Arrahmah.Com

Arrahmah.Com

Link to Arrahmah.com

Mujahidin Al Qaeda Yaman terapkan syariat Islam di wilayah timur

Posted: 14 May 2015 04:42 PM PDT

Mujahidin AQAP di provinsi Hadramaut

MUKALLA (Arrahmah.com) - Sebuah kelompok Mujahidin yang terkait dengan Al Qaeda di kota pelabuhan Mukalla telah menetapkan larangan perdagangan daun qat, daun narkotika yang dikunyah dan menjadi hobi masyarakat Yaman di masa lalu.

Mujahidin Al Qaeda mengendalikan kota tersebut dan menegakkan aturan-aturan sosial sesuai syariat Islam serta melakukan penangkapan terhadap mereka yang bersalah.

Sebuah badan baru terbentuk yang terdiri dari kelompok suku bersejata dan ulama Muslim yang memegang kendali atas sebagian besar provinsi penghasil minyak Yaman di bagian timur, provinsi Hadramaut setelah unit tentara meninggalkannya pada bulan lalu.

Badan yang disebut dengan "direktorat keamanan" yang menurut para pejabat Yaman terdiri dari anggota Al Qaeda, di ibukota provinsi Mukalla, mengeluarkan larangan qat pada Rabu (13/5/2015), seperti dilansir Reuters.

Pemerintah baru di Hadramaut memberikan kelonggaran kepada pejuang Al Qaeda untuk mengadakan rapat umum dan membawa senjata di depan umum, ujar warga

"Mereka memiliki pengadilan Islam, orang-orang pergi ke sana untuk menyampaikan keluhan mereka dan mereka memiliki mobil patroli, namun sampai saat ini mereka tidak mencampuri urusan pribadi orang," ujar Salem Abdullah, penduduk kota Mukalla melalui wawancara telepon dengan Reuters.

Al Qaeda cabang Yaman atau yang dikenal dengan Al Qaeda Semenanjung Arab (AQAP) selama bertahun-tahun melakukan serangan senjata dan bom terhadap musuh-musuhnya, juga menjadi kelompok Al Qaeda paling menakutkan bagi Amerika Serikat. Mereka mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap Charlie Hebdo-majalah satir Perancis yang melakukan penghinaan terhadap Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam melalui karikaturnya-di Paris pada bulan Januari lalu yang menewaskan 12 orang.

AS khawatir perang pimpinan Arab Saudi terhadap Syi'ah Houtsi akan memberikan AQAP lebih banyak ruang untuk merencanakan serangan. (haninmazaya/arrahmah.com)

Setelah sebelumnya dilarang, kini gadis Muslimah Perancis yang memakai rok sudah kembali bersekolah

Posted: 14 May 2015 07:20 AM PDT

Sarah sudah masuk sekolah dengan pakaian Muslimah lengkap dengan jilbabnya

PARIS (Arrahmah.com) - Seorang pelajar Muslimah yang bulan lalu dilarang ke sekolah karena mengenakan rok panjang kini telah diizinkan untuk masuk sekolah setelah kisahnya memicu protes secara global.

"Saya tidak melakukan kesalahan, saya menghormati hukum seperti saya selalu melepas kerudung saya sebelum saya masuk sekolah, sehingga tidak perlu bagi saya untuk mengubah apa yang saya pakai," kata Sarah K kepada Anadolu Agency pada Selasa, (12/5/2015).

"Saya akan tetap berpakaian dengan cara yang saya suka dan saya bisa bersekolah."

Beberapa minggu yang lalu, Sarah yang berusia 15 tahun dilarang masuk kelas oleh kepala sekolah yang bersikeras bahwa pakaiannya terlalu menampakkan ciri khas agama tertentu.

Pernyataan itu dibuat meskipun gadis Muslimah itu sebelumnya telah melepas kerudungnya setiap hari sebelum memasuki lingkungan sekolah yang berada di kota Charleville-Mezieres.

Keputusan kepala sekolah itu didukung oleh Menteri Pendidikan Perancis Najat Vallaud-Belkacem yang menyatakan bahwa larangan itu didasarkan pada "perilaku" siswa.

Klaim Belkacem ini telah disangkal oleh ibu Sarah, Ourida, yang mengatakan bahwa tidak benar ada hal yang salah yang dilakukan oleh putrinya, dan bahkan surat yang diterima oleh orang tua Sarah yang dikirim oleh kepala sekolah menyebutkan dengan jelas bahwa Sarah dipulangkan karena cara dia berpakaian.

"Keputusan sekolah itu didasarkan pada diskriminasi; itu dibuat atas dasar bahwa anak saya adalah seorang Muslim."

"Mulai sekarang, saya tidak akan menghadiri pertemuan tanpa kehadiran pengacara, karena mereka (pihak sekolah dan menteri pendirikan) terus merubah fakta."

Pada tahun 2004, Perancis melarang Muslim mengenakan kerudung di tempat-tempat umum dan sekolah.

Perancis juga melarang pemakaian cadar di depan umum pada tahun 2011.

Larangan sekolah itu disambut dengan kecaman oleh banyak orang di Perancis dan di luar negeri yang menyesalkan tindakan diskriminatif tersebut.

(ameera/arrahmah.com)

Felix Siauw: Aku ingin seperti mereka, satu hati Muslimin Indonesia

Posted: 14 May 2015 06:17 AM PDT

merajut-ukhuwah

JAKARTA (Arrahmah.com) - Persatuan Ummat adalah sesuatu yang dirindukan setiap Muslim Indonesia. Demikianlah barangkali potret harapan Ummat Islam Nusantara yang terwakili oleh pernyataan Ustadz Felix Siauw dalam laman Facebook resminya, Kamis (14/5/2015).

Berikut pernyataan Ustadz Felix yang Arrahmah kutip sebagai bagian dari kampanye bertagar Dukung Dakwah Indonesia.

بسم الله الرحمن الرحيم

Zaman sekarang memang zaman yang aneh, ada orang yang mengaku aktivis dakwah, teriak-teriak tentang Khilafah, pendirian negara yang berdasarkan syariat Allah, negara yang menerapkan Al-Qur'an dan As-Sunnah, rindu dengan penerapan Islam secara kaaffah tapi subuh dia nggak hadir di Masjid, jarang puasa senin-kamis, tahajjudnya setahun bisa dihitung jari, dan baca Al-Qur'an juga malas, semua hal dikiritik olehnya, sampai-sampai seolah tidak ada kebaikan pada orang lain bila tidak berdakwah tentang Khilafah.

Sama anehnya dengan orang-orang yang mengaku ikut kajian sunnah, senantiasa menganggap bahwa dirinyalah yang bertauhid, tapi tauhid ini tidak menyelamatkan saudaranya dari kekasaran lidahnya, dan bahkan tak memahami sunnah yang paling mudah yaitu menyenangkan saudaranya, mencintai saudaranya karena Allah, atau dia menganggap bahwa saudaranya hanya yang cingkrang celananya dan subur janggutnya, kalangannya saja.

Aneh juga seperti orang-orang yang merasa bahwa dirinya mengikuti tarbiyah dan metode rabbaniyyah Rasulullah, namun menganggap bahwa kerja itu hanya dengan politik dan parlemen, selain itu berarti tidak berdakwah dan tidak berjuang, berarti hanya penonton yang selalu dianggap salah dan tidak ada betulnya.

Lebih anehnya lagi, ternyata semua sifat-sifat diatas itu ternyata ada pada diriku, itu aku.

Tapi zaman sekarang, ada juga orang-orang yang benar-benar sempurna tarbiyahnya, lembut tuturnya dan santun lisannya, sayangnya pada manusia tak dapat disembunyikan walau dengan cara apapun. Merangkul saudaranya satu demi satu, mempergauli mereka dengan ihsan, menjamu mereka layaknya tamu agung, rabbaniyyah sama semisal ajaran Rasulullah.

Di zaman ini juga kami temukan mujahid-mujahid yang cinta sunnah, rapat janggutnya serapat dalil yang kuat yang dia pelajari dengan serius, dia bersabar dalam memperbaiki diri juga memperbaiki orang lain, saat berjumpa dengan Muslim yang lain ia memberikan tatapannya yang paling teduh dan senyum yang paling manis, walau ilmunya jauh lebih tinggi, tapi ia selalu bisa menemukan cara untuk belajar pada saudaranya sesama Muslim, akhlaknya itu sunnah, tauhidnya ada pada akhlaknya.

Juga di zaman ini, pejuang Khilafah dan Syariah yang sangat mencintai sesamanya, dekat dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah, mencintai para ulama sebagaimana dia mencintai saudara-saudaranya, dia cinta pada sejarah Islam sebagaimana cinta pada bahasa Al-Qur'an, dia bukan hanya meramaikan Masjid, namun dialah yang memakmurkannya, siang harinya laksana singa dan malamnya seperti rahib, tak keluar dari lisannya kecuali ayat dan hadits, tak didengarnya kecuali kebaikan demi kebaikan.

Dan aku ingin sekali seperti mereka.

Kadangkala, kesedihan meliputiku saat aku mengetahui kebodohan diriku dan angkuhnya sikapku padahal aku kurang ilmu, disitu aku merasa kebangkitan Islam takkan Allah berikan padaku.

Tapi, saat aku melihat wajah-wajah yang bercahaya dengan ilmu, dan agung akhlaknya itu, aku tahu bisa jadi Allah memperhitungkan mereka untuk memberikan kebangkitan Islam, dan aku berharap aku dapat sedikit saja memiliki kemuliaan mereka, dengan mencintai mereka.

Ya Allah, satukanlah hati kaum Muslim. Aammiin, biidznillah.

(adibahasan/arrahmah.com)

Parade Tauhid kota Solo akan bentangkan bendera tauhid terpanjang di dunia

Posted: 14 May 2015 03:19 AM PDT

Bendera tauhid terpanjang di dunia  dalam proses pembuatan

SOLO (Arrahmah.com) - Salah satu agenda acara Parade Tauhid yakni bendera bertuliskan kalimat tauhid dalam goresan bahasa Arab Laailaha illallah Muhammadurrasulullah, dengan panjang 2.5 km akan dibentangkan dalam acara itu di Solo, Sabtu (16/5/2015).

Bendera tauhid itu, kata anggota Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS), Ustadz Abdurrachim Ba'asyir sebagai bendera tauhid terpanjang di dunia.

"Insya Allah, antara agenda dalam kegiatan Parade Tauhid di Solo besok tanggal 16 Mei 2015 adalah pembentangan bendera tauhid terpanjang di dunia, yaitu sekitar 2.5 km yang akan di usung oleh ribuan kaum muslimin yang akan hadir mengikuti parade parade tauhid itu. Benderanya berwarna putih dengan tulisan Lailaha illallah Muhammadurrasulullah," kata putra Ustadz Ba'asyir melalui pesan pendeknya kepada Arrahmah.com, Kamis (14/5/2015).

Pria yang akrab disapa ustadz Iim itu menjelaskan bendera tersebut mempunyai makna filosofis, yaitu umat Islam harus kembali kepada ajaran tauhid yang murni dan suci yang digambarkan oleh warna putih dengan tulisan kalimat tauhid berwarna hitam.

"Kemudian bendera itu akan diusung bersama ribuan kaum muslimin yang bermakna bahwa kita berharap kaum muslimin bisa bersatu dengan berpegang kepada nilai-nilai tauhid yang murni, saling menopang, saling mengisi dan saling membantu satu sama lain demi tegaknya kalimah tauhid dan Syariat Allah Swt," ungkapnya.

Ustadz Iim mengatakan bendera tersebut merupakan hadiah dari Bapak Taufik Ali Sungkar untuk ummat Islam Surakarta. "Dengan harapan besar beliau agar kaum muslimin di dunia dapat mengaplikasikan nilai-nilai yang diharapkan tadi," lanjutnya.

Saat ini bendera yang akan dibentangkan dari perempatan Gendengan hingga perempatan Gladak, Jalan Slamet Riyadi itu masih dalam proses pembuatan. "Sudah selesai 90% dan tinggal proses finishing," ujarnya.

Mewakili DSKS dan MUI Solo, Ustadz Iim mengundang umat Islam untuk berpartisipasi memeriahkan acara yang digelar untuk pertama kalinya itu. Beliau juga berharap semoga acara tersebut menjadi momen kembalinya fitrah umat Islam kepada tauhid yang murni serta momen tegaknya Syariat Islam.

"Dengan semangat menyambut Ramadhan 1436 ini, semoga acara parade tauhid ini menjadi ajang kembalinya ummat Islam kepada fitroh mereka dan tauhid yang murni dan tegaknya kalimah Allah Swt," tukasnya. (azmuttaqin/arrahmah.com)

Rapat akbar HTI Jabar dipadati puluhan ribu umat Islam

Posted: 14 May 2015 02:23 AM PDT

Puluhan ribu umat Islam padati Lapangan Gasibu Bandung dalam event #RapatdanPawaiAkbar HTI, Kamis (14/5/2015)

BANDUNG (Arrahmah.com) - Suasana berbeda tampak di lapangan Gasibu Bandung, Kamis (24/5/2015) pagi. Puluhan ribu umat Islam dari berbagai daerah di Jawa Barat menyemut mendekati lapangan Gasibu. Mereka datang untuk menghadiri #RapatdanPawaiAkbar HTI bersama umat tegakkan Khilafah di Lapangan tersebut. Kibaran bendera Ar Raya dan Al Liwa berkibar di Gasibu.Semakin siang jumlah peserta makin banyak. Meski panas terik matahari membakar kulit mereka, tapi para peserta tetap semangat. Apalagi para orator tak henti membakar semangat mereka.

Ketua HTI Jabar, ustadz Muhammad Ryan menyampaikan bahwa acara ini bukan untuk unjuk kekuatan. Karena kekuatan itu hanya milik Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Tapi kami perlu menyampaikan bahwa perjuangan menegakkan khilafah bukan berarti tanpa dukungan. Umat sangat mendukung perjuangan menegakkan khilafah," katanya, sebagaimana dilaporkan Abu Ziad.

Ini ditunjukkan oleh begitu antusiasnya kehadiran umat di berbagai daerah pada perjuangan menegakkan Khilafah.

Umat Islam dengan bendera Ar Raya dan Al Liwa dalam event #RapatdanPawaiAkbar HTI Jabar, di Lapangan Gasibu Bandung Kamis (14/5/2015)

Umat Islam dengan bendera Ar Raya dan Al Liwa dalam event #RapatdanPawaiAkbar HTI Jabar, di Lapangan Gasibu Bandung Kamis (14/5/2015)

Ustadz Luthfi Afandi, aktifis HTI lainnya mengatakan bahwa Indonesia saat ini sedang terancam oleh neoliberalisme dan neoimperialisme. "Disadari atau tidak neoliberalisme dan neoimperialisme ini puluhan tahun telah menjarah kekayaan negeri ini.," tegasnya.

Karena itu katanya kita harus menyelamatkan negeri ini.

"Caranya tentu bukan dengan demokrasi tapi dengan menegakkan syariah dan Khilafah. Allahuakbar!" ujarnya lagi disambut pekik takbir puluhan ribu kaum Muslimin. (azm/arrahmah.com)

Pengadilan Mesir memisahkan seorang anak dari ibunya yang anggota Ikhwanul Muslimin

Posted: 13 May 2015 11:00 PM PDT

Pengadilan Mesir

KAIRO (Arrahmah.com) - Pengadilan Mesir di provinsi Qaliubiya telah memisahkan seorang anak dari ibunya yang sedang berada dalam tahanan atas tuduhan bahwa ibunya adalah anggota Ikhwanul Muslimin, sebagaimana dilansir oleh MEMO, Rabu (13/5/2015).

Pengadilan membenarkan keputusan untuk memisahkan anak itu dari perawatan ibunya, dan mengatakan bahwa ibunya membesarkan anak itu menurut ajaran Ikhwanul Muslimin yang membahayakan masa depannya dan mempersiapkan anak itu untuk menjadi "teroris di masa depan".

Ayah dari anak tersebut, Mohammed Ibrahim Khallaf, mengajukan gugatan terhadap mantan istrinya, Maha Mabrouk, dan menuntut untuk memiliki hak asuh penuh atas anak mereka yang berusia 7 tahun, Anas, dan menuduh bahwa ibunya menjadi anggota Ikhwanul Muslimin.

Khallaf mengajukan gugatan dengan menggunakan foto yang diunggah ibunya di halaman Facebooknya yang menunjukkan anak mereka mengacungkan empat jari tanda Rabi'a Al-Adawiya untuk membuktikan klaimnya.

Para aktivis mengecam vonis tersebut dan meneyebutnya sebagai pelanggaran nyata atas hak-hak dan kebebasan ibu dan anak.

(ameera/arrahmah.com)

Tak ada Ukhuwah antara Sunni dan Syi'ah (9)

Posted: 13 May 2015 09:00 PM PDT

Syiah menuduh Qur'an yang dimushafkan para Sahabat Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam tidak murni seperti yang diketahui Imam Ali 'alaihi salaam (yang Syiah sendiri tidak ketahui).

Oleh Apad Ruslan

(Arrahmah.com) - Keimanan Syiah terhadap rukun iman sangat berbeda dengan kaum Muslimin. Selain meyakini bahwa al-Qur'an yang ada sekarang tidak orisinal, Syiah juga mengklaim telah memiliki kitab-kitab yang diturunkan langsung oleh Allah subhanahuwata'ala untuk kalangan mereka sendiri.

Namun mereka sendiri tidak pernah melihat wujud "kitabullah" yang menurutnya hanya diketahui Ali radhiallahu 'anhu itu. Lantas kitab suci apa yang digunakan kaum Syiah sebagai landasan ibadahnya? Berikut ulasan kitab suci Syiah yang Arrahmah kutip dari Sigabah.com. Ulasan ini diadaptasi dari buku Mungkinkah SUNNAH-SYIAH DALAM UKHUWAH? Jawaban Atas Buku Dr. Quraish Shihab (Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan, Mungkinkah?). Bismillah.

Syiah dan Rukun Iman: Kitab Suci Syiah

Selain meyakini bahwa al-Qur'an yang ada sekarang tidak orisinal, Syiah juga mengklaim telah memiliki kitab-kitab yang diturunkan langsung oleh Allah subhanahu wata'ala untuk kalangan mereka sendiri—di samping Mushaf Fatimah yang telah diterangkan sebelumnya—adalah sebagai berikut:

B. Al-Jafr

Dalam anggapan Syiah, al-Jafr adalah kitab yang terbuat dari kulit yang konon berisi ilmu-ilmu para nabi, ilmu para Imam dan ilmu para ulama Bani Isra'il. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa al-Jafr adalah kitab yang terbuat dari kulit sapi jantan.[1] Kitab ini ada dua macam, ada yang berwarna putih dan ada yang berwarna merah. Masing-masing warna menunjukkan terhadap kandungan isinya; al-Jafr al-Abyadh (kitab al-Jafr putih) berisi kedamainan, sedangkan al-Jafr al-Ahmar (kitab al-Jafr merah) berisi pembantaian. Mengenai hal ini, al-Kulaini meriwayatkan suatu hadits dari Abu al-Ala' sebagai berikut:

عَنْ أَبِيْ الْعَلَاءِ قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا عَبْدِ اللهِ عليه السلام يَقُوْلُ: إِنَّ عِنْدِي الْجَفْرَ الْأَبْيَضَ، قَالَ: فَقُلْتُ: أَيُّ شَيْءٍ فِيْهِ؟ قَالَ: زَبُوْرُ دَاوُدَ، وَتَوْرَاةُ مُوْسَى، وَإِنْجِيْلُ عِيْسَى، وَصُحُفُ إِبْرَاهِيْمَ عَلَيْهِمُ السَّلَام، َواْلحَلَاُل وَاْلحَرَامُ .. وَعِنْدِي اْلجَفْرُ الْأَحْمَرُ، قَالَ: قُلْتُ: وَأَيُّ شَيْءٍ فِيْ اْلجَفْرِ الْأَحْمَرِ؟ قَالَ: السِّلَاحُ، وَذَلِكَ إِنَّمَا يَفْتَحُ لِلدَّمِ يَفْتَحُهُ صَاحِبُ السَّيْفِ لِلْقَتْلِ، فَقَالَ لَهُ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِي الْيَعْفُوْرِ: أَصْلَحَكَ اللهُ. أَيَعْرِفُ هَذَا بَنَو اْلحَسَنِ؟ فَقَالَ: أَيْ وَاللهِ كَمَا يَعْرِفُوْنَ اللَّيْلَ أَنَّهُ لَيْلٌ، وَالنَّهَارُ أَنَّهُ نَهَارٌ وَلَكِنَّهُمْ يَحْمِلُهُمْ الحَسَدُ وَطَلَبُ الدُّنْيَا عَلَى الُجحُوْدِ وَالْإِنْكَارِ، وَلَوْ طَلَبُوا الحَقَّ بِاْلَحقِّ لَكَانَ خَيْراً لَهُمْ.

Dari Abi al-Ala', dia berkata: "Aku mendengar Abu Abdillah AS. Berkata: "Sesungguhnya Aku mempunyai al-Jafr putih". Aku bertanya: "Apa isinya?". Beliau menjawab: "(Isinya adalah) Zabur Daud, Taurat Musa, Injil Isa dan Shuhuf Ibrahim – semoga keselamatan atas mereka semua – serta halal dan haram. . . Aku juga mempunyai al-Jafr merah. Aku bertanya: "Apa isinya?" beliau menjawab: "(Isinya adalah) pedang. Kitab ini dibuka hanya untk menumpahkan darah, yang akan dipakai oleh sang pemilik pedang untuk membunuh. Maka berkatalah Abdullah bin Abi Ya'fur kepada Abu Abdillah, "Mudah-mudahan Allah menjagamu, apakah putra-putra al-Hasan tahu akan hal ini?" Beliau menjawab: "Ia, demi Allah, sebagaimana mereka tahu bahwa malam itu malam, dan siang itu siang, tetapi (sayang) mereka telah diliputi dengki dan mencintai dunia hingga mereka mengingkarinya. Andaikan mereka mencari kebenaran dengan kebenaran, tentu akan lebih baik bagi mereka.[2]

Terkait dengan kitab ini, Sayyid Husain al-Musawi dalam bukunya Lillahi tsumma li at-Tarikh berkisah, bahwa beliau pernah bertanya kepada Imam al-Khu'i, salah satu tokoh Syiah kontemporer, tentang al-Jafr merah: "Siapa yang akan membukanya dan darah siapa yang akan ditumpahkan?" Al-Khu'i menjawab:

فَقَالَ: يَفْتَحُهُ صَاحِبُ الزَّمَانِ – عَجَّلَ اللهُ فَرَجَهَ، وَيُرِيْقُ بِهِ دِمَاءَ اْلعَامَّةِ النَّوَاصِبِ -أهل السنة- فَيُمَزِّقُهُمْ شَذَرَ مَذَرَ، وَيَجْعَلُ دِمَاءَهُمْ تَجْرِيْ كَدَجْلَةٍ وَاْلفُرَاتِ، وَلَيَنْتَقِمَنَّ مِنْ صَنَمَيْ قُرَيْشٍ -يَقْصُدُ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ- وَابْنَتَيْهِمَا -يَقْصُدُ عَائِشَةَ وَحَفْصَةَ- وَمِنْ نَعْثَلْ -يَقْصُدُ عُثْمَانَ- وَمِنْ بَنِي أُمَيَّةِ وَاْلعَبَّاسِ فَيَنْبُشُ قُبُوْرُهُمْ نَبَشاً.

Maka dia (al-Khu'i) menjawab "Al-Jafr merah akan dibuka oleh Shahib al-zaman (Imam Mahdi) – mudah-mudahan Allah mempercepat keluarnya. Dia akan menumpahkan darah Ahlussunnah, mencincang habis tubuh mereka, membuat darah mereka mengalir seperti aliran sungai Tigris dan Eufrat. Dia akan membalas dendam kepada dua berhala Quraisy (maksudnya Abu Bakar dan Umar) juga kedua putr mereka (Aisyah dan Hafshah), kepada si Srigala (Utsman), juga kepada Bani Umayyah dan Bani Abbas, lalu menggali kubur-kubur mereka.[3]

Apa yang disampaikan al-Khu'i tersebut tampaknya terlalu berlebihan dan bersumber dusta. Pernyataan itu sekaligus memberi gambaran yang sangat jelas, betapa benci Syiah kepada para sahabat dan istri-istri Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam. Sayyid Husain al-Musawi sendiri rupanya amat heran terhadap kepercayaan tersebut: bagaimana mungkin seorang Ahul Bait akan melakukan perbuatan keji seperti yang dilukiskan al-Khu'i itu? Bukankah mereka adalah manusia-manusia pilihan yang menjunjung tinggi rasa kasih sayang? Tanpa melihat dari sudut pandang bahwa pernyataan Syiah itu hanya sebatas mitos, adalah hal yang sangat keterlaluan jika al-Mahdi al-Muntadzar sampai menggali kuburan para sahabat, lalu melampiaskan dendam kesumatnya pada orang yang sudah mati. Tak jauh beda dari apa yang disampaikan al-Khu'i, Al-Majlisi dalam Bihar al-Anwar juga mengeluarkan riwayat berikut:

عَنْ جَعْفَرٍ أَنَّهُ قَالَ : إِنَّ اْلقَائِمَ يَسِيْرُ فِي اْلعَرَبِ فِي الجْفرِ الأَحْمَرِ ، قَالَ ( أي الراوي ، وَهُوَ رَفِيْدُ مَوْلَى ابْنِ هُبَيْرَةَ ) قُلْتُ : جُعِلْتُ فِدَاكَ ، وَمَا فِي الَجْفرِ الأَحْمَرِ ؟ قَالَ : فَأَمَرَّ أُصْبُعَهُ عَلَى حَلْقِهِ ، قَالَ : هَكَذَا ، يَعْنِي الذِّبْحَ.

Dari Ja'far, dia berkata: "Sesungguhnya al-Mahdi akan menyisiri Bangsa Arab (sesuai hukum yang tertera) dalam alJafr merah, (Rawi berkata) Aku bertanya: "Apa isi al-Jafr merah itu?" Lalu beliau meletakkan jari pada lehernya, sambil berkata "Begini – khrk" (maksudnya menyembelih).[4]

C. Al-Jami'ah

Kitab lain yang diyakini oleh Syiah sebagai kitab 'samawi' adalah al-Jami'ah. Konon, kitab ini didektekan Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam kepada Imam Ali As. Panjangnya mencapai 70 hasta. Di dalamnya berisi segala apa yang dibutuhkan oleh umat manusia. Mengenai kitab ini, al-Kulaini dalam al-Kafi kembali meriwayatkan hadits dari Imam Ja'far ah-Shadiq sebagai berikut:

ثُمَّ قَالَ: يَا أَبَا مُحَمَّدٍ وَإِنَّ عِنْدَنَا اْلجَامِعَةَ وَمَا يُدْرِيْهِمْ مَا الْجَامِعَةُ؟ قَالَ: قُلْتُ: جُعِلْتُ فِدَاكَ وَمَا الْجَامِعَةُ؟ قَالَ: صَحِيْفَةٌ طُوْلُهَا سَبْعُوْنَ ذِرَاعًا بِذِرَاعٍ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وآله وَإِمْلَائُهُ مِنْ فَلْقِ فِيْهِ وَخَطِّ عَلَيٍّ بِيَمِيْنِهِ، فِيْهَا كُلُّ حَلَالٍ وَحَرَامٍ وَكُلُّ شَيْئٍ يَحْتَاجُ النَّاسُ إِلَيْهِ حَتَّى اْلاَرْشُ فِيْ اْلخَدَشِ.

. . .Lalu Imam Ja'far As. Berkata: "Wahai Abu Muhammad, sesungguhnya kami mempunyai al-Jami'ah. Tahukah mereka apa itu al-Jami'ah? Aku berkata: "Aku menjadi tebusanmu. (katakan) apakah al-Jami'ah itu?" beliau berkata: "Al-Jami'ah adalah lembaran yang panjangnya mencapai 70 hasta seukuran hasta Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. Sedangkan pendikteannya dilakukan langsung melalui bibir beliau (yang mulia), dan ditulis oleh Imam Ali As. Dengan tangan kanannya. Shahifah ini berisi penjelasan tentang halal dan haram serta segala apa yang dibutuhkan oleh umat manusia hingga penjelasan mengenai diyatnya luka."[5]

Riwayat mengenai al-Jami'ah ini juga disinggung oleh al-Majlisi dalam Bihar-nya, juga dalam Basha'ir al-Darajat dan Wasail asy-Syiah. Sayyid Husain al-Musawi—seorang tokoh Syiah yang telah bertaubat dari ke-Syiah-annya—mengomentari al-Jami'ah sebagai berikut:

لَسْتُ أَدْرِيْ إِذَا كَانَتْ الْجَامِعَةُ حَقِيْقَةً أَمْ لَا؟ وَ فِيْهَا كُلُّ مَا يَحْتَاجُهُ النَّاسُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ؟ فَلِمَاذَا أُخْفِيَتْ إِذَنْ؟ وَ حُرِمْنَا مِنْهَا وَ مِّمَا فِيْهَا مِمَّا يَحْتَاجُهُ النَّاسُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ مِنْ حَلَالٍ وَ حَرَامٍ وَ أَحْكَامٍ؟ أَ لَيْسَ هَذَا كِتْمَانًا لِلْعِلْمِ.

Aku tidak tahu apakah al-Jami'ah itu ada atau tidak, dan apakah di dalamnya memuat segala apa yang dibutuhkan umat manusia hingga hari kiamat?. (kalau memang ada) mengapa kitab itu disembunyikan? Kenapa kita tak diperbolehkan melihat dan mengetahui isinya, padahal sangat dibutuhkan oleh manusia, baik itu hal-hal yang menjelaskan tentang perkara halal, haram, atau hukum-hukum (yang lain)? Bukankah ini adalah penyembunyian terhadap ilmu?[6]

D. Shahifah an-Namus

Selain tiga kitab di atas, Syiah masih memiliki kitab 'samawi' lain yang mereka yakini, yaitu kitab an-Namus. Konon, an-Namus adalah dua kitab besar; yang pertama memuat nama-nama seluruh pengikut Ahlul Bait. Barangsiapa yang namanya tidak tercantum dalam kitab ini, berarti ia bukan orang Syiah. Sedangkan yang kedua memuat nama orang-orang yang memusuhi Syiah, mulai dari generasi pertama hingga datangnya hari kiamat. Mengenai hal-ihwal kitab ini, Sayyid Husain al-Musawi dalam Lillahi tsumma li at-Tarikh, mengutip al-Majlisi yang meriwayatkan suatu hadits Syiah dari ar-Ridha As. Sebagai berikut:

عَنِ الرِّضَا عليه السلام فِيْ حَدِيْثِ عَلاَمَاتِ الْإِمَامِ قَالَ : وَ تَكُوْنُ صَحِيْفَةٌ عِنْدَهُ فِيْهَا أَسْمَاءُ شِيْعَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَ صَحِيْفَةٌ فِيْهَا أَسْمَاءُ أَعْدَائِهِمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

Hadits dari ar-Ridha As. Berkenaan tanda-tanda datangnya Imam, beliau berkata: "Dia memegang Shahifah yang berisikan nama-nama pengikutnya hingga hari kiamat, dan shahifah yang berisikan nama-nama musuhnya hingga hari kiamat.[7]

Namun, Sayyid Husain al-Musawi kemudian menyangsikan kebenaran dari riwayat tersebut. Beliau menyatakan sangat tidak masuk akal jika semua nama-nama orang Syiah, berikut nama orang-orang yang memusuhi mereka, dari periode pertama hingga terakhir, tercantum dalam kitab itu dengan lengkap.

Pada riwayat yang ditulis al-Majlisi dalam al-Bihar-nya, an-Namus merupakan oleh-oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. saat melakukan Mi'raj ke langit. Beliau diberi dua Shahifah; satu berisi nama-nama Ashhab al-Yamin (orang-orang yang beruntung) dan yang lain berisi nama-nama Ashhab as-Syimal (orang-orang yang celaka). Kitab itu kemudian diberikan kepada Imam Ali AS., lalu kepada Hasan AS. Dan kepada seluruh Imam Ahlul Bait hingga sekarang ada ditangan al-Mahdi al-Muntadzar.[8]

Masih dalam konteks ini, al-Majlisi selanjutnya menyebutkan kisah seorang perempuan yang datang kepada Abu Abdillah (Ja'far ash-Shadiq) AS. dan mengajukan pertanyaan sebagai berikut:

إِنَّ لِيْ ابْنَ أَخٍ وَ هُوَ يَعْرِفُ فَضْلَكُمْ وَ إِنِّيْ أُحِبُّ أَنْ تُعَلِّمَنِيْ أَمِنْ شِيْعَتِكُمْ؟ قَالَ: وَ مَا اسْمُهُ؟ قَالَتْ: فُلَان بن فلان, قَالَتْ: فَقَالَ: يَا فُلَانَةُ, هَاتِي النَّامُوسَ, فَجَاءَتْ بِصَحِيْفَةٍ تَحْمِلُهَا كَبِيْرَةٍ فَنَشَرَهَا ثُمَّ نَظَرَ فِيْهَا فَقَالَ: نَعَمْ هُوَ ذَا اِسْمُهُ وَ اسْمُ أَبِيْهِ هَا هُنَا.

Saya mempunyai keponakan yang mengetahui keutamaan Anda. Saya ingin Anda memberitahu Saya, apakah dia termasuk golongan Anda? Abu Abdillah bertanya: "Siapa namanya?" Perempuan itu menjawab: "Fulan bin Fulan." Abu Abdillah berkata: "Hai Fulanah, ambilkan an-Namus! Maka dia pun mengambil Shahifah besar, lalu Abu Abdillah menggelar dan menelitinya. Beliau kemudian berkata: "Ia, ini namanya dan nama ayahnya ada disini."[9]

Kemudian, diakhir pembahasannya tentang Shahifah an-Namus, Sayyid Husain al-Musawi menyatakan pendapatnya sebagai berikut:

إن عقول العامة من الناس لا يمكنها أن تقبل هذه الرواية و أمثلها فكيف يقبلها العقلاء؟! إن من المحال أن يقول الأئمة عليهم السلام مثل هذا الكلام الذي لا يقبله عقل و لا منطق, و لو اطّلع عليه – أي على هذه الرواية – أعداؤنا لتكلّموا بما يحلو لهم, و لطعنوا بدين الإسلام, و لتكلّموا و تندّروا بما يشفي غيظ قلوبهم, و لا حول و لا قوّة الّا بالله.

Orang-orang awam saja tidak mungkin akan menerima cerita semacam ini, apalagi orang-orang berakal? Adalah mustahil jika para Imam akan mengucapkan perkataan semacam itu, yang sama sekali tidak masuk akal. Bila musuh-musuh kita membaca riwayat ini, tentu mereka akan mengucapkan perkataan yang dapat membuka peluan kemenangan (bagi mereka) dan menyudutkan agama Islam, serta akan mengucapkan kata-kata yang bias memuaskan kebencian hati mereka. Laa haula walaa Quwwata illaa Billah.[10]

E. Al-Abithah

Dalam pandangan orang-orang Syiah, kitab 'samawi' yang satu ini berisi ancaman kepada orang-orang Arab. Sebagaimana dimaklumi, bahwa perselisihan antara Persia dan Arab sudah terjadi sejak ratusan tahun silam, dimana dalam rentang waktu yang cukup panjang itu, orang-orang Syiah selalu dikucilkan, diusir dan dikejar-kejar. Sudah barang tentumereka benci pada orang-orang Arab, hingga dalam kitab al-'Abithah ini, orang Arab menjadi prioritas utama sebagai tempat pelampiasan dendam kesumat mereka. Mengenai kitab ini, al-Majlisi kembali meriwayatkan hadits dari Imam Ali AS. sebagai berikut:

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ عليه السلام قَالَ: …وَ أَيْمُ الله! إِنَّ عِنْدِيْ لَصُحُفًا كَثِيْرَةً قَطَائِعَ رَسُوْلِ الله صلى الله عليه و آله, وَ أَهْلِ بَيْتِهِ وَ إِنَّ فِيْهَا لَصَحِيْفَةً يُقَالُ لَهَا العَبِيْطَةُ, وَ مَا وَرَدَ عَلَى الْعَرَبِ أَشَدَّ مِنْهَا, وَ إِنَّ فِيْهَا لَسِتِّيْنَ قَبِيْلَةً مِنْ الْعَرَبِ بَهْرَجَةً مَالَهَا فِيْ دِيْنِ اللهِ مِنْ نَصِيْبٍ.

Dari Amirul mukminin AS. Dia berkata: ". . . Demi Allah! Aku mempunyai beberapa lembaran (wahyu) yang banyak serta bersifat pasti milik Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. Di dalamnya terdapat shahifah yang disebut al-'Abithah. Shahifah inilah yang paling keras terhadap orang-orang Arab. Di dalamnya berisi 60 kabilah Arab yang tidak punya andil sedikit pun dalam agama Allah.[11]

Dari riwayat diatas, sekilas kita dapat merasakan, betapa fanatisme golongan dan kesukuan dari orang-orang Syiah demikian kental, mengalahkan fanatisme keagamaan mereka. Hal itu terbukti, bahwa dalam literature-literatur Syiah amat sulit untuk menjumpai cacian, hujatan apalagi ancaman terhadap orang-orang Yahudi atau Nashrani. Berbeda dengan cercaan, hinaan dan ancaman terhadap orang-orang Ahlussunnah sebagaimana yang akan kita lihat nanti.

Bagaimana mungkin seorang Muslim dapat berpikir, bahwa di dunia ini tak ada seorang pun yang berhak dikatakan Muslim sejati selain Syiah? Sebab, 60 kabilah Arab – yang ditunjuk – tidak mengikuti agama Allah sedikit pun itu mewakili semua kaum Muslimin pada masa Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. Dari sini menjadi tampak jelas, bahwa kebencian orang Syiah juga mengarah kepada agama Islam yang telah disebarkan oleh orang-orang Arab.

F. Lauh Fathimah

Lauh Fathimah ini berbeda dengan Mushaf Fathimah. Jika Mushaf Fathimah menurut salah satu riwayatnya diturunkan melalui malaikat yang menghibur Sayyidah Fathimah az-Zahra 'alaiha as-salam, maka Lauh Fathimah adalah kitab yang diturunkan kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam., lalu beliau menghadiahkannya kepada Sayyidah Fathimah 'alaiha as-salam. Kitab ini berisi berbagai macam rahasia yang tidak boleh diketahui oleh orang lain. Kitab ini tidak boleh dibaca siapapun kecuali orang-orang yang berhak. Mengenai kitab ini, al-Wafi dan al-Kafi memunculkan riwayat sebagai berikut:

عَنْ أَبِيْ بَصِيْرٍ عَنْ أَبِيْ عَبْدِ اللهِ قَالَ: قَالَ أَبِيْ لِجَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ الأَنْصَارِيْ: إِنَّ لِيْ إِلَيْكَ حَاجَةً مَتَى يَخَفُّ عَلَيْكَ أَنْ أَخْلُوَ بِكَ فَأَسْأَلَكَ عَنْهَا؟ قَالَ لَهُ جَابِرْ: فِيْ أَيِّ الْأَحْوَالِ أَحْبَبْتَ، فَخَلَا بِهِ فِي بَعْضِ اْلأَيَّامِ فَقَالَ لَهَ: يَا جَابِرُ، أَخْبِرْنِي عَنِ اللَّوْحِ الَّذِي رَأَيْتَهُ فِي يَدِ أُمِّيْ فَاطِمَةَ بِنْتِ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَمَا أَخْبَرَتْكَ بِهِ أُمِّي أَنَّهُ فِي ذَلِكَ اللَّوْحِ مَكْتُوْبٌ، فَقَالَ جَابِرُ: أَشْهَدُ بِاللهِ أَنِّي دَخَلْتُ عَلَى أُمِّكَ فَاطِمَةَ عَلَيْهَا السَّلَام فِي حَيَاةِ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَهَنَّيْتُهَا بِوِلَاَدةِ اْلحُسَيْنِ فَرَأَيْتُ فِيْ يَدَيْهَا لَوْحًا أَخْضَرَ ظَنَنْتُ أَنَّهُ مِنْ زُمُرِّد وَرَأَيْتُ فِيْهِ كِتَابًا أَبْيَضَ شِبْهَ لَوْنِ الشَّمْسِ فَقُلْتُ لَها: بِأَبِي َوَأُمِّي أَنْتَ يَا بِنْتَ رَسُوْلِ اللهِ مَا هَذَا اللَّوْحُ؟ فَقَالَتْ: هَذَا لَوْحٌ أَهْدَاهُ اللهُ تَعَالَى ِإِلَى رَسُوْلِهِ صلى الله عليه وسلم، فِيْهِ اسْمُ أَبِي وَاسْمَ بَعْلِيْ وَاسْمُ ابْنِي وَاسْمُ الْأَوْصِيَاءِ مِنْ وَلَدِيْ، وَأَعْطَانِيْهِ أَبِيْ لِيُبَشِّرَنِي بِذَلِكَ. قَالَ جَابِرٌ: فَأَعْطَتْنِيْهِ أُمُّكَ فَاطِمَةُ عليها السلام فَقَرَأْتُهُ وَاسْتَنْسَخْتُهُ، فَقَالَ أَبِيْ: فَهَلْ لَكَ يَا جَابِرُ أَنْ تَعْرِضَهُ عَلَيَّ؟ قَالَ: نَعَمْ، فَمَشَى مَعَهُ أَبِي إِلَى مَنْزِلِ جَابِرٍ فَأَخْرَجَ صَحِيْفَةً مِنْ رِقٍّ فَقَالَ: يَا جَابِرَ، اُنْظُرْ فِي كِتاَبِكَ لِأُقْرِأَ عَلَيْهِ، فَنَظَرَ جَابِرُ فيِ نُسْخَتِهِ وَقَرَأَ أَبِي، فَمَا خَالَفَ حَرْفٌ حَرْفًا، فَقَالَ جَابِرُ: أَشْهَدُ بِاللهِ أَنِّي هَكَذَا رَأَيْتُهُ فِي اللَّوْحِ مَكْتُوْبًا:"بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ هَذَا كِتَابٌ مِنَ اللهِ الْعَزِيْزِ اْلحَكِيْمِ لمِحُمَّدٍ نَبِيِّهِ وَنُوْرِهِ وَسَفِيْرِهِ وَحِجَابِهِ وَدَلِيْلِهِ، نَزَلَ بِهِ الرُّوْحُ الْأَمِيْنُ مِنْ عِنْدِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ، عَظِّمْ يَا مُحَمَّد أَسْماَئِي وَاشْكُرْ نَعَمَائِي.."

"Dari Abi Bashir dari Abu Abdillah, dia berkata: "Ayahku berkata pada Jabir bin Abdillah al-Anshari "Aku punya keperluan padamu, kapan kau punya kesempatan, hingga aku berbicara empat mata dengan kamu?" Jabir berkata pada ayahku "Kapanpun kau mau." Maka suatu saat ayahku berbicara empat mata dengan Jabir, lalu beliau bertanya: "Jabir, ceritakan padaku tentang Lauh yang engkau lihat ditangan ibuku Fathimah, putri Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, dan tentang isi Lauh itu seperti yang pernah diceritakan ibu padamu! Jabir berkata: "Aku bersaksi dengan nama Allah bahwa aku pernah menemui Ibumu Fathimah 'alaiha as-salam saat Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam masih ada. Aku mengucapkan selamat pada ibumu atas kelahiran Husain, lalu aku melihat Lauh berwarna hijau ditangannya. Aku menduga jika Lauh itu terbuat dari Zamrud. Aku juga menyaksikan tulisan putih laksana cahaya matahari, aku bertanya pada Ibumu: "Ayah Ibuku menjadi tebusanmu wahai putri Rasulullah, Lauh apakah ini? Ibumu menjawab: Lauh ini pemberian Allah subhanahu wata'ala. kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. Didalamnya terdapat nama ayahku, suamiku, anakku, dan nama-nama anakku yang akan menjadi pengganti setelahku, kemudian ayahku memberikannya padaku agar aku senang. Jabir berkata: "Lalu Ibumu Fathimah 'alaiha as-salam memberikannya padaku, maka akupun membaca dan menyalinnya. Ayahku berkata pada Jabir: "Hai Jabir, bisakah kau memperlihatkannya padaku? Jabi menjawab: "tentu". Maka jalanlah ayahku bersama Jabir menuju rumahnya. Selanjutnya Jabir mengeluarkan lembaran yang terbuat dari kulit. Ayahku berkata: "Hai Jabir, lihatlah lembaranmu! Aku akan membacanya (dengan hafalanku)! Maka Jabir pun melihat salinan yang ada ditangannya. Sementara ayahku mulai membaca, dan bacaanya tidak keliru satu huruf pun. Maka Jabir berkata: "Aku bersaksi demi Allah, seperti itulah Lauh yang kulihat, (disitu) tertulis: "Dengan menyebut asma Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kitab ini dari Allah, Dzat yang Maha Mulia dan Bijaksana, (diberikan) kepada Muhammad; Nabi, cahay, duta, hijab dan petunjuk-Nya. Dibawa oleh Jibril dari sisi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Hai Muhammad! Agungkan nama-Ku dan syukuri nikmat-nikmat-Ku![12]

Di samping kitab-kitab suci Syiah yang telah kami paparkan diatas, masih ada dua lagi kitab Syiah yang diafiliasikan kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. Konon, keduanya berupa lembaran-lembaran kecil yang berada di ujung pedang Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. Lembaran itu disebut Dzu'abat as-Saif dan Shahifat 'Ali. Menurut Syiah, Shahifah Ali ini sebenarnya berada dalam Dzu'abat as-Saif. Mengenai hal ini, al-Majlisi mengeluarkan suatu riwayat dalam al-Bihar-nya:

عَنْ أَبِيْ بَصِيْر عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ عليه السلام أَنَّهُ كَانَ فِيْ ذُؤَابَةِ سَيْفِ رَسُوْلِ االلهِ صلى الله عليه و آله صَحِيْفَةٌ صَغِيْرَةٌ فِيْهَا الأَحْرُفُ الَّتِيْ يَفْتَحُ كُلُّ حَرْفٍ مِنْهَا أَلْفَ حَرْفٍ. قَالَ أَبُوْ بَصِيْرٍ: قَالَ أَبُوْ عَبْدِ اللهِ: فَمَا خَرَجَ مِنْهَا إِلَّا حَرْفَانِ حَتَّى السَّاعَةَ.

Dari Abi Bashir, dari Abi Abdillah AS.: Bahwa sesungguhnya di ujung pedang Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. Ada Shahifah kecil yang didalamnya terdapat huruf-huruf, dimana dari setiap hurufnya terbuka seribu huruf. Abu Bashir berkata: Abu Abdillah berkata: "Tidak keluar darinya kecuali dua huruf hingga hari kiamat."[13]

Dalam riwayat lain juga dinyatakan:

عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ عليه السلام قَالَ: وُجِدَ فِيْ ذُؤَابَةِ سَيْفِ رَسُوْلِ االلهِ صلى الله عليه و سلّم صَحِيْفَةٌ فَإِذَا فِيْهَا مَكْتُوبٌ: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ, إِنَّ أَعْتَى النَّاسَ عَلَى اللهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَتَلَ غَيَرَ قَاتِلِهِ, وَ مَنْ ضَرَبَ غَيْرَ ضَارِبِهِ, وَ مَنْ تَوَلَّى غَيْرَ مَوَالِيْهِ فَهُوَ كَافِرٌ بِمَا أَنْزَلَ اللهُ تَعَلَى عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عليه و آله, وَ مَنْ أَحْدَثَ حَدَثاً أَوْ آوَى مُحْدِثًا لَمْ يَقْبَلِ اللهُ مِنْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَرْفًا وَ لَا عَدْلًا.

Dari Abi Abdillah AS., dia berkata: Dalam Dzu'abah as-Saif Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. Ditemukan lembaran berisi "Dengan menyebut asma Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya manusia yang paling durhaka kepada Allah pada hari kiamat adalah orang yang membunuh orang lain yang bukan pembunuhnya, memikul orang yang tidak memikul kepadanya, dan orang yang tidak mencintai walinya. Dia ingkar kepada yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam, barang siapa yang membuat perkara bid'ah, maka Allah tidak menerima darinya bayaran dan tebusan di hari kiamat kelak."[14]

Yang perlu dijadikan catatan akhir dari pemaparan di atas, bahwa kitab-kitab 'samawi' Syiah tersebut tidak pernah muncul kepermukaan, karena semua kitab-kitab itu hanya sekedar fiktif belaka. Untuk itulah mereka selalu membungkus cerita itu dengan ending yang sama: bahwa kitab-kitab tersebut kini berada digenggaman Imam al-Mahdi yang tengah bersembunyi. Adakah argumentasi lain dari Syiah selain dalih kegaiban Al-Mahdi dan pengakuan dusta (taqiyyah) akan keaslian Quran umat Islam?

Referensi

[1]Al-Kulaini, al-kafi, juz 1 hlm. 239.

[2]Ibid, juz 1 hlm. 240.

[3]Sayyid Husain al-Musawi, Lillahi tsumma li at-Tarikh, hlm. 26.

[4]Al-majlisi, Bihar al-Anwar, juz 13 hlm. 181.

[5]Al-Kulaini, al-Kafi, juz 1, hlm. 239.

[6]. Sayyid Husain al-Musawi, Lillahi tsumma li at-Tarikh, hlm. 60.

[7]Sayyid Husain al-Musawi, Lillahi tsumma li at-Tarikh, hlm. 60 dan al-Majlisi, Bihar al-Anwar, juz 25 hlm. 117.

[8]Al-Majlisi, Bihar al-Anwar, juz 26 hlm. 124-125 dan Muhammad bin al-Hasan bin Furukh ash-Shaffar, Bashair ad-Darajat, hlm. 52.

[9]Al-Majlisi, Bihar al-Anwar, juz 26 hlm. 121 dan Muhammad bin al-Hasan bin Furukh ash-Shaffar, Bashair ad-Darajat, hlm. 46.

[10]Sayyid Husain al-Musawi, Lillahi tsumma li at-Tarikh, hlm. 61.

[11]Al-Majlisi, Bihar al-Anwar, juz 26 hlm. 37.

[12]Dikutip oleh Al-Qifari dalam Ushul Madzhab asy-Syi'ah, juz 2 hlm. 725-726.

[13]Al- Majlisi, Bihar al-Anwar, juz 26 hlm. 56.

[14]Al-Majlisi, Bihar al-Anwar, juz 27 hlm. 65, 104 dan 375.

(adibahasan/arrahmah.com)

Universitas Andalas terima mahasiswa khusus hafiz Al Quran

Posted: 13 May 2015 07:00 PM PDT

Kampus Universitas Andalas Padang, Sumatera Barat

PADANG (Arrahmah.com) - Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatera Barat, tahun ini menerima mahasiswa baru secara khusus untuk hafizh atau penghafal Al Quran.

"Para mahasiswa baru ini tetap terjaring lewat Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) namun salah satu kriterianya mampu menghafal ayat Al Quran minimal 5 juz," kata Rektor Unand Werry Darta Taifur di Padang, Selasa (12/5/2015), dikutip dari Antara.

Dia menyebutkan untuk SNMPTN tahun ini Unand menjaring 19 mahasiswa penghafal Al Quran, terdiri dari dua orang dari Pulau Jawa, satu dari Medan dan 16 orang dari Sumatera Barat.

Sebagian besar dari mereka hafal lebih dari 5 juz Alquran, dan salah satunya mampu menghafal seluruh 30 juz Al Quran.

Mereka tersebar di 15 fakultas di Unand. "Para mahasiswa ini mengalami proses seleksi yang berbeda dari peserta SNMPTN lain yang masuk Unand," kata Werry.

Dia mengungkapkan seleksi utama adalah pembacaan ayat Al Quran di luar teks, namun rekam jejak prestasi di sekolah tetap menjadi acuan masuk Unand.

"Alasan memasukkan secara khusus mahasiswa penghafal Al Quran ini karena dinilai memiliki kecerdasan dan kepintaran sehingga berpeluang untuk berprestasi," kata Werry.

Hal ini terbukti pada saat Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat mahasiswa beberapa waktu lalu, sebagian besar peserta adalah mahasiswa yang juga berprestasi akademik tinggi.

Dia meyakini langkah Unand ini tepat. "Tinggal saja upaya dari kampus untuk memoles para mahasiswa tersebut untuk dapat berprestasi lebih lagi," ujar dia.
(azm/arrahmah.com)

Wartawan asing bebas masuk Papua, ancam keamanan NKRI

Posted: 13 May 2015 06:00 PM PDT

Seorang wartawan asing saat meliput sidang Ustadz Afif di PN Jakarta Pusat, Senin (11/5/2015)

JAYAPURA (Arrahmah.com) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan wartawan asing bebas masuk ke Papua seperti halnya ke daerah lain di Indonesia, Ahad (10/5/2015). Dia umumkan itu seusai panen raya di Wapeko, Merauke.

Pengamat intelijen, Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati (Nuning), menilai kebijakan Jokowi yang membebaskan wartawan asing masuk di seluruh wilayah Papua sangat berbahaya dan beresiko tinggi dari segi keamanan NKRI.

"Sisi keamanan dan pertahanan kedaulatan negara apakah baik? Belum tentu 100 persen baik," kata Nuning dalam keterangannya, Selasa (12/5/2015), lansir Intelijen.

Menurut Nuning, Papua adalah suatu daerah yang banyak memiliki 'hot spot area' dengan potensi gangguan yang cukup luas.

Nuning mengingatkan, wartawan asing yang masuk ke Papua bisa saja seorang agen intelijen asing. "Jangan sampai juga masuknya media asing sebagai giat under cover intelijen asing memasuki Papua. Ini harus diwaspadai," tegas Nuning.

Lebih lanjut Nuning meminta Badan Intelijen Negara (BIN) sebagai koordinator dan institusi intelijen lain, untuk bekerja dua kali lipat dengan adanya keputusan Presiden Jokowi tersebut. Sebab, sangat sulit membedakan pencarian info untuk kebutuhan berita atau untuk data intelijen.

"Yang harus ditingkatkan perihal aparat intelijen yaitu kualitasnya bukan sekadar kuantitasnya. Aparat intelijen bukan hanya bisa memata-matai tapi juga harus piawai menangkap unsur utama keterangan untuk diolah sebagai info A1 bagi end user lalu juga mencari solusinya," pungkas Nuning.

Sebagai informasi, ijin khusus meliput atau aktivitas jurnalistik lain diberlakukan di Papua oleh pemerintah sejak lama. Kondisi ini juga pernah diberlakukan di (saat itu) Provinsi Timor Timur.

Kematian empat jurnalis Australia pada masa-masa awal Operasi Seroja di Provinsi Timor Timur sempat menjadi ganjalan tersendiri bagi hubungan Indonesia dan Australia.

Negara Barat yang paling dekat posisinya dengan Papua dan Papua Barat adalah Australia. (azm/arrahmah.com)