Arrahmah.Com

Arrahmah.Com

Link to Arrahmah.com

ANNAS minta Presiden tutup Atase Kebudayaan Iran di Jakarta

Posted: 08 Jan 2016 03:15 PM PST

Mudzkarah nasional ANNAS di Bandung, Ahad (29/11/2015)

JAKARTA (Arrahmah.com) - Aliansi Nasional anti Syiah (ANNAS) meminta Presiden Joko Widiodo sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan melakukan pembatasan hubungan dengan negara Iran dan menutup Atase Kebudayaan Kedutaan Besar Iran di Jakarta.

"Karena atase ini telah menyalahgunakan hubungan kebudayaan Indonesia-Iran untuk melakukan program Syiahisasi dan pengguncangan nilai-nilai keagamaan umat Islam yang berfaham Ahlusunnah wal Jamaah," demikan argumen ANNAS.

Hal itu tertulis pada surat ANNAS kepada Presiden Joko Widodo perihal pernyataan sikap mudzakarah nasional ANNAS.

Sebelumnya ANNAS telah menyelenggarakan Mudzakaran Nasional di Masjid Al Fajar Jl. Cijagra Bandung, Ahad (29/11/2015), .

Berikut surat ANNAS kepada Presiden Jokowi yang diterima redaksi Jumat (8/1/2016)

Surat ANNAS kepada Presiden Jokowi

Surat ANNAS kepada Presiden Jokowi

Surat ANNAS kepada Presiden Jokowi

Surat ANNAS kepada Presiden Jokowi

(azmuttaqin/arrahmah.com)

Ribuan orang yang kelaparan di Madaya menunggu bantuan

Posted: 08 Jan 2016 06:17 AM PST

Setidaknya 10 orang telah meninggal karena kelaparan di Madaya dalam enam minggu terakhir, ungkap Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia. (Foto Daily Sabah)

DAMASKUS (Arrahmah.com) - Rezim Suriah pada Kamis (7/1/2016) telah setuju untuk mengizinkan PBB memberikan bantuan kemanusiaan ke tiga kota yang terkepung, termasuk Madaya di dekat Damaskus, ungkap PBB.

"PBB menerima persetujuan itu pada hari ini dari Pemerintah Suriah untuk bisa masuk ke Madaya, Fua dan Kefraya, dan PBB sedang mempersiapkan untuk memberikan bantuan kemanusiaan dalam beberapa hari mendatang," ungkap sebuah pernyataan PBB, lansir Daily Sabah.

Madaya yang terkepung itu berada di dekat perbatasan dengan Lebanon, sekitar 50 kilometer sebelah timur dari Beirut dan 20 kilometer barat laut dari Damaskus. Madaya telah menjadi isu fokus bagi para pemimpin oposisi Suriah yang mengatakan kepada utusan PBB pekan ini bahwa mereka tidak akan ikut serta dalam pembicaraan dengan pemerintah hingga pengepungan itu dicabut.

Setidaknya 10 orang telah meninggal karena kelaparan di Madaya dalam enam minggu terakhir, ungkap Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.

"Kami hidup dari dedaunan, tanaman, tapi sekarang kami sedang berjuang menghadapi badai salju dan tidak ada lagi tanaman atau dedaunan," kata Majed Ali, (28), seorang aktivis oposisi yang berbicara kepada Reuters melalui telepon dari Madaya.

Badan-badan bantuan berharap bisa memasuki Madaya dengan mudah, menyusul kesepakatan gencatan senjata di bawah pengawasan PBB.

"WFP sangat prihatin terhadap situasi kemanusiaan yang dilaporkan di Madaya, yang telah dikepung selama berbulan-bulan, yang sekarang mengancam kehidupan hampir 40.000 orang," kata juru bicara WFP Bettina Luescher dalam menanggapi pertanyaan dari Reuters.

"Madaya terakhir dicapai pada 17 Oktober dengan 3.900 jatah makanan yang cukup untuk memberi makan lebih dari 19.000 orang selama satu bulan," katanya.

"Sejak itu, tidak ada lagi bantuan makanan atau bantuan kemanusiaan yang sampai ke daerah itu."

(ameera/arrahmah.com)

Turki bantah tuduhan keterkaitan Erdogan dengan eksekusi di Saudi

Posted: 08 Jan 2016 05:45 AM PST

Duta Besar Iran dipanggil atas pemberitaan media Iran yang mengaitkan kunjungan Erdogan ke Arab Saudi dengan eksekusi di sana, Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan. (Foto: World Bulletin).

ANKARA (Arrahmah.com) - Turki memanggil duta besar Iran pada Kamis (7/1/2016) untuk menuntut penghentian laporan media Iran yang menghubungkan eksekusi seorang tokoh terkemuka Syiah oleh Arab Saudi dengan kunjungan Presiden Tayyip Erdogan pekan lalu ke Riyadh.

Sebagaimana dilansir oleh Daily Sabah, sumber-sumber resmi mengatakan bahwa kementerian luar negeri Turki memanggil duta besar Iran untuk mengungkapkan keprihatinan Turki yang mendalam terkait klaim tak berdasar dan berita spekulatif dari media Iran terhadap Presiden Erdogan.

"Kami sangat mengecam tuduhan yang mengaitkan kunjungan presiden kita baru baru ini ke Arab Saudi dengan eksekusi di negara itu dalam berita yang diterbitkan di media yang terkait dengan badan-badan resmi Iran," kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan, lansir Daily Sabah.

Para pejabat kementerian luar negeri Turki juga menekankan kepada duta besar Iran bahwa keamanan misi diplomatik berada di bawah tanggung jawab negara tuan rumah, dan karena itu serangan terhadap kedutaan Arab Saudi di Teheran dan Konsulat Arab Saudi di Masyhad merupakan tindakan yang tidak dapat diterima.

Pekan lalu, Erdogan melakukan kunjungan resmi selama dua hari ke Arab Saudi, di mana ia bertemu dengan Raja Salman bin Abdul Aziz untuk melakukan pembicaraan yang terfokus pada krisis Suriah dan kerja sama antara kedua negara.

Gejolak semakin meningkat selama berhari-hari antara Iran dan Arab Saudi sejak Arab Saudi mengeksekusi tokoh terkemuka Syiah, Nimr al-Nimr, atas tuduhan terorisme.

(ameera/arrahmah.com)

Turki membangun kamp militer di Somalia

Posted: 08 Jan 2016 05:02 AM PST

Kementerian luar negeri Turki melaporkan bahwa pembangunan pusat pelatihan itu merupakan bagian dari perjanjian kerangka kerja antara kedua negara dalam hal kerjasama militer

ANKARA (Arrahmah.com) - Turki mulai membangun basis pelatihan militer di Somalia sebagai bagian dari janjinya untuk membangun tentara nasional untuk pemerintah Somalia, ungkap seorang diplomat senior Turki.

Sebagaimana dilansir oleh World Bulletin, Kamis (7/1/2016), kementerian luar negeri Turki melaporkan bahwa pembangunan pusat pelatihan merupakan bagian dari perjanjian kerangka kerja antara kedua negara itu terkait kerja sama militer.

Para prajurit Somalia diharapkan akan dilatih di sana oleh personel militer Turki.

"Fasilitas pelatihan militer ini juga akan menjadi sebuah basis penting untuk [memberikan] pelatihan militer kepada seluruh [benua] Afrika," ungkap Emel Tekin, pejabat kementerian luar negeri Turki.

Militer Turki juga membangun sebuah sekolah militer di Somalia untuk mendidik dan melatih korps perwira dan bintara.

Tekin mengatakan bahwa ketika ia mengunjungi Somalia, ia melihat tentara Somalia yang mengenakan seragam dan sepatu yang berbeda yang disediakan oleh berbagai negara donor dari Teluk dan Uni Eropa.

"Somalia berusaha untuk mengatasi hal ini dengan membentuk struktur militer yang lengkap dan di bawah rantai tunggal komando. Turki sedang mencoba untuk mendukung ini juga," tambahnya.

Turki telah memberikan bantuan sebesar $ 400 juta kepada Somalia dalam beberapa tahun terakhir, menurut Kementerian Luar Negeri Turki.

(ameera/arrahmah.com)

Somalia juga ikut putuskan hubungan dengan Iran

Posted: 08 Jan 2016 01:30 AM PST

Somalia telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Teheran dalam menanggapi campur tangan Iran yang terus menerus dalam urusan internal Somalia. (Foto: World Bulletin).

MOGADISHU (Arrahmah.com) - Somalia mengatakan bahwa pihaknya telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran di tengah krisis yang sedang berlangsung antara Iran dengan Arab Saudi.

Sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Somalia mengumumkan keputusan untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran dan memberi kesempatan kepada diplomat Iran untuk meninggalkan Somalia dalam waktu 72 jam, lansir World Bulletin, Kamis (7/1/2016).

"Langkah ini telah diambil setelah melakukan pertimbangan dengan matang dan dalam menanggapi campur tangan Iran yang terus menerus dalam urusan internal Somalia," kata pernyataan itu, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Keputusan ini terjadi beberapa hari setelah Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran dalam menanggapi serangan pembakaran di kedutaan Saudi di Teheran oleh para demonstran yang marah atas eksekusi seorang tokoh terkemuka Syiah.

(ameera/arrahmah.com)

Doctors Without Borders: Madaya bagai penjara terbuka bagi 20.000 warga Suriah

Posted: 08 Jan 2016 01:00 AM PST

Gambar seorang pria makan sampah di Madaya (Foto: Mirror)

DAMASKUS (Arrahmah.com) - Video yang menunjukkan warga Suriah yang kurus mengenaskan di kota Madaya yang terkepung menjadi sorotan pekan ini, mengingatkan kepada dunia luar akan kondisi negara yang dilanda perang itu, dimana bom dan bentrokan bukan satu-satunya cara orang mati dalam konflik.

Desa yang dikuasai kelompok oposisi itu telah dikepung oleh pemerintah Suriah selama berbulan-bulan, yang berarti bantuan pangan dan konvoi kemanusiaan lainnya tidak diizinkan masuk ke wilayah itu sejak Oktober.

Sebagaimana dilansir oleh Al Bawaba, Kamis (7/1/2016), sebuah rekaman video menunjukkan bayi yang baru lahir dengan wajah pucat, dimana sang narator dalam rekaman itu mengatakan bahwa orang-orang sudah tidak tahan lagi dengan air dan garam serta mayat orang-orang yang meninggal karena kelaparan.

Pada hari Kamis, pemerintah Suriah setuju untuk mengizinkan konvoi bantuan dari kelompok-kelompok kemanusiaan memasuki wilayah itu. Mereka mengatakan bahwa mereka akan mulai mengirim barang dalam beberapa hari mendatang.

Tapi bantuan medis kelompok Doctors Without Borders mendorong langkah lebih lanjut, yang menyerukan agar penduduk desa yang sakit dievakuasi dan diberi perawatan medis luar Madaya.

Organisasi itu mengatakan bahwa sekitar 20.000 warga telah terkepung di desa itu sejak Juli tahun lalu. Situasi mencapai titik didih ketika makanan dan persediaan yang dikirim oleh konvoi bantuan pada pertengahan Oktober sudah habis pada Januari.

Madaya sekarang tak ubahnya bagai penjara terbuka bagi sekitar 20.000 orang, termasuk bayi, anak-anak dan orang lanjut usia. Tidak ada cara untuk keluar atau masuk area itu, menyebabkan banyak orang meninggal, ungkap Brice de le Vingne, direktur operasi Doctors Without Borders dalam sebuah pernyataan.

Para petugas medis melaporkan bahwa orang-orang yang mencoba meninggalkan wilayah tersebut harus berhadapan dengan peluru dan ranjau darat, ungkap Vingne.

Organisasi itu mengatakan bahwa berkurangnya pasokan makanan telah memaksa petugas medis untuk menggunakan sirup kesehatan untuk memberi makan anak-anak, sehingga menyebabkan persediaan medis semakin menipis. Perwakilan dari Doctors Without Borders mengatakan bahwa pasien yang sakit perlu dievakuasi untuk mendapatkan perawatan.

 

(ameera/arrahmah.com)

Iran telah mengeksekusi lebih dari 1.000 orang sepanjang tahun 2015

Posted: 08 Jan 2016 12:10 AM PST

Rayhana Jabbari saat hadir di pengadilan di Teheran selama sidang perdananya di tahun 2008. Ia dieksekusi pada Oktober 2014 meskipun kampanye internasional mendesak penangguhan hukuman untuk dirinya. (Foto: AFP)

LONDON (Arrahmah.com) - Iran mungkin telah mengeksekusi lebih dari 1.000 orang pada tahun 2015, menurut laporan pengawas hak asasi manusia yang berbasis di London, Amnesti Internasional seperti dilansir Arab News pada Jum'at (8/1/2016).

"Iran mengeksekusi sekitar 700 orang dalam enam bulan pertama di tahun 2015, rata-rata tiga orang setiap hari dan jumlah eksekusi hingga akhir tahun mungkin melebihi 1.000 orang," ujar laporan tersebut.

Mereka dieksekusi karena perdagangan obat-obat terlarang, namun ada juga yang berlatar agama dan korupsi.

Said Boumedouha, wakil direktur Amnesti Internasional untuk Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) mengatakan: "Jumlah korban eksekusi Iran sangat mengejutkan untuk semester pertama di tahun 2015."

"Jika pemerintah Iran mempertahankan tingkat eksekusi mengerikan seperti yang kita saksikan, jumlah korban eksekusi hingga akhir tahun bisa melebihi 1.000 orang," lanjut Boumedouha.

"Ini menimbulkan kekhawatiran di negara seperti Iran di mana pengadilan terang-terangan tidak adil."

Di antara mereka yang dikirim ke tiang gantungan termasuk ulama dan aktivis Muslim (Ahlu Sunnah) yang menjadi minoritas di Iran, termasuk Shahram Ahmadi. Adiknya, Bahram Ahmadi dieksekusi tahun 2012 bersama lima ulama Muslim lainnya.

Selain itu Teheran juga mengeksekusi Rayhana Jabbari di bulan Oktober 2014 meskipun kampanye internasional mendesak penangguhan hukuman yang digambarkan sebagai parodi oleh Amnesti Internasional.

Jabbari (26) digantung karena mencoba membunuh seorang mantan pejabat intelijen yang menurut pernyataannya mencoba melakukan kekerasan seksual kepadanya. (haninmazaya/arrahmah.com)

Serangan udara pengecut oleh rezim Nushairiyah merenggut nyawa 21 orang di Ghautah Timur

Posted: 07 Jan 2016 11:30 PM PST

Serangan udara di Ghautah Timur membunuh puluhan warga sipil Suriah dalam satu hari

GHAUTAH (Arrahmah.com) - Jet-jet tempur rezim Nushairiyah pada Kamis (7/1/2016) telah melancarkan serangan udara pengecut di wilayah Ghautah Timur, menewaskan sedikitnya 21 orang termasuk anak-anak dan melukai skeitar 140 lainnya, ujar aktivis lokal kepada Zaman Alwasl.

Aktivis lokal mengatakan 12 orang telah gugur di kota Erbin yang dihantam serangan sementara enam orang lebih gugur di dekat Zamalka dan dalam waktu kurang dari 24 jam sejak 10 orang gugur di Zamalka.

Tiga orang gugur di kota Douma, tambah laporan aktivis.

Oada Rabu (6/1), rezim Nushairiyah yang haus akan darah kaum Muslim, juga melancarkan serangan serupa yang membunuh sedikitnya 24 warga sipil dan melukai puluhan lainnya, ujar laporan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR).

Ghautah Timur yang sebagian besar wilayahnya dikendalikan oleh Jaisyul Islam, menjadi sasaran serangan udara oleh pasukan rezim hampir setiap harinya. (haninmazaya/arrahmah.com)

Ini sikap Aliansi merah putih peduli Suriah

Posted: 07 Jan 2016 10:30 PM PST

Aksi mengecam  terorisme Rusia ke wilayah Suriah, Ansharusyariah Jakarta Demo Kedubes Rusia, foto Jurnalislam

JAKARTA (Arrahmah.com) - Aliansi Merah Putih Peduli Suriah lewat Koordinatornya Wisnhu Teguh Tri Kuncoro menyatakan sikap terkait aksi teror Rusia ke wilayah Suriah yang telah menewaskan korban sipil lebih dari 20.000 orang itu.

Berikut ini pernyataan sikap Aliansi merah putih peduli Suriah, Jumat (8/1/2016)

  1. Mengutuk intervensi militer Rusia ke Suriah yang telah memperburuk kondisi kemanusiaan di Suriah
  2. Menolak klaim Rusia yang masuk ke Suriah untuk memerangi kelompok tertentu, padahal faktanya korban terbesar dari serangan Rusia justru adalah rakyat sipil.
  3. Menuntut Rusia untuk menghormati hak-hak sipil rakyat Suriah yang dilindungi Hukum Internasional.
  4. Mendesak agar Rusia menghentikan invasi militernya di Suriah karena terbukti telah menghancurkan kondisi kemanusiaan di Suriah, dan membunuh ribuan warga sipil.
  5. Mendesak Mahkamah Pidana Internasional untuk menyeret Vladimir Putin ke pengadilan internasional sebagai penjahat perang dan kemanusiaan.

Aliansi Merah Putih Peduli Suriah terdiri dari Forum Indonesia Peduli Syam, Majelis Az-Zikra, Sinergi Foundation, Sapa Islam, Road 4 Peace, Auction4Humanity, Charity4Syria, Human Right Care for Palestine, Islampos Aid, Mahasiswa Pecinta Islam, Syam Organizer, KAMMI, Sahabat Al Aqsha, Sahabat Suriah, Muhammadiyah Disaster Management Centre (MDMC), World Human Care, Hilal Ahmar Society Indonesia. (azmuttaqin/arrahmah.com)

Tentara pendudukan "Israel" membunuh tiga warga Palestina dengan peluru tajam di dekat Hebron

Posted: 07 Jan 2016 08:35 PM PST

Tentara berkumpul di samping jenazah salah seorang korban

HEBRON (Arrahmah.com) - Pada Kamis (7/1/2016) malam di pos pemeriksaan Gush Etzion, tiga warga Palestina (dua bersaudara dengan seorang keponakan mereka), ditembak mati oleh tentara Zionis "Israel" yang berjaga di pos pemeriksaan.

Militer Zionis mengklaim bahwa ketiganya "bersenjata pisau" dan "mengancam" meskipun fakta memperlihatkan tidak ada satu pun tentara "Israel" yang terluka, lansir IMEMC.

Militer "Israel" telah membunuh puluhan warga Palestina dalam beberapa bulan terakhir termasuk anak-anak dengan klaim bahwa mereka telah "mengancam nyawa" tentara "Israel". Tak jarang, tentara "Israel" tertangkap kamera pada beberapa kasus sengaja meletakkan pisau di sebelah mayat warga sipil Palestina tak bersenjata yang gugur oleh tembakan "Israel".

Ketiga korban meninggal dunia setelah ditembak beberapa kali oleh tentara "Israel" ketika mereka berada di dekat pos pemeriksaan. Mereka belum diidentifikasi, namun tentara Zionis menyatakan ketiganya berasal dari desa Seir yang berlokasi di dekat pos pemeriksaan.

Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan bahwa ambulans dan tenaga medis mereka dicegah untuk mengevakuasi korban oleh pasukan Zionis yang memblokade jalan menuju lokasi kejadian. (haninmazaya/arrahmah.com)