Wawancara dengan Abu Firas, Sikap Jabhah Nushrah terhadap ISIS (bag 1)

Kekuatan koalisi Mujahidin yang diprakarsai oleh Jabhah Nushrah, yang meliputi Koalisi Jaisyul Fath, Koalisi Ansharusy Syariah, Koalisi Jaisyul Hermon telah sukses memporak porandakan benteng pasukan Assad di seluruh Suriah, sekaligus mengembalikan wilayah-wilayah yang direbut paksa oleh Tanzhim Daulah Baghdadiyah (ISIS).

Kini, setelah sempat “digembosi” oleh Tanzhim Daulah hingga kehilangan 2000 pasukannya yang membelot ke Tanzhim Daulah/ISIS, Tanzhim Al-Qaeda Jabhah Nushrah dalam waktu singkat kembali menjadi sebuah organisasi jihad terkuat di Suriah dengan wilayah yang sangat luas.
Tentunya, para pendengki tidak pernah rela dengan hal ini, mulai dari serangan udara koalisi Amerika, pengkhianatan faksi-faksi boneka Amerika, hingga bom bunuh diri Tanzhim Daulah yang menghancurkan masjid-masjid yang dikelola oleh Jabhah Nushrah.

Tuduhan yang dilancarakan oleh Tanzhim Daulah kepada Jabhah Nushrah pun semakin liar, mulai dari menganggap bahwa Jabhah Nushrah gagal menerapkan Syariah hingga mengkafirkan Jabhah Nushrah,

Berikut ini wawancara Bilal Abdul Karim seorang wartawan independen yang meliput konflik Suriah sejak beberapa tahun yang lalu, bersama syaikh Abu Firas As Suri, tokoh senior Al Qaeda sejak perang melawan Soviet, yang kini menjabat sebagai Dewan Pimpinan Majelis Syura Jabhah Nushrah.



Bilal: “Pertama-tama saya ingin mengucapkan; ‘Assalamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh’.”

Abu Firas: “Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh, ahlan wa sahlan bikum.”

Bilal: “Apa tujuan Anda di sini, di Suriah?”

Abu Firas: “Segala puji milik Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada penghulu para Rasul. wa ba’du;

“Kita adalah umat pengemban risalah, dan tujuan dari umat ini adalah menyelamatkan seluruh dunia dan seluruh manusia dari kegelapan menuju cahaya. Dan tujuan kami tidak hanya terbatas di Suriah saja. Hanya saja, sekarang pertempuran kami di Suriah. Allah ta’ala berfirman kepada Rasulnya saw, dan firman yang ditujukan kepada Rasulullah saw adalah firman yang ditujukan untuk seluruh umatnya. allah ta’ala berfirman:

“Alif Laam Raa. (Ini adalah) Kitab yang kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang benderang dengan izin Rabb mereka…” (QS. Ibrahim: 1).

Ini adalah misi dari umat pengemban risalah. Kewajiban kita adalah mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Dan ini tidak terjadi pada sebuah peperangan yang umumnya dipahami oleh banyak orang, bahwa urusan peperangan itu hanya berkutat pada urusan saling bunuh, baku hantam dan yang semisalnya.

Akar pokok dari kewajiban kita ini adalah membimbing dan menunjuki manusia sebagaimana yang dijelaskan Allah ta’ala dan sebagaimana yang dijalani oleh Rasulullah saw. jadi misi kita adalah membimbing manusia dan menuntun mereka agar kita semua bisa mewujudkan syariat Allah di muka bumi. dan misi kami di Suria merupakan satu bagian dari misi ini.”

Bilal: “Jamaah Anda menguasai banyak daerah akan tetapi ada sejumlah kritikan yang mengatakan bahwa jamaah Anda tidak menerapkan syariat Islam. mereka mengatakan bahwa kalian hanyalah jamaah perang saja dan tidak menegakkan syariat. Apa yang akan Anda katakan pada mereka?”

Abu Firas: “Sangat disayangkan bahwa kritikan ini dilatarbelakangi oleh tidak adanya kesadaran dari para ikhwan tentang syariah. Syariat Islam tidak hanya sebatas hukum hudud. Syariat Islam adalah sistem yang sempurna yang Allah turunkan kepada penutup para Rasul, yakni Rasulullah saw.

Rasulullah saw yang Allah utus untuk menyelamatkan manusia dari kesesatan. Risalah Islam adalah sebuah sistem hidup yang komprehensif yang mencakup seluruh entitas manusia, ia adalah sebuah sistem yang utuh dan saling terkait. Ia merupakan hukum hudud, bimbingan hidayah, akhlak yang mulia, seruan dakwah menuju kebaikan. Dan pokok inti di dalamnya adalah menyeru manusia dengan cara yang paling baik. Dahulu Rasulullah saw berdakwah kepada Allah ta’ala dengan hikmah dan mau’izhah hasanah. Oleh karena itu, Allah ta’ala menggambarkan beliau dengan firmannya:
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur” (Al-Qalam: 4)

Allah ta’ala berfirman kepada kita agar kita menyeru manusia dengan kebaikan, “wa qulu linnasi husna”. Ini adalah inti dasar dakwah Al-Qur’anul Karim. Al-Quran terdiri dari sekitar 6200 ayat. Ayat yang berkenaan hudud di dalamnya hanya enam ayat. Sirah nabi dan hadits shahih berjumlah lebih dari 10.000 hadits shahih tanpa pengulangan. Bahkan di dalam ribuan hadits tersebut yang berbicara tentang hudud tidak lebih dari sepuluh hadits. Saya tidak mengerti mengapa manusia hanya memahami bahwa syariat Islam hanya sebatas hudud. Di tempat-tempat yang kami kuasai, kami menyampaikan tentang dienullah yang benar sebagaimana yang Allah kehendaki. Kami berdakwah menyeru manusia kepada ilmu, untuk memahami dien. Kami mengadakan daurah syar’i. Rasul saw; pertama-tama beliau mengajari manusia baru kemudian menegakkan hudud. Rasul saw menuntun manusia kepada hidayah dan memberi mereka rasa aman dengan memberikan apa yang mereka butuhkan. Oleh karenanya, saat itu hudud jarang sekali. Bahkan hudud harus digugurkan karena adanya syubhat. Umar ra pada tahun ramadah (tahun-tahun paceklik) tidak menegakkan had kepada para pencuri karena mereka mencuri agar bisa makan. Sa’ad bin Abi Waqqas di saat perang Qadisiyah tidak menegakkan had kepada Abu Mihjan ats Tsaqafi karena saat itu kondisi perang.

Dien bukan sekedar hudud. Dien pada dasarnya adalah sebuah misi yang dengan misi ini Allah ta’ala mengutus seluruh rasul. Misi ini adalah mengesakan Allah ta’ala dalam peribadahan.”

Bilal: “Jadi Anda tidak menganggap diri Anda sebagai sebuah kekuatan perang saja?”

Abu Firas: “Tentu, perang adalah sebuah kondisi pengecualian di dalam Islam. Kami adalah umat pengemban risalah. dan misi dari Islam bukan hanya perang, tapi mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Misinya adalah menerapkan aturan Allah di muka bumi.

Jika saya berdakwah mengajak manusia untuk beriman kepada Allah, lalu mereka mau menerima dakwah.. mengapa saya harus memerangi mereka? Perang dalam Islam merupakan sarana terakhir, sarana terakhir untuk diplomasi. Sebagaimana sejumlah orang mengatakan tentang definisi perang bahwa perang adalah diplomasi secara kasar.

Kami berusaha untuk berdakwah mengajak manusia dengan segala hal yang kami bisa; dengan ta’lim, dakwah melalui masjid-masjid, melalui media massa. Berbagai sarana yang bisa digunakan untuk berdakwah maka kami gunakan.
Adapun jika ada orang yang berusaha untuk menghalangi dakwah kami atau melarang orang lain agar tidak menerima dakwah, maka kami harus memeranginya sehingga kami bisa menyampaikan Kalimatullah kepada manusia. Kami memiliki tanggung jawab agar kalimatullah sampai kepada manusia. maka siapa saja yang menjadi penghalang antara kami dan manusia sehingga dakwah tidak bisa sampai kepada mereka maka kami harus memeranginya sampai hanya allah saja yang diibadahi di muka bumi.”

Bilal: “Tanzhim Daulah mengklaim bahwa mereka menerapkan syariat Islam di daerah yang mereka kuasai. dan menurut mereka, daerah-daerah yang direbut dari tangan mereka, maka di daerah tersebut tidak lagi diterapkan syariat Islam. sekali lagi menurut mereka, hal ini (merebut wilayah Daulah) akan membatalkan iman Anda dan mengeluarkan anda dari Dien. bagaimana Anda menjawab mereka?”

Abu Firas: “Ini hasil dari pemahaman yang buruk tentang Islam. Mereka mengira bahwa Islam hanya sebatas hududud. Saya ulangi bahwa Islam adalah dakwah komprehensif. Adapun pokok dari dakwah ini adalah mentauhidkan Allah azza wa jalla. dan mentauhidkan Allah azza wa jalla sebagaimana penjelasan ulama bahwa tauhid terbagi dalam tauhid uluhiyah, tauhid rububiyah, dan tauhid asma dan sifat. Adapun puncak dari tauhid ini adalah tauhid uluhiyah. dan tauhid uluhiyah secara definisi yang singkat dan ringkas adalah mengesakan Allah dalam seluruh perbuatan kita. Artinya jika kita berdoa maka kita hanya berdoa kepada Allah, jika kita minta tolong maka hanya kepada Allah, jika kita beribadah maka hanya beribadah kepada Allah. jika kita meminta pertolongan maka hanya kepada Allah sebagaimana ucapan Ibrahim as:
“Aku hadapkan wajahku bagi yang telah menciptakan langit dan bumi sebagai seorang muslim yang lurus, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik” (Al-An’am: 79).

Dan di setiap shalat kita mengucapkan, “Aku hadapkan wajahku kepada yang telah menciptakan langit dan bumi sebagai seorang Muslim yang lurus, dan bukanlah aku termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah rabb semesta alam. Tiada sekutu baginya dan dengan itu aku diperintahkan. Dan aku termasuk orang Islam”

Jadi pokok dasar dien adalah dakwah kepada Allah dan mentauhidkannya. Adapun dien ini mencakup banyak hal yang dikesampingkan oleh orang-orang Daulah. Dienul Islam mengajak kepada akhlak mulia, mengajak untuk tidak berbohong, mengajak untuk tidak berbuat ghulul (mencuri ghanimah), mengajak untuk tidak menuduh, mengajak untuk mengasihi manusia, mengajak untuk bersikap lembut kepada kaum muslimin dan juga kepada selain muslim.

Rasul saw bersabda kepada kita, “Sesungguhnya, Allah azza wa jalla menetapkan ihsan/kebaikan dalam segala hal. jika kalian menyembelih maka perbaguslah dalam menyembelih. jika kalian membunuh maka perbaguslah dalam membunuh. dan hendaknya agar menajamkan pisaunya dan membuat nyaman sembelihannya.”

Artinya jika kita ingin menyembelih kambing hendaknya kita menajamkan pisau, tidak memperlihatkannya sebelum menyembelih, dan agar menyembelih dengan cepat sehingga kita tidak menyiksanya. Dienul Islam adalah dien rahmah/kasih sayang. “Dan tidaklah kami mengutusmu hai Muhammad melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.” Allah ta’ala tidak mengutus rasul saw untuk bersikap keras dan meneror seluruh alam. “dan tidaklah kami mengutusmu hai Muhammad melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam”

Rasul saw bersabda mengenai dirinya: “Sesungguhnya Allah azza wa jalla tidak mengutusku sebagai orang yang bersikap keras kepala lagi kasar, tetapi Allah mengutusku sebagai orang yang memberi pengajaran dan memudahkan”. (Bersambung)