Arrahmah.Com |
- ANNAS minta Presiden tutup Atase Kebudayaan Iran di Jakarta
- Ribuan orang yang kelaparan di Madaya menunggu bantuan
- Turki bantah tuduhan keterkaitan Erdogan dengan eksekusi di Saudi
- Turki membangun kamp militer di Somalia
- Somalia juga ikut putuskan hubungan dengan Iran
- Doctors Without Borders: Madaya bagai penjara terbuka bagi 20.000 warga Suriah
- Iran telah mengeksekusi lebih dari 1.000 orang sepanjang tahun 2015
- Serangan udara pengecut oleh rezim Nushairiyah merenggut nyawa 21 orang di Ghautah Timur
- Ini sikap Aliansi merah putih peduli Suriah
- Tentara pendudukan "Israel" membunuh tiga warga Palestina dengan peluru tajam di dekat Hebron
ANNAS minta Presiden tutup Atase Kebudayaan Iran di Jakarta Posted: 08 Jan 2016 03:15 PM PST JAKARTA (Arrahmah.com) - Aliansi Nasional anti Syiah (ANNAS) meminta Presiden Joko Widiodo sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan melakukan pembatasan hubungan dengan negara Iran dan menutup Atase Kebudayaan Kedutaan Besar Iran di Jakarta. "Karena atase ini telah menyalahgunakan hubungan kebudayaan Indonesia-Iran untuk melakukan program Syiahisasi dan pengguncangan nilai-nilai keagamaan umat Islam yang berfaham Ahlusunnah wal Jamaah," demikan argumen ANNAS. Hal itu tertulis pada surat ANNAS kepada Presiden Joko Widodo perihal pernyataan sikap mudzakarah nasional ANNAS. Sebelumnya ANNAS telah menyelenggarakan Mudzakaran Nasional di Masjid Al Fajar Jl. Cijagra Bandung, Ahad (29/11/2015), . Berikut surat ANNAS kepada Presiden Jokowi yang diterima redaksi Jumat (8/1/2016) (azmuttaqin/arrahmah.com) |
Ribuan orang yang kelaparan di Madaya menunggu bantuan Posted: 08 Jan 2016 06:17 AM PST DAMASKUS (Arrahmah.com) - Rezim Suriah pada Kamis (7/1/2016) telah setuju untuk mengizinkan PBB memberikan bantuan kemanusiaan ke tiga kota yang terkepung, termasuk Madaya di dekat Damaskus, ungkap PBB. "PBB menerima persetujuan itu pada hari ini dari Pemerintah Suriah untuk bisa masuk ke Madaya, Fua dan Kefraya, dan PBB sedang mempersiapkan untuk memberikan bantuan kemanusiaan dalam beberapa hari mendatang," ungkap sebuah pernyataan PBB, lansir Daily Sabah. Madaya yang terkepung itu berada di dekat perbatasan dengan Lebanon, sekitar 50 kilometer sebelah timur dari Beirut dan 20 kilometer barat laut dari Damaskus. Madaya telah menjadi isu fokus bagi para pemimpin oposisi Suriah yang mengatakan kepada utusan PBB pekan ini bahwa mereka tidak akan ikut serta dalam pembicaraan dengan pemerintah hingga pengepungan itu dicabut. Setidaknya 10 orang telah meninggal karena kelaparan di Madaya dalam enam minggu terakhir, ungkap Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia. "Kami hidup dari dedaunan, tanaman, tapi sekarang kami sedang berjuang menghadapi badai salju dan tidak ada lagi tanaman atau dedaunan," kata Majed Ali, (28), seorang aktivis oposisi yang berbicara kepada Reuters melalui telepon dari Madaya. Badan-badan bantuan berharap bisa memasuki Madaya dengan mudah, menyusul kesepakatan gencatan senjata di bawah pengawasan PBB. "WFP sangat prihatin terhadap situasi kemanusiaan yang dilaporkan di Madaya, yang telah dikepung selama berbulan-bulan, yang sekarang mengancam kehidupan hampir 40.000 orang," kata juru bicara WFP Bettina Luescher dalam menanggapi pertanyaan dari Reuters. "Madaya terakhir dicapai pada 17 Oktober dengan 3.900 jatah makanan yang cukup untuk memberi makan lebih dari 19.000 orang selama satu bulan," katanya. "Sejak itu, tidak ada lagi bantuan makanan atau bantuan kemanusiaan yang sampai ke daerah itu." (ameera/arrahmah.com) |
Turki bantah tuduhan keterkaitan Erdogan dengan eksekusi di Saudi Posted: 08 Jan 2016 05:45 AM PST ANKARA (Arrahmah.com) - Turki memanggil duta besar Iran pada Kamis (7/1/2016) untuk menuntut penghentian laporan media Iran yang menghubungkan eksekusi seorang tokoh terkemuka Syiah oleh Arab Saudi dengan kunjungan Presiden Tayyip Erdogan pekan lalu ke Riyadh. Sebagaimana dilansir oleh Daily Sabah, sumber-sumber resmi mengatakan bahwa kementerian luar negeri Turki memanggil duta besar Iran untuk mengungkapkan keprihatinan Turki yang mendalam terkait klaim tak berdasar dan berita spekulatif dari media Iran terhadap Presiden Erdogan. "Kami sangat mengecam tuduhan yang mengaitkan kunjungan presiden kita baru baru ini ke Arab Saudi dengan eksekusi di negara itu dalam berita yang diterbitkan di media yang terkait dengan badan-badan resmi Iran," kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan, lansir Daily Sabah. Para pejabat kementerian luar negeri Turki juga menekankan kepada duta besar Iran bahwa keamanan misi diplomatik berada di bawah tanggung jawab negara tuan rumah, dan karena itu serangan terhadap kedutaan Arab Saudi di Teheran dan Konsulat Arab Saudi di Masyhad merupakan tindakan yang tidak dapat diterima. Pekan lalu, Erdogan melakukan kunjungan resmi selama dua hari ke Arab Saudi, di mana ia bertemu dengan Raja Salman bin Abdul Aziz untuk melakukan pembicaraan yang terfokus pada krisis Suriah dan kerja sama antara kedua negara. Gejolak semakin meningkat selama berhari-hari antara Iran dan Arab Saudi sejak Arab Saudi mengeksekusi tokoh terkemuka Syiah, Nimr al-Nimr, atas tuduhan terorisme. (ameera/arrahmah.com) |
Turki membangun kamp militer di Somalia Posted: 08 Jan 2016 05:02 AM PST ANKARA (Arrahmah.com) - Turki mulai membangun basis pelatihan militer di Somalia sebagai bagian dari janjinya untuk membangun tentara nasional untuk pemerintah Somalia, ungkap seorang diplomat senior Turki. Sebagaimana dilansir oleh World Bulletin, Kamis (7/1/2016), kementerian luar negeri Turki melaporkan bahwa pembangunan pusat pelatihan merupakan bagian dari perjanjian kerangka kerja antara kedua negara itu terkait kerja sama militer. Para prajurit Somalia diharapkan akan dilatih di sana oleh personel militer Turki. "Fasilitas pelatihan militer ini juga akan menjadi sebuah basis penting untuk [memberikan] pelatihan militer kepada seluruh [benua] Afrika," ungkap Emel Tekin, pejabat kementerian luar negeri Turki. Militer Turki juga membangun sebuah sekolah militer di Somalia untuk mendidik dan melatih korps perwira dan bintara. Tekin mengatakan bahwa ketika ia mengunjungi Somalia, ia melihat tentara Somalia yang mengenakan seragam dan sepatu yang berbeda yang disediakan oleh berbagai negara donor dari Teluk dan Uni Eropa. "Somalia berusaha untuk mengatasi hal ini dengan membentuk struktur militer yang lengkap dan di bawah rantai tunggal komando. Turki sedang mencoba untuk mendukung ini juga," tambahnya. Turki telah memberikan bantuan sebesar $ 400 juta kepada Somalia dalam beberapa tahun terakhir, menurut Kementerian Luar Negeri Turki. (ameera/arrahmah.com) |
Somalia juga ikut putuskan hubungan dengan Iran Posted: 08 Jan 2016 01:30 AM PST MOGADISHU (Arrahmah.com) - Somalia mengatakan bahwa pihaknya telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran di tengah krisis yang sedang berlangsung antara Iran dengan Arab Saudi. Sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Somalia mengumumkan keputusan untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran dan memberi kesempatan kepada diplomat Iran untuk meninggalkan Somalia dalam waktu 72 jam, lansir World Bulletin, Kamis (7/1/2016). "Langkah ini telah diambil setelah melakukan pertimbangan dengan matang dan dalam menanggapi campur tangan Iran yang terus menerus dalam urusan internal Somalia," kata pernyataan itu, tanpa memberikan rincian lebih lanjut. Keputusan ini terjadi beberapa hari setelah Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran dalam menanggapi serangan pembakaran di kedutaan Saudi di Teheran oleh para demonstran yang marah atas eksekusi seorang tokoh terkemuka Syiah. (ameera/arrahmah.com) |
Doctors Without Borders: Madaya bagai penjara terbuka bagi 20.000 warga Suriah Posted: 08 Jan 2016 01:00 AM PST DAMASKUS (Arrahmah.com) - Video yang menunjukkan warga Suriah yang kurus mengenaskan di kota Madaya yang terkepung menjadi sorotan pekan ini, mengingatkan kepada dunia luar akan kondisi negara yang dilanda perang itu, dimana bom dan bentrokan bukan satu-satunya cara orang mati dalam konflik. Desa yang dikuasai kelompok oposisi itu telah dikepung oleh pemerintah Suriah selama berbulan-bulan, yang berarti bantuan pangan dan konvoi kemanusiaan lainnya tidak diizinkan masuk ke wilayah itu sejak Oktober. Sebagaimana dilansir oleh Al Bawaba, Kamis (7/1/2016), sebuah rekaman video menunjukkan bayi yang baru lahir dengan wajah pucat, dimana sang narator dalam rekaman itu mengatakan bahwa orang-orang sudah tidak tahan lagi dengan air dan garam serta mayat orang-orang yang meninggal karena kelaparan. Pada hari Kamis, pemerintah Suriah setuju untuk mengizinkan konvoi bantuan dari kelompok-kelompok kemanusiaan memasuki wilayah itu. Mereka mengatakan bahwa mereka akan mulai mengirim barang dalam beberapa hari mendatang. Tapi bantuan medis kelompok Doctors Without Borders mendorong langkah lebih lanjut, yang menyerukan agar penduduk desa yang sakit dievakuasi dan diberi perawatan medis luar Madaya. Organisasi itu mengatakan bahwa sekitar 20.000 warga telah terkepung di desa itu sejak Juli tahun lalu. Situasi mencapai titik didih ketika makanan dan persediaan yang dikirim oleh konvoi bantuan pada pertengahan Oktober sudah habis pada Januari. Madaya sekarang tak ubahnya bagai penjara terbuka bagi sekitar 20.000 orang, termasuk bayi, anak-anak dan orang lanjut usia. Tidak ada cara untuk keluar atau masuk area itu, menyebabkan banyak orang meninggal, ungkap Brice de le Vingne, direktur operasi Doctors Without Borders dalam sebuah pernyataan. Para petugas medis melaporkan bahwa orang-orang yang mencoba meninggalkan wilayah tersebut harus berhadapan dengan peluru dan ranjau darat, ungkap Vingne. Organisasi itu mengatakan bahwa berkurangnya pasokan makanan telah memaksa petugas medis untuk menggunakan sirup kesehatan untuk memberi makan anak-anak, sehingga menyebabkan persediaan medis semakin menipis. Perwakilan dari Doctors Without Borders mengatakan bahwa pasien yang sakit perlu dievakuasi untuk mendapatkan perawatan.
(ameera/arrahmah.com) |
Iran telah mengeksekusi lebih dari 1.000 orang sepanjang tahun 2015 Posted: 08 Jan 2016 12:10 AM PST LONDON (Arrahmah.com) - Iran mungkin telah mengeksekusi lebih dari 1.000 orang pada tahun 2015, menurut laporan pengawas hak asasi manusia yang berbasis di London, Amnesti Internasional seperti dilansir Arab News pada Jum'at (8/1/2016). |
Serangan udara pengecut oleh rezim Nushairiyah merenggut nyawa 21 orang di Ghautah Timur Posted: 07 Jan 2016 11:30 PM PST GHAUTAH (Arrahmah.com) - Jet-jet tempur rezim Nushairiyah pada Kamis (7/1/2016) telah melancarkan serangan udara pengecut di wilayah Ghautah Timur, menewaskan sedikitnya 21 orang termasuk anak-anak dan melukai skeitar 140 lainnya, ujar aktivis lokal kepada Zaman Alwasl. |
Ini sikap Aliansi merah putih peduli Suriah Posted: 07 Jan 2016 10:30 PM PST JAKARTA (Arrahmah.com) - Aliansi Merah Putih Peduli Suriah lewat Koordinatornya Wisnhu Teguh Tri Kuncoro menyatakan sikap terkait aksi teror Rusia ke wilayah Suriah yang telah menewaskan korban sipil lebih dari 20.000 orang itu. Berikut ini pernyataan sikap Aliansi merah putih peduli Suriah, Jumat (8/1/2016)
Aliansi Merah Putih Peduli Suriah terdiri dari Forum Indonesia Peduli Syam, Majelis Az-Zikra, Sinergi Foundation, Sapa Islam, Road 4 Peace, Auction4Humanity, Charity4Syria, Human Right Care for Palestine, Islampos Aid, Mahasiswa Pecinta Islam, Syam Organizer, KAMMI, Sahabat Al Aqsha, Sahabat Suriah, Muhammadiyah Disaster Management Centre (MDMC), World Human Care, Hilal Ahmar Society Indonesia. (azmuttaqin/arrahmah.com) |
Tentara pendudukan "Israel" membunuh tiga warga Palestina dengan peluru tajam di dekat Hebron Posted: 07 Jan 2016 08:35 PM PST HEBRON (Arrahmah.com) - Pada Kamis (7/1/2016) malam di pos pemeriksaan Gush Etzion, tiga warga Palestina (dua bersaudara dengan seorang keponakan mereka), ditembak mati oleh tentara Zionis "Israel" yang berjaga di pos pemeriksaan. |
You are subscribed to email updates from Arrahmah.com. To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |