Arrahmah.Com

Arrahmah.Com

Link to Arrahmah.com

Rezim Nushairiyah bebaskan 8 tahanan Muslim dalam kesepakatan pertukaran tawanan

Posted: 19 Jan 2016 03:40 PM PST

Youssef Tawfik Nashshab (65) ayah dari lima militan "Hizbullah" yang ditangkap pada pekan lalu oleh pejuang Suriah dan dibebaskan dalam kesepakatan pertukaran tawanan

DAMASKUS (Arrahmah.com) - Rezim Nushairiyah pimpinan Bashar Asad telah membebaskan 8 tahanan Muslim termasuk 4 wanita dan 3 anak, dalam perjanjian pertukaran tawanan dengan pejuang Suriah di Damaskus pada Senin (18/1/2016), ujar salah seorang komandan kepada Zaman Alwasl.

Abu Nafea Al-Dimashqi, komandan Brigade Dhuha Al-Islam mengatakan pertukaran tawanan termasuk militan "Hizbullah" yang ditangkap pekan lalu di dekat makam Sayida Zaenab, selatan ibukota Damaskus.

Youssef Tawfik Nashshab (65) adalah ayah dari lima militan Syiah asal Libanon, "Hizbullah" yang bertempur di Suriah untuk mendukung rezim Nushairiyah dan telah ditangkap oleh pejuang Suriah pekan lalu, tambah Al-Dimashqi.

Milisi Syiah dari seluruh dunia telah bergabung dalam perang Suriah untuk menopang kekuasaan rezim Nushairiyah pimpinan Bashar Asad sejak revolusi Suriah pecah pada tahun 2011. (haninmazaya/arrahmah.com)

Gelombang dingin menewaskan 20 orang di provinsi Hasaka, Suriah

Posted: 19 Jan 2016 03:11 PM PST

Pejuang Suriah di provinsi Hasaka

HASAKA (Arrahmah.com) - Sedikitnya 20 orang, sebagian besar lansia dan anak-anak telah tewas di provinsi Hasaka, timur laut Suriah karena gelombang cuaca dingin yang menyapu daerah tersebut.

Aktivis Suriah, Mahmood Al-ahmad menyebutkan bahwa 3 orang meninggal di Tal-Hamis karena cuaca dingin, membuat total lansia yang meninggal karena cuaca dingin mencapai 10 orang.

Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya karena cuaca dingin bertepatan dengan status kesehatan dan imunisasi yang buruk sebagai akibat dari kekurangan gizi, lansir Zaman Alwasl pada Selasa (19/1/2016).

Aktivis menambahkan 10 orang lainnya tewas di Rumah Sakit sebagai akibat dari kelalaian, 8 dari mereka adalah bayi yang meninggal karena kekurangan oksigen sementara dua lainnya meninggal setelah mesin yang mendukung hidup mereka mati karena tidak adanya pasokan listrik. (haninmazaya/arrahmah.com)

Mengungkap rahasia Syaikh Usamah bin Ladin menjalankan Al-Qaeda (1)

Posted: 19 Jan 2016 05:00 AM PST

syaikh usamah rahimahullah

(Arrahmah.com) - Seorang muslim yang baik akan senantiasa melakukan muhasabah atau introspeksi dan evaluasi atas amal-amal yang ia lakukan; muhasabah sebelum beramal, muhasabah saat beramal dan muhasabah setelah beramal. Jihad fi sabilillah merupakan amal shalih, bahkan puncak amal shalih, yang tidak terlepas dari kewajiban muhasabah.

Hal itu disadari dan dilaksanakan dengan baik oleh Syaikh Usamah bin Ladin dan jajaran pucuk pimpinan Tanzhim Al-Qaeda. Perjalanan jihad selama sepuluh tahun, pasca serangan 11 September 2001 sampai sebelum gugurnya Syaikh Usamah pada 2 Mei 2011, penuh dengan berbagai peristiwa. Jihad global yang diusung oleh Al-Qaeda mengalami pasang-surut, kalah dan menang, suka dan duka, sisi kemajuan dan kemunduran, sisi ketepatan dan kekeliruan.

Surat-surat yang ditulis oleh Syaikh Usamah bin Ladin dan jajaran pucuk pimpinan Tanzhim Al-Qaeda merupakan cerminan dari proses muhasabah tersebut. Muhasabah itulah yang kemudian mengantarkan pada sedikitnya dua kesimpulan penting. Pertama, mengakui beberapa kekeliruan yang terjadi dalam operasi-operasi jihad tersebut dan mengambil langkah-langkah nyata untuk memperbaikinya. Kedua, mempertahankan beberapa prestasi, kemajuan dan ketepatan yang telah diraih dalam operasi-operasi jihad tersebut, kemudian meningkatkan dan mengembangkannya secara kwantitas dan kwalitas.

Letters from Abbottabad memuat banyak pemikiran cemerlang, program penting dan proyek besar jihad fi sabilillah. Ia mengambarkan bagaimana keseriusan dan keahlian Syaikh Usamah bin Ladin dan jajaran petinggi Al-Qaeda dalam memanage jihad global melawan aliansi salibis-zionis internasional. Ia juga mengajarkan kepada mujahidin secara khusus dan kaum muslimin secara umum perpaduan antara fiqih syar'iat dan fiqih waqi', sunnah syar'iyah dan sunnah kauniyah, hukum-hukum syariat dan siyasah syar'iyah.

Ia, sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Abu Yahya Al-Libi, mengandung banyak faedah dan pelajaran. Dan ia, sebagaimana direkomendasikan oleh Syaikh Abu Maryam Al-Uzdi dalam Al-I'dad Asy-Syar'i wa Ats-Tsaqafi, sudah seharusnya menjadi literature kajian kaum muslimin dalam bidang jihad kontemporer.

Strategi dan Program Al-Qaeda di Bidang Militer

Syaikh Usaman bin Ladin rahimahullah melalui surat-suratnya menjelaskan Al-Qaeda sedang berada dalam tahap baru evaluasi dan pengembangan operasi militernya, untuk meraih hasil yang lebih baik dari fase sebelumnya.

Berdasar evaluasi atas operasi-operasi jihad selama sepuluh tahun terakhir (2001-2011), Al-Qaeda mencanangkan beberapa rumusan sebagai berikut.

  1. Menegaskan kembali strategi pokok Al-Qaeda yaitu fokus memerangi aliansi pasukan salibis-zionis internasional pimpinan Amerika yang melakukan invasi militer di Palestina, Afghanistan, Irak dan negeri-negeri kaum muslimin lainnya. Hal itu dilakukan dengan melakukan operasi jihad di front-front yang telah terbuka [Afghanistan dan Irak] dan operasi jihad dalam negeri Amerika.
  2. Menunda operasi jihad melawan rezim sekuler lokal sampai tahap lemah dan runtuhnya hegemoni pemimpin kekafiran internasional, Amerika.
  3. Menargetkan kepentingan-kepentingan Amerika di negara-negara Barat dan selain negara-negara kaum muslimin, serta menghindari pelaksanaan operasi jihad di negari-negara kaum muslimin.
  4. Sebelum melakukan sebuah operasi jihad, mujahidin harus melakukan kajian yang sangat cermat terhadap beberapa aspek pokok: (a) aspek sesuai atau tidaknya operasi tersebut dengan syariat Islam, (b) aspek maslahat (keuntungan) dan mafsadah (kerugian, kerusakan) yang ditimbulkan oleh operasi tersebut, (c) prosedur operasi yang menyebabkan kesuksesan operasi, kendala yang menghalangi kesuksesan operasi, dan dampaknya terhadap musuh, dan (d) dampak operasi terhadap opini dan simpati public kepada mujahidin.

Rumusan-rumusan yang telah digariskan oleh Syaikh Usamah bin Ladin ini terbukti ditegaskan kembali dan dilanjutkan oleh Amir Tanzhim Al-Qaeda saat ini, Syaikh Aiman Az-Zhawahiri, terutama melalui dua rilisan tertulis beliau; Watsiqatu Nushrat Al-Islam dan At-Tawjihat Al-'Aammah lil-'Amal Al-Jihadi.

Strategi dan Program Al-Qaeda di Bidang Media

Syaikh Usamah bin Ladin menegaskan bahwa kesalahan media mujahidin dalam merilis video, audio dan pernyataan mujahidin memiliki dampak sangat buruk. Hal itu mengakibatkan sedikitnya tiga kerugian bagi mujahidin dan simpatisan mujahidin; (a) menjatuhkan dan memperburuk citra mujahidin, (b) menurunkan atau bahkan menghilangkan dukungan mayoritas kaum muslimin terhadap mujahidin dan (c) memperburuk pemikiran dan akhlak sebagian generasi muda pendukung jihad.

Berdasar evaluasi atas rilisan-rilisan media mujahidin selama sepuluh tahun terakhir (2001-2011), Al-Qaeda mencanangkan beberapa rumusan sebagai berikut.

  1. Membuat buku panduan yang memuat pedoman umum sebagai pijakan rilisan-rilisan mujahidin. Pedoman umum tersebut menekankan kaedah-kaedah syariat dan adab-adab syariat yang harus dipenuhi oleh semua rilisan media mujahidin.
  2. Membentuk panitia khusus yang berwenang mengkaji semua draft video, audio dan pernyataan yang akan dirilis oleh media mujahidin. Draft video, audio dan pernyataan yang telah sesuai dengan syariat dan strategi umum Al-Qaeda akan dinyatakan layak dipublikasikan. Adapun draft yang menyelisihi syariat atau strategi umum Al-Qaeda akan diurungkan, dibatalkan atau diperbaiki untuk dikaji kembali.
  3. Setiap Amir Al-Qaeda di wilayah-wilayah mengangkat seorang penanggung jawab rilisan media Al-Qaeda wilayah. Penanggung jawab tersebut memiliki tugas pokok:
    • Mengkaji semua draft video, audio dan pernyataan yang akan dirilis oleh Al-Qaeda di wilayahnya. Setiap draft baru boleh dirilis setelah isinya sesuai dengan kajian syariat, selaras dengan strategi umum Al-Qaeda dan pemilihan momentumnya tepat.
    • Meningkatkan keahlian dan kemampuannya di bidang publikasi media, termasuk mempelajari ilmu-ilmu yang beriaktan dengan komunikasi, publikasi, psikologi dan sosiologi masyarakat.
    • Meningkatkan kemampuan para ikhwah bawahannya yang bekerja di bidang media mujahidin dan memberikan bimbingan kepada mereka.
    • Meningkatkan kwalitas rilisan media mujahidin sehingga semua rilisan mujahidin bersifat obyektif, kompetitif, berkwalitas baik dan bisa diterima oleh publik.
  1. Menjalin kerja sama dengan ulama dan pakar yang amanah di luar Tanzhim Al-Qaeda, untuk mengkaji secara kritis rilisan-rilisan media Al-Qaeda dan memberikan saran-saran konstruktif guna meningkatkan kwalitas dan efektifitas rilisan media Al-Qaeda.

Syaikh Usamah bin Ladin dan jajaran pimpinan Al-Qaeda menegaskan bahwa prosentase terbesar peperangan di selain wilayah yang mendapatkan agresi militer langsung oleh aliansi salibis-zionis internasional [Palestina, Afghanistan dan Irak] adalah peperangan media. Oleh karena itu, evaluasi dan pengembangan Al-Qaeda bertumpu pada bidang operasi militer dan rilisan medianya.

Sumber: Letters From Abbottabad

(banan/arrahmah.com)

Pelaksanaan kesepakatan antara rezim Asad dan ISIS berlangsung di selatan Damaskus

Posted: 19 Jan 2016 04:40 AM PST

ttbyq

SURIAH (Arrahmah.com) - Kesepakatan antara rezim Asad dan kelompok "Daulah Islamiyah", atau Islamic State (IS), di selatan Damaskus mulai berlaku di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, ungkap kantor media pasukan Revolusi Suriah pada Senin (18/1/2016), sebagaimana dilansir El-Dorar.

Kantor media itu melaporkan bahwa batalion pasukan Asad dalam koordinasi dengan PBB untuk menghancurkan senjata kelompok IS, yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS, dalam kesepakatan di wilayah Al-Hajar Al-Aswad di selatan Damaskus.

Proses penghancuran senjata itu termasuk penghancuran anti-kaliber 23 mm dan 14,5 mm. Dalam kesepakatan tersebut, militan IS akan meninggalkan daerah Al-Hajar Al-Aswad selama beberapa jam ke depan melalui sektor Al-Kadam-Asali, ungkap kantor media tersebut mengutip sejumlah sumber.

Menurut sumber yang sama, sekitar 100 pemuda dari wilayah Al-Hajar Al-Aswad milik brigade "Doha al-Islam", "Brigade Jundullah" dan "Suqour Al-Golan" masuk pada Ahad (17/1) ke daerah itu untuk mendapatkan titik-titik pos yang berada di bawah kendali militan IS, sebagai langkah pertama dari perjanjian sebelum penarikan organisasi itu.

Dalam konteks yang sama, sumber-sumber lokal menyatakan pada Senin (18/1) bahwa ratusan pejuang Suriah yang berada di kota-kota sekitarnya dan Al-Hajar Al-Aswad diperkirakan akan dikerahkan kembali di lingkungan itu setelah penarikan militan IS, dan itu akan dilakukan dalam beberapa hari ke depan untuk mengamankan front-front pertempuran dan jalur patahan di sekitar Al-Hajar Al-Aswad.

Pelaksanaan kesepakatan antara rezim Asad dan kelompok IS itu dikabarkan sempat tertunda sekitar satu bulan terkait kabar terbunuhnya komandan Jaisyul Islam, Zahran Aloush, dalam serangan Rusia di Ghouta timur.

(banan/arrahmah.com)

6 Muslim dibebaskan Ahrar Syam dalam pertukaran tawanan dengan rezim Asad di Damaskus

Posted: 19 Jan 2016 04:15 AM PST

ahrar

DAMASKUS (Arrahmah.com) - Mujahidin Ahrar Syam telah mengadakan kesepakatan pertukaran tawanan dengan rezim Asad, di mana Mujahidin berhasil membebaskan enam tawanan Muslim yang ditahan, termasuk empat orang wanita, lansir El-Dorar pada Selasa (19/1/2016).

Koresponden El-Dorar di Damaskus melaporkan bahwa rezim Asad membebaskan para sandera dengan kesepakatan Ahrar Syam melepaskan milisi "Hizbullah" Libanon yang mereka tawan.

Pertukaran tawanan tersebut dilakukan di kota Babbila selatan ibukota Damaskus. Perlu diingat bahwa organisasi hak asasi manusia mencatat jumlah penculikan dan orang hilang di penjara rezim Nushairiyah Suriah pimpinan Asad telah mencapai lebih dari 700 ribu.

(banan/arrahmah.com)

Sebuah surat kematian yang ditandatangani dengan darah para ulama

Posted: 19 Jan 2016 03:30 AM PST

bloooood

(Arrahmah.com) - Arab Saudi telah mengeksekusi 47 tahanan, di mana 43 dari mereka adalah Muslim Sunni yang terdiri dari sejumlah ulama, penuntut ilmu dan Mujahidin. Yang paling menonjol di antara mereka adalah Syaikh Faris Az-Zahrani yang memiliki gelar master dalam hukum Islam, Syaikh Hamd bin Abdullah Al-Hamidi yang menghabiskan sebagian besar hidupnya belajar di "telapak kaki" para ulama senior, dan Syaikh Abdulaziz At-Tuwaili yang dikenal dengan pengetahuannya yang luas dan mendalam.

Rezim Saudi bahkan telah mencoba mendesak Syaikh At-Tuwaili untuk menyisihkan ajaran-ajarannya di televisi nasional. Namun ia tak gentar dan meminta diadakannya diskusi dengan para ahli untuk membuktikan argumennya. Tetapi mereka menolak dan menyiksanya sampai ia menjadi gila, dan mereka mengeksekusinya di tengah kondisi kesehatan medisnya yang demikian. Semoga Allah menerima mereka semua.

Mujahidin telah mencoba untuk membebaskan mereka dengan pertukaran tawanan. Mereka ingin mengorbankan apa saja yang mereka miliki untuk membebaskan mereka (para tahanan Sunni). [Al-Qaeda di Jazirah Arab atau Al-Qaeda in the Arabian Peninsula] (AQAP), misalnya, ingin menukar tawanan Abdullah Al-Khalidi, konsul Saudi di Aden, dengan tahanan Muslim di Arab Saudi, tapi rezim malah terang-terangan tidak mempedulikan pejabat mereka sendiri dengan menolak [diadakannya pertukaran tawanan] berkali-kali.

Mujahidin telah berhasil melakukan pertukaran tawanan sebelumnya. Tidak seperti ekstrimis bodoh yang hanya menggunakan tawanan mereka untuk propaganda mengerikan mereka. Taliban [atau Mujahidin Imarah Islam Afghanistan (IIA)], misalnya, berhasil melakukan pertukaran tawanan dengan menggunakan tentara Amerika Bowe Bergdahl yang telah mereka tawan selama lima tahun. Mereka meminta Bergdahl ditukar dengan lima petinggi Taliban yang dipenjarakan di Teluk Guantanamo. Jabhah Nushrah juga mampu membebaskan 29 tahanan (termasuk 4 anak-anak) dari pemerintah Libanon, termasuk dalam kasus lainnya yang diatur oleh Jabahah Nushrah di mana Mujahidin melakukan pertukaran tawanan dengan pembebasan 16 tentara Libanon yang telah ditawan oleh Jabhah Nushrah selama lebih dari setahun.

Syaikh Dr. Aiman Az-Zhawahiri mengatakan penuh pujian dalam sebuah pidato baru-baru ini: "Saya berterima kasih kepada saudara-saudara Mujahid saya di mana pun berada yang melakukan perlawanan untuk membebaskan para tahanan Muslim dan Muslimah, dan di sini saya terutama ingin menyebutkan saudara yang mulia saya, singa-singa Islam di kubu Suriah, para penjaga Yerusalem, Jabhah Nushrah yang gagah berani. Yang berusaha untuk membebaskan para tahanan laki-laki dan perempuan di tangan pemerintah Libanon. Semoga Allah membalas kalian dengan balasan terbaik di dunia dan di akhirat. Mereka telah menyembuhkan hati kaum Muslimin dan menggembirakan penglihatan mereka. Saya memohon kepada Allah semoga Dia menempatkan amalan tersebut pada skala amalan yang baik pada hari kiamat. Saudara-saudaraku yang mulia, kesepakatan yang diberkahi ini adalah sebuah kemenangan dari Allah, kalian membebaskan tahanan laki-laki dan perempuan, dan kalian menolong para pengungsi (di Arsal) dengan bantuan, obat-obatan dan bantuan medis. Kalian membuktikan bahwa kalian adalah pelindung umat kalian. Dan bahwa kalian ingin menumpas penderitaan dan membebaskan mereka dari penindasan. Dan bahwa kalian adalah pelindung kehormatan mereka. Sehingga, semoga Allah membalas kalian dengan cara yang terbaik. Saudara-saudaraku Jabhah Nushrah yang gagah berani, kalian memberikan teladan yang mulia bagi Mujahidin dimanapun, tetaplah berada di jalan yang diberkahi ini, dan berusahalah untuk melakukan amalan ketaatan yang lebih baik dan menahan diri dari dosa dan ketidaktaatan." (Sumber: Syam - Amanat di Pundak Kalian)

Beberapa tahun yang lalu saudara-saudara dari Al-Qaeda meluncurkan sebuah operasi melawan penjajah Tentara Salib di Arab Saudi. Di antara para anggota [Al-Qaeda] itu ialah para ulama, penuntut ilmu, veteran Mujahidin dari Afghanistan dan tempat lainnya. Dengan rahmat karunia Allah, Tentara Salib merasakan hari-hari yang pahit pada tahun-tahun itu. Mereka [Mujahidin] menyerang kepentingan mereka [Tentara Salib] di wilayah tersebut, terutama kepentingan AS, seperti pengeboman Kompleks Riyadh pada tahun 2003, serta serangan Yanbu dan Khobar pada tahun 2004. Rezim Saudi marah dan berdiri bersama majikan Barat mereka, melancarkan perburuan kejam terhadap saudara-saudara Mujahid. Mereka mengerahkan seluruh tentara mereka untuk menghancurkan sel ini, sementara para ulama pemerintah mereka tidak menyibukkan diri mereka dengan hal lain. Sejumlah besar saudara-saudara [Mujahid] dibunuh, yang lain dipenjara, sedangkan sisanya menyusun kembali front Jihadi yang lebih sukses dan memadai di Yaman, yang sekarang dikenal sebagai AQAP.

Sementara saudara-saudara Mujahid melanjutkan operasi mereka di Yaman, para ulama dan pelajar serta Mujahidin yang tetap tinggal di Arab Saudi mengalami semua jenis penindasan dan penyiksaan di penjara Saudi. Sampai beberapa dari mereka akhirnya dieksekusi. Satu-satunya "kejahatan" mereka hanyalah karena mereka melawan dan menyerang penjajah Tentara Salib di wilayah tersebut. Sementara Nabi (ﷺ) bersabda:

وَأَنْ لَا يُقْتَلَ مُسْلِمٌ بِكَافِرٍ

"Seorang Muslim tidak bisa (tidak boleh) dihukum mati karena dia membunuh orang kafir." (HR. Bukhari, Nasai, Ibnu Majah)

Kalau seorang Muslim membunuh orang Kafir karena sebab tertentu yang tidak sesuai Syariat, maka hukumannya adalah membayar denda, bukan hukuman qisas. Lantas, bagaimana dengan musuh penjajah tirani yang berperang melawan umat Islam!

Hati-hati kaum Muslimin terluka parah menyaksikan pelaksanaan eksekusi para ulama, para penuntut ilmu, para pemuda Mujahid yang tulus itu di Arab Saudi. Mereka dibunuh karena mereka menolak penindasan terhadap umat mereka, mereka tidak menerima penghinaan dalam agama mereka, mereka tidak menerima situasi yang menyakiti umat. Mereka dibunuh karena mereka adalah ghuraba di tengah situasi yang penuh gejolak ini, mereka adalah ghuraba di antara orang-orang mereka sendiri. Tapi mereka tidak datang dengan agama baru, mereka justru seperti para Sahabat [Rasul] pada masa Mekkah, saat di mana mereka lemah dan tertindas.

Para penuntut ilmu dan pemuda Mujahid serta ulama mengorbankan hidup mereka untuk agama mereka, untuk meninggikan firman Allah di muka bumi, dan untuk menegakkan Syariah Rabb kita. Mereka menjual hidup mereka dengan harga murah demi kebangkitan umat kita, sehingga umat akan sekali lagi berdiri di depan semua bangsa, bukan di belakang semua bangsa, menjadi yang pertama bukan yang terakhir. Mereka menghabiskan hidup mereka untuk melancarkan Jihad dan memperoleh pengetahuan. Mereka meninggalkan kenikmatan dunia ini, mereka meninggalkan istri mereka, anak-anak mereka, rumah mereka, keluarga mereka, dan barang-barang mereka, untuk apa? Untuk aturan Allah, dan penghapusan penindasan, dalam membela umat ini. Mereka dibunuh karena ini! Mereka dibunuh karena mereka ingin mengusir Tentara Salib dari Jazirah Arab, sebagaimana perintah Nabi (ﷺ), yang bersabda:

أَخْرِجُوا الْمُشْرِكِينَ مِنْ جَزِيرَةِ الْعَرَبِ

"Usirlah kaum Musyrik dari Jazirah Arab". (HR. Bukhari dan Muslim)

Mereka adalah mahkota di atas kepala kita, mereka berdiri untuk membela kita, mereka adalah kebanggaan kita. Kami tidak akan menerima eksekusi ini di atas orang-orang yang berdosa di antara umat kami, apalagi kebanggaan umat ini. Jika mereka tinggal di negara lain mereka akan dihormati, mereka akan perlakukan dengan baik, mereka akan dipuji karena keberanian mereka dan karena membela bangsa mereka, mereka tidak akan dieksekusi. Kejahatan ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, pembalasan adalah suatu keharusan. Rezim Saudi harus memahami bahwa darah saudara-saudara Muslim kami, apalagi yang terbaik di antara mereka, tidaklah murah.

Dan pembalasan terbaik adalah dengan menyerang Barat, rezim boneka Saudi. Selain itu, menyerang mereka adalah sebuah prioritas Jihadi, di mana memutus perlindungan dari majikan mereka akan berimbas pada kejatuhan rezim Saudi yang efisien dan tak terelakkan. Seperti banyak ulama, penuntut ilmu dan Mujahidin tulus lainnya yang ditangkap atas permintaan AS. Dan mereka dieksekusi atas permintaan AS. Eksekusi ini sangat mencurigakan, saat kita melihat waktu dan jumlah mereka yang dieksekusi, mereka dieksekusi dalam eksekusi masal terbesar dalam beberapa dekade sejarah Arab. Mereka tidak menimbulkan ancaman langsung terhadap rezim, mereka justru menjadi ancaman bagi kepentingan Barat di wilayah tersebut, sehingga eksekusi mereka itu tak diragukan lagi diperintahkan oleh AS. Oleh karenanya, menargetkan kepentingan AS di kawasan itu adalah pembalasan yang terbaik.

Seperti yang dikatakan Syaikh Aiman Az-Zhawahiri baru-baru ini: "Saya katakan kepada Mujahidin, pembalasan terbaik adalah dengan menyerang koalisi Salib-Zionis, mengejar kepentingan mereka sebisa mungkin. Adapun kepedihan terbesar Al-Saud adalah bahwa majikan mereka diserang dan karena itu mereka mencari seorang hamba baru selain mereka." (Sumber: Al Saud - Para Pembunuh Mujahidin)

Kami memberikan kabar gembira mengenai janji Nabi (ﷺ) dalam Hadits Qudsi, di mana Allah berfirman: "Siapa yang memusuhi seorang kekasihku, maka Aku menyatakan perang kepadanya." Kebulatan tekad Mujahidin untuk menghadapi rezim Saudi meningkat sejak eksekusi-eksekusi ini. Mujahidin di seluruh dunia telah berjanji bahwa darah mereka tidak akan tumpah tanpa melakukan pembalasan. Saudara-saudara Muslim yang dieksekusi akan menerima apa yang dijanjikan oleh Allah kepada mereka, juga orang-orang munafik dari Al-Saud akan mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Allah kepada mereka. Dan biarkan musuh-musuh bodoh Allah tahu bahwa dengan mengeksekusi mereka, mereka telah menulislan nama mereka dalam sejarah. Lihatlah para syudaha ulama sebelum mereka seperti Syaikh Abdullah Azzam dan Sayyid Qutb, semoga Allah mengasihi mereka semua. Darah mereka adalah cahaya penuntun bagi umat Islam dan api yang menyala untuk musuh-musuh Allah. Darah ulama dan saudara-saudara Mujahid yang dieksekusi juga akan menjadi penerang bagi umat Islam dan [menjadi] api bagi musuh, insyaaAllah.

Rezim Saudi terlibat dalam konflik yang sulit di Yaman dan Suriah, dan banyak masalah internal dan eksternal lainnya, tetapi mereka tetap membuka pintu baru untuk konflik yang akan menimbulkan ancaman keamanan besar bagi mereka, dari lebih dari satu sisi dan dari lebih dari satu front. Rezim Saudi telah banyak menderita di masa lalu dari konfrontasi mereka dengan Al-Qaeda yang bahkan tidak secara langsung menyerang rezim Saudi melainkan hanya menyerang kepentingan Barat di wilayah tersebut. Rezim Saudi bahkan tidak mampu menyelesaikan konflik mereka dengan Syiah di Qatif. Namun demikian mereka mencari konfrontasi baru.

Ini merupakan kebodohan politik mereka yang terulang. Kita telah melihat kebodohan politik ini sebelumnya, ketika mereka ingin menggulingkan Saddam Hussein, yang langsung diberdayakan Syiah dan membuka pintu untuk Rafidhah Iran di wilayah tersebut, yang justru menimbulkan ancaman lebih besar bagi rezim Saudi. Ketika mereka mengeluh tentang ekspansi Rafidhah di wilayah tersebut, mereka memberdayakan dan membantu Rafidhah dengan partisipasi mereka dalam koalisi di Suriah dan Irak. Jika hal ini bukan kebodohan politik, lalu apa?

Setiap rezim arif yang berdiri di posisi Al-Saud pada saat itu tidak akan begitu bodoh untuk membuka front baru dan mengekspos dirinya untuk ancaman keamanan baru. Tapi perbudakan mereka untuk majikan Barat mereka dan permusuhan mereka terhadap Mujahidin membuat mereka buta. Mereka tidak bisa memilih waktu yang lebih buruk. Memang, mereka sengaja membunuh 4 Syiah Rafidhah, dan terutama Nimr Al-Nimr, untuk melawan kemarahan publik dan menghadapi reaksi atas pembunuhan terhadap 43 ulama, penuntut ilmu dan Mujahidin Sunni. Namun ini hanya akan menipu massa yang naif dan teledor, namun Mujahidin yang akan melakukan pembalasan bukanlah orang-orang yang naif dan teledor.

Rezim Saudi sedang mencoba untuk meyakinkan publik yang naif bahwa mereka melancarkan perang melawan Rafidhah. Terlepas dari kenyataan bahwa 43 dari 47 tahanan yang dieksekusi adalah Muslim Sunni, termasuk ulama, penuntut ilmu dan veteran Mujahidin, kita tidak mendengar tentang mereka di media, semua perhatian media malah terfokus pada Rafidhah Nimr Al-Nimr. Mereka juga mencoba untuk membingungkan umat Islam dengan menyerang Syiah Zaidi di Yaman untuk kepentingan pribadi mereka sendiri, setelah mendukung presiden Zaidi Yaman yang digulingkan, Ali Abdullah Saleh, selama dua dekade, sementara mereka juga membantu dan memberdayakan cabang Syiah yang lebih ekstrim dari Rafidhah di Irak dan bahkan Suriah. Rezim Saudi selain itu juga memberikan 1 miliar dolar bantuan pada Agustus 2014 lalu untuk tentara Libanon, yang sangat dipengaruhi oleh Syiah Rafidhah "Hizbullah". Dan sementara pesawat-pesawat Rusia mengebom warga sipil Muslim yang tak berdosa tanpa pandang bulu di Suriah, Menteri Luar Negeri Saudi Adel Al-Jubeir mengunjungi Rusia dan tanpa malu-malu menyatakan bahwa Arab Saudi harus lebih bekerja sama lagi dengan Rusia untuk memerangi "terorisme".

Namun rezim tiran Saudi telah menandatangani surat kematiannya sendiri dengan darah para ulama. Eksekusi terhadap Ulama Tafsir Said bin Jubair menyebabkan kematian dan kejatuhan Al-Hajaaj, dan Al-Waathiq menjadi sakit dan meninggal setelah ia mengeksekusi ulama besar Imam Ahmad bin Nasir Al-Khuza'i. Mereka dieksekusi karena mereka mengatakan yang sebenarnya dalam menghadapi tiran. Demikian juga para ulama ini, yang dieksekusi karena mengatakan yang sebenarnya dalam menghadapi tiran Arab. Darah mereka insyaaAllah akan menjadi penyebab kejatuhan rezim Saudi. Penulis Saudi, Turki Al-Hamad, yang baru-baru menghina agama Islam malah berkeliaran bebas di jalan-jalan Riyadh, sementara rezim Saudi membunuhi para ulama yang membela agama Allah. Demikian juga penyair Hamsa Kashgari yang menghina Nabi (ﷺ), dia dibebaskan oleh apa yang disebut sebagai "negara Tauhid", sedangkan ulama Tauhid justru dipenjara dan dieksekusi.

Saudi menyerupai orang-orang kafir yang membunuh nabi dan orang-orang yang berada di jalan yang benar. Allah berfirman tentang mereka: "Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi dengan tanpa alasan yang benar dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka berilahlah mereka kabar gembira, bahwa mereka akan menerima siksa yang pedih. Mereka itu adalah orang-orang yang lenyap (pahala) amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong." (QS. Ali-Imran: 21-22).

Anwar Saddat, Mubarak, Ali Abdullah Saleh, Ali Zain Al-AbidIn, Al-Qadaffi, semua dari mereka juga menggunakan kebijakan yang sama terhadap Mujahidin. Sekarang lihatlah di mana mereka berakhir, di tong sampah sejarah, sedangkan Mujahidin telah berkembang menjadi sebuah gerakan Jihad di seluruh dunia yang harus diperhitungkan. Tidak ada bangsa arif di muka bumi yang membunuh orang-orang arif mereka sendiri, inilah bukti bahwa pemerintah tirani bukanlah bagian dari bangsa ini. Sebaliknya, mereka adalah boneka dari musuh-musuh bangsa ini. Itulah sebabnya mereka membunuh ulama kita. Mereka membunuh mereka pada pembukaan tahun baru Kristiani 2016, seolah-olah mereka ingin menyenangkan majikan Kafir mereka dengan sebuah pengorbanan dan hadiah tahun baru.

Kendatipun eksekusi masal ini tidak mengejutkan siapa pun, yang kenal dengan kecurangan busuk dan pengkhianatan rezim ini. Ini bukan pertama kalinya mereka melaukan eksekusi masal terhadap para ulama, penuntut ilmu dan Mujahidin. Mereka diantaranya juga telah mengeksekusi 68 penuntut ilmu dan pengkhotbah setelah peristiwa 1979 di Mekkah. Dan kejahatan bersejarah mereka dalam Pertempuran Sabilla terhadap Ikhwan Badui sebelum itu masih tertulis di halaman hitam sejarah kriminal mereka. Mereka telah melakukan beberapa serangan terhadap penuntut ilmu dan ulama di masa lalu, seperti serangan Al-Rass pada tahun 2005 yang membunuh 15 penuntut ilmu dan ulama serta menangkap 7 orang lainnya, di mana diantaranya ialah yang baru-baru ini dieksekusi, Syaikh Hamd bin Abdullah Al-Hamidi, semoga Allah menerimanya.

Al-Saud sebelumnya mengubah kurikulum Islam dan memulai kampanye penangkapan terhadap banyak ulama dan para penuntut ilmu, semua sesuai dengan perintah dari majikan mereka di Barat. Banyak dari mereka yang dicegah berkhotbah. Yang lainnya bahkan dicegah melakukan bakti amal. Pekerja bantuan ditangkap tanpa tuduhan apapun, hanya karena AS menuduh mereka mendukung "terorisme". Rezim Saudi menyelenggarakan konferensi besar menyeru untuk melawan "terorisme" sesuai dengan pemahaman dan interpretasi Paman Sam. Mereka membuat banyak kompromi dengan Barat dan Zionis, menebusnya dengan negri dan hidup kaum Muslimin. Mereka mengizinkan pangkalan udara militer untuk pesawat tak berawak AS yang mengebom Muslim di Yaman, setelah mereka memberikan pangkalan udara untuk pengeboman besar terhadap warga sipil Irak pada tahun 2003. Mereka melakukan segala sesuatu untuk menyenangkan AS, setelah menjarah sumber daya umat dianggap belum juga cukup.

Ketika revolusi dimulai di negara-negara Arab wajah jelek mereka bahkan terekspos lebih jauh. Mereka melindungi dan menaungi Ali Zain Al-Abidin, dan mengawal jejaknya dan tidak ingin menyerahkan dia ke pengadilan di Tunisia. Mereka juga melindungi dan menaungi Ali Abdullah Saleh di Yaman, namun dalam kasus ini, sihir justru berbalik melawan si penyihir sendiri, karena ia akhirnya berbalik melawan mereka. Setelah itu mereka menghabiskan jutaan dolar untuk menggagalkan revolusi di Mesir, dan mereka mendukung penindasan rezim berdarah dan busuk As-Sisi terhadap Muslim yang lemah di Mesir. Setelah itu mereka memiliki peran utama dalam koalisi baru di Irak dan Suriah, yang sangat dipuji oleh Barat. Memang sejarah Al-Saud begitu hitam, perang mereka terhadap Islam tidak tersembunyi bagi siapa saja. Dan konferensi Riyadh baru-baru ini, yang dibentuk untuk merusak Jihad di Suriah, hanyalah link lain dalam rantai panjang pengkhianatan mereka, mirip dengan Konvensi Uqair 1922 dan banyak perjanjian berbahaya setelah itu yang dilakukan oleh rezim kanker busuk ini.

Sejumlah saudara Mujahid yang dieksekusi, seperti Fikri Ali bin Yahya Faqih, menyerahkan diri mereka ke rezim setelah mereka dijanjikan amnesti. Namun mereka ternyata tetap dieksekusi meskipun sudah dijanjikan amnesti! Inilah tingkat berbahaya rezim yang busuk ini. Jadi, benar-benar menakjubkan bahwa masih ada sejumlah Muslim yang menyandarkan harapan mereka pada rezim busuk ini. Begitu memalukan pula bahwa Syiah Rafidhah justru berdiri bersama-sama untuk membela salah satu tokoh mereka, Nimr Al-Nimr, di dalam dan luar Arab Saudi. Terlepas dari kenyataan bahwa ia bersikap kritis untuk kebijakan Syiah di wilayah tersebut, dan di tengah fakta bahwa ia menjauhkan diri dari pemerintah Iran. Sementara jumlah orang-orang terbaik Sunni yang dieksekusi mencapai 43 orang.

Memang berbagai pihak mencoba untuk menyalahgunakan kesempatan ini untuk kepentingan agenda politik pribadi mereka sendiri. Terutama Syiah Rafidhah yang secara besar-besaran menolak eksekusi Nirm Al-Nimr. Mereka mencoba untuk menyalahgunakan kesempatan ini seperti yang mereka lakukan dengan menyerbu Mina pada 2015. Demikian juga Khawarij ISIS yang menolak pelaksanaan eksekusi terhadap Mujahidin dan ulama dari Al-Qaeda ini, sedangkan mereka sendiri melakukan Takfir pada para ulama dan Mujahidin Al-Qaeda, dan bahkan mereka juga membunuh sejumlah ulama dan Mujahidin Al-Qaeda. Betapa memalukan bagi Ahlussunnah untuk tetap diam sementara kita membiarkan burung-burung bangkai dan para munafik itu menyalahgunakan kematian mereka untuk keuntungan politik mereka sendiri dan permusuhan pribadi.

Eksekusi-eksekusi ini sekali lagi menampakkan ulama pemerintah yang memuji rezim untuk eksekusi-eksekusi ini dan melabeli eksekusi-eksekusi tersebut sebagai penghakiman berdasar hukum Syariah. Mereka belum juga merasa cukup sudah diam saja menghadapi ketidakadilan ini, belum, mereka bahkan berdiri dan mencoba untuk meyakinkan umat Islam bahwa eksekusi ini tepat. Tapi bahkan ini juga belum cukup bagi mereka, setelah eksekusi ini mereka bahkan mengucapkan selamat kepada rezim Saudi! Ulama Pemerintah Saudi, Ali Al-Maaliki, bahkan mengatakan bahwa pemimpin Saudi memiliki hak Syariah untuk membunuh sepertiga dari orang Arab untuk menyelamatkan sepertiga lainnya. Ini terjadi [pada kaum Sunni], sementara para pendeta Syiah justru menyatukan kata-kata mereka dan menolak eksekusi terhadap salah satu tokoh mereka.

Eksekusi-eksekusi ini menunjukkan bahwa para ulama pemerintah akan menerima dan memaafkan kejahatan apapun yang dilakukan oleh majikan Saudi mereka, tidak peduli seberapa serius, seperti telah kita lihat berkali-kali sebelumnya. Mereka mengikuti rezim ke mana pun rezim pergi dan mereka tidak takut akan konsekuensi kejahatan mereka, tanpa rasa malu atau pertimbangan agama atau bahkan nyawa manusia. Mereka telah membasahi pena mereka dalam darah Muslim yang tidak bersalah. Sementara sebagian besar dari mereka mengetahui kenyataan, dan jika mereka tidak tahu maka mereka benar-benar buta. Banyak dari mereka tidak memiliki pengetahuan dasar tentang aktualitas dari umat, karena informasi yang mereka terima dari rezim Saudi disensor dan berubah. Imam Al-Harram misalnya bahkan berdoa untuk Al-Fouah, tidak menyadari bahwa itu kubu rezim Asad, Rafidhah.

Kaum Muslimin harus tahu bahwa mereka tidak bisa mengandalkan ulama pemerintah yang tidak kompeten di masa-masa bergejolak ini, mereka tidak akan membantu umat melawan penindasan. Berapa banyak bencana telah melewati umat ini dalam beberapa dekade terakhir sementara kita tidak melihat dukungan dari ulama pemerintah, bahkan mereka kembali menusuk umat dari belakang lagi dan lagi. Para ulama dan mujahidin terbunuh dengan putusan para ulama pemerintah yang dibodohi ini, yang telah menjadi mainan di tangan Tentara Salib Barat. Lihatlah perbedaannya: Para ulama yang dieksekusi menjual dunia mereka untuk akhirat, sementara ulama pemerintah menjual agama mereka untuk dunia ini.

Nabi (ﷺ) bersabda: "Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran (berkata yang baik) di hadapan penguasa yang zalim." Dan beliau (ﷺ) bersabda: "Penghulu para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthalib, dan orang yang berkata melawan penguasa kejam, ia melarang dan memerintah, namun akhirnya ia mati terbunuh." Semoga Allah menerima mereka di antara para syuhada terbaik.

Diterjemahkan dari: @Al_Maqalaat

Jangan lupakan kami dalam doa-doa kalian.

(banan/arrahmah.com)

Ini prinsip pokok yang harus diperhatikan sebelum revisi UU terorisme

Posted: 19 Jan 2016 03:07 AM PST

DR. Maneger Nasution, MA. Komisioner Komnas HAM,

JAKARTA (Arrahmah.com) - Menurut Komisioner Komnas HAM Maneger Nasution, sebelum revisi Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang terorisme dilakukan, pemerintah sebaiknya menyediakan cukup ruang dan waktu untuk mendengar dan menyerap aspirasi publik.

Dalam keterangannya kepada media masa, dia menyebut ada beberapa prinsip pokok sekira dilakukan revisi UU itu agar pemberantasan tindak pidana terorisme tidak menjadi kontraproduktif.

"Di samping soal keleluasaan aparat penegak hukum melakukan pemberantasan terorisme, hingga kewajiban negara memberikan rehabilitasi dan ganti untung ketika aparat kepolisian salah tangkap sasaran penindakan juga harus dengan tetap mengedepankan HAM," jelasnya Selasa (19/1/2016)..

Lebih jauh Maneger memaparkan ada beberapa hal yang perlu diatur secara lebih detil dalam Revisi UU No.15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.

Pertama, aparat kemanan atau penegak hukum diberikan keleluasaan terukur untuk melakukan tindakan penegakan hukum dalam pemberantasan tindak pidana terorisme sehingga operasi di lapangan betul-betul terukur dan publik pun diberi ruang untuk bisa menilai independensi dan profesionalitas aparat kepolisian.

Kedua, ketika aparat penegak hukum dalam pemberantasan tindak pidana terorisme melakukan salah sasaran penindakan, maka diperlukan rehabilitasi. Aparat penegak hukum berkewajiban meminta maaf kepada keluarga korban salah sasaran penindakan dan kepada publik serta dibarengi dengan melakukan rehabilitasi secara terbuka. Caranya, negara memberikan ganti untung yang laik terhadap korban salah sasaran penindakan penegak hukum.

Ketiga, memberikan kewenangan terukur terhadap pihak kepolisian untuk dapat menangkap atau menahan terhadap terduga teroris atau kombatan yang berasal dari sejumlah daerah konflik. Indikasinya, untuk kombatan luar negeri misalnya, bisa dilihat dari rekam jejak perjalanan orang tersebut di Kementerian Luar Negeri. Orang tersebut bisa dimintai keterangan terlebih dahulu. Jika dianggap sudah clear baru bisa dilepas. Langkah ini dipandang sebagai upaya pencegahan adanya penyebaran ideologi radikal dan kemungkinan perekrutan anggota baru. Langkah ini sudah diterapkan di sejumlah negara-negara maju.

Keempat, penegasan terkait kerja dan wewenang Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Selama ini, kerja BNPT dinilai campur aduk antara pengambil kebijakan, supervisi, dan operasional. Kendati begitu, pemerintah harus menegaskan klasifikasi ancaman keamanan nasional dan pihak-pihak yang melakukan tindakan atas ancaman tersebut. Harus ditegaskan mana-mana yang masuk dalam kategori ancaman yang mengganggu keamanan nasional, sehingga nanti bisa ditentukan pihak mana yang melakukan penindakan. Namun, semangat dari revisi UU ini harus tetap mengedepakan upaya law enforcement dan penghormatan terhadap HAM. Artinya leading sector-nya adalah pihak kepolisian.

Kelima, pengaturan anggaran melalui APBN. Artinya pembiayaan personil dan operasi penanganan terorisme oleh BNPT dan Polri-Densus 88 hanya oleh APBN. Sehingga rakyat melalui DPR dan lembaga negara pengawas lainnya memiliki ruang untuk mengawasi independensi dan profesionalitas BNPT dan Polri-Densus 88 dalam penanganan terorisme. Dengan demikian kinerja BNPT dan Polri-Densus 88 itu terkontrol. Ini untuk kepentingan kedaulatan hukum Indonesia.

Menurut Maneger, hal-hal tersebut yang perlu diatur dengan rumusan yang lebih detil dan jelas sekira ada revisi.

"Sementara itu terhadap para pihak yang meminta agar revisi UU itu mengatur soal penindakan penegakan hukum terhadap organisasi yang sudah diklasifikasi kelompok teroris. Namun, hal itu perlu dirumuskan lebih detil agar tidak berpotensi melanggar HAM," terangnya.

Kendati demikian, tambahnya, semangat revisi hendaknya tak hanya memberikan kerangka hukum terhadap lembaga pemberantasan terorisme seperti BNPT dan Polri-Densus 88, tetapi juga dalam rangka menegakkan prinsip perlindungan HAM.

"Sehingga mencegah terjadinya pelanggaran HAM dalam penindakan terorisme," tegasnya. (azmuttaqin/arrahmah.com)

Belasan warga Jambi hilang, gabung Gafatar?

Posted: 19 Jan 2016 12:14 AM PST

Logo GAFATAR

JAMBI (Arrahmah.com) - Dilaporkan bahwa belasan warga Jambi dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir hilang. Diduga beberapa di antara mereka hilang setelah bergabung dengan organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

"Laporan yang masuk ke polisi ada 13 orang yang dilaporkan hilang," kata Kabid Humas Polda Jambi, AKBP Kuswahyudi Tresnadi kepada wartawan di Jambi, sebagaimana dilansir oleh Antara News, Senin (18/1/2016).

Akan tetapi, Kuswahyudi mengatakan bawa pihaknya tidak bisa memastikaan apakah belaasan orang tersebut hilang karena bergabung dengan Gafatar.

"Banyak penyebab. Yang jelas mereka dilaporkan tidak kembali ke rumah," katanya.

"Yang jelas terhadap laporan orang itu polisi sedang memproses kasusnya," ujarnya.

Sementara itu, berdasarkan pantauan pihak kepolisian, Gafatar ternyata tidak hanya pernah beraktivitas di Kota Jambi.

Menurut catatan kepolisian, Gafatar pernah muncul di sejumlah daerah lainnya di Provinsi Jambi seperti yang terpantau di Muarojambi, Batanghari dan Tebo, katanya.

Namun, untuk jumlah pengikut Gafatar di Provinsi Jambi, Kuswahyudi mengatakan pihaknya belum bisa memastikannya dan polda saat ini sedang berkoordinasi dengan Kesbangpol.

(ameera/arrahmah.com)

Revisi UU terorisme bukan memberikan kewenangan intelijen melakukan penangkapan

Posted: 19 Jan 2016 12:03 AM PST

Anggota Densus88 melakukan penggledahan-rumah-Doddy warga Kampung Gambiran, Kelurahan Makamhaji, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo. di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (23/12/2014) Foto: Antara

JAKARTA (Arrahmah.com) - Rencana Rezim Jokowi-JK untuk merevisi Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang terorisme. menimbulkan pro-kontra di masyarakat. Maneger Nasution, Komisioner Komnas HAM, mengatakan kalau pada akhirnya hasrat untuk merevisi UU terorisme itu tak terbendung, publik mendorong untuk memastikan bahwa revisi dilakukan dengan sangat hati-hati.

"Revisi UU bukan untuk memberikan kewenangan bagi intelijen untuk melakukan penangkapan. Bukan berarti intelijen memiliki kekuatan menjadi penegak hukum. Karena penegak hukum tetap dalam koordinasi Polri," katanya dalam keterangannya kepada media, Selasa (19/1/2016).

Menurutnya, sebelum revisi dilakukan, pemerintah sebaiknya menyediakan cukup ruang dan waktu untuk mendengar dan menyerap aspirasi publik.

Pemerintah beranggapan UU tersebut tidak memberikan ruang bagi penegak hukum untuk melakukan tindakan apabila sudah ditemukan indikasi kuat berkaitan dengan kegiatan terorisme.

Sementara publik terbelah, ada yang berpandangan bahwa revisi belum mendesak. UU yang ada itu masih memadai untuk penanganan terorisme. Terbukti, dengan UU yang ada, dalam waktu singkat kepolisian "berhasil" memulihkan keadaan pasca ledakan di Sarinah-Tamrin (14/1). Di pihak lain ada pandang revisi UU terorisme itu sekarang ini sebuah keniscayaan. (azmuttaqin/arrahmah.com)

Pelajar non-Muslim AS memakai kerudung untuk merasakan tantangan yang dihadapi oleh Muslimah

Posted: 18 Jan 2016 11:00 PM PST

Zion Perez memakai kerudung selama seminggu dalam sebuah acara "pekan kesopanan" di sekolahnya. FOTO: ZION PEREZ.

SEATTLE (Arrahmah.com) - Seorang pelajar SMA Katolik, Sion Lourdes Perez, mengenakan kerudung dalam perjalanannya kembali ke rumah di Seattle, Amerika Serikat, sebagai bagian dari program "pekan kesopanan" di sekolah, yang memperlihatkan dengan jelas kepadanya tantangan sehari-hari yang dihadapi oleh perempuan Muslim. Merasa menjadi target, ia pun melepaskan kerudungnya di pertengahan jalan pulang.

Gadis berusia 15 tahun tersebut berbagi pengalamannya yang dia sebut sebagai "luar biasa".

"Saya merasa seperti orang-orang menatapku, mendorong orang-orang di sekitar untuk melihat. Getarannya benar-benar negatif, saya merasa eperti ada semacam ancaman atau asing. Ketika saya melepas kerudung, saya merasa lega," katanya, sebagaimana dilansir oleh The ExpressTribune, Senin (18/1/2016).

Namun, karena Perez berniat untuk memakai kerudung selama seminggu penuh, dan bukan hanya beberapa jam, hari berikutnya ia memakai kerudung lagi.

"Saya memiliki rasa hormat sekarang. Mereka benar-benar harus kuat. Dibutuhkan keberanian yang luar biasa untuk berjalan-jalan dengan mengenakan jilbab," kata Perez, mengacu pada Muslimah yang mengenakan kerudung.

Perez mengatakan bahwa pada walnya ia memakai kerudung karena rasa ingin tahu, tapi melihat reaksi orang-orang, ia ingin tetap memakainya selama seminggu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana perempuan itu dinilai dan diperlakukan. Dia mengatakan bahwa setelah beberapa hari, teman-temannya berhenti memperhatikannya.

Kepala Sekolah dari sekolah tinggi Jennifer Wiley ketika berbicara tentang siswa Muslim di sekolahnya, mengatakan: "Mereka bergulat dengan isu-isu yang benar-benar kompleks."

(ameera/arrahmah.com)