Arrahmah.Com |
- Muslim Rohingya menjalankan ibadah puasa bersama dengan Muslim lainnya di Malaysia
- Berdiri shalter untuk pengungsi Rohingya di Kuala Langsa
- Syaikh Abu Muhammad Al-Maqdisi: Mengapa hingga saat ini saya tidak menyebut mereka (ISIS) Khawarij?
- Ramadhan membawa keuntungan besar bagi supermarket-supermarket di Inggris
- Jubir resmi ISIS dinilai menyerang sumpah serapahnya sendiri
- Ledakan bom menghantam Masjid Sadiq di kota Kuwait
- MUI: Shalat tidak tuma'ninah tidak sah
- Pesantren Mambaul Hikam Blitar laksanakan Tarawih kilat, tidak tuma'ninah
- Kegiatan keislaman memenuhi masjid-masjid di Bangladesh selama Ramadhan
- Hati-hati, tidak semua "setan dibelenggu" selama Ramadhan
Muslim Rohingya menjalankan ibadah puasa bersama dengan Muslim lainnya di Malaysia Posted: 26 Jun 2015 04:30 PM PDT KUALA LUMPUR (Arrahmah.com) - Kota Ampang Tasik Permai, yang berada di tepi pusat kota Kuala Lumpur, adalah salah satu kantong terbesar pengungsi Rohingya di Malaysia. Banyak pengungsi Rohingya yang telah tinggal di daerah sini selama lebih dari 20 tahun, setelah pertama kali mereka tiba di Malaysia pada 1980-an dari negara bagian Rakhine di Myanmar, sebagaimana dilansir oleh Ada lebih dari 150.000 pengungsi dan pencari suaka di negara ini, dan 90 persen dari mereka berasal dari Myanmar. Sementara itu, beberapa diantara mereka masih tetap memelihara cara hidup tradisional mereka, dan sebagian yang lain menikah dengan etnis Melayu dan terbiasa dengan budaya lokal. Banyak orang Rohingya yang juga lahir di Malaysia. Bulan suci Ramadhan merupakan bulan ketika Muslim Rohingya, seperti halnya ummat Islam lainnya di seluruh dunia, berkumpul untuk berbuka puasa saat matahari terbenam. Mereka suka berbuka puasa dengan hidangan tradisional mie, yang mengingatkan mereka terhadap kampung halaman mereka. "Kami hanya bisa makan ini untuk mengenang rumah kami, ini disiapkan oleh orang-orang kami dan saya datang jauh-jauh untuk makan ini," kata seorang pria Rohingya. Warga Melayu setempat telah lama menerima kehadiran pengungsi Rohingya di komunitas mereka meskipun mereka adalah pengungsi dan bekerja secara ilegal di negara ini. "Mereka berada di sini untuk mencari nafkah, mereka tidak menyusahkan kami," kata seorang wanita setempat. "Ini adalah anak-anak Rohingya, mereka berbaur dengan anak-anak Melayu dan anak-anak Indonesia. Tidak ada masalah, mereka tidak berkelahi," setuju pria lain. Selama bertahun-tahun, Muslim Rohingya telah hidup berdampingan dengan Muslim Melayu yang tinggal di Malaysia. Mereka shalat bersama dan belajar bahasa Melayu lokal. Bagi banyak pengungsi Rohingya, Malaysia merupakan rumah bagi mereka dan mereka berharap diberikan hak untuk bekerja. Bagi pengungsi Rohingya yang lainnya, mereka rindu untuk pulang kembali ke kampung halamannya pada suatu hari ketika situasi membaik dan penganiayaan terhadap orang Rohingya berhenti. "itu adalah tanah leluhur kami, dan dulunya damai. Insya Allah, perdamaian akan kembali, dan akan menjadi baik," kata seorang pria Rohingya. Orang-orang Rohingya itu mengatakan bahwa mereka bersyukur bisa menjalankan ibadah bulan puasa dalam damai, walaupun demikian mereka tetap berharap semoga mereka diberikan hak untuk bekerja secara legal di negara ini. Pengungsi-pengungsi tersebut, walaupun sudah terdaftar di UNHCR, mereka tidak diperbolehkan untuk dipekerjakan di Malaysia. "Jika saja Malaysia memungkinkan mereka untuk bekerja, hanya itu yang mereka minta, sehingga mereka dapat memberi makan keluarga dan menyekolahkan anak-anak mereka," kata Aegile Fernandex, Direktur Tenaganita Women's Force, sebuah lembaga non-pemerintah pemerhati pengungsi. Meskipun mereka tidak diijinkan untuk bekerja secara legal, banyak dari pengungsi itu yang tetap mencari penghidupan dengan melakukan pekerjaan kasar yang tidak dilakukan oleh penduduk setempat, supaya mereka bisa memiliki masa depan yang lebih baik bagi diri mereka sendiri dan anak-anak mereka. (ameera/arrahmah.com) |
Berdiri shalter untuk pengungsi Rohingya di Kuala Langsa Posted: 26 Jun 2015 01:53 PM PDT KOTA LANGSA (Arrahmah.com) - Laznas BMH kembali berpartisipasi dalam pembangunan shalter untuk pengungsi Rohingya yang berlokasi di Kuala Langsa, Aceh. Dalam pembangunan ini BMH melibatkan puluhan relawan dan pekerja untuk mempercepat pembangunan agar manfaatnya bisa segera dirasakan. "Tempat yang sebelumnya digunakan dinilai kurang layak, sehingga pembangunan shalter ini sangat diperlukan agar pengungsi lebih nyaman dalam beraktifitas harian," Ujar Imam Nawawi, Kepala Humas BMH Pusat menuturkan. Shalter ini merupakan wujud sinergi lembaga zakat dan kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal yang lebih layak bagi pengungsi Rohingya. Setidaknya dengan tersedianya shalter ini pola hidup pengungsi akan lebih teratur, sehat dan terjaga secara syariat. Sejauh ini 70% pembangunan shalter telah terealisasi. Sebagian lain masih dalam tahap pengerjaan, diprediksi akan selesai sebelum idul fitri tiba. "Semoga partisipasi BMH dan yang lain dalam pembangunan shalter ini memberikan manfaat untuk keberlanjutan hidup yang lebih baik bagi para pengungsi. Dan ini adalah wujud nyata solidaritas kemanusiaan bagi saudara kita yang dilanda musibah," papar Imam. Selain membangun shalter untuk pengungsi, BMH juga berpartisipasi dalam pengadaan paket buka puasa bagi pengungsi yang berada di kawasan Kuala Langsa, Aceh. Setidaknya, delapan ratus paket disalurkan dalam kegiatan buka puasa bagi pengungsi dalam sehari. (azmuttaqin/*/arrahmah.com) |
Syaikh Abu Muhammad Al-Maqdisi: Mengapa hingga saat ini saya tidak menyebut mereka (ISIS) Khawarij? Posted: 26 Jun 2015 07:30 AM PDT AMMAN (Arrahmah.com) - Sejak Abu Bakar Al-Baghdadi mendeklarasikan dirinya sebagai Khalifah IS atau dikenal sebagai ISIS, beragam pandangan terhadap Daulah tersebut bermunculan. Sebagian menyebut ISIS sebagai Khawarij, lainnya menilai ada militan-militan Khawarij di tubuh organisasinya. Terkait hal ini, Ulama Jihadi, Syaikh Abu Muhammad Al-Maqdisi memberikan pernyataan tegas terhadap ISIS. Tak sekadar menilik dengan sudut pandang syari'at, beliau juga membedah dengan pertimbangan strategis sebagai upaya menjaga kemurnian jihad. Sehingga penilaiannya menjadi bersih dari tujuan-tujuan lain di luar maksud syariat jihad itu sendiri. Berikut pernyataan pendiri situs Minbar Al-Tawhid wa Al-Jihad, yang menjadi salah satu situs rujukan utama dari gerakan Salafi global tersebut, sebagaimana diterjemahkan dan dipublikasikan Muqawamah Media pada Kamis (25/6/2015). Mengapa sampai sekarang saya tidak menyebut mereka Khawarij? Meski di antara mereka ada yang lebih buruk dari Khawarij? Oleh: Syaikh Abu Muhammad Al-Maqdisi Beberapa orang yang mencintaiku mengritik diriku dan orang-orang yang tidak mencintaiku marah kepadaku, sembari bertanya, mengapa saya tidak menyebutkan kelompok ISIS sebagai Khawarij secara terang-terangan bahkan sampai sekarang; dan banyak pemuda dan para pencari ilmu menunda sikap untuk memerangi mereka karena mereka membutuhkan klarifikasi dari saya bahwa mereka memang Khawarij. Berkaitan dengan hal ini saya katakan: 1. Saya menahan diri dari bersikap blak-blakan untuk menyebut mereka sebagai Khawarij, ini sama sekali tidak berarti bahwa saya tengah memberi pujian bagi mereka. Terkadang saya melihat beberapa dari mereka (Daulah Baghdadiyah/IS) bahkan lebih buruk daripada Khawarij: # Khawarij mengkafirkan seseorang karena orang itu melakukan dosa besar, tapi di antara mereka bahkan terdapat orang-orang yang mengkafirkan seseorang, justru karena orang itu sebenarnya melakukan ketaatan (kepada Allah), setelah mereka (pasukan IS) secara zhalim mengganti nama ketaatan itu sebagai dosa dan pengkhianatan dan menyebut amal ketaatan itu sebagai "aksi para Sahawaat". # Mereka menggunakan hawa nafsu, kemarahan, dendam yang didominasi dengan kejahilan tanpa adanya kesadaran dan pemikiran yang bodoh (sufahatul ahlaam) sebagai patokan untuk mengkafirkan manusia. # Kaum Khawarij, mereka tidak pernah berdusta dan saya pernah mengambil pengalaman dengan mereka serta berinteraksi dengan mereka, sebagian mereka saya dapati lebih pendusta dari Rafidhah dan lebih pembohong daripada orang-orang Yahudi. # Sungguh, mereka telah menghunuskan pedang dan membantai orang-orang yang terbaik dari umat Muhammad (shalallahu 'alaihi wasallam) dari kalangan Mujahidin. Dan para pasukan Daulah Baghdadiyah/IS ini menganggap bahwa darah dan kekayaan mereka halal, Daulah Baghdadiyah/IS juga lebih berani dan lebih cepat dalam membunuhi mujahidin daripada membunuh orang-orang kafir asli, karena pasukan Daulah Baghdadiyah/IS melihat mereka sebagai orang murtad, dan orang murtad itu lebih buruk dari kafir asli. Padahal di dalam hadits, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa menyerang umatku, membunuh orang benar dan orang fasik di antara mereka tanpa pandang bulu, tidak memperhatikan urusan orang mukmin didalamnya, bersifat kikir, tidak menepati janji kepada orang yang ia telah berjanji kepadanya, maka ia bukan dari golonganku. Dan barangsiapa berperang di bawah bendera kesukuan (Nasionalisme) atau marah karena golongan/ kelompok, kemudian ia terbunuh, maka matinya dalah dalam kondisi jahiliyah." (Al-Hadits) Dengan keterangan ini, bagaimana para pengkritik itu bisa beranggapan bahwa saya memuji tanzhim Daulah atau berkompromi dengan mereka, terutama setelah saya berulangkali menjelaskan sikap saya terhadap mereka secara terperinci, dan secara fakta sikap saya sangat jelas dan tidak tertutupi oleh kabut, yakni bahwa saya telah memutuskan untuk menyebut mereka dengan penamaan Khawarij, setelah komunikasi saya dengan ahli hukum (Dewan Syari'ah) mereka di mana mereka mengatakan dan mengakui bahwa ada Khawarij dalam barisan mereka dan di jajaran ahli hukum mereka. Tidak ada hubungan antara fakta bahwa saya menahan diri untuk menyebut mereka sebagai khawarij secara mutlak dan sikap memuji mereka! Bukankah saya juga telah memberi vonis (Fatwa) untuk mengusir agresi mereka ketika mereka menyerang Mujahidin, dan fatwa yang berisi anjuran bagi Mujahidin untuk saling membantu dalam memukul mundur agresi mereka jika perlu, tanpa perlu mendukung orang-orang murtad untuk melawan mereka? 2. Saya menambahkan ini bahwa saya tidak membantah apa-apa yang disampaikan oleh saudara-saudara saya, para ulama dari muhaqqiq (peneliti syar'i), yang menyebut mereka dengan nama Khawarij, seperti Syaikh Abu Qatadah (semoga Allahmelindunginya). Karena saya tahu beliau tidak membuat pernyataan-pernyataan ini secara sembrono, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang selain beliau, yang perkataannya cenderung tidak senonoh karena didominasi oleh sentimen perseteruan, permusuhan, atau demi membalaskan dendam tuan tiran mereka, atau demi memuaskan keinginan dan kepentingan mereka atau karena alasan berbahaya lainnya. Sebaliknya tidak ada yang melakukan sebagaimana yang dilakukan oleh Syaikh Abu Qatadah, kecuali orang-orang dengan pandangan yang benar dan orang-orang yang mengikuti kebenaran dan berpengalaman dalam menghadapi persoalan semacam ini. Itulah mengapa Anda melihat bahwa beliau melakukan penggolongan dan melakukan perincian yang menunjukkan bahwa pensifatan tanzhim Daulah sebagai Khawarij ini tidak perlu berarti bahwa semua individu mereka Khawarij, tetapi sifat ini hanya berlaku bagi mereka yang sudah terbukti secara syar'i dan hanya kepada para dedengkotnya serta orang-orang di kalangan mereka yang menolak untuk menjalani persidangan di Mahkamah Syariah Independen. Karena tokoh-tokoh dan pemimpin-pemimpin merekalah yang mengarahkan untuk menumpahkan darah kaum Muslimin dan mengkafirkan Mujahidin. Dan penggolongan ini, tidak sampai mengenai para pengikut yang tersesat karena tipu daya para tokoh Tanzhim Daulah / ISIS ini, meskipun mereka adalah orang-orang yang paling taat dan saleh. Tapi aku tahu dan tahu bahwa kebanyakan orang tidak tahu dan tidak mengerti perbedaan ini (secara mendetail), jadi saya memilih untuk tidak menggunakan nama ini untuk menyebut mereka, pada saat yang sama saya tidak menolaknya (ketika orang lain menggunakan nama ini untuk mensifati atau menyebut Daulah Baghdadiyah). Perlu saya tambahkan, bahwa Syaikh Abu Qatadah juga menggarisbawahi bahwa perjuangan sebagian pasukan Daulah Baghdadiyah melawan Syiah Rafidhah dan Nusairiyah adalah terpuji, dan jika Anda berada di Irak dan tidak menemukan orang lain selain mereka yang melawan Syiah Rafidhah maka Anda dapat berperang bersama mereka. Jadi bagaimana Anda bisa membandingkan sikap yang adil ini dengan ucapan yang tidak senonoh dari orang-orang yang mengatakan bahwa kejahatan Syiah Rafidhah adalah lebih rendah maka mereka? Dan ucapan orang-orang yang mengatakan bahwa para thaghut dan Obama lebih baik dari mereka? Dan di manakah letak penggolongan yang adil ini, manakala kita menilai mereka semua sebagai Khawarij tanpa ada perincian dan penggolongan apapun, sebagaimana ucapan yang didasari oleh perseteruan, permusuhan, serta keinginan besar untuk memprovokasi dan menghasut manusia untuk memerangi mereka demi untuk membasmi mereka? Pada saat yang sama ia tidak mempertimbangkan para pemuda yang telah disesatkan oleh mereka, yang datang ke Suriah demi Jihad tapi terlanjur terikat dengan topeng dan slogan Khilafah; yang semua ini dilakukan hanya demi keinginan nafsu untuk memberantas Tanzhim Daulah /IS dan demi memuaskan keinginan para tiran yang ingin menyingkirkan mereka tanpa ada pengawasan syar'i apapun. 3. Saya tahu bahwa perseteruan dari sebagian kelompok tempur di medan perang Suriah dengan ISIS, bukanlah perseteruan yang berdasarkan Syariah agama, melainkan merupakan perseteruan duniawi biasa atau dengan perintah, arahan dan keinginan sang donatur utama kelompok tempur tersebut. Oleh karena itu, saya tidak suka nama saya diseret dalam permainan kotor ini. Sehingga saya memutuskan untuk menahan diri dari memberi mereka sumber daya yang bisa mereka gunakan dalam perang kotor ini. Saya menolak untuk menjadi alat di tangan para konspirator. Jadi saya tinggalkan kesedihan merasuk dalam hati mereka dan membuka pintu lebar-lebar bagi mereka yang datang kembali dan bertaubat dari kalangan pemuda yang disesatkan oleh ISIS, sehingga mereka akan mendengarkan nasihat dari saya dan mereka akan menerimanya karena keadilan antara saya dengan mereka. Dan untuk melindungi darah saudara-saudara kita dari terkena akibat penerapan fatwa-fatwa kami secara serampangan dalam pertempuran yang tidak kita inginkan. Dan tidak ada seorangpun yang boleh mengatakan bahwa Abu Qatadah tidak pernah mempertimbangkan pendapat saya dalam memutuskan persoalan Khawarijnya ISIS ini. Ini tidak mungkin terjadi! Saya merumuskan pendapat saya ini dengan mencurahkan segenap pandangan dan akal pikiran saya dan saya menghormati pendapatnya. Tetapi masing-masing dari kami memiliki murid-murid dan orang-orang yang membutuhkan arahan dan fatwa dari masing-masing kami, dan dalam hal ini kami saling melengkapi-dan segala pujian adalah karena Allah. Dan kami di sini tengah berusaha keras untuk mengatur keseimbangan penting dalam medan Jihad, meskipun para penggembos menolaknya atau para pembantah tidak menyetujui hal ini. Satu hal yang saya dan Syaikh Abu Qatadah ketahui adalah bahwa medan jihad Suriah telah menjadi medan konspirasi internasional dan alat permainan intelijen. Dan Jamaah Daulah Baghdadiyah/ISIS dengan kebodohannya dan kebodohan para pemimpin dan banyak pengikutnya menjadi salah satu batu pijakan dalam permainan intelejen ini, yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan mereka, tanpa harus menjadikan Jamaah Baghdadiyah untuk menjadi agen mereka karena mereka lebih suka menggunakan kepemimpinan Daulah Baghdadiyah yang bodoh. Dan kita menolak untuk membiarkan sikap dan fatwa-fatwa kami dimanfaatkan dalam permainan kotor ini demi tujuan yang kotor. 4. Jadi itu sebabnya kami berdua bahkan sampai sekarang tidak mengizinkan Mujahidin untuk memerangi mereka kecuali dalam kasus memukul mundur agresi mereka (yang berarti defensif tidak ofensif), sehingga fatwa kita tidak akan digunakan untuk mencapai keinginan tiran dan Tentara Salib yang ingin menelikung mereka dari belakang. Dan orang-orang yang berusaha untuk membasmi mereka (ISIS) dalam tahap ini akan membuat mudah bagi mereka untuk menghancurkan Jabhah Nushrah dan faksi-faksi lain yang semacam dengan Jabhah Nushrah yang menolak untuk untuk mematuhi keinginan dari musuh-musuh Jihad setelah hancurnya ISIS. 5. Sesungguhnya istilah Khawarij dalam agama ini terikat dengan aturan Syariah yang akan dimanfaatkan oleh orang-orang dari faksi menyimpang demi menjalankan agenda asing; menggunakan seruan untuk memerangi dan membasmi mereka seperti memerangi kaum 'Aad (putusan hukum tentang Khawarij yang ditemukan di dalam Hadits), tanpa membedakan antara mereka yang tertipu dan lain-lain. Oleh karena itu, saya menolak untuk membuka pintu ini bagi orang-orang yang memiliki potensi bisa menjadi lebih jahat dari para ekstremis (ghullat) dan Khawarij. Terutama karena orang-orang ini telah memulai perseteruan dengan vonis dan fatwa yang mereka dapatkan dari ahli hukum dan ulama Irjaa (sekte kebalikan dari Khawarij dikenal sebagai Murjiah), atau dari para ulama dari dalam dan luar negeri, sampai musuh-musuh Allah senang dengan itu demikian juga Syiah Rafidhah dan para Thaghut yang menyalahgunakannya dengan memberi sifat ISIS sebagai Khawarij (tanpa rincian). Jadi mengapa saya akan "memasang cincin yang bukan cincin (milik) saya," dan kami tidak setuju dengan orang-orang yang memukul rata penyebutan Khawarij bagi seluruh anggota ISIS, baik secara fundamental serta dalam hal-hal yang sifatnya pelengkap. Itu sebabnya kami senang ketika Khawarij dari kaum Ghulat melawan Syiah Rawafid dan Nusairiyah, dan kami berharap untuk kemenangan mereka, selama tidak ada alternatif Sunni untuk menghadapi mereka. Sementara kita melihat beberapa dari orang-orang ini berharap kemenangan untuk Syiah Rawafid atas mereka (ISIS). 6. Penaman 'Khilafah' dan 'Negara Islam' adalah salah satu penamaan yang paling indah di hati saya, dan hati setiap Muslim. Jadi permusuhan saya terhadap mereka tidak bisa karena penamaan ini, melainkan karena mereka merusaknya dengan ekstremisme dan Pengkafiran Terhadap Muslim dan dengan menumpahkan darah Mujahidin. Sungguh telah begitu banyak bukti yang melampaui segala keraguan bahwa ISIS telah mengkafirkan Jabhah Nushrah serta fraksi lain. Dan mereka telah menghalalkan darah para pendukungnya, sebagaimana mereka menghalalkan darah setiap Mujahid yang mereka kuasai. Dan demikian pula dengan darah para mujahidin dan ulama, apakah mereka berasal dari Syam atau Irak atau Afghanistan atau Libya atau di tempat lain, dengan menuduh mereka berdiri menentang proyek umat dan Khilafah! Mereka mewarnai diri mereka sendiri secara eksklusif dengan penamaan ini sebagai dalih untuk menyebut orang yang menentang mereka dengan sebutan Sahawaat, agen asing, pengkhianat dan kemurtadan. Dan mereka menipu kawanan mereka dengan slogan-slogan ini dengan begitu darah dan nyawa Muslim menjadi murah untuk mereka, sehingga mereka begitu mudah menumpahkan darah kaum Muslimin. 7. Saya tidak menentukan sikap saya mengenai ISIS dengan hanya berdasarkan komunikasi yang tidak akurat yang saya terima dari pihak yang bermusuhan dengan mereka, sebagaimana klaim-klaim mereka selama ini. Sebaliknya aku mengambilnya berdasarkan sikap pribadi yang terbebas dari pengaruh orang lain dan sebagai hasil dari usaha saya untuk langsung berurusan dengan mereka, yang menjadikan saya tahu bahwa orang-orang ini tidak mengangkat kepala mereka untuk mengikuti keputusan Syariah kecuali jika keputusan itu menguntungkan mereka. Dan bahwa mereka tidak melindungi darah Muslim dan kehormatan mereka. Dan salah satu contoh yang paling jelas yang saya alami dengan mereka mengenai persoalan ini adalah: # Saya mengundang mereka ke pengadilan Syariah dan saya pun mengikuti persyaratan mereka, dan setelah mereka menunda berbulan-bulan, mereka secara eksplisit menolak untuk mengembalikan persoalan tersebut kepada pengadilan Syariah. Dan ini terjadi antara aku dan mereka, dan hal ini akan cukup untuk membuat malu bagi orang yang masih memiliki hati; untuk mengetahui bahwa mereka berbohong kepada saya, dan tidak ingin untuk merujuk pada Syariah Allah Yang Maha Agung, dan tidak ingin menerima keputusan Mahkamah Syariah. # Saya tambahkan juga bahwa mereka tega menumpahkan darah saudari kita Sajidah Al-Rishawi, dan lebih mengutamakan penerbitan film-film mereka daripada nyawa saudari kita, ketika mereka telah diperingatkan dan diberitahu bahwa Sajidah akan dieksekusi jika mereka membunuh pilot, dan peringatan ini pun telah sampai kepada mereka. Meskipun begitu mereka lebih memprioritaskan untuk mempublikasikan film mereka dengan membakar pilot ini hidup-hidup. Peristiwa ini dengan sendirinya akan memberitahu Anda bahwa mereka tidak menjaga darah kaum Muslim, dan bahwa mereka tidak memenuhi syarat untuk menjadi pemimpin yang penuh belas kasihan dengan umat Islam. Saya siap untuk bersumpah mubahalah lebih dari dua situasi ini dengan para pemimpin ISIS; mereka menolak arbitrase yang saya sajikan sesuai dengan kondisi mereka; dan bahwa peringatan eksekusi Sajida telah sampai kepada mereka jika mereka sampai membunuh pilot. Namun demikian, mereka tetap saja bersikeras menerbitkan film pembakaran pilot itu. Setelah mereka berbohong, hilanglah kesempatan pembebasan Sajidah, meskipun mereka berdalih bahwa pembunuhan pilot itu merupakan penegakan hukum Qishas. Tetapi pada akhirnya, Saudari kita Sajidah Al-Rishawi dan Ziyad Karbouli dieksekusi mati sebagai korban kebijakan mereka yang lebih memprioritaskan propaganda murahan daripada nyawa umat Islam. Termasuk dari bentuk fitnah, kebohongan dan pemalsuan dan pemberian stempel ngawur terhadap seseorang dengan nama-nama dan sebutan keji yang dengannya mereka menegakkan tuduhan pengkhianatan dan kemurtadan atasnya, adalah bahwa mereka menyebut saya dengan sebutan "Seorang Agen Intelijen Dinas Rahasia dan Pembela Pilot", hanya karena saya mencoba untuk menyelamatkan Muslim yang dipenjara. Dan intelijen memiliki kecurigaan yang jauh lebih baik dari agama saya dari orang-orang yang menyebut diri mereka Khilafah dan mengklaim bahwa merekalah satu-satunya kelompok yang berjihad, ketika mereka mengatakan kepada saya, "Kami tahu bahwa jika itu bukan untuk Sajida, Anda tidak akan campur tangan dalam masalah pilot." Sungguh, ini adalah aib dalam menghadapi orang-orang yang sampai saat ini yang memanggil saya dengan sebutan, "Syaikh saya" dan "Syaikh kami". Dan setelah itu mereka membuat momen ini sebagai celah untuk membuat permusuhan yang kotor terhadap diri saya, dan memfitnah saya dalam agama saya, dan menghasut kawanan mereka untuk mengkhianati saya dan mengkafirkan saya. 8. Orang-orang ini jika mereka tetap pada apa yang mereka lakukan selama ini, mereka akan menjadi yang paling jauh orang dari Nabi (Shalallahu 'alaihi wasallam). Jabir meriwayatkan bahwa Rasulullah (Shalallahu 'alaihi wasallam) mengatakan: "Sesungguhnya, hal yang paling aku cintai darimu dan yang paling bisa mendekatkan dirimu padaku pada hari kiamat, adalah yang terbaik darimu dalam akhlak. Dan yang paling aku benci untuk diriku dan yang paling jauh dari diriku pada hari kiamat dari mereka yang pembicaraan yang sia-sia (blabbers), dan mereka yang berbicara kasar kepada orang lain dan menghinakannya dan orang-orang yang angkuh dan pamer saat mereka berbicara (bangga)." (Al-Hadits) Saya menghubungi dan berurusan dengan beberapa dari mereka, dan saya menemukan bahwa mereka adalah yang terburuk dari orang dalam akhlak, dan yang paling hina dalam interaksi sosial. Cukuplah bagi para penuntut ilmu untuk mengetahui bahwa mereka memanggil-manggil saya dengan sebutan "Syaikh kami , Syaikh kami .." selama negosiasi, dan setelah sebulan kebohongan dan menunda mereka mengirim file ke ponsel saya, terkunci dengan sandi awal berbunyi "Al-Maqdisi sang Germo". Dan aku akan terus meminta pertanggungjawaban Al-Baghdadi dan Al-Adnani serta kaki tangannya atas fitnah nama-panggilan kotor ini, saya akan berdiri di depan Allah dengan mengadukan masalah ini, dan saya tidak akan membiarkan mereka bebas dari urusan ini, sampai mereka mampu sajikan jalan keluar dari tuduhan ini yang dengannya mereka memfitnah saya dan keluarga saya. Dan para ahli hukum dan pihak yang bersengketa yang mengajar kawanan mereka ini membawa tanggung jawab atas semua kerusakan ini di pundak mereka. Saya tidak menyebutkan ini dari pengaduan dan keluhan kepada siapa pun dari dunia, tetapi supaya orang-orang yang disesatkan oleh mereka tahu apa jenis kepemimpinan ini, yang memimpin mereka dan meledakkan tubuh mereka. Apakah mereka layak untuk mempercayakan hidup mereka, kepada orang-orang yang kepemimpinannya kosong dari akhlak mulia, agama serta tanggung jawab? Pikirkan tentang apa yang saya katakan, dan saya mempercayakan masalah saya kepada Allah, Dia adalah Yang Mahamelihat kepada hamba-hamba-Nya. 9. Meskipun saya telah menjelaskan sikap saya terhadap mereka, namun serangan dari ISIS terhadap saya, fitnah mereka terhadap saya, dan rekayasa serta kebohongan mereka, dan pengkafiran beberapa di antara mereka pada saya, dan penghinaan serta caci maki mereka terhadap saya , meskipun saya disebutkan; menunjukkan kurangnya pikiran di antara sebagian besar dari mereka, dan kebodohan dan kotornya hati sebagian besar dari mereka. Dan saya berpegang teguh pada sikap yang saya sebutkan di atas, meski sekeji apapun permusuhan mereka, ini membuktikan bahwa sikap saya adalah tidak reaktif, meski pemerintah thaghut tidak menginginkan hal ini. Karena hal yang paling dicintai oleh pemerintah thaghut adalah bahwa saya akan menamai mereka dengan nama Khawarij, dan saya tidak melakukan hal ini bahkan sampai sekarang. Dan aku tidak peduli jika tidak punya pendukung, semua pujian dan kasih karunia adalah karena Allah, yang menguatkan saya dalam sikap saya. Saya juga tidak takut bahwa mereka akan memotong dana mereka kepada saya. Penilaian saya ini adalah independen, tidak akan dipengaruhi atau ditekan insya Allah oleh orang-orang yang bermusuhan dengan ISIS. Sebagaimana saya tidak dipengaruhi oleh fitnah dan rekayasa dari ISIS. Sebaliknya, penghinaan mereka, kebohongan mereka terhadap saya dan rekayasa mereka terhadap saya, menjadi alasan terbesar untuk menahan diri dari perseteruan saya dengan mereka dengan memanggil mereka Khawarij. Karena sangat besar keinginan saya untuk tidak membiarkan perseteruan ini berubah dari perseteruan Syariah, (yang dengannya saya debat mereka di hadapan Allah) menjadi perseteruan pribadi. Dan jika saya meningkatkan kecepatan respon saya terhadap mereka, itu akan mengakibatkan bencana atau akan memperbaharui bencana (yang berarti hasil akan menjadi kontraproduktif). 10. Sikap yang saya pilih ini adalah posisi yang sah (Syariah), yang saya membuat jelas untuk kepentingan (manfaat) Jihad dan Mujahidin. Dan saya tahu bahwa orang-orang yang berpikiran tidak adil dari kalangan Murijah dan sekutu thawaghiit akan mengkritik saya dan mengatakan "kata Syaikh bahwa mereka lebih buruk dari Khawarij untuk menghindari penamaan mereka Khawarij." Saya ulangi apa yang saya katakan di atas, saya mengatakan : Di antara mereka adalah orang-orang yang lebih buruk dari Khawarij, dan saya tidak percaya bahwa semua dari mereka adalah Khawarij atau bahwa semua dari mereka adalah lebih buruk dari Khawarij. Dan yang lebih buruk di antara mereka adalah kepemimpinan mereka yang menyeret mereka ke dalam fitnah Takfir dan menumpahkan darah Muslim dan Mujahidin. Dan itu adalah kepemimpinan yang hancur dari kepemimpinan yang paling jahat yang tidak dapat dipercaya bahkan pemuda sendiri yang datang dari seluruh dunia untuk mendukung sesuatu yang bernama Khilafah dan Negara Islam. Jadi isu ini membuat mereka terombang-ambing dan menempatkan mereka dalam bahaya di sana-sini. Dan saya membuat jelas bahwa perbedaan ini adalah preferensi spesifik Syaikh Abu Qatadah sendiri, tapi aku ingin menjelaskannya. Dan aku tidak ingin melepaskan publikasi (yang berarti label Khawarij) karena pengetahuan saya tentang banyak orang-orang bodoh dari semua pihak yang tidak tahu rincian publikasi ini. Orang-orang bias dan mereka dengan agenda asing senang dengan rilis (penyebutan ISIS sebagai khawarij) tanpa penjelasan atau rincian. Dan rilis ini juga akan mengusir harapan kami menyarankan terhadap pengikut bodoh ISIS yang disesatkan oleh mereka. Seolah-olah saya berkontribusi dalam deskripsi Syaikh Abu Qatadah, tapi saya menjelaskan secara rinci. Saya tahu bahwa medan perang telah tercampur dan tersusupi, mengandung banyak keinginan pribadi dan agenda duniawi, dan konspirasi dalam dan luar negeri, dan trik intelijen rahasia. Itu sebabnya putusan ini saya dikeluarkan untuk Sunni dan para pendukung Jihad dan bukan untuk ahli bid'ah, sehingga mereka tidak menjadi obyek yang menjadi sasaran bulan-bulanan kaum ekstrimis dan pelanggaran mereka, atau kaum sekuler dan pendukung Thoghut mereka atau orang-orang seperti mereka yang melihat dan masih melihat bahwa dengan tata aturan yang saya sebutkan ini, pertempuran harapan mereka akan dibatasi, dan mereka tidak akan mencapai kesenangan mereka, dan tidak pula bekerja untuk agenda mereka, dan semua pujian adalah karena Allah. Ini adalah apa yang saya miliki, dan kedamaian dan rahmat atas Nabi kita Muhammad dan keluarganya dan semua shahabat beliau. Abu Muhammad Al Maqdisi Ramadhan 1436 / Juni 2015 (adibahasan/arrahmah.com) |
Ramadhan membawa keuntungan besar bagi supermarket-supermarket di Inggris Posted: 26 Jun 2015 07:00 AM PDT INGGRIS (Arrahmah.com) - Supermarket-supermarket terbesar di Inggris Raya telah meningkat tajam omsetnya hingga 100 juta poundsterling pada bulan Ramadhan. Sekitar tiga juta Muslim di Inggris Raya menjalankan ibadah puasa Ramadhan yang akan diakhiri dengan hari raya 'Idul Fithri dan ini disambut gembira oleh supermarket-supermarket. Para konsultan penjualan mengatakan bahwa hari raya 'Idul Fithri kini menjadi salah satu hari raya yang paling penting bagi para pemilik toko selain Natal dan Paskah, terutama penjual daging, beras dan buah, khususnya buah kurma. Morrisons, salah satu supermarket dari empat supermarket terbesar di Inggris, diperkirakan akan menjual lebih dari dua juta ton beras, Sainsbury's mengatakan penjualan beras meningkat setidaknya 100 persen dari tahun ke tahun, sementara Tesco meyakini penjualan akan melonjak hingga 30 juta poundsterling selama bulan Ramadhan. Pakar makanan dunia Sainsbury's Hennah Baseer mengatakan kepada MailOnline pada Jum'at (26/6/2015), "Ramadhan menjadi tanggal kalender yang semakin penting bagi kami." "Tahun ini kami telah melihat peningkatan konsumen membeli produk-produk Asia dari toko-toko kami. Penjualan meningkat pada bahan-bahan baku yang digunakan untuk memasak makanan selama Ramadhan," katanya." "Kami telah memiliki event promosi untuk Ramadhan yang digelar di 270 store hingga 21 Juli - secara geografis spesifik bagi toko-toko yang memiliki proporsi yang lebih tinggi dari para konsumen yang ambil bagian dalam Ramadhan." Sementara itu, Tesco menggelar promosi-promosi Ramadhan di lebih dari 300 toko di Inggris Raya, dan mengatakan bahwa produk-produk yang banyak diminta adalah tepung chapati, minyak dan kurma, barang-barang tersebut meningkat permintaannya hingga 70 persen. Seorang juru bicara mengataakan "Ramadhan adalah waktu yang penting dalam kalender bagi banya konsumen dan kolega kami dan melihat teman-teman dan keluarga berkumpul bersama di meja makan." (siraaj/arrahmah.com) |
Jubir resmi ISIS dinilai menyerang sumpah serapahnya sendiri Posted: 26 Jun 2015 06:30 AM PDT (Arrahmah.com) - Pernyataan resmi organisasi "Daulah Islam", atau Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS, yang dibacakan oleh Syaikh Abu Muhammad Al-Adnani terus menuai tanggapan. Terutama pada kalimat yang mengafirkan siapa pun yang memerangi Daulah. Syaikh Ibrahim Sakran, ulama muda di bidang siyasah syar'iyyah, karya tulisnya banyak dimuat di situs Shaidul Fawaid, melihat pernyataan itu menyerang Al-Adnani sendiri tahun sebelumnya. "Saya sangat kaget, tidak menyangka masalah ini sampai kepada ketegasan di publik secara nyata, dengan membuat kaidah dasar produk manusia yang bertentangan dengan syariat," ungkapnya. Sebelumnya, menurut catatannya, organisasi Daulah telah menolak tuduhan bahwa Daulah meyakini orang yang memeranginya telah kafir dan murtad. Daulah melalui juru bicaranya ketika itu menyatakan sumpah serapah, atau dikenal dengan istilah mubahalah, bahwa tuduhan itu dusta. Tahun 2014 lalu, faksi-faksi di Suriah menebarkan kabar di masyarakat bahwa organisasi Daulah mengafirkan muslim mujahid dari faksi mana pun yang memerangi Daulah dan menghalalkan darah tentara ISIS. Menurut mereka, ISIS telah menjatuhkan vonis kafir yang berlebihan dan berbekal akidah ini, ISIS telah melakukan kekejaman yang mengerikan. Ketika itu, para pendukung organisasi Daulah membantah tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai tuduhan palsu dan pencemaran nama baik, untuk menjauhkan masyarakat dari ISIS. Dalam kasus ini, ISIS memosisikan diri sebagai pihak yang terzalimi. Kemudian juru bicara resmi ISIS, Abu Muhammad Al-Adnani pada 7 Maret 2014, muncul di media dengan pernyataan resmi berjudul: Mari kita Bermubahalah dan Menjadikan laknat Allah Atas Orang yang Berdusta. Tidak hanya menampik tuduhan bahwa ISIS mengafirkan siapa pun yang memerangi mereka, Al-Adnani bahkan mengumumkan tantangan mubahalah bahwa itu adalah tuduhan palsu. Al-Adnani berdoa agar Allah melaknat dirinya bila ia dusta dalam bantahannya itu. Syaikh Al-Adnani mengatakan, "Saya akan menyebutkan sebagian poin (tuduhan itu). Saya bermubahalah atas semua ini. Hendaknya ia juga bermubahalah bila memang jujur. Maka wahai kaum muslimin, aminkanlah semoga Allah melaknat para pendusta: Ya Allah, sesungguhnya Abu Abdullah As-Syami telah mengklaim bahwa kami: … dan seterusnya." Al-Adnani kemudian menyebutkan 22 poin tuduhan Abu Abdullah As-Syami, Dewan Syariah Jabhah Nusrah. Di antara poin-poin itu adalah:
Semua poin tuduhan itu kemudian dibantah dan mengatakan, "Ya Allah, saya bersaksi kepadamu bahwa apa yang saya sebutkan tadi adalah dusta dan reka-reka untuk menjelek-jelekkan Daulah. Dan bahwa itu bukanlah manhaj Daulah. Daulah tidak berakidah seperti itu, dan tidak melakukannya. Sebaliknya, Daulah mengingkari orang yang melakukannya. Ya Allah, siapa di antara kami yang dusta, maka turunkanlah laknatmu kepadanya dan tunjukkanlah tandanya sebagai pelajaran." Kalimat tersebut diulang sampai tiga kali. Ibrahim Sakran, yang dikenal sebagai murid Syaikh Sulaiman Al-Ulwan, mengingatkan mujahid pendukung ISIS agar memperhatikan bahwa Al-Adnani menolak tuduhan itu dengan kata-kata yang sangat tajam bahwa Daulah tidak mengafirkan muslim yang memeranginya. Al-Adnani bersumpah melaknat dirinya sendiri atas pernyataan tersebut bila ia dusta. Setelah itu, para pendukung organisasi Daulah secara serentak menyebarkan kalimat mubahalah tersebut. Mereka selalu menyebut kata "mubahalah" dalam mengomentari orang-orang yang tidak setuju dengan Daulah, dan menyebut bahwa mubahalah itu telah terbukti dan menimpa orang yang menyelisihinya. Hari Selasa, 23 Juni 2015, organisasi Daulah mengeluarkan pernyataan resmi yang dibacakan oleh Abu Muhammad Al-Adnani sendiri. Isinya di antaranya membantah apa yang diingkarinya dahulu. Terungkap dengan sangat jelas dan tegas bahwa organisasi Daulah meyakini dasar hukum reka-rekaan yang bertentangan dengan syariat. Sebab secara tegas Al-Adnani menyatakan: إنك بقتال الدولة الإسلامية تقع بالكفر من حيث تدري أو لا تدري "Dengan memerangi Daulah Islamiyyah, maka kalian telah kafir, baik sadar maupun tidak." Dengan pernyataan tersebut, Daulah secara tegas menyatakan bahwa memerangi daulah adalah pembatal keislaman. Barang kali, kata Syaikh Ibrahim, ada yang menafsirkan kalimat tersebut maksudnya adalah pembatal keislaman sebagai sebuah konsekuensi atau akibat suatu perbuatan. Yakni memerangi organisasi Daulah otomatis menggugurkan penerapan syariat di wilayah ISIS, digantikan dengan hukum buatan manusia. Dengan demikian ia menjadi kafir. Jawabannya, Al-Adnani sendiri dalam mubahalahnya menyatakan bahwa ISIS tidaklah mengafirkan orang disebabkan konsekuensi atau akibat suatu perbuatan, seperti disebutkan di atas. Dalam mubahalah tersebut, Al-Adnani menampik tuduhan bahwa organisasi Daulah mengafirkan muslim disebabkan konsekuensi suatu perbuatan. Ia melaknat dirinya sendiri bila dusta. Hari ini menurut penilaian Sakran, Al-Adnani telah membuktikan sendiri bahwa ia seorang pendusta. Syaikh Ibrahim mengatakan bahwa pernyataan Al-Adnani merupakan pokok terbesar hukum buatan manusia yang menyelisihi hukum syariat. Sebab, syariat mencela berlakunya hukum selain hukum Allah dalam perkara harta, seperti riba dan semacamnya. Bagaimana dengan hukum dengan selain hukum Allah diterapkan dalam perkara fikih yang paling besar, yakni perkara darah dan nyawa muslim? Dalam kitab Ash-Sharimul Maslul (II/15), Imam Ibnu Taimiyyah menukil pendapat para ahli ilmu yang menyebutkan bahwa siapa yang membunuh seorang nabi maka ia telah kafir. "Apakah hari ini kita masih perlu menjelaskan kepada kelompok mujahid zaman sekarang bahwa mereka bukan nabi, sehingga tidak semestinya mengafirkan orang yang memerangi mereka dan ia murtad dari Islam? Betapa aneh bila ada kelompok jihad zaman ini yang sampai kepada keyakinan bahwa mereka sama dengan para nabi dalam kekhususan ini, dan siapa yang memerangi mereka maka ia kafir," tukas Dr Ibrahim Sakran. Sumber:
(kiblat.net/arrahmah.com) |
Ledakan bom menghantam Masjid Sadiq di kota Kuwait Posted: 26 Jun 2015 06:00 AM PDT KUWAIT (Arrahmah.com) - Sebuah ledakan bom menghantam Masjid Al-Sadiq di kota Kuwait dengan jatuhnya sejumlah korban, Al-Arabiya dan jaringan televisi Al Jazeera melaporkan. Bom itu meledak di Masjid Imam Sadiq di daerah yang dikenal sibuk di distrik Al-Sawabir Kuwait. Saksi Abdullah Al-Saffar berada di masjid pada saat itu. Dia mengatakan ledakan terjadi saat shalat Jum'at. Dia juga melaporkan adanya korban akibat ledakan itu, lansir SG pada Jum'at (26/6/2015). Sejauh ini belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut, namun kelompok "Daulah Islamiyyah" atau Islamic State yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS, mengaku bertanggung jawab atas pemboman di dua "masjid" Syiah yang berbeda di Arab Saudi dalam beberapa pekan terakhir. Salat Jum'at biasanya menjadikan masjid itu paling ramai dikunjungi jamaah dalam seminggu, dan kehadiran jamaah meningkat selama bulan suci Ramadhan, yang dimulai pekan lalu. (banan/arrahmah.com) |
MUI: Shalat tidak tuma'ninah tidak sah Posted: 26 Jun 2015 03:00 AM PDT JAKARTA (Arrahmah.com) - Salah satu rukun shalat terpenting adalah tuma'ninah (tenang dan tidak tergesa-gesa, red). Sebab tuma'ninah merupakan salah satu rukun shalat yang harus dikerjakan agar shalatnya menjadi sah. Pernyataan Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Prof. Dr. Hasanudin AF, MA, menanggapi shalat tarawih tercepat sebanyak 20 rakaat dengan witir 3 rakaat dalam waktu 15 menit di pesantren Mambaul Hikam, Mantenan, Udawanu, Blitar yang menjadi pembicaraan publik. "Tuma'ninah itu rukun dalam shalat, jika di dalam shalat tarawih tersebut tidak terdapat rukun (tuma'ninah, red), berarti shalatnya tidak sah," kata Hasanudin Jum'at (26/06/2015), dikutip dari hidayatullah.com Hasanudin menambahkan dalam membacakan surat al-Fatihah dan surat pendek lainnya di dalam shalat juga harus dibacakan dengan tartil. Dalam al-Qur'an sendiri, lanjutnya, menyatakan bahwa "bacalah al-Qur'an dengan tartil", artinya tajwid dengan panjang pendek bacaan harus benar. "Kita harus meperhatikan juga seperti apa bacaan al-Fatihahnya. Sebab, al-Fatihah itu kan salah satu surat di dalam al-Qur'an, sementara al-Qur'an menyatakan "bacalah al-Qur'an itu secara tartil", yaitu tajwid dan panjang pendeknya harus dibaca benar. Karena itu pedomannya dan jika menyalahi itu berarti sudah melenceng," papar Hasanudin. Jadi, menurut Hasanuddin, di dalam shalat itu harus memenuhi rukun shalat sepertituma'ninah, dan ketika membacakan surat al-Fatihah (surat-surat al-Qur'an,red) juga harustartil. Mereka (jama'ah shalat tarawih yang tercepat,red), harus memperhatikan hal-hal itu. "Jika dua unsur itu saja, tidak terdapat dalam shalat tarawih yang tercepat itu, maka shalatnya tidak sah, tetapi meski shalat tarawihnya cepat jika tuma'ninah ada, dan ketartilannya benar berarti shalat tarawihnya sah," kata Hasanudin. Terkait dengan menyingkat bacaan saat ruku', sujud, dan lainnya, menurut Hasanudin itu termasuk sunnah shalat. Sementara, perbuatan ruku', sujud, duduk tahiyatnya, berdirinya (i'tidal,red) dan lain sebagainya itu termasuk rukun shalat yang wajib dikerjakan. "Rukun shalat itulah yang harus dilaksanakan, bagaimana ruku'nya, sujudnya, duduk tahiyatnya dan berdirinya. Kalau bacaan dalam ruku', sujud dan seterusnya itu termasuk sunnah shalat. Jadi tidak membaca doa sekalipun ketika ruku' dan sujud, tetap sah shalatnya. sebab yang harus dikerjakan adalah rukun shalat seperti perbuatan ruku', sujud dan seterusnya itu," pungkas Hasanudin. Telah diwartakan media ini, Pesantren Mambaul Hikam Blitar laksanakan Tarawih kilat, tidak tuma'ninah. Netizen juga ramai membahas kemunculan video shalat tarawih 20 rakaat dengan witir 3 rakaat dalam waktu 15 menit yang diselenggarakan Pesantren Mambaul Hikam Mantenan, Udanawu, Blitar itu. (azm/arrahmah.com) |
Pesantren Mambaul Hikam Blitar laksanakan Tarawih kilat, tidak tuma'ninah Posted: 26 Jun 2015 02:00 AM PDT BLITAR (Arrahmah.com) - Pesantren Mambaul Hikam Mantenan, Udanawu, Blitar, laksanakan shalat Tarawih berjamaah dengan sangat cepat seperti kilat, tidak tuma'ninah. Shalat tarawih 20 rakaat plus shalat sunah witir 3 rekaat ini, dikerjakan hanya dalam waktu 15 menit. Fantastis. Mengutip laman nu.or.id, pelaksanaan shalat Tarawih secara kilat itu sudah berlangsung secara turun-temurun dari generasi ke generasi, yakni mulai pesantren tersebut didirikan oleh KH Abdul Ghofur sekitar 160 tahun lalu. "Saya ini hanya mengikuti apa yang sudah dilakukan oleh para sesepuh. Kami tidak berani mengubahnya," kata KH Diya'uddin Az-Zamzami, salah seorang pengasuh pesantren Mambaul Hikam kepada NU Online pada suatu kesempatan. Menurut Kiai yang biasa disapa Gus Diya' ini, shalat secepat itu bisa dilakukan karena sang imam Tarawih hanya mengerjakan doa yang wajib-wajib misalnya niat, takbirotul ihram, baca Fatihah plus ayat pendek Al-Qur'an hingga salam. "Doa ruku', kita singkat cukup 'Subhanallah. Lainnya hanya Allah-Allah saja.Tahiyat akhir juga hanya sampai bacaan shalawat untuk nabi Muhammad kemudian salam," tandas Gus Diya'. Sementara Wakil Sekretaris PP LDNU H Syaifullah Amin mengatakan, di sini terjadi perbedaan keberkahan waktu. Artinya cepat atau lambat tidak mengurangi kekhusyu'an orang yang ibadah. "Sebagian orang memang diberikan kelebihan oleh Allah dalam melipat waktu," kata Amin. (azm/arrahmah.com) |
Kegiatan keislaman memenuhi masjid-masjid di Bangladesh selama Ramadhan Posted: 26 Jun 2015 01:00 AM PDT DHAKA (Arrahmah.com) - Jutaan orang berkumpul di ribuan masjid selama bulan Ramadhan di seluruh Bangladesh, di mana masjid-masjid itu menggelar berbagai program dan kegiatan Islam selama bulan Ramadhan. "Ada banyak kegiatan di masjid Baitul Mukarram ini, masjid nasional di Bangladesh yang dioperasikan oleh Yayasan Islam, untuk mencapai semangat Islam dan untuk menciptakan kondisi keislaman selama bulan Ramadhan," kata Rafiqul Islam, wakil direktur Yayasan Islam Bangladesh, kepada OnIslam.net, Kamis (25/6/2015). Bangladesh memiliki hampir 250.000 masjid, termasuk 6.000 masjid yang terdapat di Dhaka. Masjid ini biasanya dioperasikan oleh penduduk setempat, tanpa bantuan pemerintah atau bantuan yang diberikan kepada mereka. Pada awal bulan suci Ramadan, program khusus seperti ta'lim digelar di masjid-masjid di seluruh Bangladesh. Di masjid Baitul Mukarram, program pengajian agama Islam disusun selama Ramadhan yang berlangsung setelah shalat Dhuhur dan Ashar dan juga diisi dengan pembacaan Al-Qur'an. "Program khusus lain adalah Qiyamul Lail yang akan dimulai pada 20 Ramadan, di mana imam akan membaca seluruh Al-Qur'an selama shalat tarawih dalam waktu tujuh hari," ungkap Rafiqul Islam. Hafiz Maulana Syamsul Haq, kepala Imam Masjid Purana Paltan di Dhaka, mengatakan bahwa masjidnya melaksanakan shalat Tarawih setiap tahun selama bulan Ramadhan pada tiga tingkatan. "Ada tiga jenis shalat tarawih yang diadakan di masjid kami setiap malam dalam rangka mendukung kebutuhan bagi berbagai jenis lapisan masyarakat ," kata Haq kepada OnIslam.net. Yang pertama, shalat tarawih yang dilaksanakan di lantai utama masjid dimana imamnya membaca Al-Qur'an secara berurutan. Yang kedua, yang digelar di lantai tiga bagi mereka yang ingin shalat dengan ayat-ayat pendek dari Al-Qur'an. Shalat tarawih juga diadakan di lantai enam bagi mereka yang ingin menamatkan Al-Qur'an dalam 10 hari terakhir. Bersama dengan program kajian Islam dan shalat tarawih, masjid-masjid di Bangladesh juga menawarkan buka puasa bagi ribuan ummat Islam sepanjang bulan Ramadan. "Kami memiliki berbagai jenis program di masjid kami selama bulan Ramadhan bagi Muslim setempat," Abul Kashem, sekretaris Masjidil Aqsa di Sabujbag di Dhaka, mengatakan kepada OnIslam.net. "Tiga program utama kami adalah shalat tarawih, menyediakan buka puasa bagi jama'ah selama buka puasa dan pengajaran Al Qur'an bagi anak-anak. "Kami telah melayani buka puasa bagi 70-80 orang per hari pada saat Iftar di masjid ini selama bulan Ramadhan," tambah Kashem. Mufti Harun Rashid, Imam Masjid Al-Aqsa, mengumumkan rencana untuk memberikan ceramah agama setiap hari bagi jama'ah yang menghadiri shalat tarawih di masjid. Tema harian yang akan dibahas adalah tentang pengajaran serta tujuan Ramadhan dan bagaimana menciptakan kesatuan ummat Islam bagi perdamaian manusia, menurut Harunur. Bangladesh adalah negara mayoritas Muslim terbesar ketiga di dunia dengan populasi lebih dari 170 juta. (ameera/arrahmah.com) |
Hati-hati, tidak semua "setan dibelenggu" selama Ramadhan Posted: 26 Jun 2015 12:00 AM PDT JAKARTA (Arrahmah.com) - "Sudah puasa penuh, tapi kok masih saja ada tindakan maksiat?" Demikian barangkali pertanyaan yang sering muncul di benak kita di bulan Ramadhan. Padahal, banyak hadits menerangkan bahwa selain dibuka pintu surga dan ditutup pintu neraka, Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam juga mengabarkan bahwa pada bulan Ramadhan setan-setan dibelenggu. Karenanya, mari simak penjelasan Ustadz Amin Muchtar mengenai keterangan tentang hal tersebut, sebagaimana Arrahmah kutip dari SBA pada Jum'at (26/6/2015). Penghayatan makna "setan-setan dibelenggu" Pertama, dengan kalimat Shufidat as-Syaathiin عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ ، وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ ، وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ Dari Abu Hurairah, dia berkata, "Rasulullah saw. bersabda, 'Pada malam pertama bulan Ramadhan setan-setan dan jin-jin yang jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satupun pintu yang terbuka dan pintu-pintu surga dibuka, tidak ada satupun pintu yang tertutup, serta penyeru menyeru, wahai yang mengharapkan kebaikan bersegeralah (kepada ketaatan), wahai yang mengharapkan keburukan/maksiat berhentilah, Allah memiliki hamba-hamba yang selamat dari api neraka pada setiap malam di bulan Ramadlan'." HR. At-Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah, Malik, al-Baihaqi, Ad-Darimi, Ibnu Hiban, Ibnu Khuzaimah, Al-Hakim, dan Ath-Thabrani dengan sedikit perbedaan redaksi.[1] Kedua, dengan kalimat Sulsilat as-Syaathiin عَنِ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِي ابْنُ أَبِي أَنَسٍ مَوْلَى التَّيْمِيِّينَ أَنَّ أَبَاهُ حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ Dari Ibnu Syihab, ia berkata, "Ibnu Abu Anas mawla at-Taymiyyiin telah mengabarkan kepada saya, bahwa bapaknya menceritakan kepadanya bahwa dia mendengar Abu Hurairah Ra. berkata, 'Rasulullah saw. bersabda, 'Apabila masuk bulan Ramadhan, pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu jahanam ditutup dan setan-setan dibelenggu." HR. Al-Bukhari[2] dan Abu 'Awanah, dengan redaksi: إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ، وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ "Apabila bulan Ramadhan datang, pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu jahanam ditutup dan setan-setan dibelenggu." [3] Hadis di atas diriwayatkan pula oleh An-Nasai, Ahmad, Abd bin Humaid, Al-Baihaqi, Ibnu Hiban, dan Ath-Thabrani. [4] Ketiga, dengan kalimat Tughallu fiihi as-Syaathiin عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ لَمَّا حَضَرَ رَمَضَانُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا قَدْ حُرِمَ Dari Abu Hurairah, dia berkata, "Ketika datang bulan Ramadhan Rasulullah saw. bersabda, 'Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, padanya Allah mewajibkan kalian shaum, padanya pintu-pintu surga dibuka lebar dan pintu-pintu neraka ditutup rapat, dan setan-setan dibelenggu. Pada bulan Ramadhan ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, dan barangsiapa tidak mendapati malam itu maka ia telah kehilangan pahala seribu bulan." HR. Ahmad, Ibnu Abu Syaibah, Abd bin Humaid, Ishaq bin Rahawaih. [5] Hadis di atas diriwayatkan pula oleh an-Nasai dengan kalimat: وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ "dan setan-setan pembangkang dibelenggu." [6] Penjelasan Variasi Kalimat Variasi kalimat dalam hadis di atas telah menarik perhatian para ulama, sehingga mereka memandang perlu untuk memberikan penjelasan sebagai berikut: Pertama, Shuffidat as-Syayaathin Menurut Imam az-Zamakhsyari, kata Shafd, Shafad, dan Shafaad makna asalnya qayd(mengikat). Dari makna itu suatu pemberian (athiyyah) disebut shafad, karena pemberian itu mengikat orang yang menerimanya. [7] Kata Shafd pada kalimat Shuffidat as-Syayaathin maknanya sama dengan ghalla(membelenggu) dan salsala (merantai). Jadi, kalimat Shuffidat as-Syayaathin dapat dimaknai diikat dengan belenggu (syuddat bi al-Ashfaad). [8] Sementara kalimat Sulsilat as-Syayaathin dapat dimaknai diikat dengan rantai (syuddat bi as-Salaasil). [9] Dengan demikian, penggunaan kalimat Shufidat as-Syaathiin, Sulsilat as-Syaathiin, danTughallu as-Syaathiin, pada dasarnya menunjukkan makna yang sama, yaitu setan-setan diikat dengan rantai atau dibelenggu. Kedua, As-Syayaathin Sebagian ulama berpendapat, bahwa kata as-Syayaathin (setan-setan) yang dimaksud pada hadis ini menunjukkan sebagian, bukan semua setan, yaitu hanya setan-setan pembangkang atau yang durhaka (al-maradah). Kata al-maradah (مَرَدَةٌ) merupakan bentuk jamak dari kata maarid (الْمَارِدُ) yaitu الْعَاتِي الشَّدِيْدُ artinya yang sangat angkuh, durhaka, bertindak sewenang-wenang lagi melampaui batas. [10] Jadi yang dibelenggu hanyalah setan dari kalangan jin yang sangat jahat, sementara setan dari kalangan manusia tetap berkeliaran. Indikasi (Qarinah) pemaknaan ini merujuk kepada redaksi hadis riwayat at-Tirmidzi, an-Nasai, Ibnu Majah, dan al-Hakim, melalui jalur periwayatan al-A'masy, dari Abu Shalih, dari Abu Huraerah, sebagai berikut: إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ مَرَدَةُ الْجِنِّ "Pada malam pertama bulan Ramadhan setan-setan dibelenggu (yaitu) jin-jin yang jahat." Dan riwayat an-Nasai melalui jalur periwayatan Abu Qilabah, dari Abu Huraerah, dengan redaksi sebagai berikut: وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ "dan setan-setan pembangkang dibelenggu." [11] Sedangkan ulama lain berpendapat, bahwa kata as-Syayaathin (setan-setan) yang dimaksud pada hadis ini menunjukkan semua setan, karena pada matan hadis Abu Huraerah, melalui jalur periwayatan yang sama, digunakan huruf waw (bermakna "dan") sebagai berikut: إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ "Pada malam pertama bulan Ramadhan setan-setan dan jin-jin yang jahat dibelenggu." HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Baghawi, Al-Hakim, dan al-Baihaqi. [12] Menurut Ibnu al-'Arabiy: أَمَّا قَوْلُهُ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ فَمِنَ النَّاسِ مَنْ قَالَ إِنَّهُ حَمْلُ الْمُطْلَقِ عَلَى الْمُقَيَّدِ وَلَيْسَ كَذلِكَ وَإِنَّمَا هُوَ مِنْ بَابِ الْخَاصِّ وَالْعَامِّ وَذلِكَ قَوْلُهُ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ عَامٌّ فِي المَرَدَةِ وَغَيْرِهِمْ وَقَوْلُهُ صُفِّدَتِ المَرَدَةُ مِنَ الشَّيَاطِينِ خَاصٌّ في فِي المَرَدَةِ لاَ غَيْرَ وَالأَصْلُ فِي هذَا الْبَابِ أَعْنِيْ مِنَ الْخَاصِّ وَالْعَامِّ أَنَّ الْخَاصَّ وَالْعَامَّ إِذَا وَرَدَا لاَ يَخْلُوْ أَنْ يَكُوْنَا مُتَّفَقَيْنِ أَوْ مُخْتَلَفَيْنِ فَإِنْ كَانَا مُتَّفَقَيْنِ كَانَ الْخَاصُّ عَلَى خُصُوْصِهِ وَالْعَامُّ عَلَى عُمُوْمِهِ وَيَكُوْنُ في الْخَاصِّ زِيَادَةٌ فَائِدَةٌ مِثَالُ ذلِكَ قَوْلُهُ عليه السلام لاَ صَلاَةَ بَعْدَ الْعَصْرِ حَتَّى تَغْرُبَ الشَّمْسُ ، وَلاَ صَلاَةَ بَعْدَ الصُّبْحِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ هذَا عَامٌّ فِي الْوَقْتِ كُلِّهِ وَحَدِيْثُ عَبْدِ اللهِ بْنَ عُمَرَ لاَ تَحَرَّوْا بِصَلاَتِكُمْ طُلُوعَ الشَّمْسِ وَلاَ صَلاَةَ بَعْدَ الصُّبْحِ وَلاَ غُرُوبَهَا هذَا خَاصٌّ فِي هذَا الْوَقْتِ "Adapun sabda Nabi: 'Shufidat asy-Syayaathin', maka di antara manusia ada yang berpendapat bahwa kata mutlak (setan secara umum) dimaknai terikat (setan jenis tertentu). Padahal sebenarnya bukan demikian, penggunaan kata itu tiada lain termasuk pada topik kata khusus dan kata umum. Sabda Nabi: 'Shufidat asy-Syayaathin', berlaku umum meliputi setan pembangkang dan setan bukan pembangkang. Sedangkan sabda Nabi: 'Shufidat al-maradah min asy-Syayaathin', berlaku khusus pada setan pembangkang, bukan pada setan lain. Dan prinsip pada topik ini, yaitu kata khusus dan kata umum, bahwa kata khusus dan kata umum apabila keduanya digunakan maka tidak akan lepas dari salah satu di antara dua keadaan: sesuai atau berbeda. Jika keduanya sesuai, maka kata khusus digunakan sesuai kekhususan maknanya dan kata umum digunakan sesuai keumuman maknanya, dan dalam hal demikian pada kata khusus terdapat faidah tambahan, seperti pada sabda Nabi, 'Tidak ada shalat apapun setelah Ashar hingga terbenam matahari, dan tidak ada shalat apapun setelah Shubuh hingga terbit matahari.' Sabda Nabi ini berlaku umum pada seluruh waktu. Sedangkan hadis Ibnu Umar, 'Janganlah kalian sengaja shalat ketika matahari sedang terbit, dan tidak ada shalat setelah subuh dansetelah terbenam matahari.' Khusus pada waktu ini." [13] Kata Syekh al-Muhaddits Sulaiman bin Nashir al-'Ulwan, "Perkataan: الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ Mengandung dua makna; Pertama, struktur kalimat itu termasuk dalam topik 'athf al-khas 'ala al-'am (mengubungkan kata khusus kepada kata umum). Kata umum yang dimaksud adalah asy-syayathiin (setan-setan) dan kata khusus adalah Maradah al-jinn (jin-jin yang jahat atau durhaka). Ini menunjukkan bahwa semua setan dibelenggu.Kedua, struktur kalimat itu termasuk dalam topik 'athf tafsir wa bayaan, yaitu kalimat Maradah al-jinn yang disebut setelah asy-syayathiin berfungsi menjelaskan dan melengkapi hukum. Artinya, ketika disebutkan bahwa yang dibelenggu itu jin-jin yang jahat atau durhaka maka inilah rahasianya mengapa pada bulan Ramadhan tetap terjadi perbuatan dosa yang dilakukan manusia, karena terdapat sebagian setan yang tidak dibelenggu. Dan ketika disebutkan bahwa yang dibelenggu itu asy-syayathiin (menunjukkan jenis setan), maka yang dibelenggu itu bukan hanya jin yang jahat." [14] Penjelasan Makna "Setan-setan dibelenggu" Dalam memahami makna "Setan-setan dibelenggu" para ulama berbeda kecenderungan, sebagaimana dalam memahami makna "Dibuka pintu surga" dan "Ditutup pintu neraka", sehingga melahirkan pendapat yang berbeda. Dalam hal ini terbagi menjadi dua pandapat: Pertama, sebagian ulama cenderung memaknai kalimat itu secara hakiki, sesuai dengan zhahir hadis. Menurut pendapat ini, hadis itu menunjukkan bahwa ketika bulan Ramadhan setan-setan dibelenggu dalam makna yang sebenarnya. فَقَالَ الْقَاضِي عِيَاض – رَحِمَهُ اللَّه تَعَالَى – : يَحْتَمِلُ أَنَّهُ عَلَى ظَاهِرِهِ وَحَقِيْقَتِهِ وَأَنَّ تَفْتِيْحَ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ وَتَغْلِيْقَ أَبْوَابِ جَهَنَّمَ وَتَصْفِيدَ الشَّيَاطِيْنِ عَلَامَةٌ لِدُخُولِ الشَّهْرِ وَتَعْظِيمٌ لِحُرْمَتِهِ وَيَكُوْنُ التَّصْفِيْدُ لِيَمْتَنِعُوْا مِنْ إِيذَاءِ الْمُؤْمِنِينَ وَالتَّهْوِيْشِ عَلَيْهِمْ Maka al-Qadhi Iyadh berkata, "Hadis itu mengandung makna sesuai dengan zhahir dan hakikatnya, dan sungguh dibuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu jahannam dan setan-setan dibelenggu adalah tanda masuk bulan Ramadhan dan mengagungkan kehormatannya, dan dibelenggu menunjukkan bahwa mereka (setan) terhalang untuk menyakiti orang-orang mukmin dan mengganggu mereka." [15] Syekh Abdurrauf al-Munawi berkata: صُفِّدَتِ (الشَّيَاطِينُ) شُدَّتْ بِالأَغْلاَلِ لِئَلاَّ يُوَسْوِسُوْا لِلصَّائِمِ وَآيَةُ ذلِكَ تَنَزَّهَ أَكْثَرُ الْمُنْهَمِكِينَ فِي الطُّغْيَانِ عَنِ الذُّنُوْبِ فِيْهِ وَإِنَابَتُهُمْ إِلَيْهِ تَعَالَى "Kalimat Shuffidat as-Syayaathin maknanya diikat dengan belenggu (syuddat bi al-Aglaal) agar mereka tidak menggoda orang yang shaum, dan tanda hal itu bahwa pada bulan Ramadhan kebanyakan orang yang asik dalam kelaliman bersuci diri dari dosa-dosa dan bertobat kepada Allah Ta'ala." [16] Dalam pemaknaan ini timbul pertanyaan: jika setan itu dibelenggu pada bulan Ramadhan, mengapa pada bulan itu tetap saja terjadi kejahatan dan kemaksiatan? Imam al-Qurthubi berkata: فَإِنْ قِيلَ فَكَيْف تُرَى الشُّرُوْرُ وَالْمَعَاصِي وَاقِعَةً فِي رَمَضَانَ كَثِيرًا فَلَوْ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِيْنُ لَمْ يَقَعْ ذَلِكَ فَالْجَوَابُ أَنَّهَا إِنَّمَا تُغَلُّ عَنِ الصَّائِمِيْنَ الصَّوْمَ الَّذِيْ حُوفِظَ عَلَى شُرُوطِهِ وَرُوعِيَتْ آدَابُهُ "Jika dikatakan bagaimana banyak terjadi kejahatan dan kemaksiatan di bulan Ramadhan, padahal jika setan dibelenggu hal itu seharusnya tidak terjadi? Maka jawabannya sesungguhnya setan itu dibelenggu, tidak dapat menggoda tiada lain kepada orang yang melaksanakan shaum dengan shaum yang memenuhi syarat-syaratnya dan memelihara adab-adanya." [17] Imam Badruddin Al-'Aini berkata: فَإِنْ قُلْتَ قَدْ تَقَعُ الشُّرُوْرُ وَالْمَعَاصِي فِي رَمَضَانَ كَثِيْرًا فَلَوْ سُلْسِلَتْ لَمْ يَقَعْ شَيْءٌ مِنْ ذلِكَ قُلْتُ هذَا فِيْ حَقِّ الصَّائِمِيْنَ الَّذِيْنَ حَافَظُوْا عَلَى شُرُوْطِ الصَّوْمِ وَرَاعُوْا آدَابَهُ … وَقِيْلَ لاَ يَلْزَمُ مِنْ تَسَلْسُلِهِمْ وَتَصْفِيْدِهِمْ كُلِّهِمْ أَنْ لاَ تَقَعَ شُرُوْرٌ وَلاَ مَعْصِيَّةٌ لِأَنَّ لِذلِكَ أَسْبَابًا غَيْرَ الشَّيَاطِينِ كَالنُّفُوْسِ الْخَبِيْثَةِ وَالْعَادَاتِ الْقَبِيْحَةِ وَالشَّيَاطِينِ الإِنْسِيَّةِ "Jika anda mengatakan, 'Banyak terjadi kejahatan dan kemaksiatan di bulan Ramadhan, padahal jika setan dibelenggu hal itu seharusnya tidak terjadi? Saya jawab, 'Ini (dibelenggu) terjadi pada hak orang-orang yang melaksanakan shaum, yang memenuhi syarat-syaratnya dan memelihara adab-adanya.'…dan ada pula yang berpendapat bahwa semua setan dibelenggu itu tidak memestikan tidak terjadinya kejahatan dan kemaksiatan karena untuk hal itu terdapat sebab-sebab lain selain godaan setan, seperti jiwa yang jahat, kebiasaan yang jelek, dan setan-setan jenis manusia." [18] Kedua, sebagian ulama cenderung memaknai kalimat itu secara majazi (kiasan) Syekh Abdurra'uf al-Munawi berkata: عُلِمَ مِمَّا تُقُرِّرَ أَنَّ تَصْفِيْدَ الشَّيَاطِينِ مَجَازٌ عَنِ امْتِنَاعِ التَّسْوِيْلِ عَلَيْهِمْ وَاسْتِعْصَاءِ النُّفُوْسِ عَنْ قَبُوْلِ وَسَاوِسِهِمْ وَحَسْمِ أَطْمَاعِهِمْ عَنِ الإِغْوَاءِ وَذلِكَ لِأَنَّهُ إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ وَاشْتَغَلَّ النَّاسُ بِالصَّوْمِ وَانْكَسَرَتْ فِيْهِمُ الْقُوَّةُ الْحَيَوَانِيَّةُ الَّتِيْ هِيَ مَبْدَأُ الشَّهْوَةِ وَالْغَضَبِ الدَّاعِيِّيْنَ إِلَى أَنْوَاعِ الْفُسُوْقِ وَفُنُوْنِ الْمَعَاصِيْ وَصَفَتْ أَذْهَانُهُمْ وَاشْتَغَلَتْ قَرَائِحُهُمْ وَصَارَتْ نُفُوْسُهُمْ كَالْمَرَائِي الْمُتَقَابَلَةِ الْمُتَحَاكِيَّةِ وَتَنْبَعِثُ مِنْ قُوَّاهُمْ الْعَقْلِيَّةِ دَاعِيَّةٌ إِلَى الطَّاعَاتِ نَاهِيَةٌ عَنِ الْمَعَاصِيْ فَتَجْعَلُهُمْ مُجْمِعِيْنَ عَلَى وَظَائِفِ الْعِبَادَاتِ عَاكِفِيْنَ عَلَيْهَا مُعْرِضِيْنَ عَنْ صُنُوْفِ الْمَعَاصِي عَائِقِيْنَ عَنْهَا فَتُفْتَحُ لَهُمْ أَبْوَابُ الْجَنَانُ وَتُغْلَقُ دُوْنَهُمْ أَبْوَابُ النِّيْرَانِ وَلاَ يَبْقَى لِلشَّيْطَانِ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ فَإِذَا دَنَوْا مِنْهُمْ لِلْوَسْوَسَةِ يَكَادُ يَحْرُقُهُمْ نُوْرُ الطَّاعَةِ وَالإِيْمَانِ "Telah diketahui dari keterangan yang telah ditetapkan bahwa setan-setan dibelenggu itu bermakna kiasan, yaitu setan tidak dapat menggoda dan jiwa manusia tidak dapat menerima godaan mereka serta memutuskan ketamakan mereka terhadap bujukan. Demikian itu karena apabila datang bulan Ramadhan, orang-orang disibukkan dengan shaum dan nafsu hewani sebagai sumber syahwat dan emosi yang menyeru kepada macam-macam kefasikan dan maksiat telah lemah pada mereka. Selain itu, akal mereka telah jernih, tabiat mereka sibuk dengan ibadah, dan jiwa mereka seperti cermin yang saling berhadapan lagi saling mengikat, dan terpancar dari kekuatan akal mereka pendorong kepada ketaatan dan pencegah dari kemaksiatan. Maka kekuatan itu menjadikan mereka bersatu dalam melaksanakan ibadah lagi menetapinya, mereka berpaling dari berbagai macam maksiat lagi membencinya. Maka terbukalah pintu-pintu surga, tertutup pintu-pintu neraka, dan setan tidak berdaya atas mereka. Maka jika setan mendekati untuk menggoda mereka, hampir saja cahaya taat dan keimanan membakar setan-setan itu." [19] Imam Badruddin Al-'Aini berkata: وَيُقَالُ تَصْفِيْدُ الشَّيَاطِينِ عِبَارَةٌ عَنْ تَعْجِيْزِهِمْ عَنِ الإِغْوَاءِ وَتَزْيِيْنِ الشَّهَوَاتِ "Ada yang berpendapat bahwa setan-setan terbelenggu itu adalah keterangan bahwa mereka lemah dalam membujuk dan menghiasi syahwat." [20] Imam Az-Zarqani berkata: وَيَحْتَمِلُ أَنَّ الْمُرَادَ أَنَّ الشَّيَاطِينَ لاَ يَخْلُصُوْنَ مِنِ افْتِتَانِ الْمُسْلِمِيْنَ إِلَى مَا يَخْلُصُوْنَ إِلَيْهِ فِي غَيْرِهِ لِاشْتِغَالِهِمْ بِالصِّيَامِ الَّذِيْ فِيْهِ قَمْعُ الشَّهَوَاتِ وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ وَالذِّكْرِ "Dan dapat dimaknai bahwa maksudnya setan-setan tidak bebas dalam menggoda kaum muslimin, sebagaimana halnya menggoda mereka di bulan lain, karena mereka sibuk dengan ibadah shaum yang di dalamnya terdapat nilai pengekangan syahwat, juga sibuk dengan membaca Al-Quran dan zikir kepada Allah." [21]
Referensi [1] Lihat, HR. At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, III:67, No. 682; An-Nasai, Sunan An-Nasai, IV:126, No. 2097; Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, I:526, No. 1642; Malik, al-Muwatha, I:311, No. 684; al-Baihaqi, As-Sunan al-Kubra, IV:304, No. 8284; Ad-Darimi, Sunan Ad-Darimi, II:42, No. 1775; Ibnu Hiban, Shahih Ibnu Hiban, VIII:222, No. 3435; Ibnu Khuzaimah, Shahih Ibnu Khuzaimah, III:188, No. 1882; Al-Hakim, al-Mustadrak 'Ala ash-Shahihain, I:582, No. 1532; Ath-Thabrani, al-Mu'jam al-Kabir, XVII:133, No. 326, Al-Mu'jam al-Awsath, II:157, No. 1563. [2] Lihat, Shahih Al-Bukhari, II:672, No. 1800. [3] Lihat, Musnad Abu 'Awanah, IV:7, No. 2172. [4] Lihat, An-Nasai, Sunan An-Nasai, IV:128, No. 2101; Ahmad, Musnad Ahmad, II:281, No. 7767, dan Abd bin Humaid, Musnad Abd bin Humaid, I:420, No. 1439; Al-Baihaqi,As-Sunan al-Kubra, IV:303, No. 8283; Ibnu Hiban, Shahih Ibnu Hiban, VIII:221, No. 3434; Ath-Thabrani, Musnad asy-Syamiyiin, I:69, No. 82. [5] Lihat, HR. Ahmad, Musnad Ahmad, II:425, No. 9493; Ibnu Abu Syaibah, al-Mushannaf, II:270, No. 8867; Abd bin Humaid, Musnad Abd bin Humaid, I:418, No. 1429; Ishaq bin Rahawaih, Musnad Ishaq bin Rahawaih, I:73, No. 1. [6] Lihat, as-Sunan al-Kubra, II:66, No. 2416, Sunan an-Nasai, IV:129, No. 2106. [7] Lihat, al-Fa'iq fii Gharib al-Hadits, II:302. [8] Lihat, Syarh Kitab ash-Shiyam min Sunan at-Tirmidzi, I:9; I'anah al-Muslim fi Syarh Shahih Muslim, I:2. [9] Lihat, Umdah al-Qari Syarh Shahih al-Bukhari, X:270. [10] Lihat, Hasyiah as-Sindi 'ala Sunan Ibn Majah, III:415. [11] Lihat, Umdah al-Qari Syarh Shahih al-Bukhari, X:270. [12] Lihat, HR. At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, III:67, No. 682; Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, I:526, No. 1642; Al-Baghawi, Syarh as-Sunnah, VI:215, No. 1705; Al-Hakim, al-Mustadrak 'Ala ash-Shahihain, I:582, No. 1532; al-Baihaqi, Syu'ab al-Iman, V:217, No. 3327. [13] Lihat, Al-Masalik fii Syarh Muwatha' Malik, IV: 479. [14] Lihat, Syarh Kitab ash-Shiyam min Sunan at-Tirmidzi, I:9. [15] Lihat, Tanwir al-Hawalik Syarh 'ala Muwatha' Malik, I:295. [16] Lihat, Faidh al-Qadier Syarh al-Jami' ash-Shagir, III: 41. [17] Lihat, Hasyiah as-Suyuthi 'ala Sunan an-Nasai, III:30. [18] Lihat, Umdah al-Qari Syarh Shahih al-Bukhari, X:270. [19] Lihat, Faidh al-Qadier Syarh al-Jami' as-Shagier, I:437-438. [20] Lihat, Umdah al-Qari Syarh Shahih al-Bukhari, X:270. [21] Lihat, Syarh az-Zarqani 'ala Muwatha al-Imam Malik, II:269. (adibahasan/arrahmah.com) |
You are subscribed to email updates from Arrahmah.com To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |