Arrahmah.Com |
- "Israel" hancurkan beberapa rumah Palestina di wilayah kunci di Tepi Barat
- Puluhan tentara rezim Nushairiyah tewas dalam ledakan di pabrik bom barel di Homs
- Pernyataan resmi IIA terkait serangan terhadap awak media di Kabul
- Mujahidin IIA menyerang staf media pendukung penjajah di Kabul
- Terduga "teroris" sering ditembak mati, Wakil Ketua MPR: Mengapa tidak gunakan peluru bius?
- MUI Sidoarjo mendesak rumah karaoke ditutup
- ISIS, their moral downfall and physical downfall
- Menteri "Israel" serukan kemerdekaan Kurdistan
- 13.000 pria Tajikistan dipaksa pangkas jenggot
- Dua orang lagi ditangkap atas serangan Istanbul
"Israel" hancurkan beberapa rumah Palestina di wilayah kunci di Tepi Barat Posted: 21 Jan 2016 03:33 PM PST TEPI BARAT (Arrahmah.com) - Otoritas Zionis "Israel" telah menghancurkan beberapa rumah milik warga Palestina di wilayah strategis sensitif E1 di Tepi Barat yang diduduki, mengusir setidaknya 17 warga Palestina termasuk anak-anak dari rumah mereka sendiri. |
Puluhan tentara rezim Nushairiyah tewas dalam ledakan di pabrik bom barel di Homs Posted: 21 Jan 2016 03:02 PM PST HOMS (Arrahmah.com) - Sedikitnya 53 orang, sebagian besar tentara, tewas pada Rabu (20/1/2016) di provinsi Homs ketika pabrik bom barel meledak di sebuah pangkalan militer di sebelah barat kota Homs, ujar sumber yang dipercaya kepada Zaman Alwasl. |
Pernyataan resmi IIA terkait serangan terhadap awak media di Kabul Posted: 21 Jan 2016 09:11 AM PST (Arrahmah.com) - Mujahidin Imarah Islam Afghanistan (IIA) mempublikasikan pernyataan resmi terkait penyerangan terhadap awak media TOLO TV di Kabul untuk mengklarifikasi berita palsu yang mengatakan bahwa IIA memerangi media. IIA menegaskan bahwa IIA tidak memerangi seluruh media kecuali media penyebar propaganda yang menentang Islam serta budaya bangsa Afghanistan. Berikut terjemahannya: ***** Kemarin (20/1/2016), Komisi Militer Imarah Islam Afghanistan memenuhi janjinya menargetkan TOLO TV, jaringan terbesar di negara ini yang mempromosikan ketidaksenonohan, tidak beragama, budaya asing dan gambar telanjang. Imarah Islam [Afghanistan] ingin meklarifikasi serangan terhadap TOLO bahwa bukanlah serangan terhadap emdia tetapi terhadap jaringan intelijen yang menentang kesatuan bangsa kami dan agama kami serta nilai-nilai bangsa kami. Kami ingin menegaskan kembali kepada semua awak media yang tidak berpihak sebelah. Mereka tidak seharusnya tanpa sengaja membandingkan diri mereka sendiri dengan TOLO dan seharusnya mereka menahan diri dari membuat pernyataan yang tidak berasalan karena bisa merugikan kami. Imarah Islam [Afghanistan] telah berusaha menyelesaikan masalahnya dengan media itu melalui dialog dan logika.Tetapi pihak TOLO tidak memahami logika, juga tidak mematuhi etika jurnalistik dan juga tidak memiliki perilaku yang baik. Kebanyakan pekerjanya adalah orang-orang anti-Jihad dan anti-Islam yang dilatih oleh intelijen asing yang bekerja keras untuk Amerika selama bertahun-tahun. Pengutukan oleh kedutaan besar AS, Ashraf Ghani, Abdullah, Dostum dan tokoh-tokoh serta organisasi lainnya tidak akan pernah mematahkan tekad kami dan juga propaganda dan peringatan media tidak akan mengubah jalan kami. Daripada membuat pernyataan dan keputusan ceroboh, orang-orang sebaiknya melihat tanggung jawab mereka sendiri. Juru bicara Imarah Islam Afghanistan Zabihullah Mujahid 11/03/1437 H 21/01/2016 M (siraaj/arrahmah.com) |
Mujahidin IIA menyerang staf media pendukung penjajah di Kabul Posted: 21 Jan 2016 08:10 AM PST KABUL (Arrahmah.com) - Mujahidin Imarah Islam Afghanistan (IIA) pada Rabu (20/1/2016) menyerang sebuah mobil staf TOLO TV, media yang dianggap sebagai mesin propaganda penjajah AS-NATO di Afghanistan. Menurut laporan Al-Emarah News, seorang Mujahid bernama Fridullah meledakkan mobil penuh bahan peledak yang dikendarainya yang menargetkan bus yang membawa karyawan TOLO TV di kota Kabul pada Rabu pukul sekitar 5:10 waktu setempat, menewaskan sejumlah staf kantor berita tersebut. Laporan menambahkan bahwa serangan tersebut merupakan pembalasan atas permusuhan yang dilakukan agen berita TOLO terhadap Islam dan Mujahidin, mengolok-olok budaya Afghan, menghina dan tidak menghormati warga sipil Kunduz dan tuduhan-tuduhan palsu seperti eksekusi mati, merampok, menculik dan tuduhan-tuduhan keji lainnya terhadap Mujahidin IIA. Berdasarkan data IIA, TOLO, pada dasarnya, berperan sebagai alat dan mekanisme propaganda AS dan aliansinya untuk menyebarkan ideologi perang dan berusaha untuk menjauhkan Muslim Afghan dari agama mereka. TOLO telah lama mendapat ancaman dari IIA dan masuk dalam salah satu daftar target operasi IIA. |
Terduga "teroris" sering ditembak mati, Wakil Ketua MPR: Mengapa tidak gunakan peluru bius? Posted: 21 Jan 2016 08:03 AM PST JAKARTA (Arrahmah.com) - Wakil Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid, menyesalkan keputusan aparat kepolisian yang seringkali menembak mati terduga pelaku "teror", sehingga menyulitkan penelurusan informasi jaringan "terorisme". "Jaringan terorisme seringkali ditembak mati, sehingga tidak bisa dikorek (keterangannya). Itu tentu tidak membantu," kata dia di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, lansir Antara. Dia juga menyayangkan penggunakan jenis peluru mematikan ketimbang peluru bius saat aparat melakukan penyergapan atau penangkapan pelaku. "Mengapa tidak digunakan tembakan peluru bius. Itu bisa melumpuhkan teroris, lalu bisa dikorek dan dicari jaringannya. Saya mengusulkan itu (peluru bius) menjadi bagian penting untuk dipertimbangkan," kata dia. Hidayat mengatakan, penangkapan pelaku terduga "teroris" juga perlu didasarkan pada bukti yang kuat, sehingga kelak tak ada istilah salah tangkap. Kalau pun kesalahan terjadi, kata dia, perlu ada pasal yang mengatur soal ganti rugi, kesehatan misalnya. "Harus benar-benar dibasiskan pada bukti-bukti yang kuat, sehingga pada pencegahan dan penindakan tidak ada kesalahan. Kalau pun terjadi kesalahan, disebutkan pasal ganti rugi atas kesalahan itu," tutur dia. Selain itu, mengenai ancaman mencabut kewarnegaraan pada pelaku teror juga sebaiknya aparat perlu benar-benar membuktikannya. "Pastikan yang bersangkutan terlibat terorisme internasional. Jangan main cabut saja kewarganegaraan. Penting juga, pencabutan paspor atau kewarnagaraan berbasis bukti yang sah kalau yang bersangkutan terorisme internasional," pungkas Hidayat. (azm/arrahmah.com) |
MUI Sidoarjo mendesak rumah karaoke ditutup Posted: 21 Jan 2016 07:17 AM PST SIDOARJO (Arrahmah.com) - Terindikasi sebagai tempat maksiat perzinaan dan mabuk, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sidoarjo menolak keberadaan rumah karaoke dan mendesak aparat untuk menutup tempat maksiat yang semakin menjamur di Sidoarjo. Sikap penolakan itu, disampaikan berdasarkan hasil rapat pleno MUI yang dilaksanakan Rabu (20/1/2016) oleh seluruh anggota dan pimpinan. "Kami menolak keberadaan rumah karaoke (kafe karaoke) itu. Karena tanpa dilogika saja, jelas aneh. Mana ada keluarga yang mau karaoke pada jam 2 atau 3 dini hari. Keluarga yang mana itu," terang Ketua MUI Kabupaten Sidoarjo, KH A Hambali Zuhdi, Rabu (20/1), seperti dikutip dari Surabayapagi.com. Selama ini puluhan rumah karaoke baik yang ada di komplek pertokoan, terminal, perumahan maupun tempat-tempat rame menyediakan pemandu lagu (PL). Selain itu, meski berkedok karaoke keluarga, akan tetapi operasi bukanya tutup pukul 02.00 - 03.00 WIB. MUI bakal mempertimbangkan tidak hanya menolak dan mengecam, akan tetapi mendesak penutupan. Hal itu bakal dilaksanakan dengan menggandengan Pemuda Anshor untuk bergerak dan bertindak. "Kalau dalam perizinan kan ada batas-batasannya. Kalau batas izin sudah melewati batas, yang bertindak harusnya Satpol PP Pemkab Sidoarjo. Kalau fatwa penolakan kurang kuat maka akan kami siapkan kajian fatwa haram pada tahap selanjutnya," imbuhnya. Selain itu, penolakan itu karena jelas akan mengubah image Sidoarjo sebagai Kota Santri bakal menjadi Kota Karaoke. Oleh karenanya, pihaknya langsung menyikapinya berdasarkan kajian sosial masyarakat dan agama Islam. "Poin-poin penolakan dan dasarnya jelas. Kami menolak karaoke yang makin marak berdiri apalagi sampai berdiri di aset Pemkab Sidoarjo seperti di stand GOR Delta Sidoarjo," ungkapnya. (azm/arrahmah.com) |
ISIS, their moral downfall and physical downfall Posted: 21 Jan 2016 04:20 AM PST (Arrahmah.com) - ISIS was struck with madness in Takfir and exceeded the limits of extremism when they slandered the chaste wives of the Mujahideen from Jabhat Nusra and others saying that they are fornicators (if they stayed with their husbands), and before that they slandered Al-Qaedah saying that it is like an adulteress claiming to be chaste. This is the level they have stooped to, and this is the swamp they cultivate. So is this the Prophetic Caliphate? Like I said before, them killing Shaykh Abu Khalid Al-Suri, may Allah have mercy on him, reminds me of the murder of the two Mashayikh Muhammad Saeed and Abdur-Razzaaq Rajjaam and their brothers in Algeria. The murder of the two Mashayikh and their brothers represented the moral downfall followed by the physical downfall of the GIA in Algeria. Likewise I consider the murder of Abu Khalid Al-Suri, may Allah have mercy upon him, to represent the moral downfall of his killers, which is often followed by a physical downfall. May Allah have mercy upon you oh Abu Khalid (..poetry). The murder of Abu Khalid Al-Suri, may Allah have mercy upon him, exposed an aspect of the wickedness of the modern day Takfiri extremists. There is a difference between them and the first Khawarij. The first Khawarij would declare and brag about what they did. When Abdu Rahmaan ibn Muljim struck Sayyidna Ali ibn Abi Talib, may Allah be pleased with him, with a sword, he screamed out: "There is no rule except for Allah, it is not for you Ali nor your companions!" As for these, they kill and execute, then they do not find the courage of the first Khawarij in themselves, because they are cowards who are not able to declare what they did, so that their true face does not become exposed. The murderers of Abu Khalid Al-Suri, may Allah be pleased with him, are cowards! They encourage other misguided ones to kill, but they keep quite about their deeds. In addition to this difference which was exposed by the murder of Abu Khalid, there are other differences as well. The first Khawarij considered lying to be disbelief, as for the modern day Takfiri extremists, lying is their common trait. Even their leaders are not ashamed to lie, even against themselves. One of them declares something (Abu Muhammad Al-Adnani), then he denies it without any shame in front of everyone. The first Khawarij considered breaking oaths to be disbelief, as for the modern day Takfiri extremists, they consider hopping from oath to oath to be political cleverness in their thirsty desire for authority. The first Khawarij made Takfir on the basis of sins, as for the modern day Takfiri extremists, they make Takfir on the basis of lies, fabrications and even good deeds of obedience! The Takfir of the first Khawarij was rooted in their beliefs, while the Takfir of the modern day Takfiri extremists is political, conveniently and opportunistic. The one who agrees with them, or they see his affiliation to them as beneficial, is praised by them. Moreover, they frequently request him to talk about them and to praise them, so that they can reach position with this praise in front of the people. As for the one who disagrees with them, they lie about him, they slander him, and they make Takfir on him. Following the methodology of Takfir, explosions, exclusion and tyranny. Their magazine Dabiq likewise reminds me of the message "The guidance of the Lord of the world" by Abu AbduRahmaan Amin (Jamal Zitouni, leader of the GIA), and this is a sign of collapse. And the bomb attack on the Ariha mosque after it was liberated, killing the fasting Muslims in it, reminds me of the massacre of Mohammed Abdullah al-Khilaifi and his men on praying Muslims in the Ansar Sunnah mosque in Omdurman (Note: They killed at least 19 praying Muslims in this attack on 19 September 1994 in Sudan. After that a similar attack was carried out by Abbas al-Baqir Abbas form the same Takfir Wal Hijrah group on praying Muslims of Ansar Sunnah in the Jarafa mosque on 8 December 2000, killing at least 22, also in Omdurman). After that they attacked a guesthouse of Shaykh Usama bin Laden, may Allah have mercy upon him, in Al-Khartoum. And when Al-Khilaifi was asked about the reason why he attacked the Ansar Sunnah mosque he said because it is a temple for polytheists. And when he was asked why he attacked a guesthouse of Shaykh Usama bin Laden, may Allah have mercy upon him. He answered, because he is the most misguiding for people. So he was convinced that he should start with him. And in Peshawar the extremists made Takfir on me because I did not make Takfir on the Mujahideen of Afghanistan, then they made Takfir on Shaykh Abu Muhammad Al-Maqdisi, may Allah protect him, because he did not make Takfir on me. And these people claimed that they were on the methodology of Ahl Sunnah Wal Jamah, and that they did not make Takfir on the basis of sins. Like the group of Al-Baghdadi who claimed the same, who claim that they are on the methodology of Ahl Sunnah Wal Jamah. While they make Takfir on people based on fabrications, on lies, and on that which isn't something you can make Takfir on, rather they even make Takfir on good deeds and following the Quran and Sunnah. They for example made Takfir on Abu Saeed Al-Hadrami, may Allah have mercy on him, because he took oaths of loyalty from FSA to wage Jihad. And they made Takfir on me and claimed that I follow the majority and that I do not make Takfir on the Tawagheet, because I supported the revolution of the oppressed, and because I used soft speech towards the prisoner Muhammad Mursi, while I was following the Quran and Sunnah in giving Dawah. But the real reason for this slander was that I stood up in front of their pursuits, trying to preserve the blood of Muslims. And I have lived with the Takfiris in their different types in Egypt, until I wrote a handwritten refutation against them in the 70's. They misuse the enthusiasm of the youth, who reject corruption and deviation in Islam. So many truthful ones who seek the truth join them. And this is a glad tiding, their followers showed that many of them who join them leave them again after a while. Moreover, many of those who left them are the most keen in holding tight to the methodology of the Sunnah and are keen in preserving the sanctuaries of Muslims after their previous experience. And this pushes us to stay on the path of Dawah towards them, and show them the realities, and expose the falseness of their media. Because no matter how showy and false the media gets, it is not able to change the truths of the reality. Truthfulness will stay truthfulness, and lies will stay lies, and loyalty will stay loyalty, and treachery will stay treachery. (Taken from the recent audio message 'Shaam - A trust on your necks' by Syaikh Aiman Az-Zhawahiri) Translated by: telegram.me/Al_Maqalaat (arrahmah.com) |
Menteri "Israel" serukan kemerdekaan Kurdistan Posted: 21 Jan 2016 03:15 AM PST TEL AVIV (Arrahmah.com) - Menteri Kehakiman "Israel" Ayelet Shaked menyerukan pembentukan sebuah negara Kurdi merdeka, lansir MEMO (21/1/2016). |
13.000 pria Tajikistan dipaksa pangkas jenggot Posted: 21 Jan 2016 01:30 AM PST DUSHANBE (Arrahmah.com) - Polisi Tajikistan memaksa hampir 13.000 pria untuk memangkas jenggotnya demi melawan Islam "konservatif" yang diklaim dipengaruhi dari budaya "asing". Para pria tersebut dinilai memiliki jenggot yang terlalu panjang dan tak terurus. |
Dua orang lagi ditangkap atas serangan Istanbul Posted: 21 Jan 2016 01:10 AM PST ANKARA (Arrahmah.com) - Polisi Turki telah menangkap dua tersangka yang diduga terkait dengan pengeboman Istanbul yang menewaskan sepuluh orang Jerman di pekan lalu, Associated Press melaporkan, sebagaimana dilansir oleh Al Bawaba, Rabu (20/1/2016). Kedua tersangka tak dikenal itu ditahan di Sanliurfa, dekat perbatasan dengan Suriah. Pengadilan Istanbul menjatuhkan dakwaan terhadap kedua orang itu dengan tuduhan melakukan pembunuhan berencana dan menjadi anggota dalam "kelompok teror." Sebanyak 12 tersangka kini telah ditahan sehubungan dengan pengeboman Istanbul. Sepuluh orang Suriah telah dipenjara dan dituduh menjadi anggota dari "kelompok teror" dan sedang menunggu persidangan. Ledakan itu terjadi tidak jauh dari Masjid Biru yang terkenal di distrik Sultanahmet, Istanbul. Sepuluh tewas, semua dari mereka adalah wisatawan, dan lima belas orang terluka. Pelaku pengeboman telah diidentifikasi sebagai Nabil Fadli, seorang warga Suriah yang lahir pada tahun 1988 yang telah terdaftar sebagai pengungsi di Istanbul satu minggu sebelum serangan. (ameera/arrahmah.com) |
You are subscribed to email updates from Arrahmah.com. To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |