Arrahmah.Com

Arrahmah.Com

Link to Arrahmah.com

YLKI: Setelah tarif adjusment PLN akan dijual pada asing

Posted: 08 Dec 2015 06:03 PM PST

Petugas PLN tengah memperbaiki jaringan listrik di gardu induk gandul Jakarta

JAKARTA (Arrahmah.com) - Ketua Pengurus HarianYayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mewaspadai diberlakukannya tarif adjusment hanya sebagai batu loncatan untuk melakukan privatisasi PLN secara keseluruhan.

"PLN akan dijual pada pihak asing, setelah semua tarif diterapkan adjusment," katanya Selasa (8/12/2015), lansir Poskota. .

Selama ini, ia mengaku menolak pemberlakuan tarif adjustment. Sebab dari sisi pelayanan, khususnya dari aspek willingness to pay, kenaikan tarif listrik sangat ironis.

Lebih jauh dia meragukan klaim PLN rugi Rp300 miliar/bulan, jika tarif listrik 1.300 VA tidak dinaikan.

"Kami masih meragukan, karena belum audited BPK," kata Tulus.

Begitu pula inflasi yang dijadikan dasar penghitungan kenaikan tarif listrik, menurutnya, juga tidak tepat. Karena tarif listrik justru memicu inflasi. "Jadinya seperti lingkaran setan, yang tak akan pernah tuntas," ujarnya.

Dia mengungkap tarif otomatis merupakan tarif yang sangat liberalistik, karena menjadikan pasar sebagai argumen utama. Ini bisa dikategorikan inkonstitusional, karena melanggar Pasal 33 UUD '45. "Peran negara menjadi hilang," tegasnya.

 

Tulus menambahkan, pelayanan PLN di banyak daerah sedang melorot, karena krisis daya. Byar pet. "Tuntutan masyarakat adalah stabilisasi aliran listrik, malah dijawab dengan kenaikan tarif," ucapnya.

Sebenarnya ada langkah ideal yang tidak memberatkan pelanggan. Antara lain menerapkan tarif progresif untuk semua golongan. Termasuk pada rumah tangga miskin. Contoh Pemerintah Afsel, yang menggratiskan warga miskin dengan 30 KWH pertama.

Pemerintah harus mereview pelanggan 1300 VA. "Bagi yang mampu, silakan tetap menjadi pelanggan 1300 VA. Bagi yang terbukti tidak mampu, turunkan menjadi pelanggan 900 VA," jelasnya. (azm/arrahmah.com)

Rawan konflik, fungsi intelijen Pilkada serentak diharap berjalan optimal

Posted: 08 Dec 2015 05:06 PM PST

Foto ilustrasi, Konflik Pilkada

JAKARTA (Arrahmah.com) - Potensi konflik horizontal dalam Pilkada serentak cukup tinggi. Selain persiapan pen​​gamanan, strategi pencegahan konflik dengan mengoptimalkan fungsi intelijen diharapkan juga berjalan dengan baik.

Anggota tim pengawas intelijen di Komisi I DPR Ahmad Zainuddin berharap, operasi intelijen sebagai unsur pendukung pengamanan juga bekerja secara optimal.

"Kita tentu sangat berharap tidak terjadi konflik horizontal sama sekali dalam Pilkada serentak nanti. Karena itu fungsi intelijen di sini punya peran penting untuk bekerja maksimal dan optimal," ujar Zainuddin di gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (7/12/2015).

Dia mengatakan, agar fungsi intelijen baik di BIN, Polri ataupun TNI dapat bekerja bersama secara terintegrasi. Indikatornya, lanjut dia, seluruh pelaksanaan pilkada berjalan aman tanpa konflik. Atau pun jika terjadi konflik, dalam skala persentase sangat minim berbanding total keseluruhan Pilkada.

Menurut Zainuddin tingkat pengamanan tinggi dan terintegrasi dengan dukungan fungsi intelijen yang optimal harus dilakukan.

"Partisipasi aktif dan konstruktif masyarakat juga sangat diperlukan. Seluruh unsur masyarakat kita harapkan berkontribusi positif agar Pilkada serentak berjalan aman dan menghasilkan pemimpin daerah berkualitas sesuai harapan kita semua," cetusnya.

Hari ini Rabu 9 Desember 2015 sebanyak 269 daerah akan menggelar Pilkada serentak tahap pertama. Jumlah itu terdiri dari 9 provinsi, 36 kota, dan 224 kabupaten.Tercatat warga yang akan memilih dalam Pilkada serentak nanti berjumlah 100.461.890 pemilih, terdiri dari 50.297.483 laki-laki dan 50.164.427 perempuan. (azmuttaqin/*/arrahmah.com)

Kameramen Al Jazeera meninggal dunia saat meliput perang Suriah di provinsi Homs

Posted: 08 Dec 2015 03:43 PM PST

Kameramen Al Jazeera, Zakaria Ibrahim yang meninggal dunia saat meliput pemboman di provinsi Homs

HOMS (Arrahmah.com) - Kameramen Al Jazeera, Zakaria Ibrahim telah meninggal dunia setelah enam hari mengalami luka parah saat meliput pemboman oleh tentara rezim Suriah di provinsi Homs.

Ibrahim yang meninggal akibat luka-lukanya pada Senin (7/12/2015), berada di desa Teldo untuk melaporkan apa yang diharapkan menjadi gencatan senjata di sana antara pejuang Suriah dengan pasukan rezim Nushairiyah pimpinan Bashar Asad.

"Kru Al Jazeera sedang bersiap-siap untuk melaporkan gencatan senjata yang telah disepakati sebelum pasukan rezim menargetkan Teldo," ujar Jalal Abu Sulaiman, reporter Al Jazeera di kota itu, seperti dilansir Al Jazeera.

Ibrahim terkena pecahan peluru saat merekam pemboman itu, lanjut Abu Sulaiman. Pecahan peluru telah diangkat dari tubuhnya pada hari yang sama oleh staf medis, namun kondisinya tetap kritis.

Dia bekerja sebagai kameramen Al Jazeera selama lebih dari satu tahun dan telah merekam banyak bentrokan dan perjanjian damai di Homs.

Pada Desember 2014, kru Al Jazeera lainnya, Mahran Al-Dairi juga meninggal dunia saat melaporkan bentrokan antara pasukan rezim dan pejuang Suriah di Deraa.

Muhammad Jalil Al-Qasem meninggal pada September 2014 di pinggiran kota Idlib.

Pada 4 Desember 2013, kameramen Yasser Al-Jumaili ditembak beberapa kali saat ia mencoba untuk meninggalkan Suriah setelah menyelesaikan tugasnya.

Pada Januari 2013, Muhammad Al-Hourani, koresponden Al Jazeera di Deraa dibunuh oleh seorang penembak jitu di pinggiran Busra Al-Harir.

Suriah adalah negara paling berbahaya di dunia bagi wartawan, menurut Komite untuk Perlindungan Jurnalis. Sejak awal revolusi, puluhan wartawan telah tewas dan beberapa lainnya diculik. (haninmazaya/arrahmah.com)


Belasan pria Muslim harus menghadapi penyiksaan di dalam penjara Myanmar tanpa dakwaan yang jelas

Posted: 08 Dec 2015 03:16 PM PST

Penjaga penjara Myanmar. (Foto: Anadolu)

MANDALAY (Arrahmah.com) - Belasan pria Muslim Myanmar telah dihukum dengan dalih hubungan mereka dengan kelompok bersenjata yang tidak diketahui dan dijatuhi hukuman lima tahun penjara, setelah persidangan yang kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa mereka telah mengalami penyiksaan.

Fortify Rights, sebuah kelompok pengawas, mengatakan kepada Al Jazeera pada Selasa (8/12/2015) bahwa 12 orang dari wilayah Mandalay tidak mendapatkan pengadilan yang adil dan bahwa unsur-unsur prasangka anti-Muslim memainkan peran dalam kasus mereka.

Para korban termasuk seorang buruh berusia 19 tahun, seorang pekerja restoran berusia 34 tahun dan seorang pedagang berusia 58 tahun,

semua dinyatakan bersalah pada Senin (7/12) di bawah hukum keamanan nasional dan dituduh terlibat dalam pelatihan yang diklaim oleh otoritas Myanmar sebagai Tentara Muslim Myanmar.

"Saya pikir itu adalah ketidakadilan besar," ujar Matthew Bugher, seorang pengacara Harvard dan perwakilan Fortify Rights di Myanmar, terkait putusan yang dikeluarkan oleh hakim di pengadilan di kota Aung Myay Thar San.

"Pemerintah tidak memberikan bukti apapun untuk mendukung tuduhan mereka terhadap orang-orang ini," lanjutnya.

Dia menambahkan penyiksaan secara terbuka juga dilakukan oleh otoritas Myanmar.

Bugher merujuk ke salah satu kesaksian pengadilan yang ia saksikan, dimana terdakwa mengatakan kepada hakim bahwa ia dipaksa untuk menandatangani dokumen pengakuan setelah menjalani penyiksaan dalam tahanan.

Bugher juga mempertanyakan keberadaan Tentara Muslim Myanmar, mengatakan bahwa "catatan pengadilan sangat sedikit dan kita tidak bisa membuat analisis mengenai kelompok tersebut".

"Ini adalah pertama kalinya bahwa setiap dari kita mendengar tentang kelompok ini. Kami bisa melakukan pekerjaan yang lebih baik untuk menilai klaim pemerintah jika mereka benar-benar memberikan beberapa bukti untuk kami analisis. Tapi mereka tidak memilikinya."

Selama persidangan, saksi mengaku berada di bawah Undang-undang rahasia negara yang ia jadikan alasan untuk tidak memberikan lebih banyak bukti di depan umum, dengan alasan bukti itu datang dari pejabat tingkat tinggi di pemerintahan, ujar Bugher kepada Al Jazeera.

Secara terpisah, Phil Robertson, wakil direktur Human Rights Watch Asia mengatakan kepada Al Jazeera bahwa identitas Tentara Muslim Myanmar tetap menjadi misteri bahkan setelah persidangan.

"Yang jelas adalah pemerintah gagal untuk memberikan bukti yang cukup bahwa 12 pria ada hubungannya dengan kelompok itu, sehingga mereka harus segera dibebaskan," katanya.

Sebuah pengadilan di mana saksi jaksa penuntut menggunakan hukum pemerintah untuk menghasilkan bukti di pengadilan hampir tidak bisa disebut pengadilan yang adil.

U Ottama Sara, seorang biksu di biara Phaung Daw Oo di Mandalay selama ini aktif mempromosikan acara antar-agama dengan Muslim atau agama lainnya di Myanmar.

Dia mengatakan kepada Al Jazeera bahwa prasangka terhadap Muslim telah menjadi masalah dalam waktu yang lama.

U Ottama Sara menyalahkan pendidikan yang buruk, kurangnya pengetahuan dan lemahnya keterlibatan sipil untuk persepsi yang salah dari mayoritas Budha terhadap minoritas Muslim.

Dia ingat bahwa saat masih kecil, ia dibuat percaya bahwa ummat Islam adalah musuh ummat Budha. Dia mengatakan bahwa dia mulai mempertanyakan keyakinan tersebut saat ia beranjak besar.

"Saya bertanya pada diri sendiri apakah itu benar, bahwa mereka adalah orang jahat," ungkap U Ottama Sara.

"Jadi saya menjadi penasaran dan mulai berteman dengan mereka. Sekarang saya tahu bahwa apa yang diberitahu kepada saya adalah tidak benar." (haninmazaya/arrahmah.com)

Irak peringatkan Turki untuk menarik pasukan, Ankara: tidak mungkin

Posted: 08 Dec 2015 05:00 AM PST

Seorang pasukan Turki sedang berpatroli di dekat perbatasan dengan Irak, di provisi Sirnak, yang merupakan wilayah Kurdi. (Foto AFP).

BAGHDAD (Arrahmah.com) - Baghdad memperingatkan Ankara pada Senin (7/12/2015), bahwa waktunya sudah hampir habis untuk menarik pasukan-pasukannya yang dikirim ke Irak utara tanpa izin, tapi Turki mengatakan bahwa hal itu tidak mungkin untuk dilakukan.

Perdana Menteri Irak, Haider al-Abadi, mengatakan bahwa "hanya ada sisa waktu 24 jam," dari 48 jam waktu yang diberikan oleh Irak kepada Turki untuk menarik tank-tank dan tentaranya yang dikirim ke pangkalan dekat Mosul, sebagaimana dilansir oleh Yahoo News.

Abadi mengunjungi markas angkatan udara Irak, dan mengatakan: "Marilah kita mempersiapkan diri dan siap membela Irak dan kedaulatannya."

"Angkatan udara [Irak] memiliki kemampuan untuk melindungi Irak dan perbatasannya dari ancaman yang dihadapinya," tambahnya.

Seorang pejabat senior Turki mengatakan pada Senin (7/12/2015), bahwa Ankara tidak mungkin menarik pasukannya, yang berjumlah antara 150 dan 300 tentara yang didukung oleh 20 tank, yang dikerahkan di daerah Bashiqa, dekat Mosul, Irak, dekat wilayah yang dikuasai ISIS.

"Kami berharap mereka tetap tinggal," kata pejabat itu, meskipun "itu akan tergantung pada diskusi."

Menteri Luar Negeri Irak Ibrahim al-Jaafari mengklarifikasi bahwa permintaan penarikan pasukan itu hanya untuk pasukan yang baru-baru ini dikerahkan ke Irak, bukan para pelatih Turki, yang telah bekerja dengan pasukan Irak di wilayah utara selama beberapa waktu.

"Permintaan Irak (untuk menarik pasukan) hanya terkait dengan pelanggaran atas kehadiran angkatan bersenjata Turki yang tanpa koordinasi dengan Irak," Jaafari mengatakan dalam konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Jerman, Frank-Walter Steinmeier.

"Para penasehat adalah masalah lain; ada penasihat dari sejumlah negara dan kami menerima para penasihat, tetapi tidak menerima pasukan darat memasuki wilayah Irak," kata Jaafari.

Perdana Menteri Turki Ahmat Davutoglu telah berusaha untuk mengurangi pengerahan tentara baru-baru ini sebagai "kegiatan rotasi rutin" terkait dengan upaya pelatihan, dan sebagai "penguatan terhadap risiko keamanan".

"Mengambil sikap tegas terhadap Turki adalah apa yang harus Abadi lakukan untuk mencegah dia didepak dari jabatannya dan (agar) tetap hidup," kata Kirk Sowell, seorang analis risiko politik yang berbasis di Yordania.

"Dia sangat lemah, sehingga dia berada di bawah tekanan dari berbagai bidang, ia tidak punya pilihan," kata Sowell.

(ameera/arrahmah.com)

Militer AS sebut serangan udara yang menewaskan 4 tentara Asad dilakukan oleh Rusia

Posted: 08 Dec 2015 04:00 AM PST

A video grab made on November 23, 2015, shows an image taken from a footage made available on the Russian Defence Ministry's official website on November 23, 2015, purporting to show an explosion after airstrikes carried out by Russian air force on what Russia says was an oil-processing facility controlled by IS fighters in the Syrian province of Deir Ezzor. AFP PHOTO / RUSSIAN DEFENCE MINISTRY  *RESTRICTED TO EDITORIAL USE - MANDATORY CREDIT " AFP PHOTO / RUSSIAN DEFENCE MINISTRY" - NO MARKETING NO ADVERTISING CAMPAIGNS - DISTRIBUTED AS A SERVICE TO CLIENTS* / AFP / RUSSIAN DEFENCE MINISTRY / -

WASHINGTON (Arrahmah.com) - Seorang pejabat senior militer AS mengklaim pada Senin (7/12/2015) bahwa serangan udara yang membunuh 4 tentara Bashar Asad di kamp militer Suriah akhir pekan ini adalah serangan udara Rusia - bukan serangan koalisi pimpinan AS, Associated Press melaporkan.

Empat tentara Nushairiyah itu tewas sementara 13 lainnya luka-luka ketika sebuah bom menghantam sebuah kamp militer di provinsi timur Suriah, Deir Ezzour, Ahad (6/12), ungkap Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia atau Syrian Observatory for Human Rights (SOHR).

SOHR mengungkapkan bahwa serangan udara yang dilakukan pasukan koalisi pimpinan AS ini merupakan serangan pasukan koalisi internasional pertama yang menewaskan tentara rezim Asad.

Namun koalisi pimpinan AS membantah terlibat dalam serangan itu. Beberapa jam kemudian, seorang yang tidak disebutkan namanya dari militer AS - yang dilaporkan berbicara dengan syarat anonim karena ia tidak berwenang untuk membahas masalah ini secara terbuka - mengatakan bahwa negara ini "yakin" bahwa Rusia melakukan serangan udara itu, AP melaporkan.

Juru bicara Pentagon Kapten Jeff Davis kemudian mengatakan bahwa saat Rusia telah terbang jarak jauh dalam misi pengeboman ke Suriah pada hari Minggu, AS "belum mampu untuk mengkorelasikan satu dengan yang lainnya," lapor BBC.

Kementerian luar negeri Suriah menggambarkan serangan itu sebagai "agresi keji", mengatakan bahwa serangan itu "terang-terangan melanggar tujuan Piagam PBB".

Baik SOHR maupun pemerintah Suriah belum menyatakan anggota koalisi mana, yang sekarang termasuk Inggris dan Perancis, yang melakukan serangan itu.

Koalisi pimpinan AS menargetkan Suriah dengan dalih melawan kelompok "Daulah Islamiyah", atau Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS, sejak September tahun lalu, memperluas serangan mereka yang dimulai dengan serangan di Irak.

Operasi koalisi itu telah diperluas lebih lanjut dalam beberapa hari terakhir, sebagai tanggapan terhadap serangan mematikan di Paris yang diklaim oleh IS.

Pada Ahad (6/12), jet-jet tempur pasukan koalisi menargetkan provinsi Raqqah, menewaskan sedikitnya 49 orang, menurut SOHR. Namun dilaporkan bahwa warga sipil, termasuk delapan anak dan lima perempuan, yang terbunuh dalam serangan itu.

SOHR yang bergantung pada jaringan aktivis, staf medis dan pejuang perlawanan di lapangan mengidentifikasi jet-jet penyerang berdasarkan model, pola penerbangan dan jenis mesiu yang digunakan.

Konflik Suriah telah menewaskan lebih dari 250.000 orang sejak Maret 2011, dan memaksa empat juta lainnya mengungsi dari negara itu.

(banan/arrahmah.com)

Dituduh menikam penjaga perbatasan, pemuda Palestina ditembak pasukan "Israel"

Posted: 08 Dec 2015 03:30 AM PST

ar-pales

PALESTINA (Arrahmah.com) - Seorang warga Palestina ditembak mati oleh pasukan penjajah "Israel" hingga mengalami luka serius setelah dituduh menikam seorang penjaga perbatasan "Israel" di Hebron, Senin (7/12/2015), lansir MEE.

Juru Bicara Polisi "Israel" Micky Rosenfeld mengatakan terduga penyerang, yang diidentifikasi media lokal Ihab Fathi Miswadi (21), ditembak setelah ia menikam penjaga yang ditempatkan di dekat Masjid Ibrahimi, yang juga dikenal sebagai Makam Leluhur, pusat ketegangan di kota Kota Tua.

Penjaga, yang berumur empat puluhan, dievakuasi ke rumah sakit Shaare Zedek di Yerusalem untuk mendapatkan perawatan medis karena berada dalam kondisi kritis.

Sumber medis Palestina mengatakan bahwa pasukan "Israel" menembakkan rentetan peluru ke arah Miswadi, menolak untuk memberinya bantuanmedis dan mencegah ambulans Bulan Sabit Merah menghampirinya.

Daerah di sekitar Masjid kemudian ditutup polisi "Israel".

Insiden ini adalah yang terbaru dalam dua bulan kebrutalan pasukan "Israel" yang meningkat tajam. Hebron telah menjadi lokasi di mana ketegangan antara pemukim "Israel" yang tinggal di jantung kota dengan warga Palestina.

Sejak 1 Oktober, serangan brutal pasukan "Israel" telah membunuh 111 warga Palestina.

Insiden penusukkan, penembakan dan penabrakan dengan mobil telah dilakukan oleh warga Palestina yang melancarkan serangan perlawanan terhadap penjajah sebagai "serigala tunggal".

(banan/arrahmah.com)

Rezim Asad bekerja sama dengan ISIS dalam pasokan minyak, gas dan listrik

Posted: 08 Dec 2015 03:00 AM PST

ar-oil-prices-petrol-pump

TURKI (Arrahmah.com) - Rezim Bashar Asad telah bekerja sama dengan kelompok "Daulah Islamiyah", atau Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS, dalam hal pasokan minyak, gas dan listrik, ungkap sumber intelijen Turki kepada Anadolu Agency, pada Ahad (8/12/2015).

Sumber, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan bahwa hubungan antara kedua belah pihak melampaui kerjasama mengenai pertukaran pasokan; mereka bekerja sama dalam perdagangan dengan minyak.

Pekan lalu, intelijen Turki menyadap panggilan telepon setelah serangan udara yang merusak pipa minyak "Daulah", penanaman dan sistem transmisi listrik, dan menyebabkan kekurangan listrik di daerah yang berada di bawah kendali rezim Asad. Sebuah tim insinyur sedang dikirim oleh rezim ke Deir Ezzour dan Mariye, daerah yang diduduki "Daulah", untuk membuat perbaikan.

Sementara itu, dalam sebuah langkah terkait, pemerintah AS mendaftarhitamkan empat orang dengan tuduhan memfasilitasi perdagangan minyak antara "Daulah" dan rezim Asad.

(aliakram/arrahmah.com)

Banjir besar, kebun binatang Miami khawatir binatang buas akan berenang keluar

Posted: 08 Dec 2015 02:30 AM PST

Banjir besar dikhawatirkan binatang buas akan berenang keluar dari Kebun Binatang Miami dan mengancam keselamatan publik. (Foto: Telegraph)

MIAMI (Arrahmah.com) – Banjir yang datang setelah hujan lebat membuat kebun binatang Miami ditutup, karena khawatir harimau dan hewan lain bisa keluar dengan cara berenang, kata pihak berwenang, Senin (7/12/2015).

Seperti dilansir Telegraph (8/11), kebun binatang Miami, salah satu tempat wisata utama di dataran rendah selatan Florida, ditutup sampai ada pemberitahuan selanjutnya.

Setelah hujan lebat selama 24 jam, "tingkat air menjadi sangat tinggi yang hewan-hewan berbahaya—entah itu harimau, beruang, dan semacamnya—bisa berenang di parit dan keluar," kata juru bicara Ron Magil kepada CBS Miami.

"Terdapat masalah keselamatan publik secara luas di sana," katanya.

Binatang lain seperti antelop dan jerapah juga dalam bahaya, kata Magill.

"Parit mereka juga terisi dengan air dan mereka adalah hewan-hewan yang jika mereka jatuh ke dalam parit bisa berpotensi tenggelam, sehingga menjadi ancaman besar bagi binatang," tegasnya.

(fath/arrahmah.com)

Gagal terlepas dari roket, satelit militer Rusia akan jatuh ke bumi

Posted: 08 Dec 2015 02:00 AM PST

Roket Rusia diperkirakan telah gagal melepas satelit. (Foto: Mirror)

RUSIA (Arrahmah.com) – Sebuah satelit militer akan jatuh ke bumi setelah Rusia kehilangan kontak pasca peluncurannya, lansir Mirror (7/12/2015).

Satelit itu bernama Kanopus-ST, diluncurkan ke angkasa pada Sabtu (5/12) yang akan digunakan oleh angkatan bersenjata Rusia untuk menjelajahi bumi demi mencari kapal selam. Selain itu, satelit tersebut juga digunakan untuk memeriksa lautan dan sistem cuaca dari luar angkasa.

Namun, kantor berita Tass mengatakan bahwa satelit itu gagal terlepas dari roket pendorong setelah peluncurannya.

Para ilmuwan memprediksi saat ini satelit itu akan meluncur cepat kembali ke bumi dalam dua atau tiga tahun ke depan.

Diperkirakan satelit tidak terlepas dari roket dengan benar. (Foto: Mirror)

Diperkirakan satelit tidak terlepas dari roket dengan benar. (Foto: Mirror)



Meskipun Rusia belum memberikan komentar tentang satelit itu, penyelidikan telah dilakukan dan laporan awal menunjukkan ada masalah dengan perangkat roket tersebut.

Seorang pejabat badan antariksa mengatakan bahwa pesawat ruang angkasa itu diakui hilang sejak pesawat itu diketahui tidak mungkin digunakan sesuai dengan tujuannya.

Ini adalah peluncuran kedua dari Soyuz-2.1B yang digunakan untuk menempatkan muatan ke orbit Bumi yang rendah.

Peluncuran pertama terjadi pada akhir Desember 2013, kata kementerian itu dalam pernyataannya.

Pada tanggal 11 Desember, astronot Amerika, Rusia, dan Jepang diharapkan kembali ke Bumi dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) naik kapsul Soyuz Rusia.

Kementerian Pertahanan belum bersedia memberikan komentar atas kasus satelit ini (fath/arrahmah.com)