Arrahmah.Com |
- Indonesia dalam cengkraman Neolib dan Neoimperialisme
- Empat ribu Muslimah hadiri Kongres Ibu Nusantara ke-2
- Memotret imigran Syiah di Rudenim Lamaru Balikpapan
- 60 menit pemadaman listrik di seluruh dunia dalam aksi solidaritas Gaza
- AQAP's good reminder: Those Who Discourage Jihad
- AS mengirim 10 helikopter Apache ke Mesir
- Janji-janji bantuan untuk rekonstruksi Gaza baru terealisasi 2%
- Muslimah Suriah diserang kaum rasis Jerman di Gliesmaro
- Abu Marzuq: Kami berkomitmen dengan gencatan senjata asal "Israel" juga berkomitmen
- Taliban menawan 4 polisi Tajik di Afghanistan utara
Indonesia dalam cengkraman Neolib dan Neoimperialisme Posted: 21 Dec 2014 07:35 AM PST Oleh Lilis Holisah Pendidik Generasi di HSG SD Khoiru Ummah Ma'had al-Abqary Serang - Banten (Arrahmah.com) - Kongres Ibu Nusantara Ke-2 (KIN 2) diselenggarakan oleh Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia di 50 Kota di Indonesia pada waktu yang hampir bersamaan, yaitu 14,16,19, 20 dan 21 Desember 2014, dengan mengangkat tema : "Derita Ibu dan Anak Karena Matinya Fungsi Negara dalam Rezim Neolib". Acara Kongres Ibu Nusantara kedua ini diselenggarakan di 50 Kota di Indonesia yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Malang, Bengkulu, Batam, Bima, Banda Aceh, Medan, Banjarmasin, Balikpapan, Palangkaraya, Makasar, Kendari, Palembang, Padang, Pangkal Pinang, Yogyakarta, Bali, Manado, dan lain-lain serta diikuti oleh puluhan ribu ibu-ibu dari berbagai kalangan: kalangan Intektual, Buruh, Tenaga Kerja Wanita, Penggerak PKK/Posyandu/Dasawisma, Aktifis LSM, ormas, orpol, Birokrat dan kalangan Ummahaat lainnya. Pada Kongres Ibu Nusantara kedua di Tennis Indoor Senayan Jakarta, Ahad, 21 Desember 2014 / 28 Shafar 1436 Hijriyah, yang juga bertepatan dengan 39 kota lainnya, dihadiri oleh sekitar 4000 an peserta yang telah datang dari wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Serang, Cilegon, Pandeglang, Bekasi, Karawang, Purwakarta, Sukabumi dan Cianjur. Dalam Kongres ini, pembicara pertama, Ir. Retno Sukmaningrum, MT, beliau adalah Anggota Dewan Pimpinan Pusat Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia menyampaikan materi "Indonesia dalam Cengkraman Neolib dan Neoimperialisme". Dalam kesempatan tersebut, Retno menjelaskan bahwa kesulitan ekonomi yang dihadapi rakyat akibat kebijakan penguasa yang tidak pro rakyat hanyalah salah satu persoalan dari sekian banyak persoalan lainnya. Pengurangan subsidi BBM yang belum lama diterapkan hanya satu di antara sekian banyak derita yang akan dihadapi masyarakat Indonesia, termasuk kaum ibu dan anak-anak dalam rezim pemerintahan neoliberalime. Pemerintahan yang telah tumpul rasa kasih sayangnya terhadap rakyat, terutama kalangan papa : perempuan, anak-anak, lansia dan kalangan pinggiran (marginal). Pemerintah yang tega memposisikan diri sebagai perpanjangan kepentingan asing untuk melancarkan penjajahan gaya baru, neoimperialisme. Lebih lanjut Retno menjelaskan bahwa rakyat yang telah banyak berharap pada Jokowi-JK yang berjanji akan menjalankan pemerintahan pro rakyat jelas telah kecewa benar. Belum genap menjalankan 100 hari pemerintahan, publik telah merasakan kesengsaraan. Jokowi -JK ternyata telah memilih gaya pemerintahan neoliberal : politik tidak berdaulat, ekonomi tak mandiri, bahkan bangsa yang tak miliki kepribadian. Jokowi-JK tidak akan pernah berbeda dengan para pendahulunya, penguasa yang tak pernah sungguh-sungguh berpihak dan melayani kebutuhan rakyatnya. Rezim Neolib di Indonesia Neoliberalisme tidak dapat dipisahkan dari keberadaan ideologi Kapitalisme. Karakter liberal telah menjadi ciri inheren ajaran yang mendewakan kebebasan ini. Akibatnya kebebasan untuk memiliki dan menomorsatukan kepentingan individu menjadikan kegiatan ekonomi berjalan seperti hukum rimba. Kebebasan kepemilikan merupakan prinsip dasar sistem ekonomi Kapitalisme yang menonjolkan kepemilikan individu dalam perekonomian. Oleh karena itu, jamak terjadi jika perekonomian berjalan dengan cara menindas yang lemah dan memfasilitasi pihak kuat. Ketika masa pemerintahan Soeharto, neoimperialis AS sangat terasa melalui penandatanganan perjanjian kontrak karya dengan perusahaan asing secara besar-besaran. Kebijakan itu dipermudah melalui perantaraan pemuda Indonesia yang disekolahkan di kampus terkemuka Amerika, seperti MIT, Cornell, Berkeley, dan Harvard melalui program Marshal Plan yang melibatkan Ford Foundation. Alumnus AS yang dikenal sebagai Mafia Berkeley ini mendapatkan kedudukan strategis sejak awal Orba dalam meliberalisasi ekonomi Indonesia. Sejak itu, perusahaan-perusahaan asing ramai-ramai merampok kekayaan alam Indonesia. Perusahaan asal Amerika, Freeport merupakan korporasi asing pertama yang masuk diterima dengan sukarela untuk menjarah emas Papua. Selanjutnya perusahaan-perusahaan asing lainnya mengeruk SDA di Imdonesia seperti Newmont menjarah tambang emas dan tembaga di kawasan NTT dan NTB. Chevron, memiliki jatah menggarap tiga blok, dan memproduksi 35 persen migas Indonesia. ConocoPhilips, Perusahaan produsen migas terbesar ketiga di Tanah Air menjarah enam blok migas. ExxonMobil menjarah sumber minyak di Cepu, Jawa Tengah. Perusahaan asal Inggris, British Petroleum (BP) merampok blok gas Tangguh di Papua. Perusahaan migas asal Perancis, Total E&P Indonesie mengelola blok migas Mahakam, Kalimantan Timur. Masih banyak lagi perusahan asing yang merampok kekayaan alam negeri ini seperti Petro China, Canadian International Development Agency (CIDA), Nico Resources, Calgary, Sheritt International, Vale, Eramet, dll. Kebijakan neoliberal di Indonesia semakin tidak terkendali dengan masuknya IMF dalam penataan ekonomi sejak akhir 1997. Melalui kontrol yang sangat ketat, IMF memaksa Indonesia menjalankan kebijakan neoliberal, termasuk menalangi hutang swasta melalui BLBI dan merekapitalisasi sistem perbankan nasional yang tengah ambruk dengan biaya Rp 650 trilyun. Momen ini juga dimanfaatkan Bank Dunia, ADB, USAID, dan OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) untuk meliberalisasi ekonomi Indonesia melalui program pinjaman yang mereka berikan. Eksploitatif terhadap perempuan, membuahkan derita anak Realitas rezim neolib sesungguhnya adalah realitas neoimperialis. Dalam pemerintahan rezim ini peran pemerintah direduksi sehingga hanya berfungsi sebagai regulator. Negara tidak lagi berperan sebagai pelayan rakyat yang menyediakan semua hajat hidup masyarakat secara layak dan murah, bahkan gratis. Alhasil penderitaan rakyat, khususnya perempuan dan anak-anak semakin mengenaskan. Kaum perempuan dieksploitasi untuk berkiprah di ranah publik untuk bekerja, agar mampu membiaya kehidupannya, keluarganya bahkan agar mampu berkontribusi untuk pembangunan ekonomi bangsa. Anak-anak kemudian menjadi korban, mereka kehilangan kasih sayang ibu, yang menyebabkan mereka melakukan pelarian kepada narkoba, seks bebas, atau tawuran. Tak dapat dipungkiri jika secara tidak langsung rancangan pembangunan yang mengeksploitasi perempuan akan membawa kehancuran keluarga. Institusi terkecil dalam struktur kemasyarakatan yang seharusnya berperan dalam pembangunan peradaban rusak karena peran dan fungsi anggota keluarganya tak lagi selaras dengan tatanan Allah Subhanahu wa Ta'ala, Sang Pengatur kehidupan. Campakkan Neoliberalis - Neoimperialis Rasulullah telah mewanti-wanti melalui sabdanya : "Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para perempuan." (HR Muslim: 3729). Hadits itu jelas menyeru kepada semua, baik suami, para ayah maupun negara untuk melangsungkan pengurusan kemashlahatan kaum perempuan. Tatanan politik-ekonomi neoliberalis - neoimperialis harus segera dicampakkan, dan digantikan dengan sistem politik-ekonomi Islam yang menjamin pemenuhan seluruh kebutuhan individu per individu. Politik ekonomi Islam merupakan solusi bagi masalah-masalah mendasar setiap individu dengan memberikan peluang kepada mereka untuk meningkatkan taraf hidupnya tanpa mengorbankan sisi kemanusiaan ataupun mengorbankan sisi keibuan dan keperempuanannya. Anak pun terjaga kemurniannya sebagai penerus estafet peradaban mulia. Wa Allahu 'alam. (azm/arrahmah.com) |
Empat ribu Muslimah hadiri Kongres Ibu Nusantara ke-2 Posted: 21 Dec 2014 07:09 AM PST JAKARTA (Arrahmah.com) - Tennis Indoor Senayan, Ahad 21 Desember 2014 dipadati peserta Kongres Ibu Nusantara ke-2 (KIN) 1436 H. KIN kali ini dihadiri sekitar 4000 peserta dari berbagai kalangan tokoh perempuan dari berbagai komunitas seperti ; birokrat, politisi, mubalighah, intelektual, praktisi pendidikan dan kesehatan, pengusaha. KIN di gelar di 50 kota di Indonesia pada waktu yang hampir bersamaan yakni 14 s. d 21 Desember 2014. Sebelumnya 14 s.d 20 Desember 2014 sudah dilaksanakan KIN dimulai dari kota Meulaboh, Banjar, Jogjakarta, Gorontalo,Bima, Sampang, Bandar Lampung, Padang, Pangkal Pinang, Samarinda, dan Banjarmasin. KIN diselenggarakan oleh Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) dengan tema " Derita Ibu dan Anak karena Matinya Fungsi Negara dalam Rezim Neolib." Kondisi negeri ini yang sarat dengan berbagai permasalahan yang tak kunjung usai. Dalam pemerintahan neolib saat ini, bisa dikatakan bahwa peran dan fungsi negara yang sesungguhnya telah mati. Karena fungsi pembuat undang-undang sudah banyak diintervensi asing. Sehingga tata kelola SDA (sumber daya alam) Indonesia bercorak korporasi berjiwa bisnis. Padahal fungsi dan peran negara sangat penting. Ibarat fungsi otak pada kepala yang menjadi penentu utama normal tidaknya fungsi organ tubuh lainnya. Dan saat batang otak tidak berfungsi pertanda telah terjadi kematian. Demikian pula halnya dengan pemerintah yang tidak menjalankan fungsi sesungguhnya, pertanda negara telah mati fungsinya. Dan sebagai akibatnya kesejahteraan dan kemuliaan martabat yang menjadi tujuan utama bernegara, tinggal ilusi belaka. Hal inilah yang saat ini sedang terjadi. Pemerintah terus menerus melakukan pelalaian fungsi, tanggung jawab, dan kewajiban pentingnya. Contohnya pada aspek pelayanan kesehatan, seharusnya negara dengan kekayaan yang dimiliki, mengelola layanan kesehatan sendiri. Tidak menyerahkan pada BPJS yang notabene adalah perusahaan asuransi kesehatan. Dengan harta umum yang dikelola dengan benar, layanan kesehatan diberikan secara cuma-cuma dengan kualitas terbaik, bagi semua individu miskin ataupun kaya sebagai pelaksanaan kewajiban negara kepada rakyatnya. Namun kebijakan JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) malah memaksa rakyat membeli apa yang menjadi haknya. Dalam keterpurukan ekonomi masyarakat, perempuan dianggap sebagai tenaga potensial yang harus diberdayakan secara ekonomi untuk menambah penghasilan keluarga. Pemberdayaan ekonomi perempuan yang gencar diaruskan, sejatinya adalah eksploitasi tenaga perempuan. Mencari nafkah bukanlah tanggung jawab perempuan, justru sebaliknya perempuan berhak mendapatkan nafkah yang layak dari suaminya/walinya. Melalui KIN ini Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia menganggap perlu melakukan proses pencerdasan ditengah-tengah umat akan hilangnya fungsi negara yang telah menyebabkan penderitaan yang terus menerus khususnya pada kehidupan keluarga dan generasi. Dan wajib melakukan koreksi terhadap penguasa sehingga berhenti melakukan kezholiman dan pengkhianatan. Tentunya, perlu upaya serius dan sungguh-sungguh demi tegaknya Syariah Islam dalam institusi Khilafah yang akan mensejahterakan. Laporan : Ummu Ghiyas Faris (azm/arrahmah.com) |
Memotret imigran Syiah di Rudenim Lamaru Balikpapan Posted: 21 Dec 2014 06:48 AM PST BALIKPAPAN (Arrahmah.com) - Angin dari Selat Makasar berhembus sepoi-sepoi, menghempas ke arah wajah kami sepanjang perjalanan menuju ke Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Lamaru Balikpapan. Dari pusat kota tempat kami menginap, jarak ke Rudenim cukup jauh. Mungkin sekitar 25 kilometer. Kami harus membelah Jalan Mulawarman yang sejajar dengan bibir pantai. Kami sudah membuat janji dengan pak Edu, Kepala Karantina Rudenim Lamaru pukul 16.00 WITA. Kami berjalan lebih awal, supaya dapat menikmati pemandangan Kota Minyak ini. Tak lama, pemandu kami membelokkan motornya ke kanan jalan. Dari Jalan Mulawarman, yang menjadi jalur utama Balikpapan ke Samarinda, terlihat plang besar bertuliskan Rudenim. Berarti kami sudah dekat. Tiang-tiang cerobong asap pabrik yang mendominasi mata di sepanjang jalan, kini berganti menjadi pucuk-pucuk pohon kelapa yang terlihat berjajar di atas rerimbunan semak belukar, satu dua rumah panggung nampak terlihat. Kami menghentikan sepeda motor kami di depan sebuah bangunan kokoh berkelir cokelat muda yang terlihat memanjang ke belakang. Temboknya cukup tinggi dihiasi kawat berduri di atasnya. Agaknya, kami sudah tiba. Di dalam, rupanya Pak Edu sudah menunggu kami. Ternyata ada wartawan lain di situ yang punya kepentingan sama dengan kami. Memang, sejak isu imigran syiah di Balikpapan, kota ini menjadi sorotan media. Saya, sebagai anggota Jurnalis Islam Bersatu (JITU) bersama Ibnu Syafaat, wartawan Hidayatullah, diutus ke kota ini untuk menelusuri kisah ini. Saat ditemui di Balikpapan pada Kamis, (11/12) lalu, Kepala Karantina Rudenim Lamaru, Edu Andarius Aria mengatakan bahwa para imigran Syiah ini berbondong-bondong ke Balikpapan karena di sini ada Rudenim yang baru dibuat. Oktober lalu, Rudenim Balikpapan yang mendapat dukungan finansial secara penuh dari International Organization of Migration (IOM) diresmikan. "Dia (para imigran) ke sini karena ada Rudenim ini yang baru dibuat. Setelah Australia menerapkan kebijakan menutup pintu pencari suaka. Mereka berbondong-bondong ke tempat yang ada Rudenimnya, karena di situ mereka berharap di data oleh UNHCR," ujar Edu kepada kami. Edu menjelaskan bahwa para imigran yang berada di Rudenim Balikpapan ini merupakan operan dari Kantor Imigrasi atau Rudenim lain. Selama ini, yang terjadi di Balikpapan, mekanismenya adalah para imigran gelap itu menyerahkan diri ke Kantor Imigrasi untuk menyerahkan diri dan berharap didata oleh UNHCR. Sebagian sudah diproses dan ditempatkan di Rudenim Balikpapan. Padahal, saat ini kapasitas di Rudenim Lamaru sudah penuh. Jumlah total imigran gelap di Rudenim Balikpapan ada 147 orang. Tapi itu masih akan ditambah dari Rudenim Medan yang berjumlah 22 orang. Sehingga totalnya ada 169 orang, sementara kapasitasnya hanya memuat 144 orang. Dan jangan lupa, juga masih ada 86 orang lainnya yang masih terlunta-lunta di kantor Imigrasi Balikpapan. Kami diberi kesempatan oleh Pak Edu untuk menengok isi Rudenim Lamaru. Rudenim tersebut dibagi menjadi enam blok. Masing-masing blok terdapat empat sel. Satu blok besar yang berada di tengah Rudenim diisi 131 imigran Afghan ditambah satu orang dari Pakistan. Sementara, satu blok lainnya diperuntukan sebagai blok keluarga. Saat ini ditempati 3 keluarga yang terdiri dari 15 orang dari Iraq. Idealnya satu sel diperuntukkan bagi enam orang. "Tapi, sekarang itu campur. Ada yang tujuh orang, ada yang delapan orang. Paling sedikit tujuh," tambah Edu. Rudenim ini dilengkapi berbagai fasilitas yang sangat nyaman bagi para penghuninya. Di tiap-tiap sel mereka dilengkapi dengan kasur gulung. Di dalamnya juga ada lapangan olahraga, voli, futsal. Bahkan, di tiap bloknya ada satu ruang khusus untuk menonton siaran televisi kabel. Untuk urusan makanan. Mereka diberi makan sehari tiga kali. Ada jasa katering yang menyiapkan makanan mereka. Meski tak ada menu khusus, agaknya fasilitas di sini jauh lebih mewah ketimbang sel-sel penjara di Rutan atau Lapas-lapas di seluruh Indonesia. Selain itu, para imigran asing ini juga meminta fasilitas rekreasi ke pantai. Letak Rudenim Lamaru memang tak jauh dari bibir pantai. Jaraknya mungkin hanya 300 meter. Pihak Rudenim pernah mencoba untuk memberikan mereka rekreasi berenang di laut. Sekitar 20 orang imigran diajak berenang ke tepi pantai. Tapi, belakangan pihak Rudenim merasa keberatan memenuhi tuntutan mereka. Bukan apa-apa, jumlah pegawai rudenim Lamaru memang masih terbatas. "Di aturan kita memang (rekreasi) diperbolehkan. Cuma kita belum bisa rutin karena jumlah pegawai terbatas. Kita jumlah pegawainya 17 orang sudah termasuk kepala. Jadi untuk staf penjaganya aja cuma lima orang itu pun harus dibagi tiga shift. jadi ada yang satu shift-nya itu cuma satu orang. Itu yang biasanya kita tambel. Jadi, pegawai strukturalnya kadang juga ikut piket juga," ujar Edu. Saat kami masih asyik melakukan interview dengan Pak Edu, tetiba terdengar suara sirene mendengung keras. Kemudian disahuti dengan panggilan melalui pelantang suara kepada dokter yang berjaga bahwa ada situasi darurat. Belakangan kami diberitahu bahwa di Rudenim Lamaru disiapkan dokter jaga yang bertugas selama 3 jam setiap pekannya. Kalau para imigran itu sakit rujukannya bisa dibawa ke RSU Balikpapan atau RS pertamina. "Itu semua ditanggung IOM (International Organization of Migration, red)," tukas Edu. Latihan fisik yang mencurigakan "Adakah gerak-gerik mencurigakan dari para imigran ini?" tanya kami. Sebelumnya, memang santer beredar rumor seperti ada latihan perang tanpa senjata oleh para imigran gelap ini. Edu menampik hal itu. Ia mengungkapkan, tidak pernah ada latihan perang tanpa senjata di Rudenim ini. "Latihan fisik memang iya, olahraga setiap hari. Karena di sini ada tiga atlet olimpiade; seorang atlet karateka, atlet karateka dan kungfu, dan atlet wushu dan muaythai. Mereka punya sertifikatnya. Mereka ini yang melatih teman-temannya. Selagi gak anarkis kan gak bisa kita tolak," jelasnya.
Kami pun dibawa masuk ke blok yang paling besar yang menampung seluruh imigran syiah Afghanistan. Saya sempat diberi izin untuk mengambil gambar. Tapi kami tak diperkenankan mewawancarai imigran. Benar saja apa kata Pak Edu, sore itu kami melihat sejumlah imigran berlatih fisik di balik jeruji blok. Ada yang bermain skipping (lompat tali), ada yang berlatih push-up, sebagian lainnya berlari-lari kecil sepanjang lajur di blok tahanan. Sedikit nakal, saya pun nekat bertanya kepada salah seorang imigran berkaus basket berwarna kuning di situ. Ia mengaku namanya Zaid dan hendak bertujuan ke New Zealand. Di jari manisnya yang sebelah kiri saya melihat ia memakai sebuah cincin batu berwarna ungu. Ini salahsatu ciri khas penganut syiah. Dalam ajaran syiah, disebutkan ada keutamaan bagi mereka yang memakai cincin berbatu di jari manis sebelah kirinya. Pak Edu pun tak menampik jika para imigran Afghanistan ini semuanya beragama syiah. Sebelumnya, pada Hari Asyura pun mereka terang-terangan melaksanakan ritual ibadah mereka. "Kalau yang terjadi ada latihan beladiri. Iya. Kalau ditanya syiah. Iya. Tanya aja yang di jalan-jalan (imigran yang ditampung di Kantor Imigrasi, red) kamu agamanya apa? Mereka jawab syiah," tandas Edu. Hanya saja memang, setelah isu imigran ini semakin mencuat dan banyak tamu yang datang ke Rudenim Lamaru ada sedikit perubahan pada mereka. Para imigran syiah ini justeru semakin rajin berlatih fisik. Bahkan, jika sebelumnya hanya olahraga ringan dan gerakan-gerakan aerobik saja, belakangan mereka juga ada latihan menginjak-injak tubuh kawannya. Entah apa yang mereka inginkan, tapi meski di dalam Rudenim, mereka tetap bisa memantau dunia luar melalui ponsel dalam genggaman mereka. Sorei itu, angin laut semakin berhembus kencang menerpa tubuh kami. Sementara, bulir-bulir keringat para imigran Syiah itu berjatuhan satu demi satu membasahi lantai di seberang kami. Kami hanya dipisahkan jeruji besi, tapi mereka nampak tak asing dengan kehadiran kami. Bagaimanapun, gelombang imigran syiah yang bertumpuk di Balikpapan jelas memberikan ekses sosial yang buruk di tengah masyarakat. Minimal merusak citra baik Kota Balikpapan. Setiap pihak dituntut untuk waspada. Jangan sampai terlambat dulu, baru bertindak. Penulis: Fajar Shadiq, anggota Jurnalis Islam Bersatu (JITU) (azm/arrahmah.com) |
60 menit pemadaman listrik di seluruh dunia dalam aksi solidaritas Gaza Posted: 21 Dec 2014 05:14 AM PST GAZA (Arrahmah.com) - Orang-orang dari seluruh dunia pada Jum'at mematikan lampu mereka selama 60 menit untuk secara simbolis mensimulasikan penderitaan keluarga Gaza yang hidup dengan pemadaman listrik selama berjam-jam, sebagaimana dilansir oleh The Palestinian Information Center, Sabtu (20/12/2014). Aktivis pro-Palestina menyerukan kepada semua orang di seluruh dunia untuk mematikan lampu mereka pada Jum'at selama satu jam mulai pukul 7 - 8 di malam hari sesuai dengan waktu setempat untuk masing-masing kota, untuk merasakan bagaimana kehidupan yang dialami warga Gaza yang berada di bawah blokade dan kegelapan. Puluhan orang dari berbagai negara memposting foto yang menunjukkan bahwa mereka atau keluarga mereka mematikan lampu dan menyalakan lilin di rumah atau tempat kerja mereka selama jam tersebut sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Gaza. "Kami tidak akan meninggalkan Gaza sendirian dalam gelap ... Kami akan mematikan lampu di mana-mana" merupakan slogan kampanye, yang dipublikasikan oleh aktivis multinasional di situs jejaring sosial dalam beberapa bahasa sebulan lalu di bawah hashtag #GazaLights Para aktivis mengatakan bahwa mereka juga bertujuan untuk menarik perhatian pemerintah di seluruh dunia untuk turut merasakan penderitaan warga Gaza. Sejak 2012, listrik di Gaza telah beroperasi sesuai dengan sistem bergilir, di mana listrik menyala selama enam atau delapan jam di beberapa daerah dan mengalami pemadaman selama berjam-jam di beberapa daerah yang lain. Pada bulan November, pemerintah pendudukan "Israel" secara resmi menolak usulan untuk memungkinkan kapal listrik Turki untuk singgah di dekat pantai Gaza untuk membantu mengatasi krisis listrik di Gaza. (ameera/arrahmah.com) |
AQAP's good reminder: Those Who Discourage Jihad Posted: 21 Dec 2014 12:15 AM PST (Arrahmah.com) - Wednesday (17/12/2014), Muwahideen Media published an English translation of Al-Qaeda in the Arabian Peninsula (AQAP)'s good reminder regarding those who discourage Jihad that released by Al Malahim Media: Al Malahim Media Institute Presents: From the Wonderful Series titled "The Good Reminders – Part 18" "Those Who Discourage Jihad" Bismillah ar Rahman ar Rahim "As salaam alaykum wa rahmatullah wa barakatahu. We give thanks to ar Rab al Alimeen. Prayers and peace be upon His prophet, and on his family and his followers. After: We will talk today about those who discourage other from jihad inside the land of jihad. Allah (swt) warned us against these people in His holy book when He talked about this bad strain among people, saying: 'if they came out with you, they wouldn't have added to your (power) but only created disorder, rushing here and there and creating fitna between you. And there would have been some people among you who would have listened to them. But Allah (swt) knows well those people who do wrong.' Ibn Kathir, may Allah rest his soul, said explaining this ayah: if they came out with you, they wouldn't have added to your power, but only created fitna. This means they would have added to your fisada (corruption). This means that if they go out with the mujahidin, they would corrupt them. When he explained the second part of this ayah, rushing here and there and creating fitna between you, Ibn Kathir said: this means they would walk among you talking gossip, hate and conflict. This involves corrupting the hearts of the mujahidin by gossip and backbiting other people, may Allah protect us. Allah ta'ala ends this ayah by saying: And there would have been some people among you who would have listened to them. There are mu'mineen (believers) who will listen to them. Ibn Kathir said: this means that some people will like what they say and obey them. They are not aware of their true niyat (intentions). Therefore, evil and major corruption follows. Ustadh al Adnan said: no arena of jihad is void of this kind of people. They keep poisoning the arenas of jihad to discourage the people. They create a spirit of hate especially among Emirs and al mu'mineen. This is their focus and the trap they set. Many jawasis (spies) had this as their goal. They wanted to see Muslims divided and fitna created between soldiers and amirs. Ustadh al Adnan says: they achieve this by spreading rumors, as well as the bad spirit of nationalism. They tie bad things to specific tribes or cities, and strike the chord of nationalism among listeners. They spread rumors and highlight the faults that no one could claim to be free from. They highlight these things in the eyes of those people new to jihad. This confuses the new mujahid and makes him worried and anxious. Then he decides to leave the jihad. Al Adnan says: these are without doubt oppressors, since deterring people from jihad is a major sin. Ibn Hazm, may Allah rest his soul, said: no sin is greater than disbelief than those people who are deterring others from fighting the kuffar. The mujahid who comes to support the faith of Allah must be aware of these people, and be alert to them, and stay away from the trash they spread around. Al Adnan says: therefore, be alert to what was plotted against you, separate the suspicious material thrown at you, and know al haqq (the truth) and its possessors. Don't be fooled by impressive names, this is a very important concept about the presence of a few corrupt people among the mujahidin. May Allah destroy their evil, Ameen. May Allah reward you with goodness, and His peace be upon you." "Oh Aqsa, we are coming!" (banan/arrahmah.com) |
AS mengirim 10 helikopter Apache ke Mesir Posted: 21 Dec 2014 12:07 AM PST KAIRO (Arrahmah.com) - Amerika Serikat telah mengirimkan sebanyak 10 pesawat termpur Apache ke Mesir selama pekan lalu, sebagai tanda membaiknya hubungan dua negara bersekutu tersebut dalam melawan "ekstremisme" di Timur Tengah, sebagaimana dilansir oleh Reuters, Sabtu (20/12/2014). Sebelumnya pada April lalu, AS telah memutuskan untuk mencabut pemberhentian pengiriman Apache, setelah sempat dimoratorium akibat penggulingan Presiden Muhammad Mursi dan serangan terhadap para demonstran Ikhwanul Muslimin. Dubes AS sebelumnya meninggalkan Kairo lebih dari setahun yang lalu setelah penggulingan Muhammad Mursi. (ameera/arrahmah.com) |
Janji-janji bantuan untuk rekonstruksi Gaza baru terealisasi 2% Posted: 20 Dec 2014 11:40 PM PST GAZA (Arrahmah.com) - Para pejabat Palestina dan internasional telah mengungkapkan bahwa hanya 2 persen dari janji yang dibuat oleh negara-negara donor untuk membangun kembali Jalur Gaza yang benar-benar telah diwujudkan. Janji tersebut dibuat dalam konferensi donor di Mesir dua bulan yang lalu, lapor MEMO pada Sabtu (20/12/2014) Sebanyak $ 5400000000 telah dijanjikan untuk rekonstruksi wilayah Gaza yang diblokade setelah hancur akibat agresi terbaru "Israel" terhadap warga sipil Gaza selama musim panas. Pendonor utama, Qatar menjanjikan $ 1 miliar, Arab Saudi $ 500 juta dan Uni Eropa $ 780.000.000. Diharapkan bahwa setengah dari janji tersebut akan dihabiskan untuk membangun kembali rumah dan infrastruktur di Jalur Gaza dan sisanya akan meningkatkan anggaran Otoritas Palestina. Namun menurut pejabat PBB, hanya $ 100.000.000 yang telah diserahterimakan dari donor. "Kami menerima dana dan janji senilai sekitar $ 100 juta untuk tempat penampungan dan renovasi rumah," kata Robert Turner, Direktur Operasi UNRWA di Gaza. "Uang ini akan habis pada bulan Desember di tengah musim dingin yang keras." Kekurangan tersebut, lanjut dia, adalah $ 620.000.000. Menteri Perumahan Palestina Mofeed Al-Hasayneh mengatakan bahwa negara-negara Arab tidak memenuhi janji mereka untuk bulan ini. Sementara Eropa, bagaimanapun, telah membayar "beberapa juta". (banan/arrahmah.com) |
Muslimah Suriah diserang kaum rasis Jerman di Gliesmaro Posted: 20 Dec 2014 11:03 PM PST JERMAN (Arrahmah.com) - Seorang Muslimah berusia 29 tahun ditabrak mobil dan pada saat yang sama diserang menggunakan kata-kata rasis anti-Islam dan anti-Muslim di Braunschweigh, Jerman, yang cukup dikenal dengan kaum rasisnya di kota Gliesmaro, lapor WB pada Sabtu (20/12/2014) Menurut sebuah laporan di 'Braunschweigter Zeitung' pernyataan polisi mengatakan bahwa serangan itu rasis dan xenofobia, dimana sebuah kaum rasis telah melecehkan wanita muslim Suriah dan kemudian menabrak lututnya dengan mobil mereka. Mereka kemudian meninggalkan mobil mereka dan menyerang dia secara fisik, meraih kerahnya sementara para saksi di sekitarnya berteriak pada mereka, membantu muslimah malang itu dan membuat kaum rasis melarikan diri dengan mobil mereka. Asosiasi Braunschweig mengutuk serangan itu, dan mengatakan itu adalah hasil dari mereka yang sejalan dengan Pegida, Patriotik Eropa Melawan Islamisasi negeri Barat, yang menghasut kebencian dan Islamophobia di kalangan masyarakat. Asosiasi tersebut mengatakan bahwa mereka tidak akan membiarkan Islamophobia dan hasutan terhadap para pengungsi untuk diterima di tengah masyarakat. (banan/arrahmah.com) |
Abu Marzuq: Kami berkomitmen dengan gencatan senjata asal "Israel" juga berkomitmen Posted: 20 Dec 2014 11:00 PM PST Gaza (Arrahmah.com) - Gerakan Hamas mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen terhadap gencata senjata, selama penjajah "Israel" juga berkomitmen ada gencatan senjata tersebut. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Wakil Kepala Biro Gerakan Hamas Dr. Musa Abu Marzuq, pada Sabtu malam (20/12. Dia mengatakan bahwa Hamas berkomitmen untuk menghentikan perang dengan "Israel". "Kami berkomitmen dengan gencatan senjata selama "Israel" berkomitmen padanya," tegas Abu Marzuq Pada 26 Agustus pihak Palestina dan "Israel" telah menandatangani gencatan senjata jangka panjang yang dimediasi oleh Mesir. Perjanjian ini telah menghentikan perang Gaza yang sudah berlangsung selama 51 hari, yang mengakibatkan lebih dari 2 ribu warga Palestina meninggal dan lebih dari 11 ribu lainnya luka-luka. Abu Marzuq menyatakan bahwa Hamas bersama seluruh faksi dan kekuatan perlawanan Palestina berusaha untuk menghentikan serangan, untuk menggagalkan alasan-alasan "Israel" melancarkan serangan kembali ke Jalur Gaza. Abu Marzuq mengingatkan bahwa Hamas tidak rela jika "Israel" tidak komitmen dengan gencatan senjata dan terus berulang kali melakukan pelanggaran yang seharusnya dihentikan. Sebelumnya Menteri Militer "Israel" Moshe Ya'alon mengancam akan melancarkan serangan balasan terhadap Hamas bila tidak menghentikan serangan dari Jalur Gaza ke wilayah "Israel", dan menuduh Hamas bertanggung jawab atas setiap apa yang terjadi di Jalur Gaza. Pada Sabtu dini hari (20/12) Angkatan Udara "Israel" melancarkan dua serangan udara ke wilayah selatan Jalur Gaza. Tidak ada laporan korban jiwa dalam serangan ini. (ameera/arrahmah.com) |
Taliban menawan 4 polisi Tajik di Afghanistan utara Posted: 20 Dec 2014 10:40 PM PST AFGHANISTAN (Arrahmah.com) - Taliban dikabarkan telah menawan empat polisi perbatasan Tajikistan di provinsi Kunduz Afghanistan, dekat perbatasan dengan Tajikistan, lapor WB pada Sabtu (20/12/2014). Sarvar Husaini, juru bicara kepala keamanan provinsi Kunduz, mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa polisi Tajik memasuki distrik Imam Sahib di bagian utara provinsi Kunduz tanpa izin untuk menebang pohon, dan "militan menculik mereka". Husaini mengatakan operasi penyelamatan sedang dilakukan untuk polisi-polisi itu. Sementara itu, Amanuddin Quraishi, gubernur distrik Imam Sahib, mendesak bahwa beberapa pejuang Taliban yang ditangkap akan dibebaskan dalam pertukaran untuk polisi perbatasan Tajikistan tersebut. Mujahidin Taliban mengintensifkan operasi mereka setelah pemerintah Afghanistan menandatangani Perjanjian Keamanan Bilateral dengan Amerika Serikat, dan kemudian menandatangani pakta yang sama dengan NATO. NATO dan Amerika Serikat sedang mempersiapkan untuk menarik pasukan tempur dari Afghanistan pada akhir 2014, dalam 13 tahun perang berdarah mereka menentang Mujahidin Taliban. Namun AS malah akan terus menambah 1.000 tentara di Afghanistan tahun depan, membuat jumlah pasukan sisa mereka menjadi 10.800. (banan/arrahmah.com) |
You are subscribed to email updates from Arrahmah.com To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |