Banyak orang bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi di Suriah. Apa yang berbeda antara Revolusi Suriah dan revolusi lainnya. Mengapa Revolusi Suriah tidak segera berakhir meski sudah berjalan lebih dari dua tahun; sementara pembunuhan, pembantaian dan penghancuran oleh rezim Bashar terus terjadi dan makin brutal? Di tengah revolusi tersebut, Hizbut Tahrir dikenal luas di Suriah. Bagaimana peran Hizb di sana? Bagaimana sambutan rakyat Suriah terhadap seruan penegakan Khilafah?
Ustadz Hisyam al-Baba, Juru Bicara Hizbut Tahrir Suriah, mengupas sejumlah persoalan di atas dalam paparan beliau pada acara Tablig Akbar di Masjid Raya Bogor, sehari setelah Muktamar Khilafah di Gelora Bung Karno Jakarta, 2 Juni 2013. Berikut kami kutip paparan beliau selengkapnya.... Revolusi Syam merupakan revolusi yang agung, revolusi umat Islam. Kami tidak ingin Anda sekadar menghitung jumlah syuhada, jumlah korban tewas, jumlah para wanita yang dibunuh ataupun jumlah bangunan yang dihancurkan. Kami ingin Anda mengetahui bahwa jika umat sudah bergerak maka seluruh dunia akan merasa takut baik Amerika, Eropa, Rusia, Cina, Iran dan partainya di Lebanon, Hizbullah. Mereka semuanya takut jika kaum Muslim datang ke Suriah dan membaiat khalifah. Mereka membayangkan, jumlah penduduk Suriah tidak lebih dari 25 juta ketika mereka melakukan revolusi sudah sedemikian. Jika ratusan juta penduduk di Indonesia (melakukan revolusi sebagaimana di Suriah), tidak terbayang apa yang akan terjadi di dunia pada satu hari ketika khalifah dibaiat.
Rezim Suriah adalah rezim penjahat kafir. Mereka telah memerangi Islam dan kaum Muslim sejak setengah abad lalu. Revolusi Syam sejak awal temanya sudah jelas.
Mereka melakukan revolusi dengan dasar bahwa kaum Muslim harus diperintah dan dihukumi dengan Islam di bawah Khilafah Islam. Oleh karena itu kaum Muslim di Bumi Syam melakukan perlawanan. Mereka melakukan perlawanan dengan tema yang jelas. Mereka mendeklarasikan bahwa Revolusi Syam adalah untuk Allah. Mereka mengatakan, “Hiya lillâh, hiya lillâh (Revolusi ini untuk Allah, revolusi ini untuk Allah!” Mereka juga terus mengatakan, “Qâ’idunâ lil abad sayidunâ Muhammad (Pemimpin kami untuk selamanya adalah Sayidina Muhammad.”
Amerika yang berdiri di belakang Bashar pun meraka takut dan berusaha menghalangi kaum Muslim diperintah di bawah Khilafah Islam. Namun, rakyat tidak menggubris apapun. Mereka (Amerika, rezim dan sekutunya) pun menawarkan untuk mengubah rezim, mengganti Bashar dengan agen lainnya, tetapi rakyat menolak. Mereka menawarkan pemerintahan gabungan, tetapi rakyat menolak. Mereka melakukan banyak upaya, tetapi rakyat tetap menolak. Rakyat hanya menghendaki Khilafah Islam.