lagi. Alaraer mengatakan kepada Al Jazeera bahwa keluarganya mencoba pindah ke lima sekolah PBB "Kami menyerah dan datang ke sini, di mana keluarga saya juga berlindung," ujarnya. "Anak-anak menggigil dari udara malam yang dingin. Ini menyakitkan bagi saya sebagai seorang ibu bahwa saya tidak bisa membuat mereka cukup hangat." Meskipun gencatan senjata berlaku selama lima hari sejak 13 Agustus, Alaraer mengatakan dia terlalu takut untuk kembali ke rumah. "Kami ingin gencatan senjata jangka panjang," katanya. "Bukan hanya gencatan senjata ini sebagai jeda dan kemudian terjadi lagi tembakan dari tank 'Israel' dan rudal." (haninmazaya/arrahmah.com) |
Baku tembak di Hadramaut tewaskan beberapa tentara boneka Yaman Posted: 17 Aug 2014 03:44 PM PDT HADRAMAUT (Arrahmah.com) - Sebuah baku tembak sengit antara pasukan boneka Yaman dan Mujahidin Al Qaeda Semenanjung Arab (AQAP) menewaskan seorang tentara, ujar klaim Kementerian Pertahanan dalam sebuah pernyataan pada Ahad (17/8/2014). Kementerian itu mengatakan militer menargetkan sebuah rumah di mana mereka yakin rumah tersebut menjadi tempat tinggal para Mujahid AQAP di provinsi Hadramaut. Namun penyergapan tersebut mendapat perlawanan sengit dan bentrokan terjadi hingga Ahad pagi. Pasukan boneka Yaman juga mengklaim bahwa lima "militan" ditangkap dalam penyerangan itu, namun informasi ini belum mendapat klarifikasi dari pihak Mujahidin. Seorang pejabat keamanan yang tidak ingin disebutkan namanya mengungkapkan hal berbeda, ia mengatakan baku tembak itu menewaskan tiga tentara dan melukai enam lainnya, lapor Al Arabiya. Setidaknya 1.200 tentara telah dikirim ke provinsi Hadramaut selama beberapa hari terakhir untuk memperkuat serangan militer terhadap Mujahidin AQAP yang dianggap AS sebagai kelompok Al Qaeda paling berbahaya. Sebelumnya pada Agustus, Mujahidin AQAP dilaporkan berhasil menewaskan 15 tentara di Hadramaut. (haninmazaya/arrahmah.com) |
Mujahidin IIA bersihkan sebuah daerah di Siyah Gerd dari musuh, 3 tentara penjajah AS tewas Posted: 17 Aug 2014 07:47 AM PDT
Laporan mengatakan bahwa Mujahidin menewaskan 3 tentara teroris AS dan melukai beberapa lainnya dalam operasi pada Jum'at (15/8/2014) malam di daerah Darul Mu'alimin di distrik tersebut. Selain itu, 4 tentara rezim boneka juga mengalami luka-luka dan sebuah daerah besar dibersihkan dari kehadiran musuh. Alhamdulillah! (siraaj/arrahmah.com) |
Muslim India memprotes pemberian Visa penulis anti-Islam Posted: 17 Aug 2014 07:36 AM PDT KOLKATA (Arrahmah.com) - Para tokoh Muslim di India telah menyuarakan kemarahan terhadap pemerintah India terkait pemberian visa bagi penulis anti-Islam asal Bangladesh Taslima Nasrin yang diasingkan. "Bertentangan dengan praktek di India, dia mendapatkan izin tinggal yang tengah diperpanjang secara teratur," kata Zafarul-Islam Khan, presiden nasional dari All India Muslim Majlis-e-Mushawarat (AIMM), kepada OnIslam.net. "Sulit untuk memahami dan merasionalkan mengapa golongan kelas penguasa India, yang mencakup atas Kongres dan BJP, sangat tertarik untuk memberikan perlindungan bagi seseorang yang menjadi buronan hukum di negaranya sendiri," tambahnya. Khan adalah salah satu dari Muslim India yang marah dan menolak keputusan terbaru pemerintah itu untuk memberikan Nasrin izin tinggal dalam jangka waktu yang lama. Nasrin, seorang dokter yang kemudian menjadi penulis, melarikan diri dari Bangladesh pada 1994 setelah novelnya "Lajja" dilarang beredar karena tuduhan menyerukan perubahan pada Al-Qur'an. Setelah menghabiskan 11 tahun di Eropa dan AS, Nasrin mencari perlindungan ke India pada 2004. Dia tinggal di Kolkata pada 2005, sebuah lingkungan yang penduduknya berasal dari etnis Bengali. Namun setelah beberapa koran berbahasa India dan Urdu pada 2007 menerbitkan terjemahan bagian otobiografi Nasrin yang kontroversi berjudul "Dwikahandito", yang mana dikatakan memfitnah karakter Nabi Muhammad (shalallahu 'alayhi wa sallam), Muslim India mulai bangkit menentangnya. Pemberian visa Nasrin telah menjadi perdebatan sengit di India, kemarahan umat Islam kian menjadi setelah mengeti dalam negeri India Rajnath Singh berjanji akan memberikan Nasrin izin tinggal selama 50 tahun. "Saya merasa ada yang aneh bahwa kelas penguasa yang sama, yang bersemangat menawarkan perlindungan bagi orang asing, tidak peduli untuk melindungi salah satu seniman terbesar, MF Husain, yang dipaksa untuk hidup di pengasingan oleh para preman Hindutva dan telah meninggal dunia di negeri yang asing," kata Khan. (siraaj/arrahmah.com) |
Kenali Dr. Aafia Siddiqui, deritanya tak boleh dirasakan Muslimah lainnya Posted: 17 Aug 2014 06:44 AM PDT JAKARTA (Arrahmah.com) - Dr. Fowzia Siddiqui mengunjungi RS Jiwa Youm-e-Azadi di Karachi pada hari kemerdekaan Pakistan, Kamis (14/8/2014). Di balik kesedihannya dan upayanya membebaskan kakaknya, Dr. Aafia Siddiqui, ia tetap peduli akan wanita lainnya. Menurutnya, tidak boleh ada muslimah lain di dunia ini yang mengalami penderitaan seperti yang dialami oleh kakaknya. Lantas, siapakan Dr Aafia Siddiqui, hingga seluruh dunia diketuk pintu hatinya agar mendukung pembebasannya? Berikut sedikit ulasan mengenai sang Mujahidah cendekia dari Pakistan oleh Abdulloh Azzam Al-Adnany dari risalah Yvonne Ridley, yang dipublikasikan pada Jum'at (15/8) dalam akunnya di Facebook. Yvonne adalah wartawati Inggris dan pelindung LSM hak asasi manusia cageprisonners.com yang berbasis di London serta menjadi presiden Eropa dari Persatuan Perempuan Muslim Internasional dan Wakil Presiden Liga Muslim Eropa. Mujahidah cendekia, putri bangsa Pakistan Dr. Aafia Siddiqui lahir di Pakistan dan menjadi warga Amerika. Ia merupakan satu-satunya ilmuwan neurologi di dunia yang memiliki PHD dari Universitas Harvard. Juga memiliki 144 sertifikat dan ijazah kehormatan dari lembaga seluruh dunia termasuk dari MIT. Beliau juga seorang hafidzah Al-Quran dan seorang Mujahidah. Tidak ada seorang wanita barat yang setara dan sebanding dengan pendidikan beliau. Ia diculik bersama 3 orang anak kecilnya selama 5 tahun tanpa kabar berita sampai 4 orang tahanan Bagram yang berhasil melarikan diri mengungkapkannya tentang narapidana bernomor tahanan 650 yang tidak diketahui namanya. Mereka hanya mengetahui dia adalah seorang wanita Pakistan dan seorang ibu yang dipisahkan dari anak-anaknya dan setiap hari mereka akan mendengar wanita tersebut menjerit akibat disiksa. Selanjutnya Yvonne Ridley yang juga pernah menjadi sandera Taliban pada tahun 2001, sebagai satu-satunya jurnalis Barat yang secara khusus datang ke Afghanistan untuk menyelidiki kasus Dr Aafia Siddiqui, mengatakan bahwa keadaannya telah menjadi cause celebre (kasus yg terkenal -red) di seluruh dunia Muslim. Dimana ia dilaporkan dan diungkapkan secara besar-besaran di sidang wartawan tentang siapa sebenarnya tahanan 650. Sejak saat itu seluruh dunia ingin tahu apa yang telah terjadi kepada Dr. Aafia dalam periode 5 tahun tersebut dari 2003-2008 dan apa kesalahan beliau dan mengapa ia tidak dibicarakan. Penipuan Amerika tentang tiadanya narapidana wanita di penjara Bagram akhirnya terbongkar bersama skrip-skrip bodoh untuk meyelamatkan harga diri FBI Amerika. Alhamdulillah. Kasus dari ibu-tiga-anak yang sudah terkenal diseluruh rumah tangga dari yang paling relijius sampai yang paling sekuler di Pakistan ini mendorong rakyat Pakistan meminta pemulangannya, diketuai oleh Dr. Foezia Siddiqui, adik Dr. Aafia dengan gerakan bernama Free Aafia Movement. Sekarang ia dikenal sebagai Putri Bangsa meskipun kisahnya telah berkelana melampaui batas negara Pakistan. Ribuan anak muslim telah diberi nama sama dengannya karena itu dia telah menjadi simbol perjuangan Muslimah dunia. Segala sesuatu yang dia wakili berasal dari ketidakadilan yang diciptakan oleh perang Amerika terhadap "terorisme" dengan penculikan, renditions, penyiksaan, pemerkosaan, dan "waterboarding". Selama di dalam tahanan di Bagram ia disiksa dan diperkosa setiap hari dan dilecehkan haknya sebagai seorang wanita. Dipaksa menggunakan WC pria dan kamar mandi yang rentan dan bisa dilihat oleh penjagaan penjara. Situasi beliau sepanjang penahanan tersebut sangat meyedihkan sehingga ia hilang ingatan. Nasib anak-anaknya selama 5 tahun tersebut juga tidak diketahui oleh siapapun sehingga sekarang. Akademisi cerdas, neurosaintis itu, mendapat pendidikan di universitas-universitas kelas atas di AS, sekarang ini terbaring lemah di penjara Texas menjalani 86 tahun hukuman setelah dituduh bersalah mencoba membunuh tentara Amerika. Faktanya, dimana mereka menembaknya dari jarak dekat dan hampir membunuhnya sering diabaikan. Begitu hinanya, tentara AS yang bertugas di Afghanistan yang dibawah sumpah pengadilan mengklaim bahwa akademisi kecil dan rapuh itu melompat di balik tirai sel penjara, menyambar salah satu senjata mereka untuk menembak dan membunuh mereka.Itu adalah cerita yang dikarang dimana pengacara manapun yang berpengalaman bisa membantahnya. Skenario yang digambarkan di pengadilan meragukan, dan lebih penting lagi, ketiadaan bukti – tidak ada residu tembakan di pakaian dan tangannya, tidak ada peluru dari senjata yang ditembakkan, tidak ada sidik jari milik Dr. Aafia pada senapan yang didapat di TKP. Bukti penting lainnya yang diambil oleh militer AS dari TKP pun hilang sebelum sidang. Jika Anda sudah menonton episode dari CSI, tentu kita bersama akan berkata "ayolah, ilmu tidak berbohong". Itu benar-benar dakwaan yang mentah dan bodoh. Setelah diobati di bagian medis di Bagram, ia kemudian di 'rendition' (dipindahkan secara rahasia -red) ke Amerika untuk diadili atas kejahatan yang diduga dilakukan di Afghanistan. Dengan mencemoohkan Konvensi Wina dan Jenewa, ia tidak diberi akses konsuler sampai hari ia tampil pada pengadilan pertama. Kesaksian Dr. Aafia "dimutilasi" di pengadilan Pengadilannya diadakan di New York, lokasinya berjarak selemparan batu dari tempat dimana Menara Kembar pernah berdiri. Tentu saja membuatnya tidak mungkin untuk tidak membangkitkan kenangan yang mengerikan di hari 11 September dimana bagi sebagian orang selamanya mengubah umat Islam menjadi "Musuh Publik Nomor Satu". Maka, sebuah tim legal yang "tak bersemangat" dipaksakan kepada Dr. Aafia oleh pemerintah AS. Mereka sukses, gagal meyakinkan juri bahwa ia tidak bersalah, akibat kesaksian Dr. Aafia "dimutilasi" oleh penerjemah pengadilan, terlebih bukti ilmiah kuat bahwa ia tidak bisa merebut pistol tentara, apalagi menarik pelatuk. Yvonne telah melihat penjara di Ghazni beberapa minggu setelah penembakan di Juli 2008 dan menemukan bahwa para tentara ketika itu panik dan menyembur ruangan dengan peluru saat mereka berusaha melarikan diri. Buktinya ada disana dalam rekaman film kunjungannya dan diserahkan kepada tim pembela. Penuntut tidak mempercayai seorang jurnalis barat telah melakukan perjalanan di Afghanistan bagian ini dan mendapatkan kesaksian dan bukti yang menarik. Sayangnya, segera setelah itu bukti forensik penting termasuk peluru yang dihabiskan telah dicungkil dari dinding dalam sel, hilang. Melihat Dr Aafia muncul dari balik tirai tanpa borgol dan tutup kepala menyebabkan kepanikan buta di antara para prajurit muda yang telah diberi penjelasan singkat oleh FBI bahwa mereka akan menangkap salah satu wanita yang paling berbahaya di dunia. Saya mewawancarai saksi mata, petugas polisi senior Afghanistan dan satu demi satu mengatakan laporan mereka tentang apa yang terjadi. Namun satu-satunya orang Afghanistan yang dibawa ke pengadilan untuk memberikan kesaksian terhadap dirinya adalah penerjemah FBI yang sekarang memiliki "Green Card" (ijin bekerja di AS -red) dan tinggal di New York bersama keluarganya. Sungguh iming-iming kewarganegaraan AS membuat "mutilasi" persaksian itu fitnah yang keji bagi Dr. Aafia, hingga kini. Yang tidak diberitahukan kepada juri adalah bahwa Dr. Aafia, dan ketiga anaknya, semuanya dibawah umur lima tahun ketika itu, telah diculik dari jalanan di dekat rumah mereka di Karachi dan hilang sejak tahun 2003. Sebaliknya, FBI mengeluarkan cerita bahwa pada waktu itu dia sebenarnya pergi jihad ke Afghanistan - itu adalah sebuah kisah menggelikan tanpa dasar dan, karena setiap ibu dari anak-anak tahu, perjalanan ke sudut toko lokal dengan balita sudah enjadi tantangan monumental, palagi berangkat untuk berperang di Afghanistan, apa mungkin dengan kereta dorong bayi, dan menggendong balita ditangan- adalah hal yang tak terbayangkan. Narasi FBI dimentahkan oleh Elaine Whitfield Sharp, seorang pengacara berbasis di Boston yang disewa oleh keluarga Siddiqui untuk mengemukakan kronologi ketika Dr. Aafia pertama kali menghilang. Namun, karangan bebas itu telah diyakini pengadilan untuk selamanya. Hanya Alloh yang dapat mengabulkan permohonan kita atas kebebasannya. Allohu Musta'an. Dari tahun-tahun yang hilang dari kehidupan akademisi ini terungkap cerita yang sekarang dikenal hampir semua orang di dunia Muslim di mana dia secara luas dianggap sebagai korban perang George W Bush melawan "terorisme". Saat ia mencoba untuk memberitahu juri bagaimana ia ditahan di penjara rahasia - tanpa perwakilan hukum, terputus dari dunia luar sejak 2003, dimana digunakan teknik interogasi brutal untuk melemahkannya- ia dibungkam oleh hakim yang mengatakan ia hanya terkait dalam insiden penembakan sel. Hakim Richard Berman, seorang pria berpostur kecil sederhana yang terlalu sederhana, bersikeras bahwa iatidak tertarik pada tahun-tahun yang hilang, itu tidak ada relevansinya dengan kasus ini, dia bersikeras. Padahal ia tahu bahwa Dr. Aafia tidak mungkin seteroris itu. Sebagaimana pengakuannya tentang Dr. Aafia bahwa, "Dia (Dr Aafia) bersaksi bahwa setelah menyelesaikan studi doktor dia mengajar di sekolah, dan minatnya adalah dalam pemberdayaan kemampuan disleksia dan anak berkebutuhan khusus lainnya. Dia muncul sebagai pengasuh yang cinta kemanusiaan dan pendidik, lembut namun tegas untuk mencari kebenaran dan keadilan." Ketika bukti terus diungkap kita jadi tahu bahwa dia tidak tahu di mana ketiga anaknya - itu sesuatu yang menggemparkan bagi mereka yang tahu kisah sebenarnya. Ia berbicara tentang kecemasan dan ketakutan akan diserahkan kembali ke Amerika ketika ia ditahan di Ghazni dan ditahan oleh polisi. Sebagaimana pengakuan Dr. Aafia selama di pengadilan bahwa, "Dalam ketakutan saat di penjara rahasia lain, saya mengintip dibalik tirai yang membatasi bagian ruangan lain dimana tentara Afganistan dan Amerika ketika itu sedang berbicara. Lalu tentara Amerika terkejut melihatnya, dia melompat dan berteriak bahwa tahanan telah lepas, dan menembaknya di bagian perut. Saya juga ditembak di bagian samping oleh orang kedua. Setelah roboh di tempat tidur di ruangan itu, saya secara kasar dilempar di lantai dan kehilangan kesadaran." Rangkaian cerita ini persis seperti yang diceritakan Kepala Polisi Anti Terorisme yang Yvonne wawancarai di Afghanistan pada musim gugur 2008 lalu. Ia ingat ketika ia tertawa menceritakan kepada Yvonne bagaimana tentara AS panik, menembak secara acak di udara ketika menyerbu ruangan dalam kepanikan membabi buta. Tentu saja tidak mungkin sekelompok tentara itu akan mengakuinya, tetapi berdasarkan mereka yang diwawancarai Yvonne, untuk filmnya yang bertajuk "In Search of Prisoner 650" di Afghanistan, itulah yang terjadi. Alhamdulillah, dua dari anak-anaknya yang hilang telah ditemukan dan bersatu kembali dengan keluarga mereka di Karachi. Masih tidak jelas di mana anak-anak ini ditahan ketika mereka diculik dari sebuah jalan di Karachi, tapi ada tidak ada yang bisa menyamarkan aksen Amerika dari para penculik, yang mungkin suara dari sipir penjara mereka. Jadi mengapa FBI ingin berbicara dengan Dr. Aafia sedari awal dan mengapa mereka menggambarkan ia sebagai seorang teroris berbahaya yang buron? Jika memang ia adalah orang yang mereka tuduhkan mengapa ia tidak didakwa dengan terorisme dan mengapa jaksa berhati-hati untuk menunjukkan bahwa dia bukan Al-Qaeda? Satu orang yang mungkin memegang kuncinya adalah mantan suami Dr Aafia yang telah menolak untuk diwawancarai Yvonne. Dia akan melalui perceraian yang sangat agresif dan pahit di bulan-bulan sebelum Dr. Aafia menghilang. Dia yang pertama kali jadi perhatian FBI pada tahun 2002 ketika ia tinggal di Amerika, tapi apa yang ia katakan kepada mereka (FBI) menjadikan mereka mencurigai mantan istrinya melakukan kesalahan, itu adalah tebakan semua orang. Siapa yang merenggut Dr. Aafia dan anak-anaknya? Yvonne tidak tahu, tapi Yvonne juga telah melacak beberapa mantan tahanan Bagram yang mengatakan kepadanya, bahwa mereka melihat Dr. Aafia ditahan di Bagram pada tahun 2005 dan memberikan identitas positifnya dengan foto sebelum dia diculik dan setelah penangkapannya di Ghazni. Intinya adalah Dr. Aafia Siddiqui tidak boleh di penjara dan selama ketidakadilan ini terus berlangsung dia akan menjadi ajakan bagi siapa saja yang ingin memilih memerangi Amerika. Satu laporan juga menyatakan bahwa ia mungkin mengidap kerusakan sel-sel otak dan sebagian dari usus kecil beliau telah dipotong dan dibuang, karena tidak mengalami perawatan intensif atas luka tembak yang dialaminya di awal insiden ini. Pengacaranya mengatakan bahwa Dr. Aafia menunjukkan gejala-gejala yang konsisten dengan penderita tekanan perasaan akibat trauma. Jangan sampai ini dialami Muslimah lainnya Bukan saja Dr.Aafia yang tengah mengalami kekejian AS si tangan Dajjal, tetapi banyak lagi wanita Islam yang diculik oleh FBI dan sekutunya tanpa diketahui dan diadili, dan akhirnya kita hanya tahu bahwa wanita-wanita ini dilecehkan secara seksual seperti di penjara Abu Gharib, Irak. Biarlah Dr. Aafia menjadi penyebab pembebasan untuk wanita-wanita Islam yang tertindas di penjara-penjara Amerika dan sekutunya di seluruh dunia. Berikut ini pidato yang menyentuh dari Lauren Booth seorang mualaf Inggris dalam aksi 'Menentang Penahanan Aafia Siddiqui' di London pada 23 Sepetember 2012. Lauren Booth dikenal gencar melakukan pembelaan terhadap umat Islam yang ditindas. Meskipun merupakan saudara ipar dari mantan PM Inggris Tony Blair, Booth dengan berani menyerukan menyeret mantan PM Inggris itu bersama George W Bush ke Pengadilan Kriminal Internasional karena bertanggung jawab dalam berbagai kejahatan terhadap umat Islam.
Kabar gembira untuk Aafia Pada bulan Ramadhan 2011, sang ibu menerima telepon dari Aafia yang terpenjara di Amerika. Ibunya pun menangis mengenang nasib cucunya harus melalui penderitaan, cucu laki-lakinya masih hilang, dan anak perempuannya masih tidak jelas kapan bebasnya, kecuali dengan ridho Allah. Tahukah apa yang Aafia katakan kepada ibunya? Berikut isi surat cantik tersebut.
Subhanallah. Jadi kita bukanlah pemenang, tapi kita akan menjadi pemenang kalau kita bersikap tegas dalam menegakkan keadilan demi Allah subhanahu wa ta'ala. Dan ibu Aafia telah mendapatkan kabar bahwa Aafia akan mendapatkan Jannah dari Nabi Muhammad SAW dalam mimpi Aafia. Allahu Akbar, pekikkan takbir! Kita tidak akan takut oleh siapapun, kecuali Allah SWT. Tidak ada yang bisa kita sumbangkan melainkan doa, menyebarkan kisahnya di blog dan juga media lain untuk pembebasan beliau. Boleh jadi dengan upaya semisal membagikan berita ini dan memboikot produk Amerika, kita bisa turut berjihad membantu Aafia-Aafia lainnya, dari bumi Indonesia. Allah tidak memandang efeknya, namun semoga usaha kita yang dilandasi niat tulis ikhlas ini menjadi pembela dan peringan penderitaan saudara-saudari kita. Ianya juga mudah-mudahan menjadi sumbangsih atas penegakan kalimatullah di muka bumi. Di akhirat nanti Allah akan bertanya tentang apa yang telah kita lakukan untuk saudara-saudara Islam yang tertindas, insyaa Allah kita bisa menjawabnya. Setiap share yang dilakukan melalui media apapun, mudah-mudahan menjadi pembuka semua mata dan hati kita sesama muslim dan muslimah. Dengannya terbongkar nasib saudara/saudari kita yang tertindas hak hidupnya di belahan lain bumi Allah. Wallahu A'lam Bishawab. (adibahasan/arrahmah.com) |
Tiga kepentingan yang menunggangi isu ISIS di Indonesia Posted: 17 Aug 2014 06:00 AM PDT JAKARTA (Arrahmah.com) - Direktur An Nashr Institute Munarman, SH mengatakan isu ISIS yang dihembuskan media massa secara masif dan terus menerus hanya semata-mata urusan fulus (uang) dan karir sejumlah orang di Densus88 dan BNPT. Dalam perbincangannya kepada wartawan usai acara diskusi "Mengukur Bahaya ISIS di Indonesia," yang digelar Pengurus DPP Partai Bulan Bintang, di Jakarta, Sabtu (16/8/2014). Munarman menyebut isu ISIS ditunggangi oleh beberapa kepentingan. Pertama kepentingan dari oknum-oknum pejabat yang ingin terus mendapatkan proyek dengan isu terorisme. Siapa saja mereka? BNPT dan polisi dalam hal ini Densus88. Karena, kata Munarman, saat ini hampir tidak ada liputan media tentang penangkapan tertuduh teroris secara besar-besaran. Dengan adanya isu ISIS ini maka akan gencar penangkapan tertuduh teroris dengan liputan media secara massif. "Supaya apa? Supaya terekspos dan dapat proyek lagi," katanya. Kedua kepentingan dari pemerintahan sekarang yang gunanya untuk menjilat kepada tuan-tuan mereka seperti Amerika dan PBB untuk menyatakan sikap mencegah bangkitnya Islam yang kaffah seperti yang dituduhkan oleh mereka itu dengan penangkapan terorisme di Indonesia. Ketiga, kepentingan bagi pemerintahan yang akan datang. Pemerintahan yang akan datang ini belum jelas, masih disengketakan. Dan umat Islam berada pada posisi yang calonnya kalah dalam Pilpres lalu. Agar umat Islam tidak berani macam-macam, maka diciptakanlah kondisi seperti sekarang ini. "Agar umat Islam tidak berani berdemo dengan militansi yang lebih kuat, maka dibuatlah isu-isu agar umat Islam ini jadi malas," ujarnya. "Hanya kepentingan jangka pendek begitu aja mainannya," simpul Munarman Selanjutnya Munarman juga memprediksi isu ini akan berlangsung lama di media, bukan hitungan pekan atau bulan. Dia memprediksi isu ini bisa bergulir setahun. Karena apa? Karena Ormas-ormas Islam banyak yang terjebak dan terperangkap turut berkomentar tentang ini. Tak peduli pro atau kontra, yang penting dibicarakan Dan inilah yang dikendaki oleh pemerintah. "Bahkan acara hari saja termasuk," katanya Munarman juga menyimpulkan bahwa "kampanye" anti ISIS ini pada pokoknya adalah bukan anti ISIS tapi anti khilafah. (azm/arrahmah.com) |
Ternyata "Muhammad" menjadi nama paling populer untuk bayi laki-laki di Inggris Posted: 17 Aug 2014 05:00 AM PDT LONDON (Arrahmah.com) - Muhammad, nama Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, telah menjadi nama yang paling populer untuk bayi yang baru lahir di Inggris dan Wales pada tahun 2013. Angka dari Kantor Statistik Nasional mengungkapkan bahwa nama Nabi (saw) itu telah mengalahkan nama "Oliver" sebagai nama paling populer yang dipilih oleh orang tua untuk anaknya selama tahun lalu, Breitbart London melaporkan pada Jum'at (15/8/2014). Meskipun dari hasil yang diumumkan menempatkan Oliver di daftar teratas dengan jumlah 6.949 anak yang menggunakan nama itu, akan tetapi statistik menempatkan variasi yang berbeda dari ejaan nama "Muhammad" dalam entri yang berbeda pada posisi terdepan dalam daftar. Itu berarti bahwa ejaan "Muhammad" berada di urutan ke 15 dengan jumlah 3,499 anak, ejaan "Mohammed" berada di urutan ke 23 dengan jumlah 2887 anak, dan ejaan "Muhammed" berada di urutan ke 57 dengan jumlah 1059 anak yang diberi nama tersebut. Hasilnya, tiga ejaan "Muhammad" yang berbeda itu saja menjadi nama bagi 7.445 anak laki-laki di Inggris dan Wales, mengalahkan nama yang paling populer Oliver. Berita bahwa nama "Muhammad" menjadi nama anak laki-laki yang paling populer di Inggris pertama kali secara eksklusif dilaporkan di Breitbart London menyusul kebocoran yang diungkap oleh ONS minggu lalu. Pada saat itu, "Muhammad" sudah menjadi nama anak laki-laki yang paling populer di London oleh beberapa margin yang cukup besar. Inggris adalah rumah bagi minoritas Muslim yang cukup besar yaitu hampir 2,7 juta, sebagian besar dari mereka berasal dari India, Bangladesh dan Pakistan. Nama "Muhammad" telah semakin populer dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2009, nama "Muhammad" menjadi nama paling populer untuk bayi yang baru lahir di Inggris dan Wales. Pada tahun 2008, nama "Muhammad" berada di urutan ketiga sebagai nama yang paling populer di Inggris. (ameera/arrahmah.com) |
Ustadz Ba'asyir tak peroleh remisi proklamasi RI Posted: 17 Aug 2014 04:00 AM PDT CILACAP (Arrahmah.com) - Terpidana kasus "terorisme" Ustadz Abu Bakar Ba'asyir yang menghuni Lembaga Pemasyarakatan Kelas II-A Pasir Putih, Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, dipastikan tidak menerima remisi dalam rangka peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI. "Yang bersangkutan (Ustadz Baasyir, red.) tidak kami usulkan untuk mendapatkan remisi," kata Kepala Lapas Kelas II-A Pasir Putih Tejo Harwanto, di Cilacap, Sabtu (16/8/2014), tulis Antara. Tejo mengatakan hal itu kepada Antara setelah menghadiri upacara penyerahan remisi di Lapas Kelas II-B Cilacap yang diserahkan secara simbolis oleh Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji serta dihadiri Kepala Divisi Pemasyarakatan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Provinsi Jawa Tengah Hermawan Yunianto, Muspida Cilacap, dan seluruh kepala lapas se-Nusakambangan. Menurut dia, hal itu dilakukan karena Baasyir belum memenuhi persyaratan untuk mendapatkan remisi. Sementara itu, Kepala Lapas Kelas II-B Cilacap Syarif Hidayat mengatakan bahwa jumlah narapidana di lapas tersebut yang mendapat remisi sebanyak 175 orang terdiri remisi umum 1 (RU 1) sebanyak 163 orang dan remisi umum 2 (RU 2) atau bebas setelah mendapat pengurangan hukuman sebanyak 12 orang. "Di tempat kami rata-rata merupakan kewenangan Kanwil Kemenkumham Jateng, tidak ada yang diusulkan ke pusat (Kemenkumham, red.)," katanya. Dalam kesempatan terpisah, Kadivpas Kanwil Kemenkumham Jateng Hermawan Yunianto mengatakan pemberian remisi bagi para narapidana yang tersangkut pidana khusus seperti terorisme, narkotika, dan korupsi dengan kategori tertentu merupakan kewenangan Menteri Hukum dan HAM. Dalam hal ini, kata dia, nama-nama narapidana kasus pidana khusus yang berhak mendapatkan remisi telah diusulkan kepada Menkumham. "Sampai hari ini, surat keputusan pemberian remisi bagi narapidana yang tersangkut pidana khusus belum kami terima, sehingga belum diketahui apakah disetujui atau tidak disetujui. Sementara yang disampaikan tadi di sini (Lapas Cilacap, red.) merupakan kewenangan kami," katanya. Dia mengatakan secara keseluruhan, jumlah narapidana dari seluruh lapas Pulau Nusakambangan yang mendapat remisi umum (RU) dalam rangka Proklamasi Kemerdekaan RI Tahun 2014 sebanyak 1.254 orang. "Dari 1.254 orang narapidana se-Nusakambangan yang mendapat remisi umum dalam rangka peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI Tahun 2014, jumlah narapidana yang mendapat remisi umum 2 (RU 2) atau bebas pada tanggal 17 Agustus sebanyak 18 orang," kata Hermawan. Disinggung mengenai jumlah narapidana kasus "terorisme" di Nusakambangan, dia mengatakan secara keseluruhan sebanyak 97 orang dan yang terbanyak di Lapas Pasir Putih karena mencapai 43 orang, disusul Lapas Batu sebanyak 21 orang, dan sisanya tersebar di Lapas Besi, Lapas Permisan, dan Lapas Kembang Kuning. (azm/arrahmah.com) |
Anak asal Saudi ini menang penghargaan di Malaysia karena kemampuan luar biasanya Posted: 17 Aug 2014 03:36 AM PDT (Arrahmah.com) - Maa Syaa Allah, seorang anak perempuan asal Arab Saudi telah membuat kagum dunia akademik internasional setelah ia menyampaikan kuliah ilmiah di Malaysian Multimedia University baru-baru ini, lansir Saudi Gazette. Para senior akademik dari universitas tersebut, termasuk para anggota fakultas dari berbagai kewarganegaraan, yang menghadiri kuliah tersebut, benar-benar dibuat takjub dan terperangah oleh keilmuannya yang mendalam dan kesederhanaannya. Majd Al-Aseeri (11) memenangkan sertifikat penghargaan dari universitas tersebut bidang bahaa Inggris dan Arab. Al-Aseeri, anak dengan kemampuan luar biasa it, telah meninggalkan jejak prestasi dalam komunitas ilmiah di Malaysia. Komunitas ilmiah di Malaysia terpesona dengan kemampuan Al-Aseeri dalam berbahasa Inggris dan kemampuannya dalam menyampaikan berbagai kuliah dengan cara dan kepercayaan diri yang sangat baik . Ia belajar bahasa Inggris. Sejak pekan lalu, Al-Aseeri telah menyampaikan berbagai kuliah terkait pentingnya dan dampak talenta seseorang dalam kehidupan bermasyarakat dan rahasia mempelajari bahasa-bahasa. Al-Aseeri menyempurnakan kemampuan bahasa Inggrisnya ketika ia berumur delapan tahun, dan lancar berbicara bahasa Inggris dengan keuarga dan sepupu-sepupunya yang membuatnya meluncurkan Alpha 17 Academy di Taif untuk mempromosikan dan menyampaikan kuliah-kuliah dalam bahasa Inggris dalam bidang matematika, ilmu komputer dan filosopi. (siraaj/arrahmah.com) |
Mengukur bahaya ISIS di Indonesia Posted: 17 Aug 2014 02:16 AM PDT JAKARTA (Arrahmah.com) - Apakah berbahaya gerakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) bagi Indonesia?. Bila pertanyaan itu dilontarkan kepada Direktur An Nashr Institute Munarman, SH., jawabnya adalah tidak. "Wong ISIS itu tidak ada kok di Indonesia," jawab Munarman dalam diskusi "Mengukur Bahaya ISIS di Indonesia," yang digelar Pengurus DPP Partai Bulan Bintang, di Jakarta, Sabtu (16/8/2014). Bagi Munarman, fenomena ISIS ini sama seperti soal terorisme yang selalu distigmatisasikan kepada umat Islam. "Semua itu fitnah supaya umat Islam tidak lagi memperjuangkan syariah dan khilafah," katanya. Fitnah dan permusuhan Barat terhadap Islam ini bisa dilihat dari tesis Samuel P Hutington yang meniscayakan adanya benturan peradaban antara peradaban Barat dengan peradaban Islam yang disetting akan dimenangkan oleh Barat. Mantan Direktur YLBHI itu mengingatkan bahwa sejatinya bagi Barat yang menjadi musuh utama meraka bukanlah kelompok fumdamentalisme Islam, tetapi justru Islam itu sendiri. Munarman pun membeberkan berbagai dokumen yang dikeluarkan oleh sejumlah lembaga think-tank dan intelijen Amerika, seperti Rand Corporation, National Security Agency (NSA) maupun National Intelligence Council (NIC). Merujuk dokumen yang dikeluarkan NSA, Munarman menjelaskan bila Amerika sejatinya menargetkan Islam sebagai musuh utama mereka. Untuk itu mereka menggunakan strategi yang pernah diadopsi saat terjadi Perang Dingin. Saat itu perlawanan terhadap Komunisme di Uni Sovyet dengan menggunakan orang-orang yang hidup di negara-negara komunis sendiri. Dengan strategi ini, Amerika Serikat juga tidak secara langsung berhadapan dengan Islam, tetapi dikondisikan supaya syariah dan khilafah ditolak oleh orang Islam sendiri. Fenomena inilah yang kini terjadi saat umat menyikapi Khilafah Islam yang didirikan ISIS. Untuk itu kepentingan ini, Amerika telah memetakan atau mengelompokkan tokoh-tokoh Islam. Dalam dokumen yang dikeluarkan Rand Corporation berjudul "Civil Democratic Islam: Partners, Resources and Strategies" dapat dengan mudah diketahui strategi ini. Amerika membagi tokoh-tokoh Islam menjadi empat golongan: Sekularis, Fundamentalis, Tradisonalis dan Modernis. "Ini untuk memetakan siapa di antara tokoh Islam yang bisa dijadikan teman oleh mereka," tandas Pengurus DPP FPI ini. Sebelumnya, di tempat terpisah Kepala BNPT Ansyaad Mbai mengaku tak tahu jumlah pengikut ISIS di Indonesia. Informasi ini penting untuk mengukur sejauh mana bahaya ISIS di Indonesia. "Wah saya tak bisa hitung itu, nggak ingat-ingat itu," kata Ansyaad Mbai saat menjawab pertanyaan terkait jumlah pengikut ISIS di Indonesia, di kantor Kemenag, Jakarta, Sabtu (9/8/2014). (azm/suaraislamonline/arrahmah.com) |
You are subscribed to email updates from Arrahmah.com To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |