Arrahmah.Com

Arrahmah.Com

Link to Arrahmah.com

DDII pererat kerjasama dengan Rabithah 'Alam Islamy

Posted: 19 Nov 2015 07:25 AM PST

Pertemuan pimpinan DDII  dan Hay'ah al Islamiyah al 'Alamiyah lit Ta'lim di Gedung  Menara Dakwah, Jakarta Pusat, Rabu (18/11/2015)

JAKARTA (Arrahmah.com) - Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) dan Hay'ah al Islamiyah al 'Alamiyah lit Ta'lim (Divisi Pendidikan Islam Internasional) Rabithah 'Alam Islamy bersepakat untuk bekerjasama dalam pendidikan kader dakwah. Hal ini dibicarakan dalam pertemuan pimpinan kedua lembaga di Gedung Menara Dakwah, Jakarta Pusat, Rabu (18/11/2015).

Bertindak selaku tuan rumah dalam silaturahim itu, Ketua Umum DDII Mohammad Siddik yang didampingi Ustadz Abdul Wahid Alwi, Sekretaris Umum Amlir Syaifa Yasin, Anggota Pengawas Bachtiar Bakar, dan lainnya.

Sedang dari Hay'ah hadir Syaikh Khalid Hamdy yang didampingi Ustadz Muhammad Zaitun dan Budi Ashari.

Siddik memaparkan, lembaganya memiliki lembaga kaderisasi berupa Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir dan Akademi Dakwah Indonesia (ADI).

STID menyelenggarakan pendidikan sarjana komunikasi Islam Srata-1 dengan masa perkuliahan 4 tahun. Saat ini, STID M Natsir ada di Jakarta, Surabaya, dan Padang. STID Pusat dalam proses meningkatkan status menjadi Institut.

Sedang ADI merupakan pendidikan diploma 2 tahun, yang sudah eksis di Kabupaten Sambas (Kalimantan Barat), Surakarta (Jawa Tengah), Bandung (Jawa Barat), Tanjungkarang Lampung, Banda Aceh (NAD), dan Kupang (NTT).

''Insya Allah melalui kerjasama dengan Hay'ah ini, kualitas pendidikan dan output yang dihasilkan memiliki kompetensi yang semakin tinggi,'' kata Siddik sambil menambahkan bahwa STID M Natsir memiliki belasan sertifikasi keilmuan.

Pada kesempatan tersebut, Syaikh Khalid begitu antusias memaparkan proyek-proyek pendidikan yang tengah dan sedang akan dilaksanakan. Termasuk yang akan dikerjasamakan dengan Dewan Dakwah.

Silaturahim untuk meningkatkan kerjasama ini sekaligus menandai peresmian kantor perwakilan Hay'ah al Islamiyah al 'Alamiyah lit Ta'lim di Gedung Menara Dakwah Jalan Kramat Raya 45 Jakarta Pusat.

Hay'ah al Islamiyah al 'Alamiyah lit Ta'lim merupakan salah satu divisi di bawah naungan Rabithah 'Alam Islamy. Liga Dunia Islam ini didirikan oleh sejumlah tokoh dunia Islam termasuk Dr Mohammad Natsir. Pendiri DDII ini juga pernah menjadi anggota Badan Pekerja Komite Nasional Rabithah Alam Islami di Mekah Al-Mukaromah. (azmuttaqin/*/arrahmah.com)

Muzakarah ulama digelar untuk peroleh gubernur Muslim untuk Jakarta

Posted: 19 Nov 2015 06:59 AM PST

Muzakarah para ulama, pimpinan Ormas Islam dan tokoh masyarakat Jakarta untuk mewujudkan pasangan calon gubernur-wakil gubernur Muslim DKI Jakarta di Aula Masjid Al-Ittihaad, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (20/11/2015)

JAKARTA (Arrahmah.com) - Muzakarah kedua para ulama, pimpinan Ormas Islam dan tokoh masyarakat Jakarta untuk mewujudkan pasangan calon gubernur-wakil gubernur Muslim DKI Jakarta diselenggarakan di Aula Masjid Al-Ittihaad, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (20/11/2015).

Muzakarah yang diikuti ratusan tokoh, ulama dan habaib se-DKI Jakarta itu secara mufakat mengangkat dua orang tokoh DKI Jakarta, Habib Muhammad Rizieq Syihab sebagai Ketua Majelis Tinggi dan KH Mahfudz Asirun sebagai Ketua Dewan Pemilih.

Habib Rizieq saat ini Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) dan salah satu anggota Dewan Penasehat Rabithah Alawiyah. Sedangkan KH Mahfudz Asirun Pengasuh Pondok Pesantren Al-Itqan, Jakarta Barat. Karena kepeduliannya kepada umat, ia sekarang juga memangku amanah sebagai Rais Syuriah NU Jakarta Barat dan Penasehat MUI Jakarta Barat.

Muzakarah ini diinisiasi oleh sejumlah ulama dan habaib DKI Jakarta diantaranya Habib Abdurrahman Al Habsyi-Kwitang, KH Abdul Rasyid AS, KH Maulana Kamal Yusuf, KH Mahfudz Asirun, KH Fachrurozy Ishaq, Habib Rizieq Syihab dan KH Syukran Makmun. Dalam Muzakarah kedua ini, secara khusus dibahas dan disepakati kritera Majelis Tinggi, Dewan Pemilih dan kompetensi peserta konvensi.

Muzakarah kedua ini merupakan tindak lanjut dari Muzakarah pertama yang digelar pada 22 Oktober lalu di kediaman pimpinan Perguruan Islam As-Syafiiyah KH Abdul Rasyid Abdullah Syafi'i. Saat itu peserta muzakarah telah menyepakati untuk mengikhtiarkan satu pasangan calon dari kalangan umat Islam yang akan maju sebagai calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta pada Pilgub 2017 mendatang.

Muzakarah pertama juga menyepakati bila pasangan calon tersebut akan dihasilkan melalui sebuah proses "Konvensi Umat Islam Jakarta." Konvensi akan dilakukan untuk menguji kompetensi, kelayakan dan mengukur popularitas, akseptabilitas dan elektabilitas seluruh peserta kovensi.

Majelis Tinggi dibentuk dengan berbagai fungsi diantaranya sebagai pembina spiritual bagi seluruh komponen yang terlibat dalam agenda pemilihan gubernur Muslim DKI Jakarta. Selain itu juga menjadi pengarah bagi kepanitiaan, Badan Pekerja, Dewan Pemilih dan Tim Pemenangan yang terlibat dalam agenda gubernur Muslim untuk DKI. Majelis Tinggi juga akan turut serta dalam menentukan bakal calon Gubernur Muslim.

Sedangkan Dewan Pemilih dibentuk dengan fungsi akan melakukan proses seleksi teknis mulai administrasi hingga debat terbuka terhadap bakal calon melalaui rangkaian dan tahapan yang profesional. Dewan Pemilih pula yang akan membuat jadwal dan tahapan proses seleksi bakal calon Gubernur, menjadi panelis dalam proses wawancara terbuka dengan peserta konvensi dan menyiapkan musyawarah dengan Majelis Tinggi untuk menentukan bakal calon pasangan gubernur Muslim. (azmuttaqin/*/arrahmah.com)

Hanya karena Muslim, empat penumpang diturunkan dari pesawat Amerika

Posted: 19 Nov 2015 05:30 AM PST

islamophobia di pesawat

CHICAGO (Arrahmah.com) - Empat orang penumpang dari pesawat Spirit Airlines penerbangan 969 dari Baltimore menuju Chicago pada Selasa pagi (17/11/2015) diturunkan tanpa alasan yang jelas. Mereka dilaporkan setelah seorang penumpang menonton berita di smartphone.

Seperti dilansir ABC (17/11), seorang wanita berhijab dan tiga pria, yang dikatakan penumpang lain berasal dari Timur Tengah, melakukan tindakan "mencurigakan".

Salah seorang penumpang bernama Jenna Farella mengatakan, ia sangat ketakutan dan berpikir pesawatnya akan meledak.

Ketakutan terhadap Muslim ini adalah akibat dari serangan di Paris Jum'at lalu (13/11), yang menewaskan lebih dari 129 orang.

(fath/arrahmah.com)

Pasukan penjajah "Israel" menembaki kamp pengungsi Al-Maghazi Palestina di Jalur Gaza

Posted: 19 Nov 2015 05:00 AM PST

AR0IS

PALESTINA (Arrahmah.com) - Pasukan penjajah "Israel" pada hari Rabu (18/11/2015) melepaskan tembakan ke arah kamp pengungsi Al-Maghazi di Jalur Gaza di dekat perbatasan "Israel", ungkap sumber-sumber lokal, sebagaimana dilansir Ma'an.

Sumber-sumber lokal itu mengatakan bahwa pasukan "Israel" menembaki rumah-rumah di kamp tersebut, ​namun menyatakan bahwa tidak ada korban cedera, alhamdulillah.

Seorang juru bicara militer "Israel" malah tidak mengonfirmasi hal itu dan mengklaim tidak mengetahui jika ada aksi protes atau bentrokan di daerah tersebut pada saat itu.

Sebelumnya, pada hari Selasa, pasukan "Israel" menembak dan melukai seorang pemuda Palestina dengan peluru tajam di kamp pengungsi Al-Bureij di pusat Gaza, tempat d mana sering terjadi bentrokan dengan pasukan "Israel" dalam beberapa pekan terakhir.

Sementara itu, pasukan Zionis juga menembaki nelayan Palestina pada hari Selasa, di dekat pantai Beit Lahiya di Jalur utara, merusak jaring ikan para nelayan, tetapi tidak menyebabkan cedera.

Pasukan "Israel" telah berulang kali menembaki nelayan dan petani Palestina sejak perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani 26 Agustus 2014 berakhir dengan 50 hari serangan militer "Israel" yang menghancurkan Jalur Gaza.

(banan/arrahmah.com)

Pemuda yang dituduh sebagai pelaku serangan Paris ini ternyata tak pernah meninggalkan Jalur Gaza

Posted: 19 Nov 2015 04:30 AM PST

ar-wrong-paris-attack-suspect

GAZA (Arrahmah.com) - Seorang pemuda dari Jalur Gaza menyatakan dirinya begitu terkejut setelah dituduh sebagai salah satu militan kelompok "Daulah Islam", atau Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS, dan terlibat dalam serangan Paris pada Jum'at (13/11/2015), yang menewaskan ratusan orang.

Sami Abu Rus yang merupakan seorang mahasiswa jurnalistik di Universitas Al-Aqsa ini mengatakan kepada Ma'an bahwa ia terkejut setelah melihat fotonya diposting online oleh media yang berafiliasi dengan IS yang memujinya sebagai salah satu dari "singa" yang menyerang Paris.

Abu Rus, yang tinggal di kamp pengungsi Al-Nuseirat, mengatakan ia tidak pernah meninggalkan Jalur Gaza dan mengetahui bahwa fotonya telah disalahgunakan setelah ia diberitahu oleh teman-temannya.

Ia awalnya hanya menganggapnya sebagai lelucon, sebelum fotonya juga diterbitkan oleh situs yang berafiliasi dengan IS.

Pemuda itu berkata keluarganya sangat marah saat ia diidentifikasi sebagai salah satu penyerang dan segera membantah tuduhan serta mengutuk serangan itu, mengatakan bahwa para penyerang tidak menggambarkan Islam.

"Saya dan keluarga saya mengutuk serangan teroris terhadap warga sipil", kata Abu Rus.

Salah satu foto Abu Rus muncul di surat kabar Al-Wattan Mesir dan media Mesir lainnya, sementara media yang berafiliasi dengan IS merilis dua fotonya.

Ia mengatakan bahwaia yakin foto-fotonya diambil dari halaman Facebook-nya, atau media sosial lainnya.

Foto-foto itu muncul secara online tanpa menyertakan keterangan nama atau kebangsaan dari para penyerang, melainkan hanya menyebutkan bahwa mereka telah diidentifikasi sebagai "singa-singa Daulah Islam, pelaku serangan Paris."

Sejumlah foto palsu lainnya yang menuduh orang yang tidak bersalah melakukan serangan Paris juga telah muncul secara online, termasuk gambar seorang pria Sikh yang diposting di media Spanyol La Razon yang menunjukkan seakan ia mengenakan sabuk peledak bunuh diri dan memegang Al-Qur'an.

Gambar itu ternyata telah diedit dari foto aslinya, yang sebenarnya menunjukkan seorang warga negara Kanada yang berfoto selfie dengan iPad-nya di depan cermin.

(banan/arrahmah.com)

Terungkap, surat Syaikh Aiman Az-Zhawahiri kepada Abu Bakar Baghdadi terkait deklarasi ISIS (bag. 2)

Posted: 19 Nov 2015 04:00 AM PST

ar-Risalah-nasehat-mhm2detl4y8z71ekz5yv6rqtb1a0kusm5x41nl4ciq

(Arrahmah.com) - Sebuah dokumen penting terkait detik-detik lepasnya Abu Bakar Al-Baghdadi dan kelompoknya dari Tandzhim Jihad Internasional Al-Qaeda ditemukan di kediaman Abu Ali Al-Anbari, orang nomor dua dalam struktur kelompok "Daulah Islamiyah", atau Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS.

Dokumen tersebut berisi Surat Syaikh Aiman Az-Zhawahiri yang ditujukan kepada Abu Bakar Al-Baghdadi terkait deklarasi ISIS. Dalam surat ini, Syaikh Aiman menjelaskan sejumlah kesalahan dan kesalahpahaman Abu Bakar Al-Baghdadi mengenai pembentukan "Daulah"-nya di mana semua orang yang berkedudukan, berilmu, dan berjihad di Suriah tidak dianggap kedudukannya.

Berikut terjemahan seri kedua dokumen penting tersebut, yang dipublikasikan Muqawamah Media pada Ahad (8/11/2015).

***

(b) Di antara makna "al-hukmu" secara istilah adalah: Apa yang ditunjukkan oleh khitab syari' yang berkaitan dengan perbuatan yang dilakukan oleh seseorang yang telah Mukallaf (dalam usia/keadaan yang telah mendapatkan beban syariat) baik yang sifatnya adalah perbuatan yang dituntut darinya atau yang berupa akibat syari dari apa yang telah diusahakannya atau yang memang diletakkan oleh syariat atasnya. Atau khitab syari' itu sendiri kepada orang yang telah Mukallaf sebagaimana yang dikatakan oleh para pakar ushul.

(c) Di antara maknanya secara istilah adalah menerangkan hukum syari' yang telah ditetapkan oleh Al-Hakim (Yang Mahabijaksana) dalam suatu permasalahan atau menerangkan dalil suatu permasalahan, sebagaimana yang diterangkan oleh para ahli fikih dan pakar hadits (dalam memberi judul bab dalam kitab-kitab mereka dengan) perkataan mereka, "Al-Hukmu fie Kadza" (Keterangan Hukum Tentang Persoalan Ini), dan "Mas'alatul Hukmi fie Kadza." (Masalah Hukum Tentang Persoalan Ini) Wallahu a'lam.

Dan kata "al-hukmu" masih memiliki makna yang lainnya…

Tujuan dari ini semua, wahai saudaraku yang mulia, bahwa apa yang Anda gambarkan tentang kata "al-hukmu" yang terdapat pada suratku kepada Syaikh Abu Bakar Al-Husaini Al-Baghdadi Hafizhahullah pada 19 Rajab 1434 memiliki arti keputusan seorang qadhi dalam perselisihan yang terjadi antara kedua belah pihak dan bukan pada perkara yang umum, dan bahwasanya kedua belah pihak mengadukan perselisihan tersebut kepadanya, maka ini merupakan sebuah penyempitan dan pembatasan pada makna kata "al-hukmu" baik secara bahasa maupun istilah, dan juga merupakan bentuk anggapan yang salah pada permasalahan ini. Anggapan yang keliru ini terbangun di atas dua pondasi yang salah:

Pertama: Adanya anggapan bahwa saya seorang qadhi dan bukan seorang amir. Oleh karenanya, saya sebagai seorang qadhi harus menunggu pengaduan kalian berkenaan dengan perselisihan kalian.

Kedua: Adanya anggapan bahwa perselisihan yang terjadi merupakan urusan yang hanya berkaitan dengan kedua belah pihak, dan tidak berkaitan dengan jamaah maupun mujahidin. Sehingga saya berada dalam posisi yang tidak pantas untuk annazharu fiih/memberikan pendapat kecuali setelah mendapat izin kedua belah pihak yang berselisih.

Karena kedua pondasi ini salah maka kesimpulan yang dihasilkan pun memiliki kesalahan yang berlipat-lipat (murokkab).

Demi mendukung kesimpulan kalian yang salah ini, kalian justru menukil sejumlah nukilan ilmiah yang bermanfaat, namun sayangnya tidak sesuai dengan konteks permasalahannya/keluar dari konteks pembahasan.

  1. Kalaulah apa yang saya sebutkan tadi cukup untuk menyanggah persepsi Anda bahwa keputusan yang saya keluarkan merupakan keputusan (seorang qadhi) atas perselisihan yang terjadi antara kalian dengan Jaulani, maka saya juga ingin memberikan komentar atas perkataan Anda wahai saudaraku yang mulia: "hal tahakamna ilaikum?" (Apakah kami meminta kalian mengadili kami?) Maka saya katakan seraya meminta pertolongan pada Allah Ta'ala:
  2. Kalian tidak harus meminta saya menghukumi kalian karena saya adalah amir kalian sebagaimana yang saya jelaskan sebelumnya, dan saya bukanlah seorang qadhi. Saya juga sebagai seorang amir memiliki hak untuk memaksa kalian memegang perintah saya yang justru kalian langgar dan tidak kalian anggap, bahkan kalian mencelanya terang-terangan.
  3. Karena masalah ini adalah permasalahan umum dan bukan permasalahan khusus, sehingga saya mesti menunggu kalian mengadukannya pada saya. Imarah yang kalian urusi bukanlah khusus kepemilikan kalian, namun kalian adalah pasukan dalam sebuah jamaah yang kalian tolong dan kalian tinggalkan sesuai dengan kemaslahatan, dan kalian mengakui/menyetujui berbagai perbuatan kalian dan juga kalian menolaknya sesuai dengan ijtihad amir.
  4. Kalian juga menunggu keputusan dari saya tentang permasalahan tersebut. Karena saya memberitahu kalian dengan hal itu di dalam pesan saya pada tanggal 1 Jumadits Tsaniyah yang kalian tidak menaati perintah saya untuk membubarkan diri (membubarkan ISIS), kembali ke Irak dan mengembalikan kondisi sebagaimana sebelum Deklarasi Daulah. Adapun pada surat saya tanggal 25 Jumadil Tsaniyah yang kalian jadikan argumen dan kalian mengatakan bahwa kalian telah melaksanakan sebagian darinya yaitu berusaha menyelesaikan permasalahan yang terjadi antara kalian. Serta janji kalian untuk tidak mengajukan protes jika saya mengeluarkan keputusan di dalam perselisihan yang tidak kalian adukan kepada saya. Akan tetapi saat keputusan itu datang dan itu tidak sesuai dengan harapan kalian, tiba-tiba kalian mengatakan: "Kami tidak meminta Anda untuk menghukumi kami!"
    Jika seperti itu sikap kalian, mengapa kalian tidak bersikap terang-terangan sejak awal dan kalian kirim kepada saya surat yang mengatakan: "Anda tidak punya urusan dengan permasalahan yang tidak kami adukan kepada Anda?!"
  5. Juga perkataan Anda wahai saudaraku yang mulia, "Kami tidak mengadukan kepada Anda perselisihan di dalam permasalahan ini agar Anda memberikan keputusan. Adapun pesan-pesan yang kami kirim kepada anda sesungguhnya itu semua menjelaskan kondisi orang yang ingin memecah barisan jamaah ini".
    Dengan perkataan Anda ini, lantas apa peran saya dalam pandangan kalian? Apakah saya ini seorang mudir/kepala pusat riset/penelitian, atau seorang ahli sejarah, atau orang yang menjaga arsip kalian, atau seorang jurnalis yang sedang mengadakan wawancara dengan kalian? Kalian menghormatinya dengan menerangkan kondisi yang terjadi, tapi pada saat yang sama saya tidak memiliki wewenang untuk ikut campur dalam urusan kalian kecuali jika kalian memberinya izin!!

Apakah seperti ini kalian memperlakukan Amir kalian dalam pandangan kalian? Kalian mengundangnya saat kalian perlu, dan dia harus diam saat kalian tidak memberinya izin?! Sungguh ini termasuk lelucon yang menyedihkan wahai saudara yang mulia! Sikap ini menunjukkan juga tentang anggapan kalian terhadap diri kalian bahwa kalian itu berada di atas melebihi semua orang.

  1. Kemudian perkataan kalian wahai saudaraku yang mulia, "Hal yang menyebabkan kami sama sekali tidak mengadukan permasalahan ini kepada Anda adalah; Sesungguhnya kami berusaha menghadapi permasalahan ini dengan apa yang Allah perlihatkan kepada kami, setelah melakukan musyawarah dengan orang-orang yang bersama kami dari kalangan komandan dan amir. Juga karena kondisi dan berbagai peristiwa yang berlalu dengan cepat yang memaksa kami mengambil keputusan di lapangan. Dan bagi kami permasalahannya telah diselesaikan. Lalu bagaimana bisa kami mengadukan permasalahan yang telah kami selesaikan dan telah diterapkan di lapangan."

Sungguh perkataan kalian ini juga termasuk lelucon yang menyedihkan. Pada kenyataannya kalian belum menyelesaikan permasalahan tersebut, bahkan kalian membesar-besarkan dan menyebarkan permasalahan tersebut. Kalian juga menjadikan musuh mengepung kita, kalian membuat penduduk Syam lari dari kita. Mereka melihat kita sebagai pemimpin-pemimpin yang terjun dari langit yang sama sekali tidak mereka kenali, apalagi mengajak mereka musyawarah.

Kemudian realita yang saya sebutkan ini juga berlawanan dengan perkataan kalian: Yakni bahwa sesungguhnya kalian mengakui masih berusaha untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dan kalian menemui Al-Jaulani setelah datangnya surat saya pada tanggal 25 Jumadil Tsaniyah. Kalaulah permasalahannya telah diselesaikan, lalu mengapa kalian masih berusaha untuk menyelesaikannya?

  1. Adapun perkataan kalian wahai saudara yang mulia: "Dan pihak yang lain tidak mengadukan kami kepada kalian namun justru memberikan baiat".

Maka ini adalah menerka hal ghaib dan mendustakan apa yang saya sebutkan di dalam bab: "…dan telah sampai kepada saya surat-surat dari kedua belah pihak". Bahkan telah sampai kepada saya dari Al-Jaulani dan Syuranya tentang aduan yang pahit dari kalian dan juga tentang fitnah yang muncul oleh sebab "Daulah" yang kalian deklarasikan.

  1. Kemudian Anda mengingatkan saya dengan firman Allah Ta'ala: "Dan adakah sampai kepadamu berita orang-orang yang berselisih ketika mereka memanjat pagar?" (Shad: 21).

Jazakallah khairan atas tadzkirah ini dan telah saya jelaskan tadi bahwa saya bukanlah seorang qadhi, akan tetapi saya bertindak sebagai amir.

Adapun saya dengan peran saya ini mengharapkan agar Anda (Al-Anbari) dan juga Syaikh Abu Bakar Al-Husaini Al-Baghdadi Hafizhahullah berlapang dada dengan nasihat dari saya. Saya katakan kepada kalian berdua, Wahai dua saudara yang mulia, kalian berdua telah mengalami ujian penjara, lalu Allah ta'ala menganugerahkan kalian keluar dan bebas, dan menjadikan perwalian dan imarah untuk kalian. Dan itu tidak terjadi karena kemahiran dan juga tipu daya kalian berdua. Namun itu murni karunia Allah Ta'ala, maka bertakwalah kalian berdua pada Allah Ta'ala dan syukurilah nikmatnya. Janganlah kalian mengkufurinya dengan menentang amir kalian di dalam perkara yang dia berijtihad di dalamnya. Dan janganlan kalian marah oleh karena diri kalian berdua.

  1. Adapun perkataan Anda bahwa kalian akan mengadukan saya di hadapan Allah Ta'ala, maka Allah Ta'ala Yang Mahatahu bahwasaya tidaklah berani mengurusi perkara ini melainkan untuk menghentikan kerusakan yang kalian timbulkan dengan fitnah ini.Dan juga dengan "Daulah" yang telah menebarkan perselisihan sejak hari pertama. Demikian pula demi menjaga darah kaum muslimin yang mulai mengalir karena kalian bersaing mendapatkan Imarah sebelum Al-Jaulani memisahkan diri atau sebelum diumumkan oleh agen-agen Saudi sebagaimana yang kalian katakan di dalam justifikasi kalian yang tidak memuaskan/menyenangkan.

Saya juga memperingatkan kalian akan akibat penentangan kalian terhadap Amir kalian, pelanggaran yang berulang terhadap kewenangannya/perwaliannya yang kalian membaiatnya atas kewenangan/perwalian tersebut. Juga akan akibat celaan kalian yang terang-terangan pada semua komandan, dan juga menyebut mereka sebagai orang-orang yang berdusta mengada-ada. Saya tidak menuntut kalian atas perkara pribadi yang saya alami, akan tetapi saya menuntut kalian atas adat kebiasaan buruk yang kalian perbuat ini. Kalian tidak menerima seorang pun selain kalian yang membuat kebiasaan buruk tersebut.

Kebiasaan buruk itu adalah jika Amir kalian melarang kalian agar kalian tidak melakukan keputusan yang kalian buat, maka kalian akan menentangnya di hadapan umum/publik.

Jika kalian tidak terima dengan penolakan Al-Jaulani terhadap "Daulah" kalian dan kalian menganggapnya sebagai pelanggaran terhadap perintah kalian. Lalu bagaimana mungkin kalian membolehkan bagi diri kalian untuk menentang amir kalian?! Mengapa kalian menghalalkan/membolehkan sesuatu untuk diri kalian apa yang kalian haramkan/larang pada orang lain?!

Bersambung, in syaa Allah.

(aliakram/arrahmah.com)

Bennett: Kita seharusnya membunuh lebih banyak orang Palestina

Posted: 19 Nov 2015 03:00 AM PST

Menteri Pendidikan "Israel" Naftali Bennett.

TEL AVIV (Arrahmah.com) - Menteri Pendidikan "Israel" Naftali Bennett mengatakan, pada Rabu (18/11/2015), bahwa "Israel seharusnya telah membunuh lebih banyak orang Arab," dalam menanggapi pernyataan Anggota Knesset Arab, Hanin Zoabi, yang mengecam pembunuhan warga sipil tak berdosa.

Sebagaimana dilansir oleh IMEMC, PNN melaporkan bahwa pernyataan Bennett itu datang selama pertemuan kabinet, di mana Hanin Zoabi, dari Joint Arab List, berkomentar atas pembantaian yang dilakukan "Israel" terhadap rakyat Palestina.

Zoabi juga mengecam serangan "Israel" terhadap Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas, saat kantor organisasi itu diserang dan ditutup oleh otoritas pendudukan "Israel" pada Selasa (17/11).

Bennett menuduh Zoabi berbohong, dan kemudian berkata bahwa seharusnya lebih banyak orang Palestina yang dibunuh.

"Setiap orang yang mengangkat tangan melawan 'Israel' harus mati," sesumbar Bennett.

Sejak awal Oktober, tahun ini, sekitar 90 warga Palestina telah tewas oleh tentara dan pemukim "Israel", yang memicu intifada Palestina saat ini.

Sebanyak 18 korban adalah anak-anak, empat diantaranya anak perempuan.

Di pihak "Israel", sebanyak 16 tentara dan pemukim telah tewas. Setidaknya empat dari mereka ditembak mati oleh pasukan "Israel" karena kesalahan, karena mereka dikira orang Palestina.

(ameera/arrahmah.com)

Di Kudus, pamflet dan baliho acara "Bantu Suriah pertahankan Al Aqsha" sempat dirusak

Posted: 19 Nov 2015 02:54 AM PST

Tabligh akbar bertema Bantu Suriah Pertahankan Al Aqsha di Masjid Al Furqan, Burikan Ahad (15/11/2015)

KUDUS (Arrahmah.com) - Meski pamflet dan baliho yang disebar sempat dirusak oknum misterius, tak menghalangi panitia untuk menyelenggarakan agenda tabligh akbar "Bantu Suriah Pertahankan Al Aqsha" untuk warga sekitar kota Pati, Purwodadi, Rembang, Jepara dan Kudus, Ahad (15/11/2015), lapor Arianda Soemantri.

Dari pagi tidak kurang 400 peserta memadati masjid Al Furqon di Burikan, tempat acara berlangsung. Masjid tampak penuh dan sesak. Kabar terbaru tentang Suriah dan Al Aqsha cukup membuat hadirin penasaran, mulai dari tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan saudara–saudara kita disana hari ini, dan apa yang bisa kita lakukan saat ini untuk meringankan penderitaan mereka. Pukul 08.30 WIB tepat, kajian dibuka oleh majelis tarjjih PDM Jepara, ustadz Sukahar, MPI sebagai moderator.

Empat pemateri dihadirkan yakni, Ustadz Agung Dwi Nurcahyo, SS. M.Pd, ketua HTI Kudus., Ustadz Sholih Hasyim, S. Sos. I anggota dewan syuro Hidayatullah, Ustadz Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi relawan kemanusan untuk Suriah, dan Ustadz Muhtadi, Da'i.

Perdana, Ustadz Agung Dwi Cahyono, mengajak seluruh elemen umat Islam bersatu untuk ikut serta memikirkan penderitaan yang dialami umat Islam di seluruh dunia terkhusus penduduk muslim di negeri Syam. Karena kebahagiaan bagi saudara mukmin adalah kebahagiaan kita. Dan garansi kecintaan kita kepada mukmin yang lainnya adalah "keimanan", ini salah satu yang harus mendasari seseorang sebagai mukmin.

Sementara Ustadz Pizaro lebih banyak menjelaskan kondisi politik yang terjadi di Suriah, Tidak hanya rezim Bashar Assad yang melakukan pembantaian terhadap kaum Muslimin di Suriah, tetapi semua musuh-musuh Islam bersatu menyerang kaum muslimin di Suriah, demi kepentingan mereka masing-masing.

"Sebut saja, siapa musuh Islam saat ini, semuanya ada di Suriah untuk memerangi kaum muslimin. Dari Yahudi diwakili oleh Israel, Salibis-Zionis diwakili oleh Amerika, Syiah diwakili oleh rezim Bashar Assad, dan Komunis diwakili oleh Rusia," ungkapnya.

Tak kalah menarik Ustadz Sholih Hasyim memaparkan tentang pentingnya terlibat dalam urusan Syam, karena kiblat pertama kaum Muslimin ada di sana. Sebagai pemateri terakhir, dia memantapkan keyakinan ummat bahwa di tengah-tengah fitnah yang melanda umat hari ini kita perlu tahu seperti apa nubuwwah mengabarkan rangkaian peristiwa yang terjadi di akhir zaman, sehingga kita pun bisa menentukan sikap kita sebagaimana yang di sampaikan nubuwwah. Karena tentunya

"Musuh-musuh Islam tidak akan pernah rela bahwa nubuwah kemenangan umat itu wujud kembali," jelas Ustadz Sholih.

Acara diakhiri dengan penggalangan dana untuk kaum muslimin di Suriah.

"Semoga munasharah kita ini mendapatkan ridlo dari Allah, bisa sedikit membantu meringankan beban saudara kita kaum muslimin yang berada di bumi syam. Dan kami haturkan jazakumullah khoiran katsiran atas pastisipasi hadirin yang dimuliakan Allah," tutup moderator di penghujung acara. (azmuttaqin/arrahmah.com)

KBRI Kuala Lumpur bantah penangkapan, Imigrasi pastikan 36 WNI terbang ke Iran

Posted: 19 Nov 2015 01:50 AM PST

KBRI Kuala Lumpur

JAKARTA (Arrahmah.com) - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur membantah adanya penangkapan 36 WNI karena dicurigai akan pergi ke Suriah melalui jalur Iran, seperti yang diwartakan sejumlah media. Sementara Kantor Imigrasi Bandara Ahmad Yani, Kota Semarang, Jawa Tengah memastikan 36 WNI itu telah melanjutkan penerbangan ke Teheran, Iran pada 17 November 2015

KBRI menyatakan tidak ada pemberitahuan dari pihak berwenang Malaysia mengenai kabar 36 WNI yang ditahan karena dugaan berkaitan dengan gerakan radikal.

"KBRI Kuala Lumpur tidak pernah mendapatkan informasi dari otoritas Malaysia terkait adanya penahanan terhadap 36 WNI karena diduga terkait gerakan radikal," kata KBRI Kuala Lumpur dalam siaran persnya, Kamis, lansir Antara.

Kedutaan juga telah memeriksa bandara di Kuala Lumpur dan tidak menemukan ada WNI yang ditahan.

KBRI mengaku telah berkoordinasi dengan kantor Imigrasi Bandara Ahmad Yani sebagai asal keberangkatan 36 WNI dan tidak menemukan pendeportasian WNI dari Malaysia.

"Dari Kantor Imigrasi Bandara Ahmad Yani yang merupakan bandara keberangkatan 36 WNI dimaksud, didapatkan informasi bahwa memang pada tanggal 16 November 2015 terdapat keberangkatan 36 WNI tujuan Tehran, Iran, melalui Kuala Lumpur," kata KBRI.

Menurut KBRI, sejumlah WNI memiliki dokumen perjalanan seperti paspor dan visa kunjungan ke Iran serta tiket penerbangan pulang-pergi yang sah.

"Sesuai prosedur normal, apabila seseorang dideportasi oleh suatu negara, maka yang bersangkutan akan diterbangkan kembali ke bandara keberangkatan," terang KBRI.

Kantor Imigrasi Bandara Ahmad Yani menyatakan 36 WNI itu telah melanjutkan penerbangan ke Teheran, Iran pada 17 November 2015 menggunakan maskapai Mahan Air.

Berdasarkan tiket itu, mereka akan ke Indonesia pada 6 Desember 2015.

KBRI Kuala Lumpur menyatakan terus memantau informasi mengenai hal ini. (azm/arrahmah.com)

Penutupan Rafah menghalangi 30% pasien untuk mendapatkan obat-obatan

Posted: 18 Nov 2015 11:00 PM PST

rafah-crossing

RAFAH (Arrahmah.com) - Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza mengatakan bahwa penutupan berkelanjutan dari Rafah sangat berbahaya bagi ribuan pasien di wilayah tersebut.

Sebagaimana dilansir oleh MEMO, Rabu (18/11/2015), Juru bicara Kementerian Palestina, Ashraf Al Qudra, mengatakan bahwa penutupan perbatasan Rafah menghalangi 30 persen pasien dari wilayah Gaza untuk mendapatkan obat-obatan dan perlengkapan medis yang mereka butuhkan.

Sektor kesehatan di Jalur Gaza mengalami krisis obat-obatan dan perlengkapan kesehatan yang parah serta peningkatan jumlah pasien yang harus keluar negeri untuk mendapatkan perawatan, sebagai akibat dari penutupan lanjutan dari perbatasan itu.

(ameera/arrahmah.com)