Arrahmah.Com |
- Tiga WNI ditangkap aparat keamanan Brunei
- DPR pertanyakan perhatian negara terhadap para penghafal Al Quran
- Menghitung siswa Muslim, walikota Perancis dikecam
- Peradaban Al-Qur'an
- Lembaga HAM Suriah: Rezim Assad 50 kali bantai warga sipil di bulan April, 499 tewas
- Pernyataan Ali bin Abi Thalib tentang mut'ah dalam kitab Syi'ah
- Laporan LSM: 65 pengungsi Palestina gugur di Kamp Yarmuk selama April lalu
- Alhamdulillah Imarah Islam Afghanistan berhasil mengambil alih Kunduz dari rezim
- Tak ada Ukhuwah Islamiyah antara Sunni dan Syi'ah (4)
- Longsor di Pangalengan, 4 tewas 9 masih tertimbun
Tiga WNI ditangkap aparat keamanan Brunei Posted: 06 May 2015 04:16 AM PDT MALANG (Arrahmah.com) - Tiga warga negara Indonesia (WNI) asal Malang Jawa Timur dikabarkan ditangkap aparat kemanan Bandara Brunei Darussalam pada Sabtu 2 Mei 2015. Penumpang lain di pesawat yang sama mengaku pesawat sempat delay selama satu hari lantaran kejadian itu. "Kakak ipar saya ada di pesawat itu, mereka mau berangkat ke Uni Emirat untuk bekerja jadi TKI di Abu Dhabi," kata Tukijan, warga Desa Rejoyoso Kecamatan Bantur Kabupaten Malang, Rabu 6 Mei 2015, lapor Viva Tukijan menuturkan kakak ipar dan suaminya berangkat dari Bandara Juanda pada Sabtu pagi menumpang pesawat Royal Brunei Airlines tujuan Uni Emirat Arab. Rutenya pesawat akan transit di Brunei Darussalam sebelum melanjutkan perjalanan ke Abu Dhabi. "Kakak ipar saya berangkat sekitar pukul 07.00 dari Juanda dan transit dulu di Brunei Darussalam," katanya. Setibanya di Brunei, Sabtu pagi 2 Mei 2015 waktu setempat, pesawat Royal Brunei ternyata mengalami delay dan kerabat Tukijan baru berangkat melanjutkan perjalanan pada Minggu 3 Mei 2015 waktu setempat. "Seharusnya Minggu sudah sampai, tapi kami belum juga dapat kabar," kata Tukijan. Kabar itu baru didengar pada Senin malam, ketika kerabatnya menghubungi keluarga di Malang lewat telepon selulernya. Kakak Ipar Tukijan, menuturkan pesawat tertahan selama satu hari lantaran ada warga Pakis, asal Kabupaten Malang yang tertangkap dan diduga membawa bahan peledak saat berada di bandara Brunei Darussalam. "Kami baru dapat kabar Senin malam, katanya pesawat mereka terlambat sehari karena ada warga Pakis yang membawa bahan peledak," aku Tukijan. Kasat Reskrim Polres Malang AKP Wahyu Hidayat membenarkan jika ada tiga warga Malang yang sedang dalam penyelidikan Mabes Polri. Aparat kepolisin di wilayah Kabupaten Malang, menurutnya diminta untuk mendampingi dan mencari informasi tentang tiga warga Malang pada Senin 4 Mei 2015. "Polres Malang hanya diminta mendampingi dan mencari informasi di alamat tiga warga yang bersangkutan. Untuk penyelidikan langsung ditangani Mabes Polri. Mereka diamankan ketika di Brunei Darussalam. Kami juga belum tahu kapan tiga warga Malang akan dikirim ke Malang," katanya. Tiga warga Malang itu diketahui beralamat di Kecamatan Pakis dan Kecamatan Jabung. Mereka menumpang pesawat Royal Brunei pemberangkatan dari Juanda pada Sabtu 2 Mei 2015 untuk menunaikan ibadah Umroh hingga 12 Mei 2015. (azm/arrahmah.com) |
DPR pertanyakan perhatian negara terhadap para penghafal Al Quran Posted: 06 May 2015 02:57 AM PDT JAKARTA (Arrahmah.com) - Ketua Komisi VIII DPR, Saleh Partaonan Daulay, mempertanyakan kontribusi negara terhadap para penghafal Alquran atau hafizd Quran. Saleh menilai, perhatian negara kepada mereka masih minim. "Mana kontribusi negara pada mereka (hafizd Quran)? Menurut saya masih kurang," kata Saleh saat acara Milad ke-18 Bayt Al Quran dan Museum Istiqlal (BQMI) di TMII, Jakarta, Rabu 6 Mei 2015, dikutip dari Vivanews. Padahal, lanjut politisi Partai Amanat Nasional itu, revolusi mental yang kini diusung oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo sebenarnya dimulai dari pemahaman ajaran Al Quran. "Betapa besarnya perubahan yang terjadi sejak turunnya Al Quran," ujar Saleh. Dia pun mengingatkan agar semua institusi, baik DPR dan pemerintah serta masyarakat, untuk bersama menjaga Al Quran. Karena Al Quran mampu memelihara manusia dari hal yang tidak baik. "Godaan jadi menteri besar, begitu juga godaan komisi VIII. Harta, tahta, wanita," tuturnya. Saleh menambahkan, DPR berkomitmen mendukung Kementerian Agama untuk menjaga 'Bayt Qur'an' yang menghasilkan para penghafal Al Quran. (azm/arrahmah.com) |
Menghitung siswa Muslim, walikota Perancis dikecam Posted: 06 May 2015 01:52 AM PDT PARIS (Arrahmah.com) - Sebuah penyelidikan telah diluncurkan terhadap Robert Menard, walikota kota Beziers, di Perancis selatan, atas pernyataanya tentang file-file yang berisi jumlah siswa Muslim di kotanya, menurut media Perancis, sebagaimana dilansir oleh World Bulletin, Selasa (5/5/2015). Penyelidikan, yang diumumkan pada Selasa oleh jaksa Beziers Yvon Calvet, datang setelah Menard mengatakan pada Senin (4/5) di saluran TV France 2 bahwa ia memiliki informasi statistik berkaitan dengan agama yang dianut siswa yang terdaftar di sekolah-sekolah di kota Paris, dan mengatakan bahwa 64,6 persen dari mereka adalah Muslim . "Angka-angka ini adalah orang-orang dari kota saya. Maaf untuk mengatakan bahwa walikota memiliki nama-nama seluruh siswa. Saya tahu saya tidak punya hak untuk itu, tapi saya melakukannya," kata Menard. "Maaf untuk mengatakan ini, tapi wali kota memiliki seluruh nama siswa," katanya kepada media France 2 pada Selasa (6/5) malam, dikutip dari Al-Arabiya. "Saya tahu saya tidak punya hak untuk melakukannya. Maaf, tapi nama depan siswa menandakan agama mereka. Menyangkal ini berarti menyangkal bukti," ujar wali kota yang didukung oleh partai sayap kanan Front Nasional ini. "Maaf, tapi nama-nama itu mengungkapkan agama mereka," tambahnya. Menard, mantan presiden Reporters Without Borders, berbicara tentang "masalah imigrasi" di kotanya dan mempertanyakan tentang kurangnya pengetahuan tentang bahasa Perancis oleh orang tua dari para siswa. Pada Selasa (5/5), ia membantah dalam sebuah pernyataan tentang adanya file selain dari yang disediakan oleh Departemen Pendidikan. Perdana menteri Perancis Manuel Valls mentweet: "Malu pada walikota Beziers. Republik membuat tidak ada perbedaan antara anak-anaknya. Menteri Pendidikan, Najat Vallaud-Belkacem mengatakan bahwa tindakan Menard adalah "sangat anti-Republik" disamping itu "pengarsipan itu adalah ilegal bagi seorang walikota yang mewakili negara di kotanya." (ameera/arrahmah.com) |
Posted: 06 May 2015 01:00 AM PDT Oleh Ustadz Muhaimin Iqbal (Arrahmah.com) - Napoleon Bonaparte – panglima perang Perancis yang sangat terkenal – suatu saat mengagumi Islam, bagaimana Agama ini bisa menaklukkan separuh peradaban dunia yang ada pada jamannya dengan penaklukan-penaklukan yang damai. Barangkali karena kekagumaan ini sampai timbul kabar – konon dia masuk Islam pada tahun 1798 dan mengubah namanya menjadi Ali Napoleon Bonaparte. Terlepas dari benar tidaknya kabar ini, orang sekaliber Napoleon-pun memang perlu kagum dengan Islam bila tahu apa yang dibawa dalam agama ini. Agama ini bisa mengubah seluruh aspek kehidupan manusia, dari kehidupan yang jahiliah – gelap gulita menjadi kehidupan yang terang benderang. Kitab agama ini adalah sumber penerang-nya; bahkan nama lain dari Al-Qur'an itu adalah An-Nur atau cahaya (QS 4:174). Bahwa Al-Qur'an adalah jawaban atau solusi untuk segala permasalahan kehidupan manusia, itupun dijanjikan oleh Allah (QS 16:89). Maka di bidang apapun manusia modern ini bekerja, sesungguhnya dia bisa menjadikan Al-Qur'an sebagai sumber ilmu dan inspirasinya. Pada Al-Qur'an Juz 30 , yaitu juz yang paling awal dan banyak dihafal sejak anak-anak-pun sudah tersimpan ilmu yang amat sangat luas dan dalam bagi yang mau mendalaminya. Ambil misalnya surat Al-Ghasyiyah yang banyak sekali dihafal: "…Maka tidakkah mereka memperhatikan unta – bagaimana diciptakan? Dan langit bagaimana ditinggikan?, dan gunung-gunung bangaimana ditegakkan?, dan bumi bagaimana dihamparkan?..." Bukankah di dalam ayat-ayat ini tersimpan ilmu tentang zoologi, astronomi, geologi… Bahkan dalam satu rangkaian ayat –ayat berikut, Allah menebarkan segudang ilmu yang bisa menjadi rujukan manusia hingga saat ini. Perhatikan rangkaiannya berikut:
Hanya dengan enam ayat saja di surat Saba' ini, kita sudah dirangsang untuk mengembangkan ilmu metalurgi, standar industri, transportasi yang dasyat, ilmu konstruksi, ilmu kesehatan, pertanian, logistic dan pengelolaan negeri yang baik. Setiap ayat dan bahkan kata dalam Al-Qur'an, itu adalah sumber ilmu yang tidak akan habis digali manusia hingga akhir jaman. Masalahnya adalah mengapa sekarang umat ini dengan bekal yang begitu kuat tidak memimpin peradaban saat ini? inipun dijelaskan olehNya, penyebab ini semua adalah sebuah contoh yang terjadi pada umat yang lain : "... Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian dari padamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat…" (QS 2:85). Sekarang umat ini bisa berintrospeksi, bagian-bagian manakah dari ayat-ayatnya yang sudah kita imani dan ikuti? bagian manakah yang kita abaikan dan lalaikan? Dalam ibadah-ibadah khusus bisa jadi kita sudah ikuti petunjuk-petunjuk-Nya itu, namun bagaimana dengan ibadah umum lainnya, bagaimana dengan muamalah kita, bagaimana dengan hukum kita, bagaimana dengan pengelolaan sumber daya alam kita, bagaimana dengan idustri kita, dengan pendidikan dan kesehatan kita dlsb. Sudahkan kita mengikuti petunjukNya itu di bidang kita masing-masing? Bila belum, ada dua kemungkinan – bisa jadi kita belum tahu saja. Maka cara terbaiknya adalah membaca sebanyak mungkin apa-apa yang ada di Al-Qur'an. Bisa jadi pula kita sudah membaca dan sudah paham, hanya belum cukup untuk mendorong kita bersikap dan berbuat seperti petunjuk itu – untuk yang kedua ini yang dibutuhkan adalah exercise atau latihan terus menerus agar kita terampil dalam mengamalkan ayat-ayatnya - terampil untuk memahami dan menggunakan petunjuk-Nya untuk mengatasi persoalan-persoalan dalam bidang kehidupan kita. Bagaimana konkritnya? Dari mana kita mulai? Bagi Anda yang sudah lancar membaca Al-Qur'an dan paham pula artinya, Anda tinggal mengasah ketrampilan Anda untuk mengamalkannya. Bagi yang belum bisa membacanya dengan lancar, saat ini sangat banyak pelajaran membacanya di Masjid-Masjid bahkan juga di kantor-kantor. Bahkan bagi Anda yang karena satu dan lain hal tidak bisa hadir dalam pelajaran fisik, banyak sekali aplikasi pelajaran Al-Qur'an yang ada di dunia maya. Salah satunya adalah yang di develop oleh team kami di Badr Interactive dengan nama Learn Quran yang dapat didownload gratis di Play Store-nya Android. Aplikasi yang sederhana yang kami luncurkan dua tahun lalu tersebut hingga kini telah didownload oleh lebih dari 360,000 pengguna dan utamanya adalah pengguna-pengguna di luar negeri. Berangkat dari pengalaman ini – bahwa dengan effort yang tidak terlalu berat kita sudah bisa 'mengajar Al-Qur'an' bagi ratusan ribu penduduk dunia, insyaAllah dalam beberapa bulan kedepan – targetnya sebelum Ramadhan kami akan meluncurkan web dan kemudian juga aplikasi yang bertujuan untuk mendorong dan menghargai - encouragement and appreciation - bagi para pembaca/penghafal Al-Qur'an. Ini mencontoh langsung apa yang dilakukan oleh Uswatun Hasanah kita dahulu, bahwa para penghafal Al-Qur'an memiliki kedudukan lebih dibandingkan dengan yang lain. Suatu penugasan diberikan kepada yang hafalannya lebih, begitupun ketika perang uhud menelan banyak korban dari pasukan kaum muslimin – Nabi mendahulukan yang hafalannya banyak yang ditangani lebih dahulu. Bahkan di Surga nanti tempat kita sampai setinggi apa juga dibedakan dengan seberapa banyak Qur'an yang ada pada diri (hafalan) kita. Bila Rasul-pun menempatkan kedudukan seseorang berdasarkan hafalannya, dan Allah-pun di surga menentukan kedudukan kita berdasarkan hafalan kita - tentu termasuk didalamnya pemahaman dan pengamalannya, tidakkah kita sekarang ingin mulai memperlakukan manusia juga dengan sudut pandang demikian? Maka project dakwah yang kita sebut Quran Prize ini nantinya insyaa Allah akan menyediakan online and realtime platform, bagi siapapun yang ingin menghargai orang lain berdasarkan hafalannya. Bagi orang awam, Quran Prize akan menjadi alat muhasabah – seberapa banyak kita tahu tentang isi Al-Qur'an dari waktu ke waktu. Bagi para hafidz dan hafidzah Quran Prize akan menjadi alat untuk memonitor hafalannya agar jangan sampai ada yang hilang. Bagi perusahaan bisa menjadi insentif untuk memberikan bonus bagi karyawan yang memiliki QPS (Quran Prize Score) di atas nilai tertentu. Bagi sekolah dan perguruan tinggi bisa menjadi alat untuk memonitor perkembangan penguasaan Al-Qur'an untuk siswa-siswinya. Bagi para penderma yang ingin memberi beasiswa kepada anak-anak sekolah dari SD sampai perguruan tinggi, mereka bisa menggunakan QPS untuk menentukan apakah si fulan berhak menerima beasiswa setiap bulan, atau perlu dicabut bila QPS-nya turun dibawah standard tertentu. QPS juga akan dengan cepat bisa melihat apakah suatu negeri rata-rata penduduknya membaca Al-Qur'an dengan lebih baik dari negeri lain atau sebaliknya. Dengan QPS pula 100,000 orang di Gelora Bung Karno misalnya akan bisa diketahu siapa yang bacaan Quran-nya terbanyak – hanya dalam tempo sekitar 30 menit! Bayangkan sekarang bila membaca Al-Qur'an menjadi budaya, maka saat itu tools yang sama bisa dikembangkan lebih lanjut untuk bisa mendorong pemahaman dan aplikasinya di masyarakat. Saat itulah peradaban Al-Qur'an akan meliliti dunia seperti benang yang digulung sampai menutupi sebuah bola. Saat ini benang yang menutupi bola dunia tersebut adalah cuitan twitter dan 'tembok ratapan'-nya facebook, rakyat Indonesia sudah jago dibidang keduanya – mencuit dan meratap – maka mengapa tidak kita juga buktikan sebaliknya, bahwa kita bisa mengajari dunia untuk membaca Al-qur'an dan bener-bener menghargai orang-orang yang terbaik dalam melakukannya. Insyaa Allah. (adibahasan/geraidinar/arrahmah.com) |
Lembaga HAM Suriah: Rezim Assad 50 kali bantai warga sipil di bulan April, 499 tewas Posted: 06 May 2015 12:30 AM PDT DAMASKUS (Arrahmah.com) - Sejumlah 499 warga sipil tewas, termasuk 110 anak-anak dan 79 perempuan, dalam 50 pembantaian yang terjadi pada bulan April. Demikian lapor Syrian Network for Human Rights (SNHR) sebagaimana dikutip The Anadolu Agency, Selasa (05/05/2015). Lembaga HAM penentang rezim Assad yang berbasis di London itu mengatakan bahwa, pasukan tentara rezim Suriah melakukan 50 pembantaian yang sebagian besar berlangsung di Idlib di bagian utara negara dan pasukan oposisi melakukan satu pembantaian "karena kesalahan (teknis)". SNHR mendefinisikan bahwa sebuah serangan, yang setidaknya menyebabkan lima orang tewas, disebut sebagai pembantaian. Menurut laporan itu, pasukan rezim melakukan 19 pembantaian di Idlib, 11 di Aleppo, tujuh di Dara'a, empat masing-masing di Rif Dimashq dan Hama, tiga di Homs dan satu pembantaian masing-masing di Deir al-Zour, Raqqa dan Hasakah. Pasukan rezim dilaporkan menggunakan artileri, bom barel, serangan mortir dan sejumlah teknik eksekusi dalam membantai warga sipil. Sementara itu, menurut definisi SNHR, pasukan oposisi melakukan "pembantaian" ketika mereka secara acak menembaki kota al-Salamiya di provinsi Hama. Tujuh warga sipil tewas, termasuk dua anak, dan 18 orang luka-luka. Perang Suriah, sekarang memasuki tahun kelima, telah menewaskan lebih dari 220.000 orang dan memaksa hampir empat juta orang meninggalkan negaranya. (adibahasan/arrahmah.com) |
Pernyataan Ali bin Abi Thalib tentang mut'ah dalam kitab Syi'ah Posted: 06 May 2015 12:00 AM PDT JAKARTA (Arrahmah.com) - Membaca pernyataan Ali bin Abi Thalib radhiAllahu 'anhu dari kitab-kitab Sunni, itu hal biasa. Namun, kali ini kita akan membahas perkara mut'ah langsung dinukil dari titah imam syiah yang dianggap maksum dalam kitab kaum sesat itu, sebagaimana dikutip Arrahmah dari Hakekat.com, Rabu (6/5/2015). Bagi syiah, Ali adalah sosok imam maksum, suci tanpa cela. Titahnya harus ditaati, mengingat posisinya sebagai imam di mata syiah, yang meyakini bahwa imam adalah penerus dari kenabian. Sedangkan posisi Ali adalah imam pertama setelah Nabi wafat, yang konon dilantik sendiri oleh Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam. Bagi syiah, Ali-lah orangnya yang ditunjuk untuk menjadi penerus misi kenabian, beserta sebelas orang anak cucunya. Menjadi penerus kenabian artinya meneruskan lagi misi kenabian, yaitu menyampaikan risalah Allah pada manusia di bumi. Tentunya ketika menyampaikan misinya tidak berbohong dan tidak keliru, karena para imam –menurut syiah- adalah maksum, terjaga dari salah dan lupa, maka tidak mungkin keliru dalam menyampaikan amanat risalah, juga tidak mungkin berbohong ketika menyampaikan hadits Nabi. Salah satu hal aksiomatis (pasti benar, red.) dalam mazhab syiah adalah nikah mut'ah, seperti dinyatakan oleh Al Hurr Al Amili dalam Wasa'ilu Syi'ah jilid 21 hal 13. Al Amili mengatakan, "Bolehnya nikah mut'ah adalah perkara aksiomatis dalam mazhab syiah". Ternyata, bukan Al Hurr Al Amili sendirian yang menganggap bolehnya nikah mut'ah adalah hal aksiomatis dalam mazhab syiah, Al Majlisi juga menyatakan demikian, "Beberapa hal yang termasuk perkara aksiomatis dalam agama syi'ah, kata Majlisi, adalah menghalalkan mut'ah, haji tamattu' dan memusuhi Abubakar, Umar, Utsman dan Muawiyah." Bisa dilihat dalam Al I'tiqad hal 90-91. Yang disebut aksiomatis adalah hal penting yang harus diyakini oleh penganut syiah. Begitulah penganut syiah di masa lalu, hari ini dan sampai akhir nanti akan terus meyakini bolehnya nikah mut'ah. Sesuatu bisa menjadi aksiomatis dalam syiah mestinya karena sudah digariskan oleh para imam syiah yang 12, yang menjadi rujukan syiah selama ini dalam penetapan hukum, paling tidak itulah pengakuan syiah selama ini, yaitu mereka merujuk pada penjelasan para imam. Apalagi imam pertama mereka setelah Nabi yaitu Ali bin Abi Thalib, menantu Nabi yang – lagi-lagi menurut syiah- paling mengetahui ajaran Islam dibanding sahabat lain. Demikian pula syiah di Indonesia, mereka meyakini bolehnya mut'ah, dan menyebarkan hal itu pada penganut syiah. Hingga akhirnya praktek mut'ah marak di mana-mana, dengan keyakinan bahwa mut'ah adalah ajaran keluarga Nabi yang boleh dikerjakan. Di sini pelaku mut'ah mendapatkan tiga kenikmatan, yang pertama kenikmatan melakukan "ajaran" keluarga Nabi, yang pasti mendapatkan pahala dengan melakukannya, yang kedua, kenikmatan hubungan seksual, melampiaskan hasrat yang telah digariskan Allah pada manusia. Sementara yang ketiga, bisa berganti-ganti pasangan, karena mut'ah adalah praktek pembolehan hubungan seksual antara laki-laki dan wanita untuk sementara waktu (tanpa harus repot mengadakan akad nikah sesuai syari'at Islam). Ahlussunnah menganggap nikah mut'ah adalah haram sampai hari kiamat, meskipun pada beberapa saat (sebelum Perang Khaibar) pernah dibolehkan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. Pengharaman ini berdasarkan keterangan dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam sendiri yang mengharamkannya. Beberapa tahun kemudian Umar radhiAllahu 'anhu menyampaikan pengharaman tersebut pada para sahabat Nabi ketika menjabat khalifah. Namun syi'ah selalu menghujat ahlussunnah yang dalam hal ini mengikuti sabda Nabi, dan menuduh Umar lah yang mengharamkan nikah mut'ah, bukan Nabi. Artinya di sini Umar telah mengharamkan perbuatan yang halal dilakukan. Dan hujatan-hujatan lainnya, yang intinya adalah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam tidak pernah mengharamkan mut'ah, karena yang mengharamkan adalah Umar mengapa kita mengikuti Umar dan meninggalkan apa yang dihalalkan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Namun ada yang janggal di sini, ternyata Ali malah dengan tegas meriwayatkan sabda Nabi tentang haramnya nikah mut'ah. Riwayat ini tercantum dalam kitab Tahdzibul Ahkam karya At Thusi pada jilid 7 halaman 251, dengan sanadnya dari: Muhammad bin Yahya, dari Abu Ja'far dari Abul Jauza' dari Husein bin Alwan dari Amr bin Khalid dari Zaid bin Ali dari ayahnya dari kakeknya dari Ali [Alaihissalam] bersabda, "Rasulullah mengharamkan pada perang Khaibar daging keledai jinak dan nikah mut'ah." Bagaimana perawinya? Kita lihat bersama dari literatur syiah sendiri:
Di sini Ali mendengar sendiri sabda Nabi dan menyampaikannya kepada Ummat. Menghadapi riwayat ini mungkin kita bingung, ternyata bukan anda saja yang bingung, penulis pun ikut kebingungan karena dua hal: Pertama, bagaimana ulama syiah dan ustadz syiah tidak menyampaikan hal ini pada umatnya? Hingga umatnya dengan suka ria melakukan mut'ah yang memang mengasyikkan. Kita mempertanyakan apakah mereka tidak membaca riwayat ini? Ataukah mereka membacanya tetapi tidak menjelaskan pada umat tentang kenyataan ini? Atau kenyataan ini tidak sesuai dengan kepentingan mereka, karena tidak dipungkiri lagi bahwa bolehnya nikah mut'ah membuka kesempatan bagi syiah guna menghilangkan kebosanan dan menambah variasi dalam hubungan seksual. Ketika orang hanya berhubungan dengan istrinya, maka bukan tidak mungkin suami bosan dengan istrinya, dan dengan mut'ah suami bisa mencari variasi dengan pasangan yang berbeda, baik dengan daun-daun muda, maupun janda-janda muda yang kesepian. Dan hubungan ini tidak mengakibatkan konsekuensi apa pun, kecuali kesepakatan tentang uang jasa dan jangka waktu mut'ah. Bisakan kita percaya para ustadz syiah dan santri-santri muda syiah belum membaca riwayat ini? Penulis teringat ayat Al Qur'an, yang terjemahnya sebagai berikut: Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat mela'nati, (QS. 2:159) Kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. 2:160) Kedua, ketika para ulama syiah menghadapi hadits shahih dari Nabi maupun imam yang tidak sesuai dengan mazhab syiah, mereka mengatakan bahwa Nabi atau imam mengatakan hadits itu dalam kondisi taqiyah, artinya yang disabdakan tidaklah benar adanya. Misalnya hadits ini, ketika ulama syiah tidak mampu menolak hadits ini karena sanadnya yang shahih, maka mereka mengatakan bahwa hadits ini disabdakan dalam kondisi taqiyah. Maksudnya adalah Nabi sebenarnya tidak mensabdakan hadits ini tetapi Ali bertaqiyah hingga menyebutkan hadits ini. Astaghfirullah. Al Hurr Al Amili dalam Wasa'il menyatakan, "Syaikh [At Thusi] dan [ulama] lainnya menafsirkan riwayat ini sebagai taqiyyah, karena bolehnya nikah mut'ah adalah perkara aksiomatis dalam mazhab syiah" Kita perlu mempertanyakan mengapa sabda Ali tidak sesuai dengan ajaran syiah, itu dianggap sebagai taqiyah. Tetapi kita ketahui bahwa taqiyah tidak mungkin dilakukan tanpa sebab, yaitu ketakutan. Lalu apa yang Imam Ali takutkan hingga bertaqiyah dalam masalah ini? Apakah kita mempertanyakan kembali sifat pemberani Ali bin Abi Thalib karena di sini digambarkan takut untuk menyampaikan kebenaran? Ini logika paradoks kaum syiah yang sesat dan menyesatkan. Juga kita mempertanyakan sumber informasi Syaikh At Thusi dan ulama syiah lainnya hingga mereka tahu bahwa imam Ali bertaqiyah ketika meriwayatan sabda Nabi itu. Jika tidak ada informasi yang valid apakah kita mengatakan bahwa ulama syiah hanya mengira-ngira saja, tanpa berdasari informasi yang valid. Hanya dengan satu alasan, yaitu menyelisihi hal yang aksiomatis dalam mazhab lalu begitu saja sabda imam bisa divonis taqiyah. Satu lagi konsekuensi berat bagi ulama syiah yang menyatakan bahwa Ali bertaqiyah dalam hadits itu, berarti Ali mengarang-ngarang hadits Nabi shalallahu 'alaihi wasallam, padahal Nabi shalallahu 'alaihi wasallam tidak pernah mengucapkannya. Karena pernyataan Ali di atas adalah riwayat, bukan pendapat Ali sendiri, tapi menceritakan sabda Nabi shalallahu 'alaihi wasallam. Perbuatan ini dikenal dalam istilah hadits dengan "berdusta atas nama Nabi". Sedangkan perbuatan berdusta atas nama Nabi adalah perbuatan dosa besar, Kitab Tafsir Surat Al Hamd karya Muhammad Baqir Al Hakim –ulama syiah Irak- pada hal. 40 memuat sebuah riwayat yang panjang dari Ali, yang dinukil dari Wasa'ilu Syi'ah –karya Al Hurr Al Amili-, dalam riwayat itu Ali menukil sabda Nabi:
Hadits ini juga dinukil oleh As Shaduq dalam Al I'tiqadat hal 119-120, juga tercantum dalam Al Ihtijaj jilid 1 hal 394. Apakah Ali mengarang hadits Nabi shalallahu 'alaihi wasallam hingga harus bersiap-siap masuk neraka? Atau Ali mendengar sabda Nabi dan menyampaikannya sesuai yang didengarnya? Saya tidak percaya Ali berdusta atas nama Nabi shalallahu 'alaihi wasallam, juga mestinya syiah –yang percaya Ali adalah maksum- tidak percaya bahwa Ali telah berdusta. Maka jelaslah Ali mengikuti sabda Nabi shalallahu 'alaihi wasallam, bahwa nikah mut'ah adalah haram dilakukan saat ini, meskipun pernah dihalalkan oleh Nabi shalallahu 'alaihi wasallam dalam beberapa kondisi, yaitu dalam kondisi perang. Tetapi syiah saat ini menghalalkan mut'ah dalam segala kondisi, tidak hanya ketika kondisi perang. Ini bedanya nikah mut'ah yang pernah dibolehkan pada jaman Nabi shalallahu 'alaihi wasallam (sebelum Perang Khaibar) dan mut'ah yang menjadi sebuah aksioma dalam mazhab syi'ah hari ini. Dengan ini muncul keraguan dan pertanyaan tentang hubungan mazhab syi'ah hari ini dengan Ali bin Abi Thalib. Rupanya memang tidak semua omongan orang sesuai dengan kenyataan. Contohnya syi'ah yang selalu mengaku mengikuti Ali, tetapi kenyataannya sungguh berbeda. Ternyata hal aksiomatis dalam mazhab syi'ah berbeda dengan ajaran Ali bin Abi Thalib. Dengan demikian, penulis mengingatkan para pembaca tentang kenikmatan Jannah beserta bidadari-bidadari yang menyambut penghuninya, beserta isteri-isteri surgawi. Tentunya kenikmatan "Jannah" lebih menggairahkan dibanding kenikmatan dunia. Allah berfirman dalam surat Yasin yang terjemahnya sebagai berikut: Sesungguhnya penghuni jannah pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). (QS. 36:55) Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertekan di atas dipan-dipan. (QS. 36:56) Ayat di atas menceritakan penghuni Jannah bersenang-senang dalam kesibukan bersama isteri mereka. Kira-kira apa kesibukan penghuni Jannah hingga membuat mereka gembira, yang dilakukan bersama istri di atas dipan? Pembaca pasti tahu jawabnya! (adibahasan/arrahmah.com) |
Laporan LSM: 65 pengungsi Palestina gugur di Kamp Yarmuk selama April lalu Posted: 05 May 2015 11:00 PM PDT YARMUK (Arrahmah.com) - Laporan aktivis Palestina di Suriah menegaskan, sebanyak 65 pengungsi Palestina gugur di Suriah selama bulan April lalu. Mereka meninggal akibat luka tembak, percikan roket dan sembilan lainya meninggal akibat disiksa di dalam penjara rezim. Kelompok kerja Palestina untuk Suriah dalam keterangan persnya yang dikutip IP, Selasa (5/5) mengtakan, para pengungsi yang meninggal umumnya karena terkena tembakan sniper. Sebagian terkena roket dan sembilan orang meninggal akibat penyiksaan di dalam penjara rezim Suriah. Sementara itu, tiga orang meninggal akibat kelaparan di Kamp pengungsian Yarmuk, selatan Damascus. Tiga orang terbunuh karena diculik dan tewas secara misterius. Satu pengungsi lagi meninggal akibat tenggelam, menurut informasi yang disebarkan, data kondisi pengungsi Palestina di Suriah. (adibahasan/arrahmah.com) |
Alhamdulillah Imarah Islam Afghanistan berhasil mengambil alih Kunduz dari rezim Posted: 05 May 2015 10:42 PM PDT KUNDUZ (Arrahmah.com) - Alhamdulillah, Imarah Islam Afghanistan (Taliban Afghanistan/IIA) baru-baru ini berhasil mengambil alih provinsi utara Kunduz saat pasukan keamanan rezim Afghanistan berupaya untuk mendorong kembali Mujahidin dari ibukota provinsi. Demikian LWJ mengutip pesan dalam video rilis resmi IIA pada hari yang sama, Jum'at (1/5/2015). Taliban Afghanistan merilis video pada Jum'at (1/5) dengan judul "Kunduz dan Ketetapan Hati yang Diperbaharui". Video berdurasi 5 menit 37 detik itu menampilkan para Mujahidin saat merebut pos-pos militer Afghanistan, menahan sejumlah tentara musuh, juga kendaraan dan senjata yang disita selama pertempuran. Video yang diproduksi oleh Al-Emarah Studio ini diproduksi oleh Divisi Multimedia Cabang Komisi Kebudayaan Imarah Islam Afghanistan, menurut pernyataan Imarah Islam di situsnya, Voice of Jihad. Dalam video itu ditayangkan kemenangan terbaru, penaklukan dan rampasan perang yang dicapai oleh Mujahidin pada hari-hari awal kampanye musim semi tahunan yang diberi nama operasi Azm (Ketetapan hati). Mujahidin Imarah ditampilkan berpatroli di distrik Imam Sahib, yang dikabarkan telah berada di bawah kontrol Imarah. Imarah juga merekam sejumlah pos-pos militer dan polisi yang berhasil direbut dalam pertempuran baru-baru ini. Imarah Islam Afghanistan (Taliban) juga menunjukkan beberapa Humvee yang dipasok oleh AS dan digunakan oleh Militer Afghanistan dan truk pikap tipe Ford 150 yang digunakan oleh polisi Afghanistan yang berhasil disita selama pertempuran. Mujahidin Imarah juga berhasil menyita sejumlah senapan serbu, senapan mesin, dan bermacam-macam amunisi. Selain itu, rilisan video tersebut menunjukkan setidaknya 10 personel keamanan Afghanistan yang telah ditangkap. Beberapa hari setelah pertempuran dimulai di Kunduz, Imarah Islam mengatakan bahwa mereka telah menangkap 55 personel keamanan, sebagian besar dari mereka adalah milisi Arbaki, atau anggota polisi suku. Mujahidin Taliban melancarkan serangan di distrik Imam Sahib, Aliabad, dan Qalai Zal serta daerah lain di Kunduz pada akhir pekan lalu. Mujahidin dilaporkan telah berhasil maju beberapa mil ke dalam ibukota provinsi kota Kunduz. Setelah serangan diluncurkan, kepala dewan provinsi memperkirakan bahwa lebih dari 65 persen dari provinsi berada di bawah kendali Mujahidin Imarah Islam. Militer Afghanistan dilaporkan telah mengirim pasukan bantuan ke Kunduz untuk melawan serangan Mujahidin Taliban, tetapi menurut laporan media internasional pasukan keamanan telah gagal dalam memukul mundur Mujahidin dari daerah Gor Tepa di kota Kunduz dan distrik lainnya yang telah direbut. Gubernur Kunduz mengatakan kepada RFE/RL bahwa pasukan Afghanistan menghadapi perjuangan yang berat melawan Taliban tanpa dukungan tuannya, AS. AS dan NATO mengakhiri misi tempurnya di Afghanistan pada bulan Desember 2014 dan jumlah pasukan yang terbatas hanya bertugas menjadi penasihat dan peran pendukung. Kurang lebih dari 10.000 tentara AS dan beberapa ribu personel NATO masih berada di Afghanistan. Screen shot dari video Taliban Provonsi Kunduz Mujahidin IIA (Taliban) beroperasi di markas militer Afghan: Personil Afghan ditangkap IIA di Kunduz Perlengkapan perang dan senjata yang disita IIA Kunduz: (adibahasan/arrahmah.com) |
Tak ada Ukhuwah Islamiyah antara Sunni dan Syi'ah (4) Posted: 05 May 2015 09:47 PM PDT Oleh Apad Ruslan (Arrahmah.com) - Rukun iman adalah perkara yang amat penting dalam Islam. Jika seseorang tidak memenuhinya, maka predikat Mu'min tidak dapat dilekatkan. Begitulah yang terjadi pada kaum Syiah, predikat Mu'min tidak dapat dilekatkan kepada mereka, apalagi disebut Muslim. Mengapa demikian? Berikut ulasan perkara iman dalam Syiah yang Arrahmah kutip dari Sigabah.com. Ulasan ini diadaptasi dari buku Mungkinkah SUNNAH-SYIAH DALAM UKHUWAH? Jawaban Atas Buku Dr. Quraish Shihab (Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan, Mungkinkah?). Bismillah. Syi'ah dan Rukun Iman Dengan mengamati data-data yang tercantum dalam buku-buku rujukan Syiah, sekilas sekte ini memiliki keyakinan yang sama dengan umat Islam terkait dengan kepercayaan terhadap rukun-rukun iman yang enam. Namun jika kita selami lebih dalam lagi ternyata terdapat celah yang menganga antara doktrin Syiah dan ajaran Islam dalam beberapa persoalan berikut ini: Uluhiyyah Mengenai Uluhiyyah (ketuhanan), seperti halnya umat Islam, Syiah juga percaya akan ke-Esaan Allah Swt. Mereka meyakini bahwa Allah Swt. adalah Esa, tidak beranak tidak pula diperanakkan. Mereka juga meyakini bahwa Allah Swt. tidak serupa dengan sesuatu apapun, dan mereka menghukumi kafir terhadap orang-orang yang menyekutukan Allah Swt. Imam al-Kulainiy meriwayatkan: عَنْ حَمَّادِ بْنِ عَمْرٍو النَّصِيبِيِّ… فَأَمَّا مَا فَرَضَ عَلَى الْقَلْبِ مِنَ الإيمَانِ فَالإقْرَارُ وَالْمَعْرِفَةُ وَالتَّصْدِيقُ وَالتَّسْلِيمُ وَالْعَقْدُ وَالرِّضَا بِأَنْ لا إِلَهَ إِلا الله وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ أَحَداً صَمَداً لَمْ يَتَّخِذْ صَاحِبَةً وَلا وَلَداً وَأَنَّ مُحَمَّداً (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِه) عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. "Dari Hammad bin Amr al-Nashibi, …sedangkan iman yang diwajiban pada hati adalah mengakui, mengetahui, membenarkan, berserah diri, berikrar, dan rela bahwa tiada Tuhan melainkan Allah Yang maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, Esa, tempat bergantung, tidak beristri, dan tidak pula beranak. Dan Sesungguhnya Muhammad SAW. adalah hamba dan utusan-Nya."[1] Dalam al-Kafi, al-Kulaini menjelaskan bahwa seseorang bisa dikatakan Muslim dengan bersaksi bahwa "tiada Tuhan melainkan Allah Swt. dan Muhammad saw. adalah utusan-Nya" (membaca dua Syahadat). Siapa yang mengikrarkan demikian, maka akan terjaga darahnya dan semua hak-haknya sama dengan semua Muslim yang lain. عَنْ سَمَاعَةَ قَالَ قُلْتُ لأبِي عَبْدِ الله (عَلَيهِ السَّلام) أَخْبِرْنِي عَنِ الإسْلامِ وَالإيمَانِ أَ هُمَا مُخْتَلِفَانِ فَقَالَ إِنَّ الإيمَانَ يُشَارِكُ الإسْلامَ وَالإسْلامَ لا يُشَارِكُ الإيمَانَ فَقُلْتُ فَصِفْهُمَا لِي فَقَالَ الإسْلامُ شَهَادَةُ أَنْ لا إِلَهَ إِلا الله وَالتَّصْدِيقُ بِرَسُولِ الله (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِه) بِهِ حُقِنَتِ الدِّمَاءُ وَعَلَيْهِ جَرَتِ الْمَنَاكِحُ وَالْمَوَارِيثُ وَعَلَى ظَاهِرِهِ جَمَاعَةُ النَّاسِ Dari Sama'ah, dia berkata, 'Saya bertanya kepada Abu Abdillah As., 'Ajari aku tentang Islam dan Iman, apakah keduanya berbeda?' Abu Abdillah menjawab, 'sesungguhnya Iman masuk dalam kata-kata Islam, sedangkan Islam tidak masuk dalam kata-kata Iman.' Aku berkata, 'Terangkanlah kepadaku lebih lanjut.' Beliau menjawab, 'Islam adalah bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah Swt. dan membenarkan Rasulullah saw., dengan Islam inilah darah dilindungi dan di atas kalimat ini pulalah pernikahan dan pewarisan bisa dianggap sah, dan pada zahir dari pengakuan itulah (ketetapan hukum) semua manusia'."[2] Dalam riwayat lain disebutkan, bahwa seseorang bertanya kepada Abu Abdillah As. Ja'far as-Shadiq (Imam Syiah ke-6) tentang perbedaan Islam dengan Iman, namun beliau tidak bersedia menjawab. Begitu pula dalam pertemuan kedua, beliau juga tidak bersedia menjawab, hingga akhirnya mereka berdua berjumpa di jalan, sementara orang yang mengajukan pertanyaan sedang bersiap-siap akan melakukan perjalanan jauh. Abu Abdillah-pun menyuruh orang itu untuk menemuinya di rumah. Sesampai di kediaman Abu Abdillah, segera dia mengajukan pertanyaannya kembali, dan Abu Abdillah As. menjawab: الإسْلامُ هُوَ الظَّاهِرُ الَّذِي عَلَيْهِ النَّاسُ شَهَادَةُ أَنْ لا إِلَهَ إِلا الله وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَإِقَامُ الصَّلاةِ وَإِيتَاءُ الزَّكَاةِ وَحِجُّ الْبَيْتِ وَصِيَامُ شَهْرِ رَمَضَانَ فَهَذَا الإسْلامُ "Islam adalah yang tampak dari luar, yang dipegang oleh orang, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Swt. Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, bersaksi bahwa Muhammad saw.. adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan ibadah haji, dan berpuasa di bulan ramadhan. Inilah Islam." [3] Memperhatikan hadits-hadits Syiah di atas, tampak jelas terlihat bahwa pada satu sisi tentang uluhiyyah (ketuhanan) terdapat kesamaan antara keyakinan umat Islam dengan Syiah, namun di sisi lain terdapat perbedaan di antara keduanya, sebab doktrin Syiah tentang uluhiyyah (ketuhanan) tidak mandiri namun terikat dengan syarat beriman terhadap kepemimpinan Imam Ali As. setelah Nabi saw. dan para Imam dari turunannya. Menurut Syiah, siapapun yang beriman kepada Allah Swt., namun tidak beriman terhadap kepemimpinan Imam Ali As. setelah Nabi SAW. dan para Imam dari turunan beliau, maka hukumnya sama dengan orang musyrik (orang yang menyekutukan Allah, yakni kafir). Dalam hal ini, al-Majlisi menyatakan sebagai berikut: إعلم أنّ إطلاق لفظ الشرك و الكفر – يعني في نصوصهم – على من لم يعتقد إمامة أمير المؤمنين و الأئمة من ولده عليهم السلام , و فضّل عليهم غير هم يدلّ أنّهم كفّار مخلّدون في النار. "Ketahuilah bahwa memutlakan kalimat syirik dan kufur—dalam nash-nash Syiah—terhadap orang-orang yang tidak mempercayai ke-imamah-an Amirul Mukminin dan para Imam setelah beliau yang terdiri dari putra-putra beliau 'alaihi as-Salam, dan megutamakan orang lain daripada mereka, bahwa menunjukkan orang-orang itu kafir dan kekal di neraka." [4] Bagi Syiah, kepemimpinan Ali As. dan para Imam setelahnya merupakan syarat mutlak agar seseorang bisa dikatakan beriman. Untuk itu, mereka juga menakwilkan beberapa ayat al-Qur'an tentang uluhiyyah yang telah memiliki ketegasan arti, agar sesuai dengan doktrin mereka. Penakwilan ayat-ayat ini rupanya menjadi salah satu cara terbaik untuk mendukung keyakinan mereka. Namun, siapapun yang membaca pentakwilan mereka pasti dapat melihat dengan jelas jika mereka sebetulnya tak memiliki landasan apapun, semisal ketika menakwilkan surat az-Zumar ayat 65 berikut: وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ "Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepada mu dan kepada (Nabi-nabi) yang sebelummu. Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Az-Zumar[39]: 65). Dalam al-Kafi dan tafsir al-Qummi dijelaskan, bahwa yang dimaksud "mempersekutukan" dalam ayat ini adalah menyekutukan kepemimpinan Imam Ali Radhiyallahu 'anhu dengan kepemimpinan orang lain.[5] Tentu saja, Syiah membaca ayat tersebut sepotong-sepotong, kemudian ditafsirkan sesuai dengan selera mereka. Karenanya, penafsiran ala Syiah ini juga tidak akan memiliki penguat, baik dari al-Quran (tafsir al-Quran bi al-Quran) ataupun dari hadits (tafsir al-Quran bi al-Hadits), yang merupakan metoda penafsiran terbaik. Tafsir semacam Syiah itulah yang disebut dengan at-Tafsir bi ar-Ra'yi, tafsir tanpa metodologi tafsir, atau tafsir sesuai selera sendiri.[6] Karenanya, jika kita membaca ayat tersebut diatas secara lengkap, dengan mengikut sertakan ayat sebelum dan sesudahnya, pastilah kedok penafsiran Syiah ini akan terungkap dengan jelas. Kelengkapan ayat tersebut adalah sebagai berikut: قُلْ أَفَغَيْرَ اللَّهِ تَأْمُرُونِّي أَعْبُدُ أَيُّهَا الْجَاهِلُونَ # وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ # بَلِ اللَّهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ Katakanlah: "Maka apakah kamu menyuruh Aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan ?" dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu." Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslaah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang bersyukur." (QS. Az-Zumar [39]: 64-66). Dari ayat di atas, kita dapat membaca dengan jelas, bahwa sebetulnya ayat tersebut tidak membutuhkan tafsir apapun, guna mengetahui "sesuatu apakah yang dapat menjadikan seseorang merugi jika dipersekutukan?". Sebab ayat tersebut sudah berbicara dengan sendirinya, bahwa yang tak boleh disekutukan adalah Allah SWT. Penyelewengan tafsir yang sama juga dilakukan Syiah ketika menafsiri ayat 36 dari surat al-Baqarah: مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى عَنْ أَحْمَدَ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنِ الْحَسَنِ بْنِ مَحْبُوبٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ النُّعْمَانِ عَنْ سَلامٍ عَنْ ابي جعفر (عَلَيْهِ السَّلام) فِي قَوْلِهِ تَعَالَى قُولُوا آمَنَّا بِالله وَما أُنْزِلَ إِلَيْنا قَالَ إِنَّمَا عَنَى بِذَلِكَ عَلِيّاً (عَلَيْهِ السَّلام) وَفَاطِمَةَ وَالْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ وَجَرَتْ بَعْدَهُمْ فِي الائِمَّةِ (عَلَيْهِ السَّلام) ثُمَّ يَرْجِعُ الْقَوْلُ مِنَ الله فِي النَّاسِ فَقَالَ فَإِنْ آمَنُوا يَعْنِي النَّاسَ بِمِثْلِ ما آمَنْتُمْ بِهِ يَعْنِي عَلِيّاً وَفَاطِمَةَ وَالْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ وَالائِمَّةَ (عليهم السلم) فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّما هُمْ فِي شِقاقٍ. Muhammad bin Yahya, dari Ahmad bin Ahmad bin Muhammad, dari al-Hasan bin Mahbub, dari Muhammad bin an-Nu'man, dari Salam, dari Abi Ja'far, mengenai firman Allah yang artinya "Katakanlah (hai orang-orang mukmin) "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami", beliau berkata: "Sesungguhnya yang dimaksud oleh ayat itu adalah Sayyidina Ali AS., Sayyidah Fathimah, Sayyidina Hasan, Husein dan para Imam setelah mereka." Lalu Abu Ja'far kembali menafsiri ayat al-Quran selanjutnya dan berkata: "Apabila mereka (maksudnya adalah manusia) beriman sebagaiman kalian (maksudnya adalah Sayyidina Ali, Fathimah, Hasan, Husein dan para Imam setelah mereka) beriman padanya, maka berarti mereka telah mendapatkan petunjuk. Dan jika mereka berpaling, maka mereka benar-benar dalam kesulitan."[7] Demikian pula ketika mereka menafsiri ayat 180 dari surat al-A'raf berikut: الْحُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ الاشْعَرِيُّ وَمُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى جَمِيعاً عَنْ أَحْمَدَ بْنِ إِسْحَاقَ عَنْ سَعْدَانَ بْنِ مُسْلِمٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ عَمَّارٍ عَنْ أَبِي عَبْدِ الله (عَلَيْهِ السَّلام) فِي قَوْلِ الله عَزَّ وَجَلَّ وَلله الاسْماءُ الْحُسْنى فَادْعُوهُ بِها قَالَ نَحْنُ وَالله الاسْمَاءُ الْحُسْنَى الَّتِي لا يَقْبَلُ الله مِنَ الْعِبَادِ عَمَلاً إِلا بِمَعْرِفَتِنَا. Al-Husen bin Muhammad al-Asy'ari dan Muhammad bin Yahya bersama-sama menerima dari Ahmad bin Ishaq, dari Sa'dan bin Muslim, dari Mu'awiyah bin 'Ammar, dari Abi Abdillah, mengenai firman Allah yang artinya: "Hanya milik Allah asmaul husan, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asamul husna itu. " Beliau berkata, "Demi Allah! Kami adalah nama-nama yang paling baik dimana Allah tidak akan menerima amal hamba kecuali dengan mengenal kami."[8] Dalam konteks ini, Ali Akbar al-Ghifari, salah seorang editor al-Kafi, memberi catatan kaki sebagai penjelasan untuk riwayat di atas. Ia memaparkan bahwa nama menunjukkan terhadap hakikat sesuatu yang diberi nama. Dengan demikian, pada penafsiran dari ayat di atas, Syiah mengklaim, bahwa Imam-imam mereka menjadi semacam tanda atau lambang yang berfungsi untuk menunjukkan semua manusia kepada Allah Swt. Para Imam adalah tanda-tanda bagi keindahan sifat-sifat Allah dan setiap perbuatan-Nya.[9] Dari tiga penafsiran versi Syiah di atas, tampak bahwa mereka tidak menggunakan metodologi baku dalam menafsirkan suatu ayat, selain fanatisme dan kepentingan kelompok belaka. Hampir semua ayat-ayat yang menjelaskan tentang tauhid dan larangan menyekutukan Allah Swt. oleh Syiah telah ditakwil dengan imamah.[10] Inilah rupanya yang membedakan antara keyakinan umat Islam dan doktrin sekte Syiah dalam konteks tauhidillah (meng-Esa-kan Allah SWT). Maka, adalah tidak tepat jika dikatakan bahwa dalam lingkup ini (tauhid) tidak dijumpai perbedaan prinsipil antara Ahlussunnah dan Syiah, sebagaimana dinyatakan oleh Dr. Quraish Shihab berikut: Dalam butir-butir makna tauhid di atas, tidak dijumpai perbedaan prinsipil antara Ahlussunnah dan Syiah, walau harus digaris bawahi bahwa kelompok Syiah, dalam hal sifat Tuhan, lebih cenderung sependepat dengan Mu'tazilah.[11] Tentu saja kesimpulan yang dimunculkan oleh Dr. Quraish Shihab ini merupakan kesimpulan prematur, dan agaknya, beliau terburu-buru dalam memunculkan kesimpulan tersebut, terdorong oleh keinginan untuk menyatukan Sunnah-Syiah dengan cara yang tidak sehat. Dalam kajiannya dalam konteks ini (Rukun Iman dan Islam), Dr. Quraish Shihab sama sekali tidak mengikut-sertakan rujukan-rujukan Syiah yang otoritatif, dan memang menghindar dari suara mayoritas Syiah. Bahwa keyakinan kelompok Syiah dalam rukun-rukun Iman, ditinjau dari sudut pandang bahwa Syiah juga meyakini keabsahan rukun-rukun tersebut, maka dapat dikatakan sama dengan umat Islam. Sementara jika ditinjau dari kenyataan bahwa Syiah, di samping keyakinan tadi, juga memberikan persyaratan 'rukun iman' yang lain untuk juga diyakini (imamah), di mana status dari "rukun iman ini" menjadi syarat mutlak bagi keabsahan rukun iman yang lain, maka Syiah jelas berbeda dengan umat Islam. Sebab dalam Syiah, orang yang tidak meyakini imamah adalah kafir, dan keimanan terhadap rukun-rukun iman yang enam menjadi batal. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa presepsi Syiah terhadap rukun-rukun iman berbeda dengan presepsi umat Islam. Karena itu, dalam level ini, Syiah tidak dapat dianggap sama dengan umat Islam, baik dalam hal Uluhiyyah/ketuhanan (yang telah kami jelaskan di atas) maupun tentang malaikat, nubuwwah/kenabian, kitab-kitab Allah Swt., hari akhir dan qadha-qadar-Nya, sebagaimana akan disampaikan pada bahasan selanjutnya. Referensi [1]Lihat, al-Ushul min al-Kafi, tashhih wa ta'liq Ali Akbar al-Ghifari, terbitan Muassasah Anshariyan, Qum : Iran, Cet. I, tahun 2005, Jilid 1, hal. 304, hadis No. 1521 (No. 7) dan tercantum dalam bab Fii Annal iimaan mabtsutsun lijawarih al-Badan kullihaa. [2]Ibid., Jilid 1, hal. 297, hadis No. 1505 (No. 1) dan tercantum dalam bab Annal iimaan yasyrakul islaam wal islaamu laa yasyrakul iimaan. [3]Ibid., Jilid 1, hal. 296-297, hadis No. 1502 (No. 4) dan tercantum dalam bab Annal islaama yuhqanu bihid damu wa tu'addaa bihil amaanatu wa anaats tsawaaba 'alal iimaani. [4]Al-Majlisi, Bihar al-Anwar, juz 23 hlm. 390. [5]Al-Kulaini, al-Kafi, juz 1 hlm. 427; Tafsir al-Qummi, juz 1 hlm. 251. [6]Mengenai hal ini, dalam hadits dari al-Hasan dijelaskan, bahwa "Barang siapa yang menafsirkan al-Quran dengan pemikirannya, kemudian benar, maka ia tidak mendapat nilai pahala. Dan apabila benar, maka nur ayat itu dihapuskan dari hatinya." Lihat antara lain dalam Ibnu Baththah al-'Ukburi, al-Ibanat al-Kubra, juz 2 jlm. 328, hadits No. 813. Redaksi hadits ini tertuju pada orang yang menafsirkan al-Quran dengan hanya berlandasan pada pemikirannya. Sementara Syiah, selain hanya menafsirkan dengan pemikirannya, mereka juga menggiring ayat sesuai dengan kepentingan dan ideologinya. Penjelasan senada juga ditegaskan oleh Sayyidina Ali. Beliau menyatakan: "Andai agama ini didasarkan pada pemikiran, tentunya bagiian bawah sepatu lebih utama untuk diusap daripada bagian atasnya. Sementara aku telah melihat Rasulullah SAW. mengusap bagian atas sepatu beliau." Lihat, Sunan Abi Dawud, hadits No. 140; al-Mushannaf, juz 1 hlm. 208 dan as-Sunan al-Kubra, juz 1 hlm. 292. Pembahasan mengenai al-Quran versi Syiah akan kami kupas lebih terperinci dalam sub bagian Syiah dan al-Quran [7]Al-Kulaini, al-Kafi, juz 1 hlm. 415-416, hadits No. 19. [8]Ibid., hlm. 143, hadits No. 4. [9]Ibid, hlm. 144 [10]Semisal ketika menafsirkan ayat ke 48 dalam surat an-Nisa' "Inna Allah la yaghfiru an yusyraka bihi", al-'Ayasyi dalam tafsirnya(juz 1 hlm. 245) memberikan penafsiran bahwa "Allah SWT. Tidak akan mengampuni orang yang mengingkari keimaman Sayyidina Ali Radhiyallahu 'anhu" Demikian pula ketika menafsiri kalimat as-Silmi dalam surat al-Baqarah ayat 208, al-'Asyasyi dalam tafsirnya (juz 1 hlm. 102), menafsiri dengan kepemimpinan Sayyidina Ali Radhiyallahu 'anhu Dan para imam setelah beliau. [11]Dr. Quraish Shihab, Sunnah-Syiah Berpegangan Tangan! Mungkinkah?, hlm. 93. (adibahasan/arrahmah.com) |
Longsor di Pangalengan, 4 tewas 9 masih tertimbun Posted: 05 May 2015 08:30 PM PDT BANDUNG (Arrahmah.com) - Musibah tanah longsor kembali terjadi dan menimbulkan korban jiwa di Jawa Barat. Longsor terjadi di Kp Cibitung RW 15 Desa Margamukti, Kecamatan Pangalengan, Kab Bandung, Jawa Barat pada Selasa (5/5/2015) jam 14.00 Wib. Longsor menimbun 8 rumah. Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Detik.com melaporkan, pencarian korban longsor di Kampung Cibitung, masih berlangsung. Hingga saat ini, ada 4 orang korban tewas sementara itu diperkirakan 9 orang masih tertimbun. "Hingga Rabu pagi ini 4 korban tewas telah ditemukan," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangannya, Rabu (6/5/2015). Empat orang korban tewas itu adalah Iran (55), Dating (60), Pardi (70), dan Naela (1,5). Satu orang luka berat atas nama Rukman dirawat di RS Al Iksan sedangkan 8 orang luka ringan sudah pulang ke rumahnya atau kerabatnya. "Diperkirakan 9 orang masih tertimbun longsor," ujar Sutopo. Sebanyak 123 orang mengungsi di Balai Desa dan di rumah saudaranya karena takut adanya longsor susulan. Kerugian material lain adalah 8 rumah tertimbun longsor dan pipa gas putus. Sutopo menjelaskan bahwa gejala longsor ini sesungguhnya sudah diperiksa oleh Tim Gerakan Tanah, PVMBG, Badan Geologi, pada 2 Mei 2015 atas permintaan BPBD Kabupaten Bandung. Hasil pemeriksaan lapangan menunjukkan kemiringan lereng terjal dan tanah pelapukan breksi vulkanik cukup tebal. Terlihat retakan dan nendatan sedalam 2,5 m, sepanjang 500 m. Longsoran mengancam satu kampung yang terdiri dari 52 KK (200 jiwa) dan mengancam pipa panas bumi Star Energy sepanjang 500 m. Rekomendasi yang telah disampaikan yaitu kepada Star Energy untuk memindahkan jalur pipa karena gerakan tanah terus berlangsung dan kepada BPBD untuk melakukan evakuasi penduduk kampung mengingat curah hujan masih berlangsung. Pencarian korban masih berlangsung hingga saat ini. (azm/arrahmah.com) |
You are subscribed to email updates from Arrahmah.com To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |