zonakonflik.com | Mediasi konflik Nagorno-Karabakh yang terus diupayakan The Organization for Security and Co-operation in Europe (OSCE) Minsk Group yang diketuai bersama oleh Rusia, Prancis dan Amerika Serikat hingga kini masih belum dapat menyimpulkan titik akhir.
Konflik yang terjadi sejak 1990-an itu masih terus berlangsung hingga menurut berita yang dirlis dunia.tempo.co bahwa telah terjadi pertempuran sengit di Nagorno-Karabakh, kemaren yang mengakibatkan sebanyak 43 prajurit dikabarkan tewas.
Dalam hal tersebut, selain Amerika, Rusia juga masih terus mendorong upaya mediasi konflik Nagorno-Karabakh. Dimana dua gencatan senjata yang ditengahi oleh Moskow bulan ini tidak menghentikan pertempuran tersebut.
Menurut Presiden Rusia, Vladimir Putin, hampir 5.000 orang tewas dalam pertempuran antara pasukan Azerbaijan dan Armenia memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan. Hal ini seperti yang dirilis oleh bbc.com. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari angka kematian yang dilaporkan kedua belah pihak.
Presiden Rusia juga meminta Amerika Serikat untuk membantu mewujudkan perdamaian dalam Mediasi konflik Nagorno-Karabakh tersebut.
Armenia menuduh Azerbaijan melanggar gencatan senjata kemanusiaan di Nagorno-Karabakh, dan begitu pula sebaliknya.
Pertempuran berkobar bulan lalu di wilayah itu, yang secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi dikendalikan etnis Armenia.
Ini adalah konflik terburuk sejak perang selama enam tahun di wilayah tersebut yang berakhir dengan gencatan senjata pada tahun 1994.
Berdasarkan informasi terbaru dari sejumlah media, Menteri Luar Negeri Armenia dan Azerbaijan mengaku akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo di Washington pada Jumat (23/10) sebagai upaya untuk mengakhiri pertempuran tersengit di Nagorno-Karabakh.
Upaya mediasi konflik Nagorno-Karabakh memang telah dilakukan Rusia. Namun, 2 gencatan yang dimediasi Rusia bulan ini gagal menghentikan pertempuran. (lihat di akurat.co)
Konflik Nagorno-Karabakh menimbulkan kekhawatiran bahwa kekuatan regional Turki dan Rusia ikut terseret, kemudian meluas. Selain itu, ada kekhawatiran soal keamanan jaringan pipa di Azerbaijan yang membawa gas alam dan minyak ke pasar dunia. Namun, masih belum jelas apakah menteri luar negeri pihak yang bertikai akan bertemu Pompeo secara terpisah atau di waktu yang sama.
Armenia menuduh Azerbaijan melanggar gencatan senjata kemanusiaan di Nagorno-Karabakh, dan begitu pula sebaliknya.
Pertempuran berkobar bulan lalu di wilayah itu, yang secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi dikendalikan etnis Armenia.
Ini adalah konflik terburuk sejak perang selama enam tahun di wilayah tersebut yang berakhir dengan gencatan senjata pada tahun 1994.
Berdasarkan informasi terbaru dari sejumlah media, Menteri Luar Negeri Armenia dan Azerbaijan mengaku akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo di Washington pada Jumat (23/10) sebagai upaya untuk mengakhiri pertempuran tersengit di Nagorno-Karabakh.
Upaya mediasi konflik Nagorno-Karabakh memang telah dilakukan Rusia. Namun, 2 gencatan yang dimediasi Rusia bulan ini gagal menghentikan pertempuran. (lihat di akurat.co)
Konflik Nagorno-Karabakh menimbulkan kekhawatiran bahwa kekuatan regional Turki dan Rusia ikut terseret, kemudian meluas. Selain itu, ada kekhawatiran soal keamanan jaringan pipa di Azerbaijan yang membawa gas alam dan minyak ke pasar dunia. Namun, masih belum jelas apakah menteri luar negeri pihak yang bertikai akan bertemu Pompeo secara terpisah atau di waktu yang sama.