Arrahmah.Com

Arrahmah.Com

Link to Arrahmah.com

Lagi, serangan udara pengecut oleh rezim Asad membunuh belasan warga sipil di Ghautah

Posted: 07 Dec 2015 03:33 PM PST

Warga sipil Suriah gugur dalam serangan udara di Ghautah Timur

GHAUTAH (Arrahmah.com) - Serangan udara pengecut oleh jet tempur milik rezim Nushairiyah kembali menghantam pinggiran Ghautah Timur yang diperangi, membunuh 18 orang pada Ahad (6/12/2015), ujar aktivis dan tim medis.

Misil rezim menyerang Zamalka, pinggiran timur Damaskus dan meninggalkan 15 orang tewas serta puluhan lainnya terluka. Tiga orang lainnya kehilangan nyawa mereka di dekat kota Douma, lansir Zaman Alwasl pada Senin (7/12).

Rezim Nushairiyah yang didukung oleh jet tempur Rusia telah meningkatkan kampanye udara mereka di wilayah yang dikuasai oleh pejuang Suriah di pinggiran Damaskus.

Sebelumnya pada Jum'at (4/12), 53 orang gugur dalam serangan serupa yang menghantam sebuah pasar di Kafr Batna dan kota Jisrin di Ghautah Timur. (haninmazaya/arrahmah.com)

Pengungsi Suriah: "Di Sudan, setidaknya kami diperlakukan sebagai manusia"

Posted: 07 Dec 2015 03:05 PM PST

Warga Sudan membiarkan pengungsi Suriah untuk bekerja. Hawa Kitchen di Khartoum adalah sebuah inisiatif yang memungkinkan perempuan Suriah untuk mendukung diri mereka sendiri. (Foto: AFP)

Ketika Muhammad meninggalkan kota Raqqa, Suriah pada awal tahun 2011, mencari pekerjaan dan menghindari wajib militer di negaranya, Sudan tampak seperti tempat yang bagus untuk pergi.

Warga Suriah diizinkan untuk memasuki negara itu tanpa visa, dan di sana, mereka menikmati hak dan pelayanan yang sama seperti warga Sudan-seperti akses ke pendidikan dan kesehatan. Dan tidak seperti negara Arab lainnya, warga Suriah yang pergi ke Sudan mendapatkan perlakukan khusus ketika mereka mengurus izin tinggal.

Namun Muhammad tidak pernah membayangkan bahwa hanya beberapa bulan setelahnya, setelah revolusi dan kemudian perang pecah di negaranya, keluarganya terpaksa untuk mengikutinya ke Sudan.

Tamu, bukan pengungsi

Setelah revolusi Suriah, hidup menjadi lebih sulit di sana, ujar pria berusia 26 tahun tersebut.

"Keluarga saya harus melarikan diri."

Sekarang keluarganya termasuk di antara 60.000 pengungsi Suriah yang menurut Menteri Luar Negeri Suriah, Ali Al-Sadiq Ghandour, berada di negara tersebut.

Bagi mereka itu adalah pilihan yang jelas, tidak hanya karena Muhammad sudah berada di sana, tetapi karena mereka telah mendengar bahwa Sudan lebih ramah daripada negara lain.

Kerabat yang telah pergi ke Turki berbicara tentang bantuan yang diberikan, tetapi mereka merasa tidak diinginkan. Namun Sudan, menurut Muhammad, ia tidak merasa seperti pengungsi.

Ibukota Sudan, Khartoum, sudah menjadi tuan rumah sebuah komunitas yang didirikan untuk imigran Suriah yang kehadirannya paling sangat dirasakan di restoran populer, kafe, salon kecantikan dan toko pakaian. Itu juga merupakan refleksi dari keramahan yang telah terkenal di Sudan.

Seorang warga Sudan yang memiliki toko di Khartoum, Khalid, adalah salah satu contoh khas. Berdiri di antara rak-rak tokonya yang berisi susu bubuk, cokelat dan biskuit, ia menjelaskan: "Mereka diterima di sini."

"Warga Suriah adalah tamu di negara saya, bukan pengungsi. Suatu hari mudah-mudahan mereka bisa kembali. Tapi mereka bisa tinggal di sini layaknya kami," ujar Khalid kepada Al Jazeera.

Menurut perkiraan terbaru PBB, pada akhir 2015, mungkin terdapat sekitar 460.000 pengungsi dan pencari suaka dari berbagao negara di Sudan.

Tetapi untuk semua kemurahan hati tuan rumah mereka, kehidupan di Sudan masih sulit bagi Muhammad dan keluarganya.

"Sudan memiliki masalah sendiri," ungkap Muhammad.

"Ini adalah negara yang mahal dan sulit untuk bertahan hidup jika kalian tidak membangun ekonomi yang kuat."

"Orang-orang tidak melihat ke bawah terhadap kami dan kami diizinkan untuk membuka usaha sendiri dan melanjutkan hidup, tetapi bagi

mereka sama halnya seperti kami, yang tidak memiliki pendapatan yang kuat, kehidupan di sini terasa seperti tertahan."

Namun, katanya, mereka setidaknya diperlakukan seperti manusia di Sudan, dibandingkan dengan pengungsi Suriah yang pergi ke negara-negara Arab lainnya.

Muhammad kini tinggal bersama saudara kembarnya, Ali, ibu mereka Leyla, adik perempuan mereka Mariam dan saudara laki-laki mereka yang terkecil Hassan, di sebuah apartemen kecil dengan dua kamar tidur di ibukota.

Ayah mereka masih di Raqqa, tidak bisa melarikan diri karena harus melunasi hutang kepada penyelundup yang melarikan Mariam keluar dari Suriah.

"Itu tidak mudah," jelas Muhammad. "Kami berada dalam lingkaran hutang."

Pembayaran tetap seiring dengan tingginya biaya hidup di Sudan membuat kehidupan mereka semakin sulit. Namun mereka bersyukur karena adik mereka bersama dengan mereka.

Mariam bergabung dengan keluarganya di Sudan pada awal tahun ini. Seorang gadis yang pemalu dan lembut, dia mendengarkan saat kakaknya berbicara dan tidak banyak berbicara.

"Putri saya telah menyaksikan banyak hal," ujar ibunya, Leyla.

Mariam sekarang bekerja bersama ibunya di salon wanita, di mana lagu-lagu Mesir sering diputar keras.

Di Suriah, Leyla memiliki salon sendiri. Tidak mudah baginya menyesuaikan diri dengan bekerja untuk orang lain.

"Ibu saya, saudara kembar saya dan saya harus bekerja untuk bertahan hidup," jelas Muhammad.

"Biaya hidup sangat mahal di sini. Biaya sewa sangat mahal. Daging dan buah-buahan juga sangat mahal," ujarnya menambahkan.

"Saya ingin menikmati buah-buahan untuk beberapa tahun belakangan, sebuah kemewahan yang kami tidak mampu untuk mendapatkannya."

Sewa bulanan untuk apartemen mereka adalah 1.700 USD, biaya listrik, air dan transportasi juga sangat mahal.

"Semuanya mahal, jika kita tidak bekerja, kita tidak akan dapat bertahan hidup di Sudan."

Dia berharap bisa menyekolahkan adik-adiknya, tetapi tidak ada sekolah negeri terdekat dan mereka tidak mampu membayar pendidikan swasta.

"Masa depan mereka hancur. Mereka akan tumbuh menjadi anak yang tidak mengenyam pendidikan," ujar Muhammad yang kini bekerja sebagai tukang batu bersama saudara kembarnya.

Sangat berbeda dari apa yang mereka rasakan di Suriah (sebelum perang).

Sekarang, Muhammad dan Ali memulai kerja mereka pukul 05.00 dan bekerja sampai pukul 17.00. Jika mereka kehilangan satu hari kerja, konsekuensi keuangan bagi keluarga mereka akan mengerikan.

"Anda harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan di sini," ujarnya. "Sulit bagi penduduk setempat dan kami tidak mengharapkan mereka untuk membuat pengecualian bagi kami. Tapi setidaknya mereka tidak mempermalukan kami karena kami pengungsi Suriah."

Namun Muhammad dan keluarganya tidak ingin menetap di Sudan. Mereka berharap bisa menyimpan cukup uang untuk membayar penyelundup untuk membawa mereka ke Libya dan dari sana mereka akan pergi ke Italia.

"Tak ada yang tersisa di Suriah, negara kami telah hilang, hilang."

Tetapi dia mengatakan bahwa dia harus melanjutkan hidup.

"Yang harus saya lakukan adalah bekerja, mengumpulkan uang, jadi saya bisa pergi."

Ketika Leyla pertama kali bergabung dengan Muhammad dan Ali di Sudan, mereka menerima dukungan dari organisasi yang didirikan oleh pengusaha Suriah di negara itu.

Abdurrahman Aldimashqi adalah salah satu dari warga Suriah yang mendirikan organisasi. Dia mengatakan bahwa ketika pengungsi Suriah pertama mulai tiba di Sudan, beberapa akan mengemis di Masjid-masjid. Jadi kelompok mapan Suriah berkumpul untuk melakukan sesuatu untuk membantu mereka. Mereka sekarang menyediakan paket makanan dan dukungan keuangan untuk para pendatang baru.

Mereka mengklasifikasikan pengungsi menjadi tiga kelompok. Yang pertama adalah yang membutuhkan makanan dan uang untuk membantu mereka membayar sewa. Yang kedua adalah yang hanya membutuhkan bantuan pangan dan ketiga adalah mereka yang membutuhkan bantuan untuk menemukan pekerjaan.

Leyla mengatakan organisasi itu membantu banyak keluarga, tapi ketika dia mulai bekerja, organisasi itu mengklasifikasikan keluarganya sebagai orang-orang yang tidak lagi membutuhkan dukungan.

"Mereka menganggap kami sebagai keluarga yang tidak lagi membutuhkan dukungan karena kami bekerja," ujar Leyla kepada Al Jazeera.

Muhammad dan saudara kembarnya telah terdaftar sebagai pengungsi Suriah dalam daftar PBB. Namun dia mengatakan PBB tidak memberikan dukungan emosional ataupun keuangan.

"Mereka tidak melakukan apa-apa bagi saya," ujar Muhammad.

"Mereka tidak memberi kami uang, kami tidak menerima sepeser pun dari mereka."

"Saya bertemu dengan beberapa orang yang berbeda dari PBB, salah satu dari Italia, yang lain dari Swedia, yang lain dari Jerman dan satu dari Inggris. Mereka terus menjanjikan bahwa mereka akan menindaklanjuti dan melakukan sesuatu untuk mai, tapi sejauh ini tidak ada. Tidak ada pemukiman di tempat lain atau jawaban," katanya.

"Kami pengungsi, bukan pengemis."

Dan ketika mereka pergi ke pertemuan PBB, Muhammad mengatakan mereka bisa menunggu selama lima jam.

"Kami pengungsi, kami orang yang membutuhkan bantuan, dan mereka seharusnya membantu kami, tetapi mereka tidak melakukannya," ungkapnya.

"Setiap kali saya harus ke wawancara ini, saya kehilangan uang. Kita harus mengambil waktu libur bekerja yang berarti hilangnya pendapatan, kami mengeluarkan banyak uang untuk transportasi, tetapi pada akhirnya mereka tidak melakukan apa-apa untuk membantu kami dan mereka memperlakukan kami seperti pengemis."

"Kami pengungsi, kami tidak memiliki pilihan, kami bukan pengemis," ujarnya.

Ketika Leyla, ibu mereka, ditanya apakah dia ingin kembali ke Suriah, Leyla melihat ke bawah dan mengambil nafas dalam-dalam kemudian mulai menangis.

"Ketika kami meninggalkan Suriah, aku mereka aku terpukul dengan kencang di tubuh dan jiwaku," katanya. "Tidak ada yang ingin meninggalkan negara mereka."

"Tapi Suriah sudah tidak ada lagi. Suriah sudah hilang."

"Saya merasa terasing di sini. Saya takut mendengar berita dari Suriah, saya berhenti menonton berita. Saya tidak ingin mendengar berita buruk tentang keluarga saya yang masih ada." (haninmazaya/arrahmah.com)

Mujahidin IIA menewaskan 20 pasukan musuh dalam operasi Azm di Khan-e-Sheen

Posted: 07 Dec 2015 04:00 AM PST

mujahidin iia

AFGHANISTAN (Arrahmah.com) - Sekitar pukul 19.00 waktu setempat, di tengah operasi Azm tahunan yang sedang berlangsung, Mujahidin Imarah Islam Afghanistan di wilayah Qala Naw, perbatasan distrik Khan-e-Sheen, meluncurkan serangan terkoordinasi terhadap pos pemeriksaan 3 musuh.

Dalam operasi yang berlangsung sekitar 2 jam ini, Mujahidin menggunakan senjata berat dan ringan. Para musuh pengecut akhirnya melarikan diri, meninggalkan 3 pos pemeriksaan yang diserbu Mujahidin dan meninggalkan 20 mayat rekan mereka di lokasi.

Empat peluncur RPG, 4 senapan mesin PKM, 16 senapan, 2 kendaraan, dan sejumlah yang besar peralatan musuh lainnya diperoleh Mujahidin sebagai ghanimah dalam operasi itu.

Sementara seluruh wilayah yang diserbu juga berhasil jatuh di bawah kontrol penuh Mujahidin, lansir Voice of Jihad.

Dilaporkan bahwa 2 Mujahidin terluka dalam operasi itu dan 2 lainnya meraih syahid (semoga Allah menerima mereka), in syaa Allah.

(banan/arrahmah.com)

Serangan udara penjajah "Israel" menghantam kamp pelatihan Hamas di Jalur Gaza

Posted: 07 Dec 2015 03:30 AM PST

ar-al qassam

SURIAH (Arrahmah.com) - Serangan udara penjajah "Israel" pada Senin (7/12/2015) pagi menghantam sebuah kamp pelatihan Hamas di Jalur Gaza utara dalam menanggapi tembakan terhadap kendaraan patroli "Israel" di sepanjang perbatasan, lansir MEE.

Sumber-sumber keamanan Hamas mengatakan dua roket menghantam sebuah kamp pelatihan Brigade Izzudin Al-Qassam di sebelah timur Kota Gaza di lingkungan Zeitoun, saat kamp itu kosong.

Pejabat setempat melaporkan bahwa tidak ada korban cedera dalam serangan itu,

Hamas Palestina telah memerintah Jalur Gaza sejak 2006, setelah memenangkan pemilu di wilayah Palestina.

Serangan penembakkan terhadap kendaraan militer "Israel" di dekat perbatasan Gaza pada hari Jumat dan Ahad yang meninggalkan lubang peluru di jendela mereka memicu serangan hari Senin ini, klaim militer "Israel". Tidak ada korban luka yang dilaporkan dari insiden penembakan itu.

Pasukan penjajah "Israel" telah mengebom Gaza secara sporadis sejak musim panas lalu, ketika Tel Aviv melancarkan serangan ke daerah kantung Palestina hingga membunuh lebih dari 2.000 orang.

Sementara hanya tujuh puluh tiga warga "Israel" yang tewas dalam perang 49 hari yang membuat Gaza hancur dengan ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal itu.

(banan/arrahmah.com)

Serangan bom pasukan koalisi pimpinan AS menewaskan 4 tentara Nushairiyah di kamp militer Suriah

Posted: 07 Dec 2015 03:00 AM PST

A screen grab taken from a video released by the French army on November 24, 2015 shows French army Rafale fighter jets and Mirage 2000 fighter jets bombing a series of Islamic State (IS) group sites in Raqa, Syria, as part of the Chammal Operation, on November 23, 2015. France on November 23 launched the first air strikes from its aircraft carrier in the Mediterranean as global efforts to combat the Islamic State group gathered pace and world leaders met for talks on the Syrian conflict.  AFP PHOTO / Etat-major des Armees/ Marine nationale    = RESTRICTED TO EDITORIAL USE - MANDATORY CREDIT "AFP PHOTO / Etat-major des Armees/ Marine nationale" - NO MARKETING NO ADVERTISING CAMPAIGNS - DISTRIBUTED AS A SERVICE TO CLIENTS = / AFP / Etat-major des Armees / -

SURIAH (Arrahmah.com) - Untuk pertama kalinya, serangan pasukan koalisi yang dipimpin AS menewaskan tentara Bashar Asad. Empat tentara Suriah tewas dan 13 luka-luka ketika sebuah serangan bom oleh koalisi pimpinan AS menghantam sebuah kamp militer di timur negara itu, Senin (7/12/2015).

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengatakan serangan udara "oleh koalisi internasional" menghantam kamp di bagian barat provinsi Deir Ezzour, "sekitar dua kilometer (satu mil) dari daerah yang dikontrol oleh kelompok Daulah Islam".

Observatorium mengatakan ini adalah pertama kalinya di mana serangan koalisi pimpinan AS telah membunuh pasukan pemerintah Suriah.

"Pasukan Rezim sebelumnya tidak pernah terkena serangan dari koalisi internasional, yang menargetkan basis dan tanker minyak jihadis di Deir EzzouR," kata direktur Observatorium, Rami Abdel Rahman, sebagaimana dilansir MEE.

Kementerian Luar Negeri Suriah mengutuk serangan udara koalisi ini sebagai "agresi keji," sebagaimana dilaporkan media pemerintah Nushairiyah.

"Suriah mengutuk keras agresi mencolok oleh pasukan koalisi pimpinan AS, yang terang-terangan melanggar tujuan dari piagam PBB ini," kata sebuah pernyataan yang disiarkan oleh media pemerintah Suriah,.

Belum jelas anggota koalisi mana, yang sekarang termasuk Inggris dan Perancis, yang melakukan serangan itu.

(banan/arrahmah.com)

Islamofobia, toilet Mushala Universitas Western Australia diteror dengan kepala babi

Posted: 07 Dec 2015 02:30 AM PST

Seorang mahasiswa yang hendak berwudhu menemukan potongan kepala babi di dalam toilet jongkok Mushola University of Western Australia. (Foto: Australia Plus)

NEDLANDS (Arrahmah.com) - University of Western Australia (UWA) menambah catatan panjang aksi Islamofobia di berbagai negeri.

Sebagaimana dilansir Australia Plus (7/12/2015), Majdi Faleh, seorang mahasiswa PhD asal Tunisia, yang hendak mengambil air wudhu di Mushala kampus pada Ahad (6/12), terkejut melihat ada potongan daging di dalam toilet jongkok, yang kemudian diketahui sebagai potongan kepala babi.

"Perasaan pertama yang saya rasakan adalah merasa terancam," katanya. "Bukan karena potongan kepala babinya. Sebab bisa saja dalam bentuk yang lain. Tapi lebih pada pesannya," ujar Majdi Faleh.

"Jelas pelakunya memiliki motivasi untuk mengirimkan pesan bahwa kita tidak diterima di sini atau pesan sejenis itu. Dan bahwa hal ini terjadi di lingkungan kampus, betul-betul mengejutkan."

Pihak kampus dan kalangan mahasiswa mengecam tindakan yang dinilai tidak bertanggung jawab tersebut karena UWA telah menyatakan diri sebagai kampus yang selalu berupaya menjadi kampus yang inklusif dan toleran.

"Sangat memprihatinkan adanya orang yang menjadikan Mushala UWA sebagai sasaran serangan," kata juru bicara UWA. "Kami langsung melaporkan kejadian ini kepada polisi untuk ditindaklanjuti," tambahnya.

"Kampus UWA kini mengalami kejadian yang tidak pernah terjadi sebelumnya, yaitu tindakan Islamofobia di dalam kampus. Kami mengecam dan tidak menerima perbuatan tersebut," ujar perhimpunan mahasiswa UWA yang mengutuk keras kejadian tersebut. "Perbuatan seperti itu hanya memicu kebencian agama dan ras," tambahnya.

Faleh telah mendapat banyak dukungan setelah memposting kejadian ini di Facebook-nya.

"Dukungan positif warga Australia membuat saya merasa aman dan diterima di negara ini," katanya.

(fath/arrahmah.com)


Menulis tentang penyerangan Suriah, surat terbuka seorang ibu kepada PM Inggris menjadi viral di dunia maya

Posted: 07 Dec 2015 01:56 AM PST

Surat terbuka untuk PM Inggris:

KILMARNOCK (Arrahmah.com) – Seorang ibu asal Inggris menulis surat terbuka di akun Facebook-nya yang ditujukan kepada David Cameron, Perdana Menteri Inggris, yang telah memutuskan untuk membom Suriah. Surat terbuka itu langsung menjadi viral di internet, lansir Metro (4/12/2015).

Angela Kerrigan (30) memposting foto putrinya, Erin Rose, dengan tulisan yang berbunyi, "Ini adalah putriku yang cantik. Usianya hampir 3 tahun. Malam ini aku menyaksikan Anda berdebat tentang kemungkinan untuk membom Suriah."

"Anda mengklaim bahwa hal itu adalah untuk melindungi seluruh pria, wanita, dan anak-anak di negeri ini dari ekstrimis. Aku hanya ingin mengoreksi Anda. Andalah ekstrimisnya. Apa yang putriku butuhkan adalah dilindungi dari Anda."

Dengan penuh amarah, Angela menulis, "Ekstrimis ada di mana-mana. Kecerdasanmu tentu sudah mengetahuinya. Namun Anda masih tetap bersikukuh untuk berkonsentrasi terhadap aksi Militer Anda terhadap satu negara."

"Satu negara dengan ratusan ribu orang tak berdosa. Pria-pria, wanita-wanita, dan anak-anak tak berdosa, sama seperti kita."

Jeremy Corbyn juga disebut-sebut oleh Angela, "Anda telah dikalahkan oleh bayangan menteri luar negeri Anda sendiri, yang menerima sambutan meriah atas perangnya. Anda telah gagal memimpin partai Anda."

Angela mengatakan bahwa menghentikan perang dengan cara berperang adalah sesuatu yang konyol.

"Inggris telah berada dalam resiko parah dan siaga merah sejak Agustus. Namun, pertama kalinya aku takut malam ini. Menyaksikan kamu menawarkan solusi yang sangat reaksioner untuk melindungi kami dari ISIS."

Takut akan keselamatan putrinya, dan sedih dengan gambaran orangtua dan kakek-nenek di Suriah, dia menulis, "Perang ini adalah nama Anda, Tuan. Darah mereka akan berada di tangan Anda. Aku menangis untuk mereka."

"Apa yang telah Anda lakukan dijamin akan membuat putri saya, Erin Rose, tumbuh untuk melihat generasi baru ekstrimis yang telah Anda ciptakan dari aksi militer Anda. Sejarah telah terulang. Ini adalah perang yang tidak akan pernah berakhir."

(fath/arrahmah.com)

Kapal angkatan laut Rusia acungkan roket, Turki berang

Posted: 06 Dec 2015 11:05 PM PST

Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu.

ISTANBUL (Arrahmah.com) - Turki menuduh Rusia melakukan provokasi, pada Ahad (6/12/2015), setelah seorang petugas di dek kapal angkatan laut Rusia disinyalir memegang peluncur roket di pundaknya saat kapal itu melewati Istanbul.

Hubungan Rusia Turki telah memburuk tajam sejak Turki menembak jatuh sebuah pesawat tempur Rusia, yang katanya telah melanggar wilayah udaranya saat terbang di atas Suriah. Pilot pesawat itu tewas.

Sebagaimana dilansir oleh Yahoo News, saluran berita NTV menyiarkan berita yang mengatakan seorang petugas mengacungkan sebuah peluncur roket di atas dek kapal Caesar Kunikov saat melintas melalui Selat Bosphorus, yang membelah kota Istanbul. Dikatakan bahwa kapal itu diyakini dalam perjalanan menuju Suriah.

"Seorang tentara Rusia menujukkan peluncur roket atau yang serupa saat lewat di atas sebuah kapal perang Rusia merupakan suatu provokasi," kata Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, kepada wartawan.

"Jika kita melihat situasi yang mengancam, kami akan memberikan respon yang diperlukan," tegas Cavusoglu.

Bosphorus merupakan satu-satunya selat untuk menuju lautan dunia bagi armada Laut Hitam Rusia. Sebuah perjanjian Satu-era Perang Dunia mewajibkan Turki untuk mengizinkan semua kapal melewati selat itu selama masa damai.

Turki telah menganggap Rusia mitra strategis sebagai pemasok energi utamanya, meskipun ada perbedaan yang mendalam atas isu Suriah. Tapi sejak Turki menembak jatuh pesawat tempur Rusia, Moskow telah memberlakukan sanksi ekonomi termasuk larangan impor makanan Turki dan produk lainnya.

NTV mengatakan bahwa ada tiga kapal NATO dengan bendera Kanada, Spanyol dan Portugis tertambat di Istanbul saat kapal Kunikov Caesar melintas.

(ameera/arrahmah.com)

189 anak terbunuh di Irak sepanjang tahun ini

Posted: 06 Dec 2015 10:30 PM PST

AR-IRAQI

IRAK (Arrahmah.com) -Sejak awal tahun 2015 ini, 189 anak terbunuh dan 301 lainnya terluka di Irak yang terkena dampak konflik, ungkap PBB mengatakan pekan ini, sebagaimana dilansir MEMO.

Peter Hawkins, perwakilan UNICEF Irak, dan Jan Kubis, perwakilan khusus PBB untuk Irak, mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama bahwa anak-anak di daerah yang dilanda perang tidak mampu mengakses pelayanan dasar, termasuk kesehatan dan pendidikan, karena adanya serangan terhadap sekolah dan rumah sakit.

"Di Ramadi sendiri, total 45 sekolah telah hancur atau rusak akibat konflik sejak tahun lalu," kata pernyataan itu.

Dalam beberapa tahun terakhir, pengeboman dan serangan penembakan - yang sering menargetkan warga sipil - telah menjadi hal umum yang terjadi di Irak yang dilanda perang, terutama dii Baghdad.

Irak telah mengalami kekosongan keamanan yang menghancurkan sejak Juni 2014, ketika kelompok "Daulah Islamiyah", atau Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS, menguasai Mosul - kota terbesar kedua di negara itu.

(banan/arrahmah.com)

Dikawal tentara "Israel", ekstrimis Yahudi kembali serbu Al-Aqsa

Posted: 06 Dec 2015 10:00 PM PST

ar-jews

PALESTINA (Arrahmah.com) - Kelompok sayap kanan "Israel" pada Ahad (6/12/2015) Menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsa di bawah pengawalan pasukan "Israel", ungkap saksi kepada Ma'an.

Saksi mata mengatakan 43 pemukim "Israel" menyerbu kompleks masjid setelah kelompok ekstrimis sayap kanan Yahudi menyerukan pendukungnya untuk menyerbu situs suci umat Islam itu sebelum dimulainya liburan Yahudi Hannukah.

Selain mengawal pemukim "Israel" untuk menyerang kompleks, pasukan "Israel " malah mencegah jamaah Palestina, yang sebagian besar wanita dan pemuda, yang ingin masuk ke kompleks masjid. Jamaah Palestina yang telah dilarang memasuki ke kompleks Al-Aqsa selama tiga bulan terakhir itu dimasukkan ke dalam "daftar hitam" oleh "Israel".

Pasukan "Israel" sebelumnya mengklaim bahwa mereka yang dilarang memasuki kompleks itu adalah para "pembuat onar" dan sedang dilarang masuk dalam rangka untuk lebih "menjaga perdamaian" di sana.

Pada hari Ahad, para wanita Palestina yang dicegah masuk mengatakan kepada Ma'an bahwa mereka keberatan dengan pelarangan shalat yang diberlakukan di sana, menambahkan bahwa kelompok sayap kanan "Israel" yang diizinkan tur di kompleks Al-Aqsa adalah orang-orang yang justru menyebabkan masalah.

Pasukan "Israel juga menahan seorang pria Palestina dari senyawa All-Aqsa Mosque dan empat warga Palestina dari sekitar Kota Tua, berikut penggerebekan rumah.

(banan/arrahmah.com)