Rezim Syiah Iraq bersama bala tentaranya sedang berupaya keras untuk memperketat kontrol perbatasan negaranya dengan Suriah di padang pasir al Anbar, Provinsi Barat Iraq. Mereka sangat khawatir dengan kekuatan Daulah Islam Iraq dan Syam yang berusaha bangkit di kedua negara tersebut.
Rezim Syiah Iraq dengan cepat meluncurkan Operasi Militer dengan sandi “Iron Hammer” pada tanggal 23 Desember untuk memecah hubungan komando ISIS di Iraq dan Suriah. “Kami ingin memisahkan dua perbatasan, karena kelompok Jihadis satu sama lain di kedua negara saling memberikan kekuatan dan bantuan,” kata seorang pejabat senior keamanan di Baghdad.
Pemerintah Baghdad telah mengerahkan tentara yang dilengkapi persenjataan baru buatan AS dan Rusia, untuk memotong jalur pasokan logistik dan jalur militer lintas batas Daulah Islam Iraq dan Syam antara Iraq dan Suriah. Tujuannya jelas, untuk melemahkan kekuatan kelompok Jihad yang sangat ditakuti oleh koalisi segitiga Syiah Iran, Salibis Amerika, dan rezim Saudi, yaitu Daulah Islam Iraq dan Syam.
Medan Jihad Iraq telah menyatukan ketiganya untuk berkolaborasi menahan laju dan kebangkitan Daulah Islam yang tentu mengancam eksistensi Israel juga seluruh batas wilayah Timur Tengah modern karena tujuan ISIS menegakkan Khilafah Islam yang satu.
Syiah Iran dan Salibis Amerika yang menyokong rezim Iraq secara politik dan militer, sementara Saudi melakukan back-up propaganda dan mensponsori milisi Shahawat di Iraq. Namun makar ketiganya hingga kini tak mampu menundukkan dan menaklukkan Daulah Islam, bahkan melemahkannya pun tidak. Jihad Suriah menjadi berkah. Menguatkan api perlawananan Ahlus Sunnah di seluruh wilayah Syam, dan kini kobaran semangatnya merembet hingga Iraq, terutama Provinsi al Anbar yang sebagian besar wilayahnya adalah padang pasir.
Rezim Baghdad tak mampu mencengkeramkan kekuatannya di gurun seluas 600 km (375 mil) yang berbatasan dengan Suriah tersebut. Padahal, ribuan personil tentara telah dikerahkan untuk menjaga perbatasan. Banyak pihakjuga sangat pesimis akan usaha pengamanan perbatasan. [arkan/ reuters]
Rezim Syiah Iraq dengan cepat meluncurkan Operasi Militer dengan sandi “Iron Hammer” pada tanggal 23 Desember untuk memecah hubungan komando ISIS di Iraq dan Suriah. “Kami ingin memisahkan dua perbatasan, karena kelompok Jihadis satu sama lain di kedua negara saling memberikan kekuatan dan bantuan,” kata seorang pejabat senior keamanan di Baghdad.
Pemerintah Baghdad telah mengerahkan tentara yang dilengkapi persenjataan baru buatan AS dan Rusia, untuk memotong jalur pasokan logistik dan jalur militer lintas batas Daulah Islam Iraq dan Syam antara Iraq dan Suriah. Tujuannya jelas, untuk melemahkan kekuatan kelompok Jihad yang sangat ditakuti oleh koalisi segitiga Syiah Iran, Salibis Amerika, dan rezim Saudi, yaitu Daulah Islam Iraq dan Syam.
Medan Jihad Iraq telah menyatukan ketiganya untuk berkolaborasi menahan laju dan kebangkitan Daulah Islam yang tentu mengancam eksistensi Israel juga seluruh batas wilayah Timur Tengah modern karena tujuan ISIS menegakkan Khilafah Islam yang satu.
Syiah Iran dan Salibis Amerika yang menyokong rezim Iraq secara politik dan militer, sementara Saudi melakukan back-up propaganda dan mensponsori milisi Shahawat di Iraq. Namun makar ketiganya hingga kini tak mampu menundukkan dan menaklukkan Daulah Islam, bahkan melemahkannya pun tidak. Jihad Suriah menjadi berkah. Menguatkan api perlawananan Ahlus Sunnah di seluruh wilayah Syam, dan kini kobaran semangatnya merembet hingga Iraq, terutama Provinsi al Anbar yang sebagian besar wilayahnya adalah padang pasir.
Rezim Baghdad tak mampu mencengkeramkan kekuatannya di gurun seluas 600 km (375 mil) yang berbatasan dengan Suriah tersebut. Padahal, ribuan personil tentara telah dikerahkan untuk menjaga perbatasan. Banyak pihakjuga sangat pesimis akan usaha pengamanan perbatasan. [arkan/ reuters]