Arrahmah.Com

Arrahmah.Com

Link to Arrahmah.com

Mujahidin Asy-Syabaab serukan kaum Muslim untuk membantu Muslim Rohingya

Posted: 20 May 2015 04:36 PM PDT

Wanita dan anak-anak  pengungsi Rohingya

MOGADISHU (Arrahmah.com) - Muslim Rohingya selama bertahun-tahun mengalami diskriminasi di negerinya sendiri. Mereka tidak diakui oleh pemerintah Myanmar (dulu Burma) dan mengalami kekerasan oleh ekstrimis Budha. Penghancuran rumah, pembunuhan, pemukulan, pemerkosaan terhadap Muslimah Rohingya dan tindakan pelecehan lainnya seolah bersahabat dengan Muslim Rohingya.

Melarikan diri dari tanah kelahiran mereka, Muslim Rohingya harus menghadapi kehidupan keras di lautan lepas. Terombang- ambing tak tentu arah mencari pertolongan. Tiba di satu negeri, namun mereka harus menelan pahit karena tidak diterima dan tiba di tempat lainnya, mereka pun mengalami hal yang sama, penolakan!

Mujahidin asal Somalia yang dikenal dengan Asy-Syabaab, meskipun terpisah jauh dengan Muslim Rohingya, namun mereka merasakan kepedihan yang dialami oleh Muslim Rohingya. Mujahidin Asy-Syabaab menyerukan kaum Muslimin untuk bertindak
cepat membantu saudara seiman, Muslim Rohingya, yang saat ini sangatmembutuhkan pertolongan.

Dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di internet pada Rabu (20/5/2015), Mujahidin Asy Syabaab memanggil seluruh Muslim khususnya yang berada di Bangladesh, Indonesia, Malaysia, dan Thailand untuk membantu ribuan Muslim Rohingya yang terdampar di lautan.

"Melarikan diri dari penganiayaan sistematis di tangan Budhis biadab, ribuan Muslim termasuk kaum perempuan dan anak-anak, pergi dari rumah mereka dan mencoba untuk meraih keamanan. Kejahatan mereka satu-satunya adalah karena mereka memeluk Islam. 'Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mu'min itu melainkan karena orang-orang mu'min itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji ' (Al-Buruj: 8)," ungkap Asy Syabaab dalam pernyataannya.

"Meskipun terpisah jarak ribuan kilometer, nasib Muslim Rohingya tetap menjadi masalah yang sangat penting bagi Mujahidin, karena pada dasarnya Jihad yang kami lakukan tidak lain untuk meringankan penderitaan kaum Muslim, tidak hanya di Afrika
Timur namun di seluruh dunia," lanjut pernyataan Mujahidin Asy-Syabaab.

Melalui pernyataannya, Mujahidin Asy-Syabaab meminta kaum Muslim khususnya yang berada di wilayah Asia Tenggara untuk melakukan tindakan nyata membantu Muslim Rohingya karena hal tersebut merupakan kewajiban agama dan akan dimintai tanggung
jawab penuh di hadapan Allah pada hari pembalasan.

"Jangan biarkan kewajiban agama kalian dibatasi oleh pemerintah murtad atau oleh seruan nasionalisme buta, namun ambillah apa yang Al Qur'an dan Sunnah katakan. 'Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam' (HR. Bukhari dan Muslim)," seru Asy Syabaab.

Menutup pernyataannya, Mujahidin Asy-Syabaab meminta kaum Muslim khususnya di Asia Tenggara untuk menyambut Muslim Rohingya, membuka hati untuk mereka dan memberikan tempat perlindungan.

"Kerahkan orang-orang, uang dan sumber daya untuk membela kehormatan kaum Muslimin yang dianiaya dan usir serangan biadab dari musyrik, Allah bersama kalian dan Dia adalah penolong dan pelindung yang terbaik," ujar Asy-Syabaab menutup
pernyataannya. (haninmazaya/arrahmah.com)

Gudang senjata Houtsi terus menjadi target serangan udara Saudi

Posted: 20 May 2015 04:51 AM PDT

Serangan udara koalisi pimpinan Saudi menghantam lokasi-lokasi militer yang dikuasai oleh milisi Syi'ah Houtsi di seluruh Yaman. (Foto: Reuters)

SANA'A (Arrahmah.com) - Serangan udara oleh koalisi pimpinan Saudi terus menargetkan gudang senjata milik milisi Syi'ah Houtsi dan sekutunya di seluruh Yaman sejak Rabu (20/5/2015) pagi.

Serangan koalisi menghantam gudang amunisi dan tempat tinggal milisi Syi'ah Houtsi di kota Sana'a, Amran dan pangkalan Saada. Tidak ada laporan mengenai korban dalam serangan-serangan tersebut.

Koalisi juga melakukan empat serangan di lokasi milisi Syi'ah di pelabuhan dan kota pesisir Zinjibar di provinsi Abyan, seperti dilansir Al Arabiya.

Sementara itu terdapat laporan mengenai bentrokan yang meletus antara pasukan pro-Hadi dengan pasukan Garda Republik yang loyal terhadap mantan presiden Ali Abdullah Saleh di kota Lawdar.

Sebelumnya pada Selasa (19/5), serangan udara koalisi pimpinan Saudi menghantam gudang senjata di ibukota Yaman, Sana'a.

Serangan juga menargetkan istana putra mantan diktator Yaman, Ahmad Ali Saleh, lapor Al Arabiya. (haninmazaya/arrahmah.com)

Menjadikan Al-Qur'an sebagai nyanyian, merusak Islam

Posted: 20 May 2015 04:00 AM PDT

Baca Al-Qur'an dengan Langgam Jawa di Istana Negara saat perayaan Istra Miraj Jumat (15/5/2015)

Oleh Hartono Ahmad Jaiz

(Arrahmah.com) - Masih banyak orang yang tidak faham, bahwa acara di Istana Negara, Jum'at 27 Rajab 1436H/ 15 Mei 2015, yakni membaca Al-Qur'an dengan langgam Jawa Dandanggulo itu sejatinya merupakan sesuatu yang ditakutkan oleh Nabi Muhammad shallalahu 'alaihi wa sallam. Karena telah menjadikan Al-Qur'an sebagai nyanyian.

Banyak orang tidak faham, ketika disebut langgam Jawa, dianggapnya hanya corak logat /aksen Jawa. Padahal sejatinya ketika disebut langgam Jawa itu artinya adalah nyanyian Jawa. Apalagi ujudnya adalah nyanyian jenis Dandanggulo, itu salah satu jenis nyanyian Jawa dalam kategori Macapat.

Nyanyian Jawa terutama Macapat dengan sejumlah jenisnya seperti pangkur, sinom, pucung, megatruh, dandanggulo, durmo, mijil, Asmarandana dan sebagainya itu masing-masing dalam format bait-bait syair yang sudah ada jumlah suku katanya perbait (gatra, guru wilangan, wazan dalam ilmu syair Arab) dan bunyi akhir bait, guru lagu (qafiyah dalam syair Arab) dan itu masing masing sudah ada format isi atau muatan misinya. Misalnya asmarandana ya seputar keasmaraan. Megatruh ya tentang mecati, sakaratul maut orang hampir meninggal. Jadi sudah baku aturannya mengenai ini itu, sampai nada dan iramanya serta panjang pendeknya. Bahkan nada gamelan yang mengiringinya. (Dalam Islam, alat-alat musik itu haram).

Dan yang perlu difahami, itu kedudukan dan fungsinya adalah nyanyian. Penyanyinya bisa disebut tukang nyanyi, bisa juga sinden/ waranggono, bisa juga ledek. Dan ledek itu secara psikologis jurusannya ke arah zina, paling kurang zina mata. Orang lelaki yang ngajoni ledek, berjoget bersama / berhadapan dengan ledek cukup tercela. Kemungkinan kalau dia jadi imam shalat di masjid maka orang akan minggir. Lha kok sekarang malah Al-Qur'an dijadikan nyanyian yang ledek penyanyinya saja ketika diajoni, maka yang mengajoni itu ketika jadi imam shalat akan ditolak dan dibenci oleh masyarakat. Siapa yang tidak normal sebenarnya? Bukankah itu merusak Islam?

Dari segi keilmuan, tembang/ nyanyian Jawayang jenis Macapat itu punya aturan-aturan mirip syair Arab. Baik dalam aturan bait-baitnya yang harus memenuhi syarat wazan (jumlah suku kata) dan qafiyah (bunyi akhir bait), serta ketentuan lagunya, nada-nada panjang pendeknya, irama tinggi rendahnya dan sebagainya. Maka misalnya dalam Syair Arab disebut jenis Bahar thawil hanya dengan disebut jenisnya itu saja sudah termasuk nada-nada irama untuk melagukannya. Sebagaimana Langgam Jawa, ketika disebut dandanggulo, maka sudah mencakup segala aturannya sampai ke lagunya, bahkan muatan isinya, sesuai namanya itu (dandanggulo, angan-angan manis). Bahkan iringan gamelannya (alat musik, yang telah jelas diharamkan dalam Islam, lihat Hadits Bukhari) sudah ditentukan. Misal tembang Asmaradana (gejolak asmara) maka iringan gamelannya slendro patet sanga. Nah, Al-Qur'an kalau diseret ke langgam Jawa, pasangannya adalah gamelan. Na'udzubillahi min dzalik!

Setelah kita tahu segi-segi kesamaan langgam Jawa dengan syair Arab yang masing-masing memang dinyanyikan dengan lagu dan irama yang telah ditentukan masing-masing, ternyata tidak pernah ada ulama yang mempersilakan untuk membaca Al-Qur'an pakai langgam bahar thawil ataupun wafir dan sebagainya itu. Tidak pernah ada ulama yang mencontohi untuk membaca Al-Qur'an dengan lagu Ya Rabbi bil (Bahar Thawil?) atau Ilahi lastulil firdausi (Bahar wafir) dan sebagainya. Karena bahar-bahar (dalam syair Arab) itu ya hanya untuk melagukan bait-bait yang termuat di dalamnya. Dan itupun bukan untuk melagukan bahar jenis lainnya, apalagi untuk membaca ayat-ayat Al-Qur'an.

Demikian pula apalagi langgam Jawa Dandang Gulo dan sebagainya, ya hanya untuk menyanyikan bait-bait yang terangkum dalam jenis itu (yang sudah ada ketentuan jumlah suku kata/ wazan dalam syair Arab, dan huruf akhir bait, qafiyah dalam syair Arab). Tanpa mengikuti wazan dan qafiyahnya, maka kagok, tidak bisa dinyanyikan. Bahkan dalam nyanyian/ langgam Jawa, muatan syairnya pun sudah harus mengikuti format jenis nyanyiannya. Ketika lagu itu jenis pucung alias pocong ya mengenai jenazah. Ketika jenisnya Dandanggulo ya tentang angan-angan manis. Lhah, Al-Qur'an kok dinyanyikan sebagai nyanyian Dandanggulo, ya sama dengan didudukkan untuk dilantunkan dan dinikmati sebagai angang-angan manis. Na'udzubillahi min dzalik! Betapa teganya membanting Al-Qur'an menjadi sesuatu nyanyian yang hanya menggambarkan angan-angan manis. Itupun lebih "nikmatnya" diiringi dengan gamelan. Na'udzubillahi min dzalik!

Benarlah sabda Nabi Muhammad shallalahu 'alaihi wa sallam yang telah takut terhadap 6 perkara atas umatnya, di antaranya menjadikan Al-Quran sebagai nyanyian. Dan itu hulunya adalah imaratus sufahaa' (pemerintahan orang-orang bodoh).

عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " أَخَافُ عَلَيْكُمْ سِتًّا: إِمَارَةُ السُّفَهَاءِ، وَسَفْكُ الدِّمَاءِ، وَبَيْعُ الْحُكْمِ، وَقَطِيعَةُ الرَّحِمِ، وَنَشْوٌ يَتَّخِذُونَ الْقُرْآنَ مَزَامِيرَ، وَكَثْرَةُ الشُّرَطِ "
[حكم الألباني]
(صحيح) انظر حديث رقم: 216 في صحيح الجامع


Dari Auf bin Malik dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: Aku khawatir atas kamu sekalian enam: pemerintahan orang-orang yang bodoh, penumpahan darah, jual hukum, memutus (tali) persaudaraan/ kekerabatan, generasi yang menjadikan Al-Qur'an sebagai nyanyian, dan banyaknya polisi (aparat pemerintah, yang berarti banyak kedhaliman). (HR Thabrani, shahih menurut Al-Albani dalam Shahih Al-Jami' hadits no. 216)

Mengenai imaratussufahaa' inilah haditsnya:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِكَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ أَعَاذَكَ اللَّهُ مِنْ إِمَارَةِ السُّفَهَاءِ قَالَ وَمَا إِمَارَةُ السُّفَهَاءِ قَالَ أُمَرَاءُ يَكُونُونَ بَعْدِي لَا يَقْتَدُونَ بِهَدْيِي وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي فَمَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَأُولَئِكَ لَيْسُوا مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُمْ وَلَا يَرِدُوا عَلَيَّ حَوْضِي وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَأُولَئِكَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُمْ وَسَيَرِدُوا عَلَيَّ حَوْضِي

الراوي : جابر بن عبدالله المحدث : الألباني

المصدر : صحيح الترغيب الصفحة أو الرقم: 2242 خلاصة حكم المحدث : صحيح لغيره

/Dorar.net

Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada Ka'b bin' Ujroh, "Semoga Allah melindungimu dari pemerintahan orang-orang yang bodoh", (Ka'b bin 'Ujroh Radliyallahu'anhu) bertanya, apa itu kepemerintahan orang bodoh? (Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam) bersabda: "Yaitu para pemimpin negara sesudahku yang tidak mengikuti petunjukku dan tidak pula berjalan dengan sunnahku, barangsiapa yang membenarkan mereka dengan kebohongan mereka serta menolong mereka atas kedholiman mereka maka dia bukanlah golonganku, dan aku juga bukan termasuk golongannya, mereka tidak akan datang kepadaku di atas telagaku, barang siapa yang tidak membenarkan mereka atas kebohongan mereka, serta tidak menolong mereka atas kedholiman mereka maka mereka adalah golonganku dan aku juga golongan mereka serta mereka akan mendatangiku di atas telagaku. (Musnad Ahmad No.13919, shahih lighairihi menurut Al-Albani dalam Shahih at-Targhib)

Masalah Al-Qur'an dijadikan sebagai nyanyian

Sudah jelas ada 6 perkara yang Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam takut terjadi pada umatnya, berarti Umat Islam itu sendiri jangan sampai malah mengadakannya. Ketika menjadikan Al-Qur'an sebagai nyanyian, bisa dibilang tidak menggubris sabda Nabi saw tersebut. Dan kalau itu yang mengadakan adalah suatu pemerintahan, maka dikhawatirkan tergolong yang diancam dalam hadits tersebut.

"...barangsiapa yang membenarkan mereka dengan kebohongan mereka serta menolong mereka atas kedholiman mereka maka dia bukanlah golonganku, dan aku juga bukan termasuk golongannya, mereka tidak akan datang kepadaku di atas telagaku, barang siapa yang tidak membenarkan mereka atas kebohongan mereka, serta tidak menolong mereka atas kedholiman mereka maka mereka adalah golonganku dan aku juga golongan mereka serta mereka akan mendatangiku di atas telagaku." (Musnad Ahmad No.13919, shahih lighairihi menurut Al-Albani dalam Shahih at-Targhib).

Selain ada peringatan keras dari hadits, mari kita analisa, bagaimana kalau Al-Qur'an dijadikan sebagai nyanyian. Yaitu dibaca pakai langgam Jawa dadandanggulo, megatruh, pangkur dan sebagainya.

Lhah, Al-Qur'an mau dibegitukan? Ya tidak boleh.

Pertama, karena menjadikan Al-Qur'an sebagai nyanyian. Itu sangat merendahkan Al-Qur'an. Apalagi nyanyian itu biasanya diiringi musik (jelas haram dalam Islam), bahkan penyanyinya atau ledeknya secara psikologis jurusannya adalah zina, paling kurang zina mata dst. Na'udzubillahi min dzalik!

Kedua, Al-Qur'an tidak terikat oleh aturan-aturan bait dari syair ataupun nyanyian yang telah dibuat manusia itu. Kenapa mau diikat-ikat?

Kembali ke persoalan awal tentang banyaknya orang yang tidak faham persoalan ini.

Intinya, karena banyak orang menyangka bahwa maksud Langgam Jawa itu hanya corak Jawa, atau Gaya Jawa, atau Model Jawa; maka mereka mengatakan boleh, malahan sangat boleh, katanya. Padahal yang sedang terjadi (adanya rekayasa menteri agama yang menyuruh orang baca Al-Qur'an dengan Langgam Jawa Dandanggulo di istana itu) bukan langgam dalam arti corak, gaya, atau model, tetapi langgam Jawa dalam arti nyanyian Jawa, satu bentuk nyanyian untuk bisa dibedakan dengan dangdut, pop, nyanyian barat dan sebagainya. Bukan sekadar corak bersuara model Jawa. Bukan.

Seandainya yang dimaksud langgam di situ memang hanya sekedar corak, gaya, atau model; itupun tidak ada urusan untuk diupayakan agar bercorak begini dan begitu. Untuk apa? Apakah tidak ada pekerjaan yang lebih berguna lagi dan memang perlu untuk meningkatkan kemampuan Umat Islam ini dalam membetulkan bacaan Al-Qur'an yang selama ini kemungkinan sebagian masih belepotan? Belum lagi betapa pentingnya memahami isi Al-Qur'an. Ngapain ngurusin corak bersuaranya manusia?

Setelah kita tahu duduk soalnya, mari kita renungkan.

Kalau orang masih punya pikiran lurus, mana mungkin jenis tembang nyanyian yang sifatnya sangat terbatas seperti itu, kemudian diperuntukkan untuk membaca wahyu Allah? Sedangkan untuk membaca teks Pancasila dalam satu acara misalnya, itu saja sama sekali tidak bisa.
Kenapa? Karena, misalnya Pancasila dibaca dengan lagu Megatruh (mecati alias sakaratul maut menjelang meninggal), maka tentu menimbulkan tanda tanya. Apakah pembacanya itu ngalup biar segera mati atau bagaimana.
Itu saja sama-sama hanya bikinan manusia. Sudah menimbulkan masalah. Lha kalau itu untuk merekayasa bacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an, bukankah berarti pelecehan dan penodaan agama?
Sekali lagi saya tanyakan (secara inkari): Bagaimana kalau ayat-ayat tentang keagungan Allah Ta'ala, lalu dibaca dengan langgam Durmo yang inti nada lagu itu sindiran terhadap orang songong?
Bukankah itu menimbulkan masalah bahkan dapat dinilai sebagai melecehkan?

Oleh karena itu, siapa saja yang ingin merekayasa dan atau ikut menyetujui untuk menjadikan Al-Qur'an sebagai nyanyian, maka sejatinya adalah berhadapan dengan Allah Ta'ala, yang telah mengutus Rasul-Nya yang menyampaikan ancaman akan adanya 6 perkara yang ditakutkan Nabi yaitu diantaranya Al-Qur'an dijadikan nyanyian.

Sadarilah wahai Umat Islam, hidup ini adalah ujian. Allah Ta'ala telah berfirman:

مَّا كَانَ ٱللَّهُ لِيَذَرَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ عَلَىٰ مَآ أَنتُمۡ عَلَيۡهِ حَتَّىٰ يَمِيزَ ٱلۡخَبِيثَ مِنَ ٱلطَّيِّبِۗ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُطۡلِعَكُمۡ عَلَى ٱلۡغَيۡبِ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَجۡتَبِي مِن رُّسُلِهِۦ مَن يَشَآءُۖ فَ‍َٔامِنُواْ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦۚ وَإِن تُؤۡمِنُواْ وَتَتَّقُواْ فَلَكُمۡ أَجۡرٌ عَظِيمٞ ١٧٩ [سورة آل عمران,١٧٩]

Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar [Al 'Imran179]

Wallahu a'lam bisshawab.

Jakarta, 2 Sya'ban 1436H/ 20 Mei 2015.

(*/arrahmah.com)

Bukan cuma 20, ratusan mahasiswa memenuhi janji "Kebangkitan Nasional", berdemonstrasi di depan Istana Merdeka

Posted: 20 May 2015 03:43 AM PDT

Mahasiswa yang berdomonstrasi di depan Istana Merdeka mulai melakukan aksi pembakaran ban, dok. Progres 98

JAKARTA (Arrahmah.com) - "Gerakan mahasiswa dan aktivis yang mengagendakan penggulingan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei gembos di tengah jalan. Hal itu terlihat tak ada niat kuat dari mahasiswa untuk turun ke jalan memperjuangkan tuntutannya tersebut." Demikian merdeka.com melansir aksi mahasiswa perwakilan BEM Seluruh Indonesia (BEM SI) yang menggelar demonstrasi di Bundaran Hotel Indonesia, pada Rabu (20/5/2015).

Namun, ternyata kenyataan di lapangan berkata lain. Berdasarkan foto-foto yang diposting pada laman Facebook resmi Progres 98, dilaporkan ada ratusan mahasiswa, bahkan lebih, turut berdemo hari ini.

Padahal sebelumnya merdeka.com, Rabu (20/5), mengatakan bahwa hanya sekitar 20 mahasiswa dari BEM Seluruh Indonesia (BEM SI) yang menggelar demonstrasi di Bundaran Hotel Indonesia. Mahasiswa yang berasal dari Universitas Indonesia, Universitas Lampung dan Politeknik Negeri Jakarta ini melakukan orasi sekitar satu jam kemudian membubarkan diri pada pukul 11.00 WIB.

"Kami tidak demonstrasi tapi hanya memberikan informasi kepada media jika tanggal 21 Mei akan turun ke jalan lagi," sebagaimana kutipan merdeka.com dari pernyataan salah satu mahasiswa.

Di lain pihak, sejalan dengan posting Progres 98, Kompas melaporkan bahwa ada ratusan mahasiswa yang mulai berdatangan sejak pukul 14.00 WIB. Bahkan, telah terjadi penutupan jalan Medan Merdeka Utara.

"Jalan Medan Merdeka Utara saat ini ditutup. Sejumlah kendaraan yang seharusnya dapat melewati jalan tersebut untuk menuju arah Harmoni atau Medan Merdeka Barat, diputar balik oleh petugas di depan Istana," lapor Kompas, Rabu (20/5).

Sejumlah petugas polisi juga memperketat pengawalan aksi demo, terlebih aksi bakar ban sudah mulai berlangsung. Gabungan mahasiswa terlihat turun dari beberapa kampus.

Mahasiswa menyerukan salah satunya mengenai isu kesejahteraan, sumber daya alam, dan juga isu untuk menurunkan Presiden Jokowi-JK.

Terkait ketiadaaan dan kesimpangsiuran pemberitaan demonstrasi di Hari Kebangkitan Nasional ini, netizen memberikan reaksi yang beragam.

Seorang netizen berinisial FH mengomnetari, "Kalau emang pemerintahannya benar ngapain mesti takut didemo...ngapain mesti MENYUMPAL media masa dan elektronik untuk meliput...............klau sampai media masa gak nanyangin informasi sebenarnya kemasyarakat apalagi MAU DISUMPAL...berarti pembohongan publik...."

Sementara netizen berinisial KA keheranan, "Yg saya heran kenapa tdk ke gedung Dewan, malah ke istana padahal Istana kan cma gedung, org ny juga lg di surabaya. . harusnya Mahasiswa kompak demo kegedung dewan karna yg punya hak Turunkan Presiden adlh DPR. , kyk 98 dulu. . seperti sudah di suntting acara demonya Pak."

Dengan demikian, masyarakat kini menunggu kemajuan dari demonstrasi mahasiswa kali ini. Apakah sindiran merdeka.com pada Rabu (20/5) bahwa mahasiswa sekarang hanya galak di media sosial saja itu benar? Wallahu a'lam bish shawwab.

aparat mulai mengamankan Istana Merdeka, dok. Progres 98

aparat mulai mengamankan Istana Merdeka, dok. Progres 98

HMI memenuhi janjinya turun ke jalan Rabu (20/5/2015).

HMI memenuhi janjinya turun ke jalan Rabu (20/5/2015), dok. Progres 98

beragam elemen mahasiswa mulai memekikkan tuntutannya, dok. Progres 98

beragam elemen mahasiswa mulai memekikkan tuntutannya, dok. Progres 98

(adibahasan/arrahmah.com)

Sejak 877 M Islam masuk Burma pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid

Posted: 20 May 2015 03:00 AM PDT

Kajian Islam Mahasiswa (KALAM) UPI mengadakan Kajian Kritis

BANDUNG (Arrahmah.com) - Berbagai penindasan yang menimpa warga Muslim Rohingya di Birma sejak tahun 1942 hingga kini telah memanggil intelektualitas mahasiswa. Selasa (19/5) Mahasiswa UPI Care yang dikoordinir oleh Kajian Islam Mahasiswa (KALAM) UPI mengadakan Kajian Kritis "Menjawab Panggilan Muslim Rohingya" di Gd. Geugeut Winda UPI Lt.1. Kajian ini diadakan sebagai pengantar penggalangan dana yang akan digalang pada Rabu-Jumat, 20-22 Mei 2015.

Hadir sebagai pembicara Chandra Purna Irawan, Ceo Syaria Law Institute. Chandra menguraikan sejarah Muslim Rohingya yang tinggal di Arakan sejak tahun 877 M ketika Islam masuk ke seluruh Burma pada Masa Khalifah Harun ar-Rasyid. Ada banyak bukti yang mengatakan bahwa warga Muslim Rohingya adalah penduduk asli Burma yang tinggal di Arakan, mulai dari koin yang dijadikan mata uang, bangunan masjid dan beberapa artefak lainnya.

Namun, pada 1824 Inggris yang bersekutu dengan Kerajaan Budha datang dan menjajah Burma. Kemudian, pada 1982 terjadi penghapusan kebangsaan kaum muslimin. Sebelumnya diawali dengan pembantaian kaum muslimin lebih dari 100 ribu muslim pada 1942. Parahnya, penindasan ini masih belum selesai hingga kini.

Warga Rohingya masih mencari tempat yang aman untuk ditempati. Negara di Asia Tenggara selama bertahun-tahun telah mengabaikan warga Rohingya yang berjumlah sekitar 1,3 juta jiwa. Bahkan ketika perahu-perahu yang ditumpangi oleh Muslim Rohingya itu mendarat di Malaysia dan Thailand, pemerintah setempat justru menolak.

Kemudian, pada jumat (15/5) lebih dari 700 warga Rohingya tiba di pelabuhan Langsa, Aceh. Awalnya Panglima TNI Jenderal Moeldoko menolak kedatangan warga Rohingya ke Indonesia. Mereka sempat menghalau beberapa kapal yang berisi ratusan warga Rohingya. Kemudian setelah melihat kapal mereka tenggelam di lepas pantai Propinsi Aceh, enam kapal nelayan menyelamatkan mereka.

"Kasus Muslim Rohingya ini telah terjadi begitu lama. Penindasan ini terjadi ketika umat Islam yang tadinya bersatu terpecah belah tanpa ada seorang pemimpin," jelasnya, lansir Kalamedia.

Pembicara menegaskan bahwa isu ini bukan hanya sebatas isu kemanusiaan. Karena tidak mungkin isu kemanusiaan berlangsung begitu lama. Namun, sebagai solusi sementara, penggalangan dana adalah hal yang bisa dilakukan untuk memberikan kemudahan bagi warga Rohingya yang terdampar di Aceh.

Peserta begitu antusias, terbukti dengan banyaknya peserta yang melontarkan pertanyaan kepada pembicara. Bahkan waktu diskusi dilanjutkan setelah bada magrib hingga Isya.

Mahasiswa UPI Care ini gabungan dari Kalam,LDK UKDM, Tutorial PAI, Al Qolam, UPTQ, BAQI, Sciemics, KSR, UKSK, HIPMI,dan Hima Jurusan Kimia, Fisika, Matematika, Teknik Mesin, PGSD Penjas, Ilmu Kepelatihan Olah Raga, Bahasa Indonesia, IPAI, MIK, BK, Penddidikan Akuntansi, Bahasa Jepang dan Ilmu Komputer. (azmuttaqin/arrahmah.com)

Pemuda Aceh: Perlu pengucilan dunia internasional kepada Myanmar

Posted: 20 May 2015 02:00 AM PDT

myanmar police

KOTA LANGSA (Arrahmah.com) - Tokoh pemuda Aceh menghimbau Pemerintah Indonesia untuk mengajak negara-negara ASEAN dan dunia untuk mengucilkan Myanmar karena telah mengusir dan melakukan pembunuhan massal etnis minoritas Rohingya.

"Perlu adanya pengucilan oleh dunia internasional kepada Myanmar atas deskriminatif dan pelanggaran HAM yang terjadi di sana," kata tokoh pemuda Aceh Agusni kepada wartawan di Langsa, Kota Langsa, Rabu (20/2/2015), dikutip dari Antara.

Dia mendesak Perserikatan Bangsa Bangsa menyelesaikan masalah etnis Rohingya di Myanmar sehingga kelompok minoritas muslim ini tidak diusir secara besar-besaran ke negara tetangganya.

"PBB harus segera bertindak, jangan berdiam diri. Pelanggaran HAM berat terjadi di Myanmar atas pembunuhan massal terhadap etnis Rohingya," kata dia.

Dia menyatakan, kondisi etnis minoritas itu kini terlunta-lunta menjadi manusia perahu mencari perlindungan ke berbagai negara, termasuk Indonesia.

Dia mengklaim telah terjadi genosida terhadap etnis Rohingya di Myanmar. Pengusiran paksa oleh otoritas Myanmar juga adalah bentuk pelanggaran dan penindasan terhadap rasa keadilan serta kemanusiaan.

"Kami mengecam keras tindakan deskriminatif dan genosida yang dilakukan pemerintah Myanmar terhadap etnis Rohingya," tegas dia.

Agusni menilai genosida di Myanmar seperti dibiarkan berbagai pihak, seperti PBB, ASEAN dan oleh pejuang demokrasi peraih Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi sekalipun.

"Aung San Suu Kyi yang berasal dari Myanmar seribu bahasa, tiada reaksi atas kejahatan kemanusiaan yang terjadi terhadap etnis Rohingya," katanya.

"Atas nama kemanusiaan, saya mengutuk tindakan genosida yang dilakukan otoritas Myanmar terhadap etnis Rohingya. Juga mendesak PBB untuk segera menghukum Myanmar atas kejahatan yang dilakukannya," sebut Ketua PWI Perwakilan Aceh Timur, Kota Langsa dan Aceh Tamiang itu.

Agusni meminta UNHCR memfasilitasi keberlangsungan hidup etnis Rohingya yang tersebar di beberapa negara. (azm/arrahmah.com)

Bu Ela, pengumpul rongsok pemburu surga dengan 2000

Posted: 20 May 2015 01:17 AM PDT

ilustrasi ibu pemulung, dok.portalmadura

(Arrahmah.com) - Kita sering salah menyikapi apa-apa yang menjadi milik kita. Tak sedikit orang menumpuk hartanya di bank, investasi saham, membeli tanah, rumah, mobil dan lain sebagainya.

Apakah benar itu milik kita yang sebenarnya??? Untuk menjawabnya marilah kita belajar dari wawancara dengan Ibu Ella yang sangat sederhana yang disarikan Komunitas Akar Pohon (KAP) dari sebuah acara televisi swasta.

Ibu Ela adalah wanita yang pekerjaannya mengumpullkan sampah plastik dari kemasan. Cuma untuk memperolehnya, dia harus memungutnya di sungai. Wanita paruh baya, kurus, dengan rambutnya diikat ke belakang dan banyak warna putihnya itu berumur 54 tahun.

"Assalamu'alaikum…"
"Wa'alaikum salam. Ada apa ya Pak?" tanya Ibu Ela.
"Saya dari tabloid An Nuur, mendapat cerita dari seseorang untuk menemui Ibu. Kami mau wawancara sebentar, boleh Bu…?" Pewawancara menjelaskan, dan mengunakan 'Tabloid An Nuur' sebagai 'penyamaran'.
"Oh.. boleh, silahkan masuk."

Ibu Ela, masuk lewat pintu belakang. Pewawancara menunggu di depan. Tak beberapa lama, lampu listrik di ruang tengahnya menyala, dan pintu depan pun dibuka.

"Silahkan masuk…"
Pewawancara masuk ke dalam 'ruang tamu' yang diisi oleh dua kursi kayu yang sudah reot. Tempat dudukannya busa yang sudah bolong di bagian pinggir. Rupanya Ibu Ela hanya menyalakan lampu listrik jika ada tamu saja. Kalau rumahnya ditinggalkan, listrik biasa dimatikan. "Berhemat," katanya.

"Sebentar ya Pak, saya ambil air minum dulu" kata Ibu Ela.
Yang dimaksud Ibu Ela dengan ambil air minum adalah menyalakan tungku dengan kayu bakar dan di atasnya ada sebuah panci yang diisi air. Ibu Ela harus memasak air dulu untuk menyediakan air minum bagi tamunya.

"Iya Bu.. ngga usah repot-repot." Kata pewawancara, merasa tidak enak.

Kami pun mulai ngobrol, atau 'wawancara'.
Ibu Ela ini usianya 54 tahun, pekerjaan utamanya mengumpulkan plastik dan menjualnya seharga Rp 7.000 per kilo. Ketika pewawancara bertanya tentang aktivitasnya selain mencari plastik, Bu Ela menjawab ringkas.

"Mengaji…" katanya

"Hari apa aja Bu…?" Tanya pewawancara.

"Hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu…" jawabnya. Hari Jum'at dan Minggu adalah hari untuk menemani Ibunya yang dirawat di rumahnya.

Oh.. jadi mengaji rupanya yang jadi aktivitas paling banyak. Ternyata dalam pengajian itu, biasanya ibu-ibu pengajian yang pasti mendapat minuman kemasan, secara sukarela dan otomatis akan mengumpulkan gelas kemasan air mineral dalam plastik dan menjadi oleh-oleh untuk Ibu Ela.

Hmm, sambil menyelam minum air rupanya. Sambil mengaji dapat plastik.

Pewawancara bertanya lagi,
"Paling jauh pengajiannya dimana Bu?"
"Di dekat terminal Bubulak, ada mesjid taklim tiap Sabtu. Saya selalu hadir; ustadznya bagus sih…" kata Ibu Ela.

"Kesana naik mobil dong..?" tanya saya.
"Saya jalan kaki" kata Ibu Ela
"Kok jalan kaki…?" tanya saya penasaran.

Penghasilan Ibu Ela sekitar Rp 7.000 sehari. Pewawancara ingin tahu alokasi uang itu untuk kehidupan sehari-harinya. Bingung juga bagaimana bisa hidup dengan uang Rp 7.000 sehari.

"Iya.. mas, saya jalan kaki dari sini. Ada jalan pintas, walaupun harus lewat sawah dan jalan kecil. Kalau saya jalan kaki, khan saya punya sisa uang Rp 2.000 yang harusnya buat ongkos, nah itu saya sisihkan untuk sedekah ke ustadz…" Ibu Ela menjelaskan.

"Maksudnya, uang Rp 2.000 itu Ibu kasih ke pak Ustadz?" Pewawancara melongo. Kan Ibu ngga punya uang, gumamnya dalam hati.

"Iya, yang Rp 2.000 saya kasih ke Pak Ustadz… buat sedekah." Kata Ibu Ela, datar.

"Kenapa Bu, kok dikasihin?" Pewawancara masih bengong.

"Soalnya, kalau saya sedekahkan, uang Rp 2.000 itu udah pasti milik saya di akherat, dicatet sama Allah…. Kalau uang sisa yang saya miliki bisa aja rezeki orang lain, mungkin rezeki tukang beras, tukang gula, tukang minyak tanah…." Ibu Ela menjelaskan, kedengarannya jadi seperti pakar pengelolaan keuangan keluarga yang hebat.

"Dzig! Saya seperti ditonjok Cris John. Telak! Ada rambut yang serempak berdiri di tengkuk dan tangan saya. Saya Merinding!" gumam pewawancara.

"Ibu Ela tidak tahu kalau dia berhadapan dengan saya, seorang sarjana ekonomi yang seumur-umur belum pernah menemukan teori pengelolaan keuangan seperti itu," lanjutnya menggumam.

Jadi, Ibu Ela menyisihkan uangnya, Rp 2.000 dari Rp 7.000 sehari untuk disedekahkan kepada sebuah majlis karena berpikiran bahwa itulah yang akan menjadi haknya di akherat kelak?

'Wawancara' yang sebenarnya jadi-jadian itu pun segera berakhir. Pewawancara pamit dan menyampaikan bahwa kalau sudah dimuat, saya akan menemui Ibu Ela kembali, mungkin minggu depan.

Pewawancara itu sebenarnya on mission, mencari orang-orang seperti Ibu Ela yang cerita hidupnya bisa membuat 'merinding'. Sesuai misinya, ia sudah menemukan kekuatan dibalik kesederhanaan. Keteguhan yang menghasilkan kesabaran. Ibu Ela terpilih untuk mendapatkan sesuatu yang istimewa dan tak terduga.

Minggu depannya, pewawancara datang kembali ke Ibu Ela. Kali ini bersama dengan tim kru televisi dan seorang presenter kondang yang mengenakan tuxedo, topi tinggi, wajahnya dihiasai janggut palsu, mengenakan kaca mata hitam dan selalu membawa tongkat. Namanya Mr. EM (Easy Money). Anda pasti bisa menebak itu acara stasiun TV apa.

Dari acara itu, Allah taqdirkan Ibu Ela mendapatkan ganti dari Rp 2.000 yang disedekahkannya secara dengan Rp 10 juta dari uang kaget. Entah berapa yang Allah akan ganti di akherat kelak.

Ibu Ela membeli beras, kulkas, makanan, dan lain-lain untuk melengkapi rumahnya. Entah apa yang dibelikan Allah untuk rumah indahnya di akherat kelak.... Allohumma.(adibahasan/komunitasakarpohon/arrahmah.com)

Mualaf Center Indonesia: Hentikan kejahatan terhadap Mualaf, tegakkan Syariat Allah di muka bumi!

Posted: 20 May 2015 12:40 AM PDT

Para Mualaf bersama Pembina MCI, Hanny Kristanto, dok. mualaf.com

JAKARTA (Arrahmah.com) - Maraknya perlakuan tak beradab oleh pihak non-Muslim kepada para Mualaf di Indonesia mendesak Mualaf Center Indonesia (MCI) untuk bertindak tegas. Hal tersebut diungkapkan Hanny Kristanto, Pembina MCI pada laman resmi mualaf.com, Rabu (20/5/2015).

Dengan demikian, MCI menegaskan kepada pihak non-Muslim untuk segera menghentikan kejahatan terhadap Mualaf dan menyatakan bahwa MCI menghendaki penegakan Syariat Islam di muka bumi.

"Hentikan kejahatan terhadap Mualaf, tegakkan Syariat Allah di muka bumi. Insyaa Allah keluarga besar Mualaf Center Indonesia siap berkorban harta, jiwa, dan raga!" tegas Hanny diiringi tiga kali pekik takbir.

Sebagaimana kasus penindasan terhadap Ukhtina Risa, MCI melakukan pembelaan dengan cara menegaskan kembali kepada mantan teman gereja, keluarga dan kerabat Risa Cristabela Selano bahwa Risa tidak dirampas hak kemuslimannya. MCI bahkan menyertakan foto Risa bersama saudara-saudari seimannya di Nuu WAR.

Atas nama MCI Hanny menggarisbawahi bahwa, "Sekarang Risa sudah berhijab (jilbab kuning) menuruti perintah Alloh dan meneladani ibunya Yesus (Maria) yang selalu berjilbab sesuai perintah dalam injil Perjanjian Baru di dalam 1 Korintus 11:5 - 13."

Alhamdulillah, atas ridho dan pertolongan Allah Azza wa Jalla, maka Ukhti Risa Cristabela Selano (mualaf) telah bebas dari penyekapan pihak yang menghalangi keputusannya menjadi Muslim. Bahkan, menurut MCI, "HP dan akun FB Risa sudah bukan Risa yang pegang, di bajak ibunya." Subhanallah.

MCI juga menyertakan kronologi proses Ukhti Risa menjadi Mualaf, sebagaimana Arrahmah kutip dari mualaf.com berikut.

  1. Risa adalah anak sulung dari 2 saudara.,
  2. Risa adalah guru sekolah minggu di Gpib Petra Bogor yang paham injil,
  3. Kuliah di Universitas Indra Prasta Semester 2 jurusan Design Grafis,
  4. Setelah berdoa dan bergumul selama lebih kurang 1 tahun memutuskan masuk Islam 1 Maret 2015 di Masjid Agung AT-TIIN TMII
  5. Ketahuan sholat dan dipukuli ketika sholat,
  6. Diseret dari ujung jalan rumahnya di Cibinong dan menjerit jerit tetapi warga tidak berani menolong,
  7. Didoakan 3 pendeta dituduh kemasukan setan karena masuk Islam,
  8. Karena tidak berhasil kemudian di ancam dibunuh dengan golok menempel di lehernya, ketika itu Risa mengatakan "Demi Alloh saya siap mati karena Alloh".
  9. Mendengar itu tidak jadi dibunuh oleh pak pendeta (tapi di tampar) dan oleh ibunya di ungsikan ke Medan.
  10. Selama di Medan hp, atm dan surat-surat disita, Risa di kunci didalam rumah dan jendela pun di paku.
  11. Alhamdulillah di saat lengah dari penjagaan Risa berhasil melarikan diri dan ditolong oleh Ustadz Zikri di Masjid At Taqwa, Siantar
  12. Dengan bekal seadanya dan bantuan dari jamaah, Risa menuju Jakarta naik bis..
  13. Selama 2 hari Risa tidur di emperan masjid At Tiin, Taman Mini
  14. Setelah 2 hari di masjid At Tiin, Risa menghubungi pendamping dan guru ngaji Shilvia Nanda Putri (mualaf) kemarin dan dijemput oleh ibu bhayangkari Wiek Indrawaty (mualaf) dan Merry Samiri
  15. Alhamdulillah setelah bersama team Lembaga Bantuan Hukum Yayasan Mualaf Center Indonesia melapor ke Bareskrim Mabes Polri sekarang Risa sudah di AFKN Nuu Waar bersama saudara - saudari mualaf dari Papua (provinsi)

"Saat ini Risa dalam perlindungan Allah melalui kami Muslim Bersatu Muallaf Berseru, Mualaf.com, Mualaf Center Indonesia, Mujahideen Media Centre, dan seluruh elemen Islam," lanjut Hanny.

Sebagai bahan perenungan, MCI memaparkan beberapa ayat berikut.

Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan antara yang haq dengan
yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui. (QS. Ali 'Imran:71)

Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; maka beberapa orang (di antara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh. (QS. al-Baqarah:87)

Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah menolaknya, malah berhendak menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu tidak menyukai. Allah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk diunggulkan atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai. (QS. At Taubah:32-33)

Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang mukmin bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah. Dan janganlah engkau menuruti orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, janganlah engkau hiraukan gangguan mereka dan bertawakkallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pelindung. (QS. Al Ahzab:47-48)

Sseungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS. al-Hajj:40)

Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. (QS. Yusuf:21)

"Katakanlah, "Hai Ahli Kitab, marilah kita kepada kalimat (yang sebenarnya) sama antara kami dengan kamu (yaitu) bahwa tidak adayang kita sembah selain Allah, dan tidakkita mempersekutukan-Nya dengan suatu apapun juga. Dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain dari Allah.' Maka jika mereka berpaling, katakanlah, Saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah muslim. " (QS. Ali 'Imran: 64)

Sekali lagi Hanny menegaskan dengan keras kepada para non-Muslim penindas Mualaf bahwa, "Jika Anda masih memaksa Mualaf murtad, menyiksa Mualaf, dan melarang Mualaf beribadah dan menyembah kepada Allah subhanahu wata'ala: Insyaa Allah keluarga besar Mualaf Center Indonesia siap berkorban harta, jiwa, dan raga!"

Secara terbuka Hanny juga menyeru pihak penentang keputusan masuk ISlamnya para Mualaf agar berdalog dengan para pembina Mualaf pada www.mualaf.com/pembinamualaf.

Allahu Akbar! Pekik Hanny tak hanya melecut para penindas Mualaf, namun ini juga pertanda bahwa kini saatnya kita, Kaum Muslimin Indonesia bersatu padu membela Islam dan pemeluknya dengan penuh kesadaran dan rasa tanggungjawab.

(adibahasan/arrahmah.com)

Tak ada Ukhuwah Islamiyah antara Sunni dan Syi'ah (13)

Posted: 19 May 2015 11:00 PM PDT

Imam Mahdi ini diklaim Syiah sudah keluar dari persembunyiannya, yang (harusnya menurut Syiah) secara langsung mendepak Khomeini dari kekuasaannya sesuai konsep Wilayatul Faqih

Oleh Apad Ruslan

(Arrahmah.com) - Imamah adalah sebuah konsep kepemimpinan Syiah yang merupakan teori mutlak dan harga mati. Doktrin bahwa imam disejajarkan dengan nabi inilah yang menjadi dasar paling asasi dari doktrin-doktrin sesat Syiah lainnya. Dengan demikian, Syiah mengkafirkan siapa pun di luar sektenya (takfiri) yang menolak doktrin imamahnya.

Berikut ulasan mengenai takfiri oleh Syiah yang Arrahmah kutip dari Sigabah.com. Ulasan ini diadaptasi dari buku Mungkinkah SUNNAH-SYIAH DALAM UKHUWAH? Jawaban Atas Buku Dr. Quraish Shihab (Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan, Mungkinkah?). Bismillah.

Keyakinan Syiah tentang Imamah

Sebagai konsekuensi dari ajaran Syiah yang menjadikan imamah sebagai pilar dasar agama, mereka mengkafirkan siapa saja yang mengingkarinya, sama persis dengan status orang yang mengingkari kewajiban shalat dan rukun-rukun Islam yang lain, atau bahkan lebih.[1] Penjelasan mengenai hal ini sangat melimpah dalam kitab-kitab Syiah, sebab klaim kafir tersebut sudah merupakan kesepakatan (ijma') dari ulama Syiah, antara lain apa yang disampaikan oleh al-Majlisi dalam Bihar al-Anwar sebagai berikut:

وَاعْتِقَادُنَا فِيْمَنْ جَحَدَ إِمَامَةَ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالأَئِمَّةِ مِنْ بَعْدِهِ أَنَّهُ بِمَنْزِلَةِ مَنْ جَحَدَ نُبُوَّةَ الأَنْبِيَاءِ, وَاعْتِقَادُنَا فِيْمَنْ أَقَرَّ بِأَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَأَنْكَرَ وَاحِدًا مِنْ بَعْدِهِ مِنَ الأَئِمَّةِ أَنَّهُ بِمَنْزِلَةِ مَنْ آمَنَ بِجَمِيْعِ الأَنْبِيَاءِ ثُمَّ أَنْكَرَ نُبُوَّةَ مُحَمَّدٍ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

Keyakinan kami (Syiah) terhadap orang yang mengingkari keimaman Amirul Mukminin (Sayyidina Ali Radhiyallahu 'anhu) dan para Imam setelah beliau, adalah sama halnya dengan orang yang mengingkari kenabian para Nabi. Sedangkan keyakinan kita terhadap orang yang mengakui keimaman Amirul Mukminin dan mengingkari keimaman satu orang saja dari Imam-imam setelah beliau, adalah sama halnya dengan orang yang beriman kepada semua nabi kemudian mengingkari kenabian Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam.[2]

Senada dengan al-Majlisi, pemuka Syiah yang lain, ath-Thusi, juga berkomentar demikian:

وَدَفْعُ الإِمَامَةِ كُفْرٌ، كَما أَنَّ دَفْعَ النُّبُوَّةِ كُفْرٌ، لِأَنَّ الجَهْلَ بِهِمَا عَلَى حَدٍّ وَاحِدٍ.

Menyangkal keimaman adalah kafir, seperti halnya menyangkal kenabian. Sebab (hukum) tidak tahu pada keduanya berada pada taraf yang sama.[3]

Kemurkaan Syiah terhadap para pengingkar imamah tidak sebatas itu. Semakin kita mengkaji kitab-kitab Syiah secara lebih mendalam, maka dapat kita jumpai penjelasan bahwa kekufuran para pengingkar imamah lebih parah daripada kekufuran para pengingkar nubuwwah (kenabian). Mengenai hal ini, Al-Allamah[4] Jamaluddin al-Hasan Yusuf bin al-Muthahhir al-Hulli dalam al-Alfain fi Imamati 'Ali bin Abi Thalib, menyatakan sebagai berikut:

الإمامَةُ لُطْفٌ عَامٌّ، وَالنُّبُوَّةُ لُطْفٌ خَاصٌّ لِإِمْكَانِ خُلُوِّ الزَّمَانِ مِنْ نَبِيٍّ حَيٍّ بِخِلَافِ الإمَامِ، وَإِنْكَارِ اللُّطْفِ العَامِّ شَرٌّ مِنْ إِنْكَارِ اللُّطْفِ الخَاصِّ.

Imamah adalah anugerah yang umum, sedangkan kenabian adalah anugrah yang khusus, sebab zaman masih dimungkinkan untuk absen dari nabi, berbeda dengan Imam. Sementara mengingkari anugerah yang umum lebih tercela daripada mengingkari anugrah yang khusus.[5]

Maka dari itu, umat Syiah bersepakat (ijma') bahwa orang yang mengingkari imamah adalah kafir. Konsensus Syiah ini antara lain disampaikan oleh al-Mufid dalam Awa'il al-Maqalat-nya sebagai berikut:

اتَّفَقَتِ الإِمَامِيَّةُ عَلَى أَنَّ مَنْ أَنْكَرَ إِمَامَةَ أَحَدٍ مِنَ الأَئِمَّةِ وَجَحَدَ مَا أَوْجَبَهُ اللهُ تَعَالَى لَهُ مِنْ فَرْضِ الطَّاعَةِ فَهُوَ كَافِرٌ ضَالٌّ مُسْتَحِقٌّ لِلْخُلُوْدِ فِي النَّارِ.

Syiah Imamiyah bersepakat bahwa orang yang mengingkari keimaman satu saja dari para Imam Syiah, dan mengingkari terhadap apa yang diwajibkan oleh Allah berupa kewajiban untuk taat (pada Imam), maka ia telah kafir, sesat dan berhak kekal di neraka.[6]

Dalil-dalil Syiah tentang Imamah

Dari Al Qur'an

Ada beberapa ayat Al Qur'an yang dijadikan sebagai landasan dalam menguatkan doktrin imamah. Sebagaimana lazimnya dalil Al Qur'an yang dijadikan sebagai penguat ajaran pokok (ushul) mereka, ayat-ayat Al Qur'an tersebut tidaklah memberikan justifikasi secara tegas (sharih) dan pasti (qath'i), akan tetapi hanya tampak memberikan isyarat saja. Karena itu, Syiah perlu menggunakan penalaran, penafsiran dan penakwilan, guna mendekatkan teks-teks wahyu dengan doktrin mereka, agar terlihat sinkron. Langkah tersebut tentu akan mengandung banyak pengkaburan, distorsi dan penyelewengan arti, sebagaimana akan kita lihat nanti.

Ayat-ayat Al Qur'an yang biasa dijadikan sebagai landasan imamah antara lain adalah sebagai berikut:

إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ

Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). (al-Ma'idah [5]: 55).

Syiah menamakan ayat ini dengan ayat al-Wilayah.[7] Mereka beranggapan bahwa ayat ini merupakan dalil paling kuat yang menunjukkan atas kepemimpinan Sayyidina Ali radhiyallahu 'anhu setelah Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam. Menurut mereka, klaim ini berdasarkan atas beberapa peninjauan sebagai beikut:

Pertama: melihat sebab turunnya ayat (sabab an-nuzul), dimana ayat ini konon turun berkenaan dengan Sayyidina Ali radhiyallahu 'anhu yang bersedakah kepada orang yang meminta-minta, sedang Sayyidina Ali radhiyallahu 'anhu berada dalam keadaan rukuk. Dalam buku tanggapan untuk Majalah Sabili, Mengapa Kita Memilih Syiah (terbitan LSM OASE [Organization of Ahlulbayt for social support and education]), ditulis sebagai berikut:

Para ulama, mufassir , fuqaha, dan ahli hadits telah sepakat (kecuali syadz) berkaitan dengan Imam Ali radhiyallahu 'anhu kepada orang miskin yang meminta-minta di Masjid Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam ketika itu tak seorang pun dar sahabat-sahabat Nabi shalallahu 'alaihi wasallam yang memberinya sesuatu, lalu Imam Ali radhiyallahu 'anhu mengulurkan tangannya dan mengisyaratkan agar si pengemis itu mengambilnya ketikabeliau sedang dalam keadaan rukuk.[8]

Kedua: setelah melihat sabab an-nuzul dari ayat di atas, yang ternyata diturunkan hanya untuk satu orang (Sayyidina Ali radhiyallahu 'anhu), Syiah kemudian mengorelasikan sebab turunnya ayat ini dengan kata innama yang dalam tata bahasa Arab digunakan untuk memberi batasan (adat hashr). Dari sini selanjutnya Syiah berkesmipulan,bahwa ayat di atas memang memberikan petunjuk dengan jelas jika yang berhak menduduki jabatan khalifah stelah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam hanyalah Sayyidina Ali radhiyallahu 'anhu.

Syiah berpandangan bahwa ayat ini merupakan dalil paling kuat yang dijadikan sebagai dasar dari imamah. Karena itu mereka selalu menjadikan ayat ini sebagai pembuka dalam setiap pembahsan mengenai imamah dalam buku-buku mereka. Dalam hal ini, salah satu tokoh Syiah yang paling populer, ath-Thabrasi, mengatakan sebagai berikut:

وَهَذِهِ الآيَةِ مِنْ أَوْضَحِ الدَّلَائِلِ عَلَى صِحَّةِ إِمَامَةِ عَلَي بَعْدِ النَّبِيِّ بِلَا فَصْلٍ.

Ayat ini merupakan dalil yang paling jelas atas keimanan Sayyidna Ali radhiyallahu 'anhu setelah Nabi shalallahu 'alaihi wasallam dengan pasti.[9]

يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu,dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang dipernitahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari( gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (QS. Al-Maidah [5]: 67)

Ayat ini menurut Syiah juga turun mengenai Sayyidina Ali radhiyallahu 'anhu di Ghadir Khum. Dalam Buletin Mengapa Kita Memilih Syiah (terbitan LSM OASE [Organization of Ahlulbayt for Social Support and Education]) ditulis :

Ayat ini turun pada tanggal 18 Dzulhijjah di Ghadir Khum ketika Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam mengumumkan:

مَنْ كُنْتُ مَوْلَاهُ فَعَلِيٌّ مَوْلَاهُ, اللَّهُمَّ وَالِ مَنْ وَالَاهُ، وَعَادَ مَنْ عَادَاهُ.

Barang siapa yang menjadikan aku sebagai maulanya (pemimpinnya), maka Ali juga sebagai maulanya. Ya Allah, cintailah orang yang mencintainya dan musuhilah orang yang memusuhinya.

Selanjutnya Syiah berkomentar, bahwa hadits-hadits yang berkaitan dengan peristiwa ini disebut hadits Ghadir, yang diriwayatkan secara mutawatir.[10]

Dari Hadits

Sedangkan dalil-dalil imamah yang terdiri dari hadits-hadits Syiah sebetulnya amat banyak. Akan tetapi kebanyakan merupakan hadits palsu dan dibuat-buat, sebagaimana diakui oleh Ibnu Abi al-Hadid dalam Syarah Nahj al-Balaghah. Dia mengatakan:

Sesungguhnya sumber kebohongan hadits-hadits tentang fadha'il muncul dari orang-orang Syiah. Mula-mula mereka menciptakan hadits-hadits palsu dan dibuat-buat mengenai keutamaan imam-imam mereka, karena dipicu oleh rasa permusuhan terhadap lawan-lawan mereka.[11]

Karena itu, kami di sini menganggap cukup mencantumkan tiga hadits paling shahih yang dijadikan sebagai dasar oleh Syiah atas kekhilafahan Sayyidina Ali radhiyallahu 'anhu dan para Imam setelah beliau. Sebab ke-maudhu'-an hadits-hadits imamah sudah menjadi tanggapan dengan sendirinya, sehingga tidak memerlukan tanggapan lebih jauh. Hadits paling shahih yang menjadi dasar imamah dimaksud adalah sebagai berikut:

أَنْتَ مِنِّي بِمَنْزِلَةِ هَارُوْنَ مِنْ مُوْسَى إِلَّا أَنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِيْ.

(Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada Sayyidina Ali radhiyallahu 'anhu) bagiku, posisimu sebagaimana posisi Nabi Harun bagi Nabi Musa, hanya saja tak ada nabi sesudahku.[12]

Sedangkan Muhammad Husain al-Faqih dalam Limadza Ana Syi'iy, menjadikan dalil atas doktrin ini dengan hadits:

إِنَّ عَلِيًّا مِنِّيْ وَأَنَا مِنْهُ وَهُوَ وَلِيُّ كُلِّ مُؤْمِنٍ بَعْدِيْ.

Sesungguhnya Ali adalah dariku dan aku darinya. Dan ia adalah kekasih semua orang mukmin setelahku.[13]

Selain dua hadits di atas, Syiah Imamiyah Itsna 'Asyariyah menggunakan hadits lain yang dijadikan sebagai justifikasi bagi kepemimpinan 12 orang yang mereka anggap sebagai Imam-imam yang ditunjuk secara nash dan wasiat. Dalam bukunya Limadza Ana Syi'iy, Muhammad Husain al-Faqih menyatakan bahwa kepemimpinan para Imam 12 secara berurut memiliki dalil yang secara tegas di sabdakan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dan telah diriwayatkan oleh ulama-ulama Ahlussunnah, seperti Imam Bukhari, Muslim, Ahmad, dan lain-lain. Sama persis dengan Muhammad Husain, adalah pendapat yang dikemukakan oleh Emilia Renita AZ, ketua LSM OASE, dalam "Mengapa Kita Memilih Syiah" ia menulis sebagai berikut:

Syiah yang kami yakini: yakin bahwa Imam yang 12 terdapat dalam hadits-hadits shahih. Syiah tidak menganggap kafir kepada orang yang menolak hadits-hadits itu. Kami hanya menganggap mereka tidak menerima nash saja. (Taqiyyah Emilia).

Hadits dimaksud adalah:

رَوَى مُسْلِمٍ عَنْ جَابِرٍ بْنِ سَمُرَةَ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسلَّمَ يَقُوْلُ: لاَ يَزَالُ الدِّينُ قَائِمًا حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ أَوْ يَكُونَ عَلَيْكُمُ اثْنَا عَشَرَ خَلِيفَةً كُلُّهُمْ مِنْ قُرَيْشٍ (رواه مسلم)

Saya mendengar Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Agama Islam akan terus tegak sampai hari kiamat datang, atau akan memimpin kepada kalian semua 12 orang khalifah, semuanya dari suku Quraisy".[14]

حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ سَمُرَةَ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ يَكُونُ اثْنَا عَشَرَ أَمِيرًا فَقَالَ كَلِمَةً لَمْ أَسْمَعْهَا فَقَالَ أَبِي إِنَّهُ قَالَ كُلُّهُمْ مِنْ قُرَيْشٍ.

Bercerita kepadaku Muhammd bin al-Mutsanna, bercerita kepadaku Syu'bah, dari Abdul Malik, aku mendengar Jabir bin Samurah berkata: Aku mendengar Nabi shalallahu 'alaihi wasallam. bersabda: Akan ada 12 pemimpin. Kemudian Nabi bersabda dengan kalimat yang tidak saya dengar, kemudian ayah saya bekata: semuanya dari suku Quraisy.[15]

Tanggapan

Ayat pertama

Yang perlu dikritisi dari istidlal (pengambilan dalil) Syiah terhadap ayat ke-55 surat al-Maidah di atas (innama waliyyukumullah…) adalah, bahwa Syiah hanya meneropong ayat tersebut dari sudut pandang riwayat mengenai sabab an-nuzul dan 'adat hashr saja,tidak dari yang lain. Ini dapat dimengerti, karena Syiah memang tidak memiliki nash pasti (qath'i) yang menjadi dalil bagi ajaran bagi ajran pokok mereka, yakni imamah.[16] Padahal, istidlal dengan menggunakan periwayatan dan mengabaikan dimensi/ nash (al-Qur'an) tak jauh dari tamtsil mengambil kulit membuang isi. Hujjah sedemikian tentunya dapat dengan mudah dipatahkan dengan poin-poin berikut:

Pertama, mengenai sabab an-nuzul dari ayat ke-55 surat al-Ma'idah, pernyataan bahwa sabab an-nuzul dari ayat tersebut hanya berkenaan dengan Sayyidina Ali radhiyallahu 'anhu, menurut kesepakatan para ulama, mufassir, fukaha, dan ahli hadits (kecuali yang syadz), sebagaimana dinyatakan dengan tegas dalam buku tanggapan untuk Majalah Sabili, Mengapa Kita Memilih Syiah (terbitan LSM OASE [Organization of Ahlulbayt for social support and education]), sebetulnya tak lebih dari upaya generalisasi yang spekulatif.

Sebab realita yang ada justru menunjukkan sebaliknya. Bahwa berdasarkan riwayat-riwayat yang dapat dipercaya, ulama bersepakat jika ayat tersebut tidak turun kepada Sayyidina Ali radhiyallahu 'anhu saja, dan bahwa beliau tidak pernah bersedekah cincin pada waktu shalat.[17]

Jadi, ketidaksepakatan ulama, ahli tafsir dan ahli hadits mengenai sabab an-nuzul dari ayat tersebut adalah fakta yang tak bisa dimungkiri, disamping keberagaman sabab an-nuzul untuk satu ayat memang sudah biasa terjadi.[18] Artinya, menurut para ulama, ayat ini tidak hanya turun mengenai Sayyidina Ali radhiyallahu 'anhu, akan tetapi juga turun untuk sahabat lain dan juga kepada orang-orang mukmin. Ada banyak riwayat yang mendukung terhadap kesimpulan para ahli tersebut, antara lain sebagai berikut:

Riwayat yang mengatakan bahwa ayat ini turun mengenai Ubadah bin Shanit ketika dia memisahkan diri dari golongan orang-orang yahudi:

لَمَّا حَارَبَتْ بَنُو قَيْنَقَاعَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسلَّمَ, مَشَى عُبَادَةُ بْنُ الصَّامِتِ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ أَحَدَ بَنِي عَوْفٍ بنِ الخَزْرَجِ, فَخَلَعَهُمْ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَتَبَرَّأَ إلَى اللهِ وإلَى رَسُوْلِهِ مِنْ حِلَفِهِمْ، وَقَال: أَتَوَلَّى اللهَ وَرَسُوْلَهُ وَالمُؤْمِنِيْنَ، وَأَبْرَأُ مِنْ حِلَفِ الكُفَّارِ وَوَلاَيَتِهِمْ! فَفِيْهِ نَزَلَتْ: "إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللهُ وَرَسُوْلُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ" لِقَوْلِ عُبَادَةَ: " أَتَوَلَّى اللهَ وَرَسُوْلَهُ وَالَّذِيْنَ أَمَنُوا وَتَبَرُّئِهِ مِنْ بَنِي قَيْنُقَاعَ وَوَلْاَيَتِهِمْ – إلَى قَوْلِهِ: "فَإنَّ حِزْبَ اللهِ هُمُ الغَالِبُونَ".

Ketika Bani Qainuqa' membangkang pada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, Ubadah bin Shamit – salah satu ketrunan 'Auf bin al-Khazraj – mendatangi Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, lalu dia melepaskan (menyerahkan) persekutuan mereka kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dan membebaskan diri dari persekutuan di antara mereka (Bani Qainuqa') menuju Allah dan Rasul-Nya, dan dia berkata: "Aku mencintai Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman … dan bebas dari persekutuan orang-orang kafir dan pertolongan mereka!" maka dari ucapan dan pelepasan diri Ubadah ini (dari berteman dengan Bani Qainuqa') turunlah ayat tersebut.[19]

Diriwayatkan juga dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu bahwa ayat ini turun mengenai Ubadah bin Shamit dan Abdullah bin Ubai bin Salul ketika Ubadah melepaskan diri dari kelompok yahudi dan mengatakan: "Aku mencintai Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman" maka turunlah ayat 51-55 dari surat al-Mai'idah berikut:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ – إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُون (المائدة[5]: 51-55)

Riwayat yang mengemukakan bahwa ayat diatas ditujukan untuk semua orang Mu'min. Abu Ja'far Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib (Imam Syiah ke-5), ketika ditanyakan makna dari ayat :

إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا….

Apa yang dimaksud dengan ayat itu adalah Sayyidina Ali bin Abi Thalib? Kemudian Abu Ja'far berkata "Ali adalah diantara orang-orang beriman (yang terdapat di dalam ayat tersebut)"[20]

Ulama juga ada yang menyatakan bahwa ayat di atas turun mengenai sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq. Hal ini diantara lain dinyatakan oleh Ikrimah.[21] Menurut ulama yang lain, bisa jadi juga turun berkenaan dengan Abi Lubabah lantaran apa yang ia perbuat di Quraidhah.[22]

Dari beberapa riwayat diatas, kiranya telah cukup menjadi pukulan telak bagi Syiah, yang mengemukakan dengan sangat meyakinkan bahwa ayat diatas hanya spesifik menjelaskan kepemimpinan Sayyidina Ali radhiyallahu 'anhu, dan karenanya hanya beliaulah yang berhak menjadi khalifah, bukan yang lain. Keberagaman riwayat tersebut sangat melimpah dan mudah dijumpai dalam kitab-kitab tafsir. Namun sayang, guna melakukan pembenaran ideologis, Syiah menutup mata terhadap kenyataan ini.

Kedua, argumen lain dari Syiah dalam rangka istidlal dengan ayat ini adalah hashr (perangkat kata untuk membatasi) berupa "innama". Menurut Syiah, adat hashr "innama" ini menunjukkan bahwa hanya satu orang yang berhak menjadi khalifah, yaitu Sayyidina Ali radhiyallahu 'anhu, bukan yang lain.

jika kita amati lebih lanjut, peninjauan Syiah melalui ayat ini bukan menjadi penganut bagi doktrin mereka (imamah), akan tetapi sebaliknya, justru ditinjau dari sudut pandang inilah doktrin Syiah bisa runtuh. Sebab, Imam-imam yang diyakini oleh Syiah Imamiyah jumlahnya ada 12 (dua belas) orang, sementara ayat ini – jika memang hendak dijadikan sebagai dasar imamah – hanya menunjuk terhadap satu orang, yakni Sayyidina Ali radhiyallahu 'anhu saja. Dengan demikian, berarti Imam-imam Syiah selain Sayyidina Ali radhiyallahu 'anhu tidak memiliki landasan apapun atas keimamannya.

Kemudian, jika mereka (Syiah) menyangkal gugatan ini dengan menyatakan bahwa maksud dari adat hashr "innama" itu hanya untuk membatasi wilayah (kepemimpinan) untuk sementara waktu, yakni waktu Sayyidina Ali radhiyallahu 'anhu menjadi khalifah, tidak untuk membatasi semua wilayah Imam-imam yang setelah beliau, maka berati Syiah sepakat dengan Ahlussunnah, bahwa wilayah Sayyidina Ali radhiyallahu 'anhu hanya ketika beliau menjabat sebagai Khalifah, bukan sebelumnya (periode khalifah Abu Bakar, Umar dan Utsman).[23]

Selain itu, argumen Syiah akan tampak lebih rancu dan kontradiktif, mana kala kita melihat komentar salah satu tokoh agung mereka, al-Majlisi. Dalam karya besarnya, Bihar al-Anwar, ia menyebutkan bahwa Sayyidina Ali radhiyallahu 'anhu merupakan orang terakhir yang menerima wasiat:

أَنَّ عَلِيًا هُوَ آخِرُ الأوْصِيَاءِ.

Bahwa Sayyidina Ali adalah orang terakhir dari para penerima wasiat.[24]

Jika benar demikian, maka keimaman setelah Sayyidina Ali radhiyallahu 'anhu menjadi batal dan tidak sah, sebab mereka sudah tidak kebagian kursi wilayah, karena Sayyidina Ali radhiyallahu 'anhu adalah orang terakhir yang 'menerima wasiat' itu. Sehingga konsep 12 (dua belas) Imam jadi terbantahkan dengan sendirinya.

Referensi

[1]Pembahasan mengenai pengkafiran, baca lebih lanjut dalam sub bagian Pengkafiran Sahabat dan Ahlussunnah.

[2]Al-Majlisi, Bihar al-Anwar, juz 27 hlm. 62.

[3]Ath-Thusi, Talkhish asy-Syafi', juz 4 hlm. 131. Lihat juga dalam Bihar al-Anwar, juz 8 hlm. 368. Pernyataan ini sudah disebutkan sebelumnya dalam pembahasan tentang Nubuwwah.

[4]Jika disebut julukan al-Allamah dalam Syiah, maka yang dimaksud adalah Jamaluddin al-Hasan Yusuf bin al-Muthahhir al-Hulli. Dia adalah orang pertama yang meletakkan sanad-sanad buatan dalam kitab-kitab hadits Syiah yang semula tak bersanad. Hal ini kami kemukakan dalam bagian akhir dari pembahasan Syiah dan Hadits.

[5]Jamaluddin al-Hasan Yusuf bin al-Muthahhir al-Hulli, al-Alfain fi Imamati 'Ali bin Abi Thalib, juz 1 hlm. 3.

[6]Al-Mufid, Awa'il al-Maqalat, hlm. 44. Koreksi pula dalam Bihar al-Anwar, juz 8 hlm. 366.

[7]As-Salus, Ma'a Asy-Syiah al-Itsna 'Asyariyah fi al-Ushul wa al-Furu' juz 1 hlm. 43.

[8]Mengapa Kita Memilih Syiah, hlm. 15

[9]Majma' al-Bayan, juz 2 hlm. 128.

[10]Ibid, hlm. 16.

[11]Ibn Abi al-Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah, juz 3 hlm. 17, Dar al-Fikr Beirut.

[12]Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari dengan sedikit perbedaan redaksi (hadits no. 3430 dan 4064); Shahih Muslim (hadits no. 4418); Sunan at-Turmudzi (hadits no. 3663 dan 3664); Sunan Ibn Majah (hadits no. 118) dan Musnad Ahmad (hadits no. 1465, 10842, 25834, dan 26195).

[13]Muhammad Husain al-Faqih, Limadza Ana Syi'iy, hlm. 33.

[14]Shahih Muslim, juz 4 hlm. 101.

[15]Shahih Bukhari, hadits no. 6682.

[16]Al-Qifari, Ushul Madzhab Syi'ah, juz 2 hlm. 823.

[17]Ibnu Taimiyah, Minhaj as-Sunnah, juz 4, hlm. 4.

[18]As-Suyuthi, al-Itqan fi 'Ulum al-Qur'an, hlm. 34, atau al-Maliki, Zubdat al-Itqan fi 'Ulum al-Qur'an, hlm. 22

[19]Lihat Abu Ja'far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, Tafsir ath-Thabari (Jami' al-Bayan fi Ta'wil al-Qur'an), juz 10, hlm. 397 dan 424; Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir (Tafsir al-Qur'an al-'Azhim) juz 3, hlm. 134, dan Jalaluddin as-Suyuthi, ad-Durr al-Mantsur fi at-Ta'wil bi al-Ma'tsur, juz 3, hlm. 398/

[20]Lihat, Tafsir ath-Thabari, juz 10 hlm. 425-426. Lihat juga dalam Tafsir al-Qurtubi, juz 6 hlm. 221, Bahr al-Muhith, juz 4 hlm. 461, dan Tafsir al-Baghawi, juz 3 hlm. 373.

[21]Zad al-Masir, juz 2 hlm. 227.

[22]Tafsir ath-Thabari, juz 10 hlm. 398

[23]Al-Qifari, Ushul Madzhab Syi'ah, juz 2 hlm. 824-825. Bandingkan dengan Ruh al-Ma'ani, juz 6 hlm. 168.

[24]Bihar al-Anwar, juz 39 hlm. 342.

(adibahasanarrahmah.com)

Kadra Mohamed, polwan Minnesota pertama yang kenakan hijab

Posted: 19 May 2015 10:00 PM PDT

min

MINNESOTA (Arrahmah.com) - Kadra Mohamed adalah seorang polisi wanita AS dan petugas Somalia pertama yang mengenakan hijab di Minnesota. Kadra Mohamed baru berusia 21 tahun dan dia dianggap telah mengukir sejarah, lansir MVSLIM pada Sabtu (16/5/2015).

St Paul juga merupakan salah satu dari beberapa departemen polisi Amerika yang mengizinkan polwan untuk mengenakan kerudung saat bekerja. Dengan cara ini, mereka berharap agar para Muslimah mau mempertimbangkan untuk berkarir di bidang penegakan hukum.

min1

Kadra Mohamed

Topik mengenai hijab muslimah di AS selalu menimbulkan pertanyaan yang sama. Mengapa wanita Muslim yang mengenakan kerudung harus melawan semua jenis stereotip untuk berkarier? Ada jutaan Muslimah seperti Kadra Mohamed, yang ingin mencapai tujuan mereka.

Dan bukanlah kerudung yang menahan mereka kembali. Adalah orang-orang dengan pandangan sempit yang menolak untuk melihat potensi para muslimah yang sebenarnya mungkin bisa menyinari dunia dengan pendirian berhijabnya.

(banan/arrahmah.com)