Arrahmah.Com

Arrahmah.Com

Link to Arrahmah.com

Anak-anak Gaza belum bisa kembali ke sekolah

Posted: 21 Aug 2014 04:34 PM PDT

Sekolah di Gaza yang hancur dalam serangan brutal "Israel". (Foto : Al Jazeera)

Ahmed al-Arqan (54), duduk di bawah atap yang dulunya merupakan rumah keluarganya. Rumah tiga lantai, di mana ia dan lima saudaranya tinggal bersama keluarga mereka di pemukiman Shujayea, kota Gaza, hampir seluruhnya hancur oleh rudal yang ditembakkan "Israel" dari sebuah pesawat tempur F16.

Seorang guru matematika, al-Arqan, seharusnya kembali ke sekolah dalam waktu kurang dari seminggu. Namun perang telah menghambat hal tersebut dan gagalnya pembicaraan gencatan senjata antara perunding "Israel" dan Palestina di Kairo membuat tahun ajaran baru di Gaza telah ditunda tanpa batas waktu yang jelas.

"Guru dan siswa membutuhkan setidaknya tiga minggu sebelum kembali ke sekolah," ujar al Arqan kepada Al Jazeera

"Pihak berwenang juga harus menghapus beberapa bagian dari kurikulum untuk membuatnya lebih ringan bagi anak-anak."

Serangan "Israel" di Gaza yang dimulai pada 8 Juli sampai saat ini telah membunuh lebih dari 2.000 warga Palestina termasuk 459 anak dan melukai 10.300 lainnya, menurut Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza.

Di Gaza, listrik telah terputus selama sedikitnya 12 jam setiap hari, ujar laporan PBB, setelah bom tank "Israel" menghantam pembangkit listrik satu-satunya di Jalur Gaza pada 29 Juli, sedangkan kerusakan infrastruktur air setempat yang diperkirakan akan menelan biaya sekitar 34 juta USD.

Tembakan "Israel" juga menghantam tiga sekolah yang dikelola PBB yang dijadikan sebagai penampungan di Jalur Gaza utara dan di kota perbatasan Rafah selama serangan pada bulan Agustus yang menewaskan sedikitnya 46 orang.

"Secara psikologis saya mengalami kelelahan karena perang belum berakhir. Kami tidak bisa bersantai selama liburan musim panas. Pakaian dan barang-barang kami tetap berada di bawah reruntuhan. Kami melarikan diri dengan pakaian yang kami kenakan," ungkap al-Arqan.

Sedikitnya 231 sekolah telah dihancurkan selama agresi militer brutal "Israel" di Jalur Gaza di mana diperkirakan sekitar 380.000 warga Palestina mengungsi di sana.

"Guru perlu liburan setiap tahun sehingga mereka bisa mengajar dengan baik. Tahun ini, perjalanan kami adalah dengan kematian dan kehancuran," lanjut al Arqan sambil menyaksikan puing-puing di sekitar rumahnya.

Tahun ajaran baru seharusnya dimulai pada 24 Agustus, namun dengan perang yang masih berkecamuk, hal itu ditunda tanpa batas waktu, menurut Ziad Thabet, wakil menteri pendidikan di Gaza. Thabet mengatakan kepada Al Jazeera bahwa siswa akan diberikan waktu dua minggu setelah pertempuran berakhir sebelum mereka diminta untuk datang kembali ke sekolah.

Seperti semua warga Palestina di Gaza, para siswa juga berjuang di bawah bombardir "Israel".

"Kami tidak menikmati liburan musim panas kami, itu tidak terasa seperti liburan," ujar Mohammed Abu Shehada, murid kelas delapan yang telah tinggal dengan keluarganya di sekolah persiapan Al-Remal di kota Gaza dalam sebulan terakhir.

Duduk di atas meja yang ditempatkan di luar kelas dengan 30 orang lainnya, Shehada mengatakan : "Kami butuh hari libur dalam pertukaran untuk setiap hari yang kami habiskan di sini, di sekolah. Saya tidak ingin meninggalkan sekolah sebagai seorang pengungsi dan kembali minggu depan sebagai siswa."

Selama gencatan senjata lima hari baru-baru ini, Shehada pergi ke lingkungannya di Tofah, timur kota Gaza, menghibur temannya, Ziad, yang kehilangan beberapa anggota keluarganya dalam serangan udara yang menghantam rumah mereka.

"Di antara mereka adalah saudara Ziad, yang saya tahu," kata Shehada.

Dua bulan setelah serangan besar terakhir militer "Israel" di Gaza pada November 2012, badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) menemukan tingkat penyakit stress dan trauma pada anak-anak Palestina naik 100 persen dan 42 persen pasien di bawah usia sembilan tahun. UNICEF juga melaporkan bahwa 91 persen anak yang di survei di Gaza mengalami kesulitan tidur, 85 persen tidak bisa berkonsentrasi, dan 82 persen melaporkan perasaan marah dan gejala ketegangan mental.

Menurut Fadel Abu Heen, profesor psikologi di Universitas Al Aqsa di Gaza, minggu pertama sekolah kemungkinan besar akan menjadi "seminggu yang menyakitkan dan kesedihan bagi siswa dan guru". Abu Heen menjelaskan bahwa psikolog yang berkualitas diperluka untuk memberikan sesi dukungan untuk mendapatkan hasil yang efektif untuk guru dan siswa.

Al-Arqan yang kehilangan keponakan dalam serangan "Israel", juga berjuang secara psikologis, karena ia pernah melihat seorang pria terluka parah membawa putrinya yang sudah meninggal dunia dan mengalami pendarahan hebat pada malam 20 Juli, ketika ia dan ribuan lainnya melarikan diri dari Shujayea.

"Wajahnya tak bisa dikenali. Saya bertanya dalam hati: 'Bagaimana jika dia seseorang yang saya kenal? Bagaimana jika saya berada di posisinya?" Ungkap Al Arqan, menjelaskan bahwa ia tidak bisa berhenti untuk mengevakuasi orang karena mereka berlari saat rudal masih terus ditembakkan di belakang mereka.

Thabet, wakil menteri pendidikan mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kementerian berencana untuk mengadakan sesi dengan psikolog untuk mendukung guru lokal selama seminggu pertama mereka kembali ke sekolah.

Dia mengatakan bahwa kementerian akan menghadapi pilihan sulit tentang pengungsi yang kehilangan rumah mereka dan saat ini tinggal di tempat penampungan di sekolah-sekolah. "Terus terang kami tidak bisa mengusir keluarga yang kehilangan rumah, tetapi pada saat yang sama, kami harus memulai tahun ajaran baru," ujar Thabet.

Ia menambahkan bahwa kementerian bisa mengalokasikan dua sekolah di setiap kota untuk keluarga pengungsi tinggal selama dua atau tiga bulan sebagai solusi parsial.

"Ini tugas pemerintah untuk mencari solusi yang lebih langgeng." (haninmazaya/arrahmah.com)

Tiga komandan militer Brigade Al-Qassam syahid, Hamas berjanji tingkatkan perlawanan

Posted: 21 Aug 2014 04:18 PM PDT

tiga koid

GAZA (Arrahmah.com) - Kelompok perjuang Palestina Harakah Muqawamah Islamiyah atau Hamas mengancam pasukan penjajah "Israel" akan membayar "harga yang sangat mahal" atas pembunuhan yang mereka lakukan terhadap tiga komandan militer Brigade Asy-Syahid Izzuddin Al-Qassam. Sementara itu penjajah "Israel" menegaskan bahwa para pemimpin Hamas di dalam Palestina dan luar Palestina adalah target-target operasi militer mereka, dikutip oleh Al-Jazeera.

Ancaman Hamas dan penegasan penjajah "Israel" keluar setelah pasukan "Israel" menggencarkan bombardir udara dan serangan darat terhadap Jalur Gaza. Serangan biadab itu direspon Brigade Al-Qassam dan kelompok-kelompok pejuang lainnya dengan menembakkan puluhan roket ke Bandara Internasional Ben Gurion dan kota-kota penjajah "Israel" lainnya.

Juru bicara kelompok pejuang Hamas, Salim Abu Zuhri, menyatakan pembunuha terhadap ketiga komandan militer Brigade Al-Qassam adalah sebuah kejahatan yang besar. Dalam wawancara dengan stasiun TV Al-Jazeera, Salim Abu Zuhri mengatakan kesyahidan ketiga komandan tersebut akan meningkatkan perlawanan mujahidin Palestina.

3 komandan hamas

Tiga komandan militer Brigade Al-Qassam yang syahid adalah Muhammad Abu Syamalah, Raid Al-Athar Abu Aiman dan Muhammad Barhum. Ketiganya selama ini menjadi sumber ketakutan pasukan penjajah "Israel" karena kwalitas operasi-operasi militer mujahidin Brigade Al-Qassam yang mereka pimpin.

Ribuan penduduk muslim kota Rafah, Gaza utara, pada hari Kamis (21/8/2014) mengantarkan pemakaman ketiga komandan Brigade Al-Qassam yang meraih syahid.

Koresponden Al-Jazeera di Jalur Gaza, Tamir Al-Mishal, melaporkan bahwa ribuan umat Islam di kota Rafah turut mengiringi pemakaman ketiga syuhada' komandan Brigade Al-Qassam. Mereka meneriakkan tuntutan untuk melanjutkan perlawanan dan memberikan reaksi keras kepada penjajah "Israel".

(muhib al majdi/arrahmah.com)

Blaar, belasan kilogram petasan meledak di Mapolrestabes Semarang

Posted: 21 Aug 2014 05:19 AM PDT

Markas Polisi Resot Kota Besar Semarang

SEMARANG (Arrahmah.com) - Belasan kilogram bahan baku petasan yang merupakan barang bukti yang disimpan di markas Polrestabes Semarang, Kamis pagi, tiba-tiba meledak.

Ledakan keras tersebut sempat menyebabkan apel pasukan di halaman Polrestabes tersebut bubar karena kaget.

Bahan baku petasan hasil penyitaan sekitar sebulan lalu tersebut ditimbun dengan bebatuan di bagian belakan markas Polrestabes.

Kerasnya ledakan bahkan sampai menyebabkan batu yang menimbun bahan petasan tersebut berterbangan serta merusak atap pelindungan lokasi penyimpanan.

Kapolrestabes Semarang Komisaris Besar Djihartono, sebagaimana dikutip dari Antara, mengatakan ada kesalahan prosedur dalam penyimpanan barang bukti kejahatan itu.

"Seharusnya langsung dimusnahkan, jangan ditimbun," katanya. Ia menuturkan barang bukti tersebut sudah sekitar sebulan ditimbun di lokasi tersebut.

Selain itu, ia juga akan mengecek siapa yang memerintahkan untuk menimbun bahan baku petasan itu.

Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut namun ledakan keras tersebut menyebabkan kerusakan sejumlah rumah warga di sekitar markas Polrestabes.

"Saya lihat ada kaca dan genteng pecah, ada bongkahan batu berserakan," kata salah seorang warga Yuli Nurwenda (50).

Ketika melihat situasi di sekitar lokasi kejadian, kepulan asap di bagian belakang markas polisi itu masih terjadi. (azm/arrahmah.com)

Abu Turab Al-Malizi syahid (insyaa Allah) terkena tembakan artileri Assad di Bumi Syam

Posted: 21 Aug 2014 05:08 AM PDT

abu turab al-malizi

KUALA LUMPUR (Arrahmah.com) - Seorang warga Malaysia yang dikenali sebagai Mat Soh atau Abu Turab diberitakan telah syahid (insyaa Allah) dalam baku tembak melawan pasukan Assad di Syar'aya, Suriah pada Selasa (19/8/2014), sebagaimana dilansir oleh AA.

Berita ini disahkan oleh mantan anggota Dewan Ulama PAS, Mohd. Lotfi Ariffin melalui laman Facebook-nya pada hari yang sama.

Lotfi juga mengatakan bahwa, dia sempat menyarankan Abu Turab untuk tidak berada di kawasan tersebut saat kejadian berlangsung. Namun taqdir berkata lain, Allah menyayanginya, sehingga beliau menjamput syahid segera setelah sebuah tembakan artileri Assad menggempur lokasinya.

"Satu jam setelah kejadian tembak-menembak berlangsung, tiba-tiba sebuah kendaran artileri melepaskan tembakan dan tembakan tersebut mengenai Mat Soh," tambah Lotfi.

Salah seorang Mujahidin Malaysia lainnya yang turut berada di tempat kejadian bernama Akel Zainal juga mempublikasikan kabar duka ini melalui laman Facebook pribadi miliknya pada waktu yang sama (19/8). Ia menambahkan bahwa banyak pula Mujahidin Malaysia lainnya yang cedera. Semoga Allah memudahkan urusan Mujahidin Suriah.

(adibahasan/arrahmah.com)

Tiga Unimog pendukung Prabowo gilas kawat berduri polisi

Posted: 21 Aug 2014 04:00 AM PDT

Penampakan Unimog yang menggilas pagar kawat berduri polisi

JAKARTA (Arrahmah.com) - Tiga unit Unimog atau truk kecil a la militer dipakai untuk menggilas kawat berduri polisi yang dipasang untuk blokade massa di area bundaran patung kuda, Jakarta. Ketiga unimog milik pendukung Prabowo ini sekarang diamankan polisi.

Dikutip dari detik, Kamis (21/8/2014) sore, 3 Unimog itu ditepikan di dekat Patung Kuda. Sejumlah petugas kepolisian berjaga. Unimog itu disita dari sejumlah ormas yang ikut aksi mendukung ke MK.

Rencananya Unimog itu akan dibawa ke Mapolda Metro Jaya. Sedang 3 sopir yang membawa Unimog sudah diamankan.

Unimog tersebut juga sempat menjadi alat provokasi guna menyemangati massa mendobrak kawat duri. Karena itu polisi kemudian menyemprot air dan gas air mata.

Massa kocar kacir dan hanya meninggalkan sopir serta Unimog. Kini sopir dan Unimog itu segera diproses polisi.

Gas air mata

Sementara itu sejumlah demonstran pendukung pasangan calon presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa kocar-kacir berlarian menyelamatkan diri setelah polisi menembakkan peluru-peluru gas air mata, di Jakarta, Kamis.

Salah satu titik pusat konsentrasi massa demonstran itu adalah Patung Arjuna Wijaya alias Patung Kuda, di perempatan Jalan MH Thamrin-Jalan Medan Merdeka Barat (dimana Gedung Mahkamah Konstitusi berada) dan Jalan Medan Merdeka Selatan-Jalan Budi Kemuliaan.

Para demonstran yang kocar-kacir itu sebagian di antara mereka berlarian ke ke arah Jalan Budi Kemuliaan. Banyak di antara mereka yang tidak tahan efek langsung menghirup hawa gas air mata yang membuat mata sangat perih dan sesak nafas.

"Polisi kok langsung tembakkan gas air mata, padahal kami tidak anarkis," ujar seorang demonstran, Raka, lapor antara.

Dia menilai pihak kepolisian tidak adil karena langsung menembakkan gas air mata.

"Seharusnya kalau akan menghalau mundur, jangan langsung tembakkan gas air mata. Kami aksi damai kok. Reaksi polisi berlebihan," kata Raka, yang mengaku berasal dari Pancoran, Jakarta Selatan itu.

Pengunjuk rasa lainnya, Julius, juga kesal dengan langkah polisi itu. Julius langsung berlari ke arah Tanah Abang lewat Jalan Budi Kemuliaan dan sekitarnya, sesaat setelah gas air mata ditembakkan.

"Perih banget. Nyesak sampai ke dada," kata Julius. (azm/arrahmah.com)

Sebanyak 350 pengungsi Palestina meninggalkan kamp pengungsi Yarmouk Suriah ke Turki

Posted: 21 Aug 2014 03:01 AM PDT

palestinians-from-yarmouk-camp-in-turkey

DAMASKUS (Arrahmah.com) - Sebanyak 350 warga Palestina telah meninggalkan kamp pengungsi Yarmouk Suriah, yang terletak di Damaskus selatan, menuju Turki setelah serangan udara yang dilancarkan oleh pesawat-pesawat tempur rezim Suriah yang menghancurkan rumah-rumah mereka, kantor berita Anadolu Agency melaporkan, Rabu (20/8/2014).

Bassam Sharih, salah satu pengungsi Palestina, mengatakan mereka mendirikan tenda-tenda di dekat perbatasan yang terletak di utara Aleppo.

"Kami mengalami hari-hari yang sulit karena kami pindah dari Damaskus ke Aleppo. Semoga Tuhan memberkati Turki. Semoga kedamaian tegak kembali dan semoga kami bisa kembali ke rumah kami," kata sharih kepada wartawan.

Pengungsi Palestina lainnya, Abu Muhammad, mengatakan bahwa situasi di Aleppo tidak stabil dan pertempuran masih berlangsung di daerah itu. "Saya kehilangan salah satu putra saya dalam salah satu pertempuran. Sekarang, kami telah terdampar di sini di tenda-tenda."

Kamp pengungsi Yarmouk merupakan rumah bagi lebih dari 150.000 warga Palestina, sehingga menjadi kamp pengungsi terbesar di Suriah. Namun, perang Suriah menyebabkan sebagian besar penduduk meninggalkan wilayah itu.

(ameera/arrahmah.com)

Ternyata pangeran Saudi yang dirampok di Perancis itu adalah Abdul Aziz Bin Fahd

Posted: 21 Aug 2014 02:37 AM PDT

Prince-Abdull-aziz-Bin-Fahad

PARIS (Arrahmah.com) - Sumber kepolisian Perancis mengatakan bahwa pangeran Saudi yang dirampok pada hari Senin (18/8/2014) adalah Abdul Aziz Bin Fahd, sebagaimana dilansir oleh MEMO, Rabu (20/8).

Pangeran Abdul Aziz adalah putra bungsu dari almarhum Raja Saudi Fahd Bin Abdul Aziz, yang meninggal pada bulan Agustus 2005.

Pada Ahad malam (17/7), sekelompok perampok bersenjata yang terdiri dari antara lima dan delapan orang menghentikan konvoi sang Pangeran yang terdiri dari 10 mobil, dan mencuri uang tunai senilai €250,000 (335.000 dolar AS) dan beberapa dokumen rahasia.

Penyelidikan awal menunjukkan bahwa salah satu penjahat bersenjata itu kemungkinan merupakan orang yang sangat dekat dengan sang pangeran.

Sumber yang dekat dengan penyelidikan mengatakan bahwa pasti ada orang-orang yang dekat dengan pangeran yang bersekongkol dengan para pencuri itu sehingga mengetahui dengan rinci tentang sang pangeran.

Konvoi pangeran Saudi itu meninggalkan Hotel George V, salah satu hotel termewah di Perancis yang dimiliki oleh miliarder Saudi Walid Bin Talal, dan menuju ke Airport Le Bourget, 15 kilometer sebelah utara Paris.

Kantor Berita Perancis melaporkan bahwa mobil pangeran itu dicuri dan kemudian ditemukan telah dibakar.

(ameera/arrahmah.com)

Kampanye anti-ISIS di Indonesia, jangan "hambat" dakwah remaja masjid

Posted: 21 Aug 2014 02:26 AM PDT

ilustrasi kampanye anti-ISIS di kota-kota di Indonesia

BANDUNG (Arrahmah.com) - Mengutip publikasi seorang warga Bandung pada Facebook, Selasa (19/8/2014), kampanye anti-ISIS di Indonesia diharapkan tidak "menghambat" dakwah remaja masjid yang sekarang sedang tumbuh bersemi di bumi pertiwi ini.

"Sebetulnya saya suka tak suka dengan adanya spanduk seperti ini di RW saya," ujar salah seorang pengguna Facebook saat melihat sebuah bentuk kampanye anti-ISIS dipajang di lingkungannya, di wilayah Kota Bandung.

Ia mengakui bahwa hal tersebut memang baik sekali agar warga lebih waspada terhadap aktivitas keislaman yang mengarah pada praktik "khawarij". Namun, amat disayangkan, layaknya tombak bermata dua, kampanye itu juga akan mendorong warga yang awam ilmu keislaman "menyamakan" gerakan-gerakan masyarakat yang peduli syari'at dengan kelompok yang diwaspadai.

Tak hanya berbuah kecurigaan berlebih di masyarakat, kampanye anti-ISIS itu kini seolah membatasi gerak dakwah para aktivis masjid, khususnya kalangan remaja. Bahkan di beberapa pelosok Bandung, oknum-oknum penceramah yang mengaku anti-ISIS sengaja menyeru masyarakat untuk melaporkan tetangganya kepada RT/RW jika kedapatan memiliki buku dzikir pagi-petang yang biasa digunakan saudara-saudara Salafi. Subhanallah.

buku yang dikambinghitamkan oleh oknum penceramah anti-ISIS

buku yang dikambinghitamkan oleh oknum penceramah anti-ISIS

Lebih parah lagi, seorang penjual es kelapa pun turut ditangkap aparat hanya karena menggunakan kaos bersimbolkan kalimah tauhid seperti yang biasa dijadikan simbol ISIS. Namun, yang bersangkutan dikabarkan telah dibebaskan pada Rabu (20/8/2014) sekitar pukul 16 waktu setempat. Inilah bukti bahwa "culture of fear" (baca: budaya paranoid) terhadap Islam turut terpicu oleh pemberitaan yang holistik mengenai isu terkait.

Beberapa pengguna media sosial menyarankan bahwa sebaiknya logo ISIS dibuat menjadi lebih ramah masyarakat, sehingga kesan seram ISIS yang identik dengan pemenggal kepala musuhnya menjadi mudah diterima masyarakat Indonesia, sekaligus sesuai dengan syari'at Islam yang mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

ilustrasi logo ISIS yang disarankan untuk meraih simpati masyarakat awam

ilustrasi logo ISIS yang disarankan untuk meraih simpati masyarakat awam

Sementara itu, sejatinya tauhid wajib diperjuangkan semua Muslim. Penyalahgunaan simbol tauhid dan penerapan tata cara penegakannyalah yang membuat suram citra Islam di masyarakat.

Sudah saatnya kita saling bertausiah, menyebarkan kebenaran yang sesungguhnya, agar masyarakat tidak salah menindaklanjuti kebijakan pemerintah di tingkat daerah.

 

simbol tauhid

simbol tauhid

"Kampanye semacam ini, tentu tidak dilarang, namun membarenginya dengan edukasi kepada masyarakat tentu lebih bijaksana," demikian penutup rangkaian komentar pada status berkenaan kampanye anti-ISIS di Bandung. (adibahasan/arrahmah.com)

Kyainya ditelikung umat Islamnya dipasung

Posted: 21 Aug 2014 12:14 AM PDT

foto ilustrasi

Oleh Hartono Ahmad Jaiz

(Arrahmah.com) - Tidak lama menjelang wafatnya, seorang kyai kharismatik di Tebet Jakarta bertutur kepada penulis yang sedang bertamu di rumahnya. Pak Kyai yang belakangan dikenal menandatangani fatwa 1981 yang menghebohkan di Indonesia karena mangharamkan Umat Islam mengucapi selamat natal kepada pihak Nasrani ini secara singkat menuturkan kegelisahannya hingga tidak dapat tidur.

Kenapa?

Karena mendapatkan telepon (saat itu belum beredar hp –telepon genggam, jadi telepon di rumah atau kantor) bertubi-tubi. Rata-rata berupa hujatan dan protes, kenapa Pak Kyai berdoa di Tanah Abang tempat yang sejatinya adalah markas pihak-pihak yang mengatur rekayasa memusuhi Islam.

Bagaimana Kyai ini akan memejamkan mata, lha dirinya merasa ditelikung orang, diminta berdoa ( ya memang secara husnuddhan orang mengundang agar seorang Kyai berdoa di suatu acara itu baik-baik saja) tetapi bagaimana pula bila benar-benar memang tempat itu untuk sarang merekayasa permusuhan terhadap Islam?

Satu sisi, Pak Kyai ini menyesali atas salah langkahnya. Sisi lainnya, beliau mendapatkan aneka suara dari dering telepon yang menyayangkannya bahkan mungkin menghujatnya.

Kyai lugu yang sehari-harinya bercelana setengah betis atau cingkrang (walau dari kalangan tradisional atau NU, ya memang di kitab-kitab kan memang dilarang isybal alias dilarang memanjangkan kain atau celana sampai bawah mata kaki) ini soal ilmu Islam tidak diragukan, bahkan orang menyebutnya, dia itu hafal halaman-halaman kitab bila menguraikan sesuatu. Namun ilmu tentang bagaimana cara menghadapi tipu-tipu dari penjahat apalagi penjahat yang arahnya merekayasa dan menyengsarakan umat Islam; maka Pak Kyai belum tentu memiliki ilmunya. Boleh jadi justru masih tetap mengedepankan husnuddhan (baik sangka) belaka. Maka mudahlah pihak tertentu menelikungnya.

Secara gampangnya bicara, kyainya ditelikung, umat Islamnya dipasung. Itulah kerja yang dilaksanakan dengan seksama sebagaimana akan diuraikan berikut ini.

Seorang wartawan senior menulis tentang Umat Islam Dipasung Lagi, yang dalam uraiannya, pemasungan itu adalah hasil dari rekayasa lembaga tink-tank CSIS (Centre for Strategic And International Studies) yang sangat dipercaya Soeharto. Pemrakarsa inti CSIS adalah Pater Beek seorang pastur radikal keturunan Belanda.

Berikut ini sebagian dari uraiannya.

***

Kenapa Soeharto tiba-tiba dalam waktu singkat berubah memusuhi kalangan Islam?

Pertanyaan besar itu dalam waktu singkat terkuak dengan gamblang tatkala Presiden Soeharto melalui hasil Pemilu 1971 itu membentuk kabinet dengan menempatkan--makin meneguhkan posisinya sejak 1967-- orang-orang Nasrani untuk menguasai pos vital di bidang ekonomi-perdagangan juga pertahanan. Tokoh-tokoh Nasrani dan sekuler kemudian secara tetap menguasai kabinet pada pos-pos vital itu sejak awal kekuasaan Soeharto pada 1967 dan baru berakhir pada 1987, ketika Soeharto menyadari kekeliruan fatal yang dilakukan sepanjang dua dasawarsa. Di balik penempatan tokoh-tokoh Nasrani dan sekuler itu tak lain karena rekayasa lembaga tink-tank CSIS (Centre for Strategic And International Studies) yang sangat dipercaya Soeharto. Pemrakarsa inti CSIS adalah Pater Beek seorang pastur radikal keturunan Belanda yang belakangan jatidirinya justru dibongkar oleh aktifis CSIS sendiri yakni George Junus Aditjondro. Pater Beek meyakini pasca hancurnya PKI pada 1965 musuh besar Katolik di Indonesia adalah apa yang dia yakini sebagai Lesser evil theory (Teori Setan Kecil) dan setan besar. Dua-dua setan itu sama-sama hijaunya, yakni tentara (ABRI) dan Islam. ABRI hanyalah setan kecil tetapi Islam merupakan Setan Besar. Beek pun meyakinkan kepada para kadernya untuk mengadu kedua setan itu. Inilah maknanya sepanjang dua puluh tahun Orde Baru, ABRI selalu memusuhi dan berusaha menghancurkan kekuatan Islam. George Aditjondro pun membeberkan peranan berbagai tokoh yang "menukangi" CSIS, setelah Pater Beek antara lain Ali Moertopo sampai Benny Moerdani, Harry Tjan Silalahi, Soedjati Djiwandono, Hadi Soesastro, Liem Bian Koen dan kakaknya Liem Bian Kie, Daoed Josoef dan serenceng nama lainnya. Pos strategis pada empat kali kabinet yang disusun Soeharto (1967—pra Pemilu I--1971, 1977, 1982 telah menempatkan tokoh-tokoh sekuler dan Nasrani mulai Frans Seda, Sumarlin, Radius Prawiro, Ali Wardhana sampai Wijoyo Nitisastro, hingga Adrianus Mooy, dan Soedradjad Djiwandono, dan Cosmas Batubara. Di tubuh ABRI pun dicengkeram panjang oleh ABRI Nasrani sejak dikuasai Mareden Panggabean, Sudomo sampai Benny Moerdani. Sementara di tubuh Golkar yang menguasai mutlak politik di Indonesia, duduklah tokoh Nasrani dan sekuler yang berseberangan dengan Islam, seperti Jacob Tobing, Midian Sirait, David Napitupulu, hingga Rachmat Witoelar.

Sepanjang penguasaan rezim Soeharto oleh rekayasa tink-tank CSIS itu, posisi umat Islam betul-betul dilecehkan habis-habisan bahkan diperhinakan sepanjang 20 tahun (1967-1987). Umat Islam selalu dicurigai tidak setia kepada Dasar Negara Pancasila, dan difitnah selalu merencanakan hendak menegakkan Negara Islam, seraya membongkar-bongkar isu lama yakni masalah Piagam Jakarta yang dianggap dosa besar kelompok Islam di awal Proklamasi. "Buldozer" Ali Moertopo pun toh terus menggilas apa yang tersisa dari kekuatan politik Islam. Partai-partai Islam pun dipaksa berfusi menjadi satu nama Partai Persatuan Pembangunan (PPP), tapi dilarang memakai gambar Ka'bah yang tetap menakutkan rezim Soeharto dan diyakini akan menjadi alat pemersatu ampuh umat Islam.

Belum cukup, secara menyakitkan sepanjang waktu, umat Islam selalu dituduh sebagai tidak mempunyai Wawasan Kebangsaan, Anti Pancasila, tidak memiliki toleransi dan selalu menindas kalangan minoritas. Belum lagi produk-produk undang-undang di DPR yang didominasi Golkar selalu diterbitkan UU yang selalu berlawanan dengan aspirasi Islam. Ingat saja berbagai sikap pemerintah yang anti jilbab pada 1980, UU Perkawinan 1974, lalu sengaja membuat peraturan anak-anak sekolah untuk Hormat Bendera ketika memasuki kelas yang sengaja dipakai alat untuk mengejek dan melecehkan umat Islam karena bagi umat Islam, kegiatan Hormat Bendera bagai kegiatan Penjajah Jepang dengan Sekere-nya tiap pagi memaksa rakyat Indonesia menghadap matahari dan memberi hormat matahari. Pada 1975 pegawai negeri saat itu tidak berani terang-terangan shalat Jumat di jeda istirahat kantor, ingat pula pada masa itu mubaligh tidak leluasa berkhutbah jika mereka tidak memiliki SIM (bukan SIM motor tapi Surat Ijin Mubaligh). Ingat pula AM Fatwa sepulang khutbah Idul Fitri dilukai senjata tajam oleh oknum militer mencederai pipinya. Protes-protes Sjafruddin Prawiranegara dalam khutbah dan ceramahnya yang berani tidak digubris rezim Soeharto. Inilah fakta ketertindasan umat Islam dalam sejarah Orde Baru.

Ketika pasung dilepas

Kabarnya pasca Peristiwa Tanjung Priok September 1984, Soeharto diberi informasi kalangan ABRI sendiri bahwa laporan Pangab Jendral Benny Moerdani tentang latar belakang kasus Tanjung Priok dimanipulasi, dan merugikan presiden, khususnya dengan opsi membantai umat Islam. Soeharto pun marah besar dan konon menyadarkan kebijakan politik yang ditempuh dua puluh tahun terakhir sejak 1967 sungguh-sungguh meleset. Konon Soeharto segera memutuskan mengubah drastis kebijakan politiknya. Dengan dalih memenuhi asas proporsional, ia mengoreksi anggota Golkar, khususnya yang duduk di DPR-MPR RI yang di dominasi kalangan non-Islam. Mulai Pemilu 1987 Soeharto menempatkan politisi Islam khususnya dari kader HMI. Begitu halnya jajaran kabinet diganti ekonom Islam. Dan menjelang Sidang Umum MPR 1-11 Maret 1988 yang anggotanya hasil Pemilu April 1987, Presiden Soeharto tiba-tiba akhir Februari 1988 memberhentikan Panglima ABRI Jendral Benny Moerdany---yang konon saat itu ada di luar negeri dan membuatnya marah besar---walau pada susunan kabinet yang diumumkan bulan berikutnya Benny diangkat sebagai Menhankam.

Dengan kebijakan politiknya yang sangat drastis dan kontroversial itu, umat Islam merasa Soeharto menebus dosanya kepada umat Islam. Apalagi kemudian komitmen dukungannya kepada aspirasi Islam ditunjukkan Soeharto lagi dengan inisiatif mengajukan RUUPA (Rancangan Undang-Undang Peradilan Agama) setelah ia menugaskan pakar hukum Islam melakukan kodifikasi hukum Islam. Ketika UU Peradilan agama disahkan DPR 1989, maka pengadilan agama di Indonesia pun disahkan pula sebagai hukum positif di negeri ini mendampingi sistem peradilan yang ada, yakni : Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) dan Peradilan Militer. Derajat atau sistem kepangkatan hakim agama pun dinaikkan sejajar dengan hakim di pengadilan negeri. Keberpihakan Soeharto kepada Islam lebih jauh lagi ketika ia segera meresmikan Bank Muamalat di halaman Istana Bogor pada 1989, disusul ia mendorong berdirinya ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), juga pada 1989. Dan tahun berikutnya 1990, Presiden Soeharto dengan keluarga besarnya ramai-ramai menunaikan ibadah haji.

Umat Islam merasa semakin nyaman dengan kebijakan politik Soeharto yang cenderung berbalik pro-Islam. Tapi sebaliknya kalangan Nasrani dan sekuler yang disingkirkan sejak 1987 itu, tidak bisa menahan diri berketerusan. Sikap perlawanan pun segera dilancarkan menjelang Pemilu 1992. Ketika hasil Pemilu 1992 makin menegaskan keberpihakan Soeharto kepada Islam, maka kalangan Nasrani dan sekuler nekat "menuduh" pemerintahan-ABRI-DPR sudah menjadi Ijo-Royo-Royo, dan disinisi harian Kompas sebagai "Ijo Loyo-Loyo " jika diucapkan oleh seorang yang cadel. Konsolidasi kalangan Nasrani dan sekuler pun sejak 1992 digencarkan dan diarahkan untuk menumbangkan rejim Soeharto. Kerja keras mereka membuahkan hasil sehingga Soeharto pun tumbang pada Mei 1998. Kalangan Nasrani dan sekuler tetap memanipulasi kekuatan Islam untuk meruntuhkan Soeharto. Sehingga rezim reformasi yang lahir pun perlu direkayasa dengan tekun sepanjang 14 tahun terakhir untuk menyingkirkan Setan Besar : Islam.

(Umat Islam Kembali Dipasung, HM Aru Syeif Assadullah
Pemimpin Redaksi Tabloid Suara Islam).

***

Perlu eling lan Waspada

Semua itu semoga jadi I'tibar (pelajaran) bagi Umat Islam. Pihak yang memusuhi Islam siang malam bekerja tanpa henti dengan aneka cara, bahkan sampai menelikung kyai, petinggi negeri, dan kemudian memasung Umat Islam secara terus menerus berpuluh tahun.

Kadang-kadang Umat Islam hanya sekadar terhibur sedikit atau tersadarkan ketika ada tokoh yang mengaku Islam tetapi sangat erat hubungannya dengan musuh-musuh Islam; lalu suatu ketika dia terjungkal. Entah dipecat, terlorot jabatannya, tercokok kasus ini dan itu dan sebagainya.

Umat Islam sudah lama jadi pelengkap penderita, masih pula diintai oleh pihak-pihak yang memurtadkan, menyeret ke aliran sesat seperti syiah, LDII, Ahmadiyah, liberal, pluralism agama dan toleransi kebablasan serta berkasih-kasihan dengan musuh Islam tapi sebaliknya justru sangat sengit terhadap Umat Islam yang menegakkan Islam secara istiqamah.

Yang jadi Kyai, Tokoh Islam, Ustadz, Muballigh maupun Umat Islam pada umumnya sebenarnya perlu eling lan waspada (ingat dan takut kepada Allah Ta'ala serta waspada terhadap aneka bahaya yang mengintainya). Termasuk perlu waspada pula bila seorang kyai atau alim agama ujug-ujug (tiba-tiba) mendapatkan undangan ke hotel mewah dan sebagainya walau covernya adalah bersih murni suci. Hanya undangan untuk berdoa. Tetapi kalau ternyata muatannya membahayakan bagi dirinya, paling kurang menjadikan tidak bisa tidur seperti itu tadi. Dan banyak rangkaiannya terhadap Umat Islam di negeri yang mayoritas penduduknya Muslim namun tampaknya makin banyak hal yang mengganggu kehidupan Umat Islam pada umumnya ini.

Kawulane Allah asal Jawa Tengah

(azm/arrahmah.com)

Dengan klaim palsu "Israel" langgar gencatan senjata

Posted: 21 Aug 2014 12:06 AM PDT

korban gaza

GAZA (Arrahmah.com) - Juru bicara Hamas Musa Abu Marzouq mengatakan kepada Ma'an melalui telepon pada Rabu (20/8/2014) bahwa "Israel" mengakhiri gencatan senjata dan mengklaim bahwa tiga roket dari Gaza telah menghantam "Israel", dimana Hamas sendiri tidak memiliki informasi tentang roket-roket itu.

Abu Marzouq menambahkan bahwa "semua opsi" berada di atas meja perundingan sekarang, dan kelompoknya siap untuk perdamaian tetapi juga tidak takut untuk terus mempertahankan diri jika "Israel" terus memilih perang.

Semua pilihan terbuka sekarang: gencatan senjata baru, tetap melanjutkan perang, atau menandatangani kesepakatan," tambahnya.

Dia mengatakan bahwa Mesir saat ini melakukan upaya-upaya bersama dengan kedua belah pihak sebagai bagian dari upaya berkelanjutan untuk mencapai kesepakatan yang langgeng untuk bisa mengakhiri masa enam minggu serangan "Israel" yang telah menewaskan lebih dari 2.040 warga Palestina.

"Kami menyampaikan usulan baru (yang ditawarkan) yang menyangkut hak-hak paling dasar kami kepada pihak Mesir, yang memberikannya kepada orang-orang "Israel" kemarin. Alih-alih menanggapi, mereka malah diperintahkan untuk pergi," katanya Abu Marzouq.

Abu Marzouq mengatakan bahwa "Israel" telah gagal dalam negosiasi ini dan pada hari Rabu (20/8) mereka berusaha untuk membunuh pemimpin dari sayap militer Hamas, Muhammad Deif, tapi gagal.

Negosiasi tidak langsung antara Palestina dan "Israel" telah gagal untuk mencapai hasil, dan Hamas menuduh "Israel" berulang kali "mengulur-ulur waktu" dan menolak untuk membuat konsesi.

Palestina meminta "Israel" untuk mengakhiri blokade yang telah berlangsung selama delapan tahun di Jalur Gaza. Blokade tersebut telah melumpuhkan perekonomian Gaza dan menyebabkan penderitaan yang meluas.

Tetapi, "Israel" malah menuntut demilitarisasi Gaza, sebuah permintaan yang ditolak oleh kelompok perlawanan Palestina.

(ameera/arrahmah.com)