Arrahmah.Com

Arrahmah.Com

Link to Arrahmah.com

Hina Islam, Ade Armando dipolisikan

Posted: 23 May 2015 04:22 PM PDT

Ade Armando, terlapor penghina Islam

JAKARTA (Arrahmah.com) - Ade Armando melalui akun Facebook dan Twitternya pada Rabu, 20 Mei 2015 menyatakan bahwa Allah bukan orang Arab, dan Allah senang kalau ayat Al-Qur'an dibaca dengan berbagai gaya daerah dan hiphop.

"Allah kan bukan orang Arab. Tentu Allah senang kalau ayat-ayatNya dibaca dg gaya Minang, Ambon, Cina, Hiphop, Blues …," tulis Ade yang sekaligus melampirkan link berita terkait Menteri Agama akan mengadakan festival baca Al-Qur'an dengan langgam Nusantara.

Ade Armando dilaporkan ke polisi-jpeg.image

Screenshoot cuitan Ade Armando, terlapor penghina Islam

Pernyataan dosen UI itu kemudian mendapat berbagai komentar dari para netizen. Tak sedikit yang tidak sepaham dengan parnyataan Ade tersebut.

Seorang netizen bernama Johan Khan mengancam Ade Armando jika dalam waktu 24 jam ia tidak meminta maaf atas pernyataannya, ia akan dilaporkan ke polisi. Ancaman itu pun ternyata benar-benar dilaksanakan oleh Johan Khan setelah Ade Armando menolak minta maaf.

Ade Armando dilaporkan ke polisi-1-jpeg.image

Screenshoot, dialog Ade dengan Johan

Pada Sabtu, 23 Mei 2015, sebagaimana diberitakan fimadani.com, Sabtu (23/5), Johan Khan pun mendatangi Polda Metro Jaya, untuk melaporkan lektor kepala Universitas Indonesia itu.

surat tanda bukti lapor  polisi Polda Metro Jaya, 23 Mei 2013

surat tanda bukti lapor polisi Polda Metro Jaya, 23 Mei 2013

Polisi telah menerima laporan Johan dan akan memeriksa kasus tersebut dengan pasal penistaan agama. (azm/arrahmah.com)

Baca Al Qur'an langgam Jawa bentuk penghinaan terhadap Al Quran

Posted: 23 May 2015 05:35 AM PDT

Tilawah Al Quran

JAKARTA (Arrahmah.com) - Peringatan Isra dan Mi'raj Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam tingkat nasional 1436H/2015M di Istana Negara Jakarta telah menimbulkan kegelisahan kaum muslimin Indonesia. Karena pada acara tersebut terdapat keanehan dalam pembacaan ayat-ayat Al-Qur'an yang dilantunkan Qari', Muhammad Yaser Arafat dengan menggunakan langgam Jawa.

Pembacaan ayat-ayat Al-Qur'an dengan aksen lagu jawa tersebut merupakan upaya liberalisasi terhadap tata cara membaca Al-Qur'an, dan berpotensi melahirkan persepsi penyamaan ayat-ayat Al-Qur'an dengan bait-bait lagu yang dapat dilanggamkan sesuai genre-nya. Hal demikian membentur kelaziman, etika terhadap kitab suci Al-Qur'an dan mengundang orang untuk memperolok-olok Al-Qur'an.

Allah memperingatkan dalam QS. At-Taubah:65-66.Yang Artinya:

"Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu minta maaf, Karena kamu kafir sesudah beriman. jika kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa."

Dengan maksud memberikan nasehat dan peringatan kepada kaum muslimin Indonesia, Jamaah Ansharusy Syariah memandang perlu menyampaikan beberapa pernyataan berikut:

  1. Setiap kaum muslimin wajib menjaga kewibawaan Al-Quran dengan tidak memaksakan bacaan menggunakan langgam yang tidak lazim dalam membaca Al-Qur'an.
  1. Pembacaan ayat-ayat Al-Qur'an yang tidak lazim akan mengundang musuh-musuh Allah untuk melakukan penghinaan terhadap kewibawaan Alqur'an sebagai kitab suci ummat Islam dan merupakan penghinaan terhadap agama Islam dan kaum muslimin.
  1. Ketidaklaziman dalam pembacaan ayat-ayat Al-Qur'an berpotensi menimbulkan fitnah di antara kaum muslimin dan pelaku serta penikmatnya termasuk orang-orang yang mempermainkan ayat-ayat Allah.
  1. Mempermainkan ayat-ayat Allah SWT. Dalam Islam hukumnya haram dan termasuk extra ordinary crime (Kriminal yang berat) yang berakibat pada dijatuhkannya hukuman mati bagi pelakunya.
  1. Penggunaan langgam yang tidak lazim pada pembacaan ayat Al-Qur'an menjadi pintu bagi berbagai bentuk istihza (mempermainkan) ayat-ayat suci Al-Qur'an yang dapat menjadi permasalahan yang semakin serius.
  1. Jamaah Ansharusy Syariah memprotes keras rencana menteri agama yang akan mengadakan perlombaan pembacaan Al Qur'an degan berbagai langgam Nusantara, apapun alasannya karena hal tersebut berpotensi menjadikan Al-Qur'an menjadi bahan olok-olokan semata.
  1. Mengajak seluruh ummat islam untuk bersikap tegas kepada para penghina Al-Qur'an serta membela kehormatan kitab suci Al-Qur'an yang merupakan kitab suci kaum Muslimin.
  1. Menghimbau kepada negara Indonesia agar segera menghentikan praktek pembacaan ayat Al-Qur'an dengan cara yang tidak lazim itu serta menindak tegas para pelakunya.

Demikian pernyataan sikap kami, semoga Allah SWT memberi hidayah kepada mereka yang telah merusak kesucian Al-Qur'an dan membimbing mereka ke jalan yang di ridhoiNya. Amien.

Jakarta, 03 Sya'ban 1436H / 21 Mei 2015

Ustadz. Abdul Rahim Ba'asyir

Juru Bicara Jamaah Ansharusy Syariah
(azmuttaqin/arrahmah.com)

Daurah JITU digelar untuk rekrut anggota baru

Posted: 23 May 2015 04:00 AM PDT

Daurah JITU di Puncak Bogor

BOGOR (Arrahmah.com) - Jurnalis Islam Bersatu (JITU) menggelar dauroh anggota baru dengan tema "Membentuk Jurnalis Muslim Profesional" selama dua hari, dimulai sejak 23-24 Mei 2015 di Villa Lembah Pertiwi Cisarua, Bogor, Jawa Barat.

Ketua Umum JITU Agus Abdullah mengatakan bahwa JITU berdiri dan dibentuk sebagai wadah perjuangan untuk menyatukan para jurnalis Islam supaya media-media Islam memiliki pondasi yang kuat.

"Prinsipnya untuk mengumpulkan bagian tubuh umat Islam (jurnalis Islam.red) agar bisa bersatu. Ibarat tubuh manusia, media-media Islam itu seperti bagian dari organ tubuh yang saling melengkapi satu sama lainnya," kata Agus saat memberikan sambutan dalam dauroh anggota baru JITU di Villa Lembah Pertiwi Cisarua Bogor, Sabtu (23/05/2015).

Jika melihat media-media nasional, menurut Agus, para jurnalisnya bisa bersatu bahkan mampu membentuk sebuah organisasi (aliansi.red) besar seperti Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan lain sebagainya.

"Nah, sudah semestinya media Islam juga bisa melakukan yang lebih dari itu. JITU diharapkan bisa menjadi ujung tombak awal mulanya terbentuk Aliansi Jurnalis Islam," demikian Agus berharap.

Agus mengungkapkan bahwa JITU membuka lebar-lebar pintu masuk bagi seluruh jurnalis Islam dari mana pun medianya untuk bisa bergabung menjadi anggota.

"Bagi siapa saja jurnalis Islam yang memiliki aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah yang benar serta niat yang kuat untuk mencapai kejayaan umat Islam bisa ikut bergabung menjadi anggota JITU," pungkas Agus.

Pantauan Arrahmah.com dari Puncak yang berhawa sejuk ini, tampak peserta calon anggota baru JITU yang hadir sekitar 30 orang dengan perincian ikhwan 25 orang sementara akhwat 5. Mereka dari berbagai media Islam seperti Al-Hikmah, Arrahmah.com, Bumisyam.com, Hidayatullah media, Kiblat.net, Salam-online.com, Radio Dakta, Majalah Gontor, Islampos.com, Jurnalislam.com, Gemaislam.com dan Trans TV.

Tampak hadir pula dalam acara tersebut, Ubaidillah Salman (Ketua Dewan Syuro JITU), Mahladi Murni (Anggota Dewan Syuro JITU), Muhammad Pizaro Novelan (Sekretaris Jenderal JITU), Surya Fahrizal Ginting (Mantan Ketua Umum JITU Periode Kedua) serta para pengurus JITU lainnya. (azmuttaqin/arrahmah.com)

Ansharus Syariah: Wajib beri bantuan kepada pengungsi Rohingya

Posted: 23 May 2015 03:06 AM PDT

Para pengungsi Rohingya Arakan di Aceh

JAKARTA (Arrahmah.com) - Jamaah Ansharusy Syariah dalam rilisnya kepada Arrahmah.com Sabtu (23/5/2015) mengecam pembiaran pemerintah Myanmar terhadap Muslimin Rohingya yang ditindas di tanah air mereka. Selain itu umat Islam Indonesia juga wajib membantu mereka.

"Bahwa para pengungsi Rohingya adalah saudara se-Islam kita dan sesuai ajaran agama Islam maka kaum muslimin berkewajiban membantu mereka semampunya," kata Ustadz. Abdul Rahim Ba'asyir , Juru Bicara Jamaah Ansharusy Syariah.

Seraya dia mengutip firman Allah dan hadits Nabi Muhammad.

إِنَّمَاٱلمُؤمِنُونَ إِخوَةٞ فَأَصلِحُواْ بَينَ أَخَوَيكُمۚ وَٱتَّقُواْٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرحَمُونَ ١٠

"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat" (QS. Al Hujurat: 10)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مثلالمؤمنينفيتوادهموتراحمهموتواصلهمكمثلالجسدالواحد, إذااشتكىمنهعضوتداعىلهسائرالجسدبالحمىوالسهر

"Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal cinta dan kasih sayang mereka adalah seperti satu tubuh. Jika salah satu bagian tubuh merasa sakit, maka seluruh anggota badan akan merasa demam dan susah tidur" (HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَاللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ

"Barangsiapa melepaskan dari seorang mukmin satu kesusahan di antara kesusahan di dunia, maka Allah akan melepaskannya dari kesusahan dari kesusahan di hari Kiamat kelak." (HR. Muslim).

"Mengajak kepada seluruh kaum muslimin di Indonesia agar aktif memberikan bantuan makanan maupun perlindungan kepada saudara seiman mereka yang hadir di negeri ini, tambah pria yang biasa disapa Ustadz Iim ini.

Kemudian Ansharus Syariah mengajak kaum muslimin Indonesia agar bergerak memprotes pemerintah Myanmar dan menuntut agar pemerintah Myanmar berlaku adil kepada masyarakat Rohingya serta menghentikan perlakuan buruk kaum budha di negerinya terhadap kaum muslimin Rohingya di sana.

Kemudian meminta kepada pemerintahan Indonesia agar memberikan kelonggaran kepada para pengungsi Rohingya yang telah hadir di negeri ini. "Memberikan izin bagi mereka tinggal di sini, sementara tanah air mereka masih di jajah oleh kaum budha di sana," pintanya.

Adapun kepada pemerintah Indonesia, Ansharus Syariah mendorong agar bersikap tegas kepada pemerintah Myanmar untuk adil dan serius menyelesaikan konflik yang terjadi di negerinya. (azmuttaqin/arrahmah.com)

1,3 juta warga Iran kecanduan obat terlarang

Posted: 22 May 2015 10:56 PM PDT

Jumlah pecandu narkoba di Iran mencapai 1,3 juta jiwa, berdasrkan data sensus Februari 2015. Dok. AP

TEHRAN (Arrahmah.com) - Setidaknya enam juta warga Iran sedang berjuang melawan masalah yang berhubungan dengan obat terlarang. Terlebih Republik Syiah itu terus berurusan dengan industri perdagangan narkoba yang terus berkembang. Demikian Al Arabiya News Channel melansir, Kamis (21/5/2015).

The Financial Times melaporkan angka awal tahun ini, mengutip catatan resmi, memperkirakan 1,3 juta sedang dirawat karena kecanduan mereka.

Pusat rehabilitasi tidak bisa lagi menyerap meningkatnya jumlah mereka yang mencari bantuan. Para mantan pecandu bahkan kini diminta untuk mendirikan fasilitas rehabilitasi mereka sendiri.

Pasar obat Iran adalah salah satu yang paling "hebat" di dunia. Opium terus menjadi populer karena ketersediaan narkotika sangat berlimpah di Iran, yang berbatasan dengan produsen terbesarnya, [Syiah] Afghanistan.

"Geografi adalah masalah besar di sini [terkait] dengan masalah yang ada di Pakistan dan Afghanistan. Iran adalah negara pertama yang menjadi jalur obat terlarang untuk masuk ke pasar nyata di Eropa dan bagian lain dunia, sehingga geografi jelas bekerja melawan [masalah], "Trita Parsi, presiden Dewan Nasional Amerika Iran mengatakan kepada Al Arabiya News.

Jawaban Iran
Sheesheh, atau shabu, adalah yang kedua obat yang paling populer di negeri ini. Menurut Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan, negara ini pengimpor terbesar keempat di dunia dari pseudoefedrin, bahan kimia utama yang digunakan untuk membuat shabu.

Meskipun beberapa presiden Iran telah bersumpah untuk mengatasi masalah ini. Namun beberapa upaya telah tidak efektif, di lain pihak masih ada yang berharap.

Sementara kedekatan Iran ke Pakistan dan Afghanistan merupakan faktor utama dalam masalah narkoba yang, Parsi mengatakan pihak berwenang "belum seefektif yang mereka inginkan."

"... Jumlah [sensus] yang sangat besar orang yang mereka perkirakan merupakan indikasi bahwa mereka gagal karena jika sejumlah besar ini sesuai [kenyataan], itu akan telah dikurangi sekarang."

Secara terpisah, Al Arabiya News Channel melaporkan bahwa anggota Pengawal Revolusi Iran tidak hanya membiarkan perdagangan narkoba tetapi telah memanfaatkan penyelundupan. (adibahasan/arrahmah.com)

Tak ada Ukhuwah Islamiyah antara Sunni dan Syi'ah (16)

Posted: 22 May 2015 10:36 PM PDT

Emilia Renita AZ, salah satu misionaris syiah

Oleh Apad Ruslan

(Arrahmah.com) - Selain mengandalkan hadits Ghadir Khum dalam istidlal (pengambilan dalil), guna mendukung keyakinannya tentang imamah, sekte Syiah juga berargumen dengan hadits-hadits lain. Namun tentu saja, lagi-lagi ini juga menunjukkan rapuhnya istidlal mereka.

Berikut ulasan mengenai kerapuhan konsep Imamah dalam Syiah yang Arrahmah kutip dari Sigabah.com. Ulasan ini diadaptasi dari buku Mungkinkah SUNNAH-SYIAH DALAM UKHUWAH? Jawaban Atas Buku Dr. Quraish Shihab (Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan, Mungkinkah?). Bismillah.

Keyakinan Syiah tentang Imamah

Hadits Pertama

Hadits pertama di atas, yang oleh Syiah juga dijadikan landasan untuk doktrin imamah, sebagaimana kami singgung sebelumnya, merupakan hadits yang paling shahih mengenai keutamaan Sayyidina Ali Radhiallahu 'anhu. Hadits anta minni bi manzilati harun min musa (bagiku, posisimu sebagaimana posisi Nabi Harun bagi Nabi Musa, hanya saja tak ada nabi sesudahku)[1]. Merupakan diantara beberapa hadits yang menjelaskan keutamaan Sayyidina Ali Radhiallahu 'anhu. Namun, hadits ini tidak berarti mengunggulkan Sayyidina Ali Radhiallahu 'anhu Di atas sayyidina Abu Bakar, Umar, dan Utsman Radhiallahu 'anhu. Karenanya, hadits ini jelas tidak menunjukkan terhadapnash bagi hak kepemimpinan Sayyidina Ali Radhiallahu 'anhu. Kesimpulan ini didasarkan pada beberapa argument berikut:

Pertama, hadits ini disabdakan oleh Nabi shalallahu 'alaihi wasalaam ketika beliau mempergantikan posisi beliau kepada Sayyidina Ali Radhiallahu 'anhu di Madinah, disebabkan Nabi shalallahu 'alaihi wasalaam hendak pergi menuju perang Tabuk, seperti halnya Nabi Musa 'Alaihis salaam yang mempergantikan posisinya kepada Nabi Harun disebabkan beliau hendak bemunajat kepada Allah subhanahu wata'ala untuk sementara waktu.[2] Namun perlu dipahami, bahwa istikhlaf (mengangkat pengganti) yang dilakukan Nabi Musa 'Alaihis salaam hanya untuk sementara waktu, bukan untuk selamanya, seperti halnya penggantian yang dilakukan oleh Nabi shalallahu 'alaihi wasalaam saat keluar dari Madinah. Dengan demikian, berarti hadits ini tidak sedikit pun mengindikasikan atas kekhalifahan Sayyidina Ali Radhiallahu 'anhu setelah Nabi Muhammad wafat, sebab selain hanya merupakan penggantian posisi untuk sementara waktu, kasus yang sama (istikhlaf) tidak hanya terjadi pada Sayyidina AliRadhiyallahu 'anhu. Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalaam juga pernah menggantikan posisi beliau (istikhlaf) di Madinah kepada Saba' bin 'Arfathah pada saat beliau di ada Khaibar.

. . . عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ : قَدِمْتُ المَدِيْنَةَ وَالنَّبِيُّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ بِخَيْبَرِ قَدْ اسْتَخْلَفَ عَلَى المَدِيْنَةِ سَبَّاعَ بْنَ عَرْفَطَةَ.

Dari Abu Hurairah, ia berkata: saya datang ke Madinah sedangkan Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasalaam. Berada di Khaibar, dan beliau mengantikan posisinya di Madinah kepada Siba' bin 'Arfathah.[3]

Selain, Saba' bin 'Arfathah, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalaam juga pernah menggantikan posisi beliau di Madinah kepada Abu Rahm Kultsum bin al-Hushain al-Ghifari, ketika beliau keluar untuk menaklukan kota Mekkah.

. . . حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدِ بْنِ الحَسَنِ، ثَنَا أبُوْ شُعَيْبٍ الحَرَّانِي ، ثَنَا أَبُوْ جَعْفَرٍ النُّفَيْلِي ، ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَمَةَ ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إسْحَاقَ ، عَنِ الزُّهْرِيِّ ، عَنْ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُتْبَةَ ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَمَّا خَرَجَ لِفَتْحِ مَكَّةَ ، اسْتَخْلَفَ عَلَى المَدِيْنَةِ أَبَا رُهْمٍ كُلْثُوْمَ بْنَ الحُصَيْنِ الغِفَارِي.

… dari ibnu Abbas, bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalaam. Ketika keluar untuk menaklukan kota Mekkah, beliau mengantikan posisinya di Madinah kepada Abu Rahm Kultsum bin al-Hushain al-Ghifari.[4]

Dua riwayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa istikhlaf Nabi shalallahu 'alaihi wasalaam. terhadap para sahabat beliau tidak dimaksudkan untuk menjadi pemimpin Ummat Islam setelah beliau. Jika Syiah mengartikan hadits istikhlaf tersebut dengan arti penunjukkan sebagai pemimpin, maka mau tidak mau mereka harus menganggap Saba' bin 'Arfathah dan Abu Rahm Kultsum bin al-Hushain al-Ghifari sebagai pemimpin (Imam) juga. Jika tidak demikian, berarti mereka telah menerapkan standar ganda dalam menafsirkan hadits, agar sejalan dengan kepentingan mereka.

Kedua, dalam sejarah disebutkan, bahwa orang yang mengganti posisi Nabi Musa 'Alaihis salaam setelah beliau wafat adalah Yusya' bin Nun, teman beliau dalam perjalanannya mencari Nabi Khadir 'Alaihis salaam dan bukan Nabi Harun. Ini sama halnya dengan yang mengganti posisi Nabi shalallahu 'alaihi wasalaam setelah beliau wafat adalah teman beliau dalam gua ketika beliau hendak pergi ke Madinah.[5]

Ketiga, menyamakan Sayyidina Ali Radhiallahu 'anhu dengan Nabi Harun 'Alaihis salaam dalam hadits di atas, akan sangat tampak jika tidak dimaksudkan sebagai pernyataan tentang keunggulan Sayyidina Ali Radhiallahu 'anhu melebihi Abu Bakar, Umar, dan Utsman, jika kita membandingkan hadits tersebut dengan hadits lain yang senada. Dalam Musnad Ahmad, misalnya, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalaam menyamakan sayyidina Abu Bakar Radhiyallahu 'anhu Dengan Nabi Ibrahim dan Nabi Isa 'Alaihis salaam, sementara Sayyidina Umar disamakan dengan Nabi Nuh dan Nabi Musa 'Alaihis salaam.

وَإِنَّ مَثَلَكَ يَا أَبَا بَكْرٍ كَمَثَلِ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَام قَالَ: ( مَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ ) (إبراهيم ]14[: 36) وَمَثَلَكَ يَا أَبَا بَكْرٍ كَمَثَلِ عِيسَى قَالَ: ( إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ } (المائدة ]5[: 118) وَإِنَّ مَثَلَكَ يَا عُمَرُ كَمَثَلِ نُوحٍ قَالَ: ( رَبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْأَرْضِ مِنْ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا ) (نوه ]71[: 26) وَإِنَّ مَثَلَكَ يَا عُمَرُ كَمَثَلِ مُوسَى قَالَ رَبِّ: ( اشْدُدْ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوْا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ ) (يونس ]10[: 88).

Kamu, hai Abu Bakar, seperti halnya Nabi Ibrahim 'Alaihis salaam.; beliau mengatakan: "maka barang siapa yang mengikutiku maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhkaiku, maka sesungguhnya Engkau maha Pengampun lagi maha Penyayang." (QS. Ibrahim [14]: 36); kamu juga seperti halnya Nabi Isa 'Alaihis salaam., beliau berkata: "jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah yang maha Perkasa lagi maha BIjaksana." (QS. Al-Ma'idah [5]: 118). Sedangkan kamu, wahai Umar, seperti halnya Nabi Nuh 'Alaihis salaam.; beliau mengatakan: "ya Tuhanku janganlah Engkau biarkan seorang pun diantara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi." (QS. Nuh [71]: 26), juga seperti halnya Nabi Musa 'Alaihis salaam. Yang mengatakan: "kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih." (QS. Yunus [10]: 88).[6]

Ditinjau dari hadits ini, tentu dapat dinilai dengan jelas, bahwa Sayyidina Abu Bakar dan Umar lebih utama daripada Sayyidina Ali Radhiallahu 'anhu, sebab perumpamaan yang diungkapkan oleh Nabi shalallahu 'alaihi wasalaam untuk Sayyidina Abu Bakar dan Umar masing-masing adalah dua nabi (Abu Bakar sama dengan Nabi Ibrahim dan Isa, Umar sama dengan Nabi Nuh dan Musa). Sedangkan Sayyidina Ali Radhiallahu 'anhu hanya disamakan dengan Nabi Harun, di mana beliau (Nabi Harun 'Alaihis salaam) tidak lebih utama daripada Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa, yang kesemuanya tergolong dalam deretan nabi-nabi Ulul 'azmi.

Hadits Kedua

Mengenai hadits kedua, sebagaimana telah kami cantumkan di atas, sebetulnya tidak banyak digunakan sebagai dalil penguat imamah oleh para penulis Syiah, karena itu hadits ini tidak begitu popular sebagaimana hadits pertama dan hadits Ghadir. Muhammad Husain al-Faqih dalam bukunya Limaadzaa Ana Syi'i,[7] merupakan sedikit di antara penulis Syiah yang menggunakan hadits ini sebagai dalil atas hak kekhalifahan sayidina Ali Radhiallahu 'anhu Setelah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalaam.

Rupanya, Muhammad Husain al-Faqih memahami benar bahwa hadits ghadir Khum "man kuntu mawlahu…" dan hadits "anta minni bi manzilati Harun min Musa" memang tidak tepat sasaran, banyak kelemahan dan banyak mendapat sanggahan dari Ummat Islam yang tidak bisa dijawab. Namun, ia tidak merasa jika dalil inipun juga meleset, bahkan lebih jauh dari dua dalil sebelumnya. Ada beberapa hal yang menyebabkan Muhammad Husain al-Faqih salah sasaran dalam menempatkan dalil ini:

Pertama, dugaan bahwa sabda Nabi shalallahu 'alaihi wasalaam di atas (inna 'Aliyan minni wa ana minhu) merupakan perkataan tunggal yang tidak pernah disabdakan oleh Nabi shalallahu 'alaihi wasalaam kepada selain Sayyidina Ali Radhiallahu 'anhu, merupakan dugaan yang salah total. Hadits ini juga pernah beliau sabdakan kepada sahabat-sahabat yang lain, di antaranya adalah sahabat beliau yang bernama Julaibib, ketika ia gugur dalam medan perang setelah ia membunuh tujuh orang kafir, lalu Nabi shalallahu 'alaihi wasalaam bersabda:

قَتَلَ سَبْعَةً ثُمَّ قَتَلُوْهُ هَذَا مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ (رواه مسلم)

"Ia (julaibib) telah membunuh tujuh orang, kemudian ia dibunuh (oleh para musuh), ia dariku dan aku darinya."[8]

Hadits ini juga pernah beliau sabdakan kepada orang-orang 'asy'ariyyin:

إِنَّ الْأَشْعَرِيِّينَ إِذَا أَرْمَلُوا فِي الْغَزْوِ أَوْ قَلَّ طَعَامُ عِيَالِهِمْ بِالْمَدِينَةِ جَمَعُوا مَا كَانَ عِنْدَهُمْ فِي ثَوْبٍ وَاحِدٍ ثُمَّ اقْتَسَمُوهُ بَيْنَهُمْ فِي إِنَاءٍ وَاحِدٍ بِالسَّوِيَّةِ فَهُمْ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُمْ (رواه مسلم)

"Sesungguhnya orang-orang 'Asy'ariy ketika mereka kehabisan bekal dalam peperangan,atau ketika makanan keluarga mereka di Madinah sangat minim, maka mereka mengumpulkan makanan yang mereka miliki dalam satu pakaian (wadah), kemudian mereka membaginya diantara mereka dalam satu wadah dengan rata, mereka dariku dan aku dari mereka." (HR. Muslim).[9]

Selain kepada Julaibib dan orang-orang Asy'ariyyin, Nabi shalallahu 'alaihi wasalaam. juga pernah bersabda dengan kata-kata yang sama kepada Bani Nahiyah, beliau bersabda:

أَنَا مِنِهُمْ وَهُمْ مِنِيْ (رواه أحمد)

"Aku dari mereka dan mereka dariku." (HR. Ahmad).[10]

Dari ketiga hadits ini, adakah yang menunjukkan arti kekhilafahan? Tentu jawabannya adalah tidak.[11] Andai saja hadits yang digunakan Musammad Husain al-Faqih di atas memang menunjukkan pada arti kekhalifahan, maka seharusnya Julaibib, Asy'ariyyin dan Bani Nahiyah Juga berhak menjadi khalifah, seperti halnya Sayyidina AliRadhiyallahu 'anhu, sesuai dengan sabda Nabi shalallahu 'alaihi wasalaam.

Kedua, sedangkan kelanjutan dari hadits di atas, yaitu kalimat "wa huwa waliyyu kulli mu'minin min ba'di" juga tidak bisa dijadikan sebagai dalil atas doktrin imamah, sebab lafadz ini tidak tercantum dalam kitab-kitab shahih. Kata-kata tersebut hanya diriwayatkan oleh Ja'far bin Sulaiman. Sedangkan status Ja'far bin Sulaiman, sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Hajar al-'Asqalani dalam Tahdzib at-Tahdzib, adalah orang-orang yang sangat kental ke-Syiah-annnya. Karena itulah Abu 'Isa mengatakan bahwa tambahan hadits ini, yang berupa kalimat "wa huwa waliyyu kulli mu'minin min ba'di", merupakan hadits Gharib, sebab hanya diriwayatkan melalui jalur Ja'far bin Sulaiman.[12]

Selanjutnya, jika dikatakan bahwa hadits ini memiliki penguat, sebab juga diriwayatkann melalui jalur Ajlah al-Kindi, sebagaimana dicantumkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya. Maka perlu diketahui bahwa Ajlah juga penganut Syiah tulen, sebagaimana dijelaskan dalam kitab at-Taqrib, al-Mizan dan yang lain. Yang menjadi bukti bahwa tambahan hadits ini hanya melalui jalur dua orang Syiah itu adalah, ketika Imam Ahmad meriwayatkan hadits ini dari beberapa jalur selain Ja'far bin Sulaiman dan Ajlah al-Kindi, beliau tidak mencantumkan tambahan "wa huwa waliyyu kulli mu'minin min ba'di."[13]

Hadits Ketiga

Ada beberapa poin yang perlu dicermati dari dalil hadits ketiga yang menjadi andalan Syiah ini, di mana hadits tersebut juga dijadikan sebagai dasar atas kepemimpinan 12 Imam Syiah secara berurutan.

Pertama, keragaman riwayat

Riwayat-riwayat hadits yang ditunjuk Syiah sebagai nash bagi kepemimpinan 12 orang dari suku Quraisy cukup beragam, dengan inti pembahasan sama dan tampilan redaksi yang berbeda, namun tetap mengacu pada satu perawi, yakni Jabir bin Samurah.

Dari keberagaman riwayat itu, ternyata riwayat yang ditampilkan Syiah sebagai dalil atas Imam 12 hanya riwayat yang sesuai dengan selera mereka, sehingga terkesan dapat memperkuat doktrin yang mereka usung, seperti yang ditulis oleh oleh Muhammad bin Husain al-Faqih dan Emilia Renita AZ di atas. Sedangkan riwayat yang kontras dengan doktrin mereka justru diabaikan, seperti riwayat dari Imam Abu Dawud, yang bersumber dar Isma'il bin Abi Khalid, dari ayahnya, dari Jabir bin Samurah dengan redaksi sebagai berikut:

لَا يَزَالُ هَذَا الدِّينُ قَائِمًا حَتَّى يَكُونَ عَلَيْكُمْ اثْنَا عَشَرَ خَلِيفَةً كُلُّهُمْ تَجْتَمِعُ عَلَيْهِ الْأُمَّةُ.

"Kepemimpinan Islam akan selalu tegak sehingga ada 12 pemimpin atas kalian, di mana seluruh Ummat kompak atas kepemimpinan mereka."[14]

Riwayat lain yang diacuhkan Syiah adalah riwayat dari ath-Thabrani. Beliau meriwayatkan melalui jalur yang berbeda, yaitu dari al-Aswad bin Sa'id, dari Jabir bin Samurah dengan redaksi sebagai berikut:

لَا يَضُرُّهُمْ عَدَاوَةُ مَنْ عَادَهُمْ حَتَّى يَكُوْنَ عَلَيْكُمْ إثْنَا عَشَرَ خَلِيْفَةِ كُلهمْ يَجْتَمِعُ عَلَيْهِ الأُمَّةُ.

"Permusuhan orang yang memusuhi Ummat Islam tidak akan membahayakan sampai kalian dipimpin oleh 12 orang khalifah, dimana Ummat bersepakat atas kepemimpinan mereka."[15]

Riwayat-riwayat semacam ini sama sekali absen dari kitab-kitab Syiah, dan sama sekali tidak digubris sebagai dalil atas kepemimpinan 12 Imam mereka. Alasannya adalah jelas, sebab kalimat "wa huwa waliyyu kulli mu'minin min ba'di" sangat tidak sesuai dengan doktrin imamah, dan bahkan berpotensi untuk memberangusnya.

Dalam sejarah tercatat dengan jelas, bahwa Imam Syiah yang disepakati oleh semua ummat Islam akan kekhalifahannya hanya Sayyidina ali Radhiallahu 'anhu dan Sayyidina Hasan Radhiallahu 'anhu, sedangkan Imam-imam Syiah yang lain tidak. Bahkan di buku Syiah sendiri terjadi ketidak-sepakatan dan silang pendapat dalam menentukan Imam mereka sendiri, yakni setelah wafatnya Sayyidina Husain Radhiyallahu 'anhu; ada yang mengatakan bahwa kepemimpinan dilanjutkan oleh Muhammad bin al-hanafiyah Radhiallahu 'anhu, ada pula yang berpendapat bahwa kepemimpinan itu dilanjutkan oleh keturunan Sayyidina Husain Radhiallahu 'anhu. Dari sinilah sekte Syiah terpecah pada beberapa versi; Imamiyah-Ja'fariyah, Isma'iliyah, Zaidiyah dan seterusnya.[16]

Bahkan sebetulnya konsep dua belas Imam dalam Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah baru muncul belakangan, setelah Syiah terkotak-kotak pada beberapa versi yang berbeda-beda, dan konsep 12 Imam itu tidak ditemukan dalam sejarah awal munculnya sekte ini. Syiah yang muncul pertama kali berkeyakinan bahwa hak kepemimpinan Ummat hanya ada di tangan Sayyidina Ali Radhiallahu 'anhu, bukan yang lain. Pendapat ini menjadi keyakinan kaum Saba'iyah. Selanjutnya muncul versi baru yang meyakini ke-imamah-an Sayyidina Ali, Hasan bin Ali, Husain bin Ali dan Muhammad bin Ali Radhiallahu 'anhu. Mereka adalah golongan Syaih Kaisyaniyah, yang hanya mempercayai Imam sampai pada Muhammad bin Ali Radhiallahu 'anhusaja. Selebinya bukan Imam.

Setelah dua golongan di atas, muncul lagi pendapat lain yang mengakui ke-imamah-an hingga Imam Ja'far ash-Shadiq, sedangkan Imam yang datang setelah Ja'far tidak diakui sebagai Imam. Sedangkan versi yang lain mengakui Imam-imam hingga Imam Mahdi al-Muntadzar. Merekalah yang kemudian dikenal dengan sebutan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah.[17] Di samping itu masih banyak aliran-aliran Syiah yang lain disebabkan perbedaan pemahaman mereka tentang imamah dan sosok Imam yang mereka yakini.

Dari sini tampak sekali bahwa konsep dua belas Imam muncul paling belakang setelah firqah-firqah Syiah yang lain. Namun demikian, agaknya kelompok ini menemukan celah dari hadits Nabi shalallahu 'alaihi wasalaam. sebagai justifikasi terhadap kebenaran konsep Syiah yang mereka bangun (Imamiyah Itsna Asyariyah), dengan cara menyembunyikan sebagian riwayat yang bertentangan dengan konsep tersebut.

Dari sini, barangkali orang seperti Muhammad Husain al-Faqih memang harus berpikir ulang untuk menampilkan hadits tersebut sebagai dalil bagi kepemimpinan 12 Imam mereka. Dan agaknya, ia kehilangan cara untuk mengkondisikan hadits tersebut sesuai dengan logika Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah, sehingga ia lebih memilih untuk menyembunyikan hadits tersebut secara diam-diam. Kita berpikir, andai Syiah mampu untuk memformat ulang pemahaman hadits ini hingga sesuai dengan kepentingan mereka, seperti yang mereka lakukan pada dua hadits sebelumnya, tentu mereka akan melakukannya. Akan tetapi rupanya hadits ini sangat mungkin untuk menjadi "senjata makan tuan" bagi Syiah, dan menyapu bersih akidah mereka yang paling asasi, yakni imamah. [Poin berikutnya terkait hadits ketiga insyaa Allah dibahas pada pembahasan selanjutnya.]

 

Referensi

[1]Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam Shahih Bukhari dengan sedikit perbedaan redaksi (hadits No. 3430 dan 4064); Shahih Muslim (hadits No. 4418); Sunan at-Tirmudzi (hadits No. 3663 dan 3664); Sunan Ibnu Majah (hadits No. 118); dan Musnad Ahmad (hadits No. 1465, 10842, 25834, dan 26195).

[2]Lihat, Tuhfah al-Ahwadzi bi Syarhi Sunan at-Tirmidzi, juz 9, hlm. 137, al-fashl, juz 4 hlm. 159-160.

[3]Lihat, Shahih Ibnu Khuzaimah, juz 3, hlm. 423.

[4]Abu Na'im al-Ashfahani, Ma'rifat as-Shahabah, juz 16, hlm. 493, No. hadits 5284.

[5]Lihat catatan kaki Ushul Madzhab asy-Syiah, juz 2, hlm. 831.

[6]Musnad Ahmad, hadits no. 3452.

[7]Muhammad Husain al-Faqih, Limaadzaa Ana Syi'I, hlm. 33.

[8]Shahih Muslim, hadits No. 4519

[9]Shahih Muslim, hadits No. 4556.

[10]Musnad Ahmad, hadits No. 1370.

[11]Lihat, Tuhfah al-ahwaddzi bi Syarhi Sunan at-Tirmudzi, juz 9, hlm. 125.

[12]Tahdzib at-Tahdzib, juz 2 hlm. 83 (entri: Ja'far bin Sulaiman adh-Dhab'i), juz 1 hlm. 72 (entri Ajlah Abdullah al-Kindi), dan Taqrib at-Tahdzib, juz 1 hlm. 165 (entri Ajlah bin Abdullah)

[13]Tuhfah al-Ahwaddzi bi Syarhi Sunan at-Turmudzi juz 9, hlm. 125.

[14]Sunan Abu Dawud, hadits No. 3731.

[15]Al-Mu'jam al-Kabir, hadits No. 1819.

[16]Rujuk kembali penjelasan tentang Ragam Aliran Syiah di edisi awal sigabah.com.

[17]Lihat: Utsman bin Muhammad Ali Khamis an-Nashiri, Kasyf al-jani Muhammad al-Tijani, hlm. 68.

(adibahasan/arrahmah.com)

Belanda berencana untuk melarang cadar di tempat umum

Posted: 22 May 2015 10:24 PM PDT

women-niqab

DEN HAAG (Arrahmah.com) - Pemerintah Belanda pada Jum'at (22/5/2015) sepakat untuk memperkenalkan larangan pemakaian cadar di tempat umum, Kementerian Dalam Negeri mengungkapkan dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dilansir oleh World Bulletin.

Larangan yang diusulkan tersebut -yang harus disetujui oleh parlemen sebelum dapat menjadi hukum - akan berlaku untuk semua pakaian penutup wajah, termasuk masker dan helm, di angkutan umum dan di sekolah-sekolah, rumah sakit dan kantor pemerintah.

Tindakan ini "tidak ada hubungannya dengan agama," ungkap Perdana Menteri Mark Rutte kepada wartawan di Den Haag setelah larangan yang diusulkan itu disahkan oleh kabinet.

"Dalam sebuah negara yang bebas seperti Belanda, setiap orang memiliki hak untuk berpakaian sebagaimana yang mereka inginkan, tidak peduli apa yang orang lain pikirkan. Kebebasan itu hanya terbatas dalam situasi ketika hal itu sangat penting bagi orang untuk melihat satu sama lain," ungkap pernyataan itu.

Politisi oposisi anti-Islam Geert Wilders - yang merupakan politisi sayap kanan telah memenangkan dukungan yang luas dikalangan pemilih Belada - telah lama mengusulkan larangan cadar dan burqa. Wilders mengatakan kepada televisi Belanda pada Jum'at (22/5) bahwa larangan yang diusulkan adalah "lemah".
Prancis telah melarang cadar pada tahun 2010, dan tahun lalu disetujui oleh Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa.
(ameera/arrahmah.com)

Tommy Soeharto: Copot Lukman Hakim jadi Menteri Agama, berpeganglah pada Al Qur'an

Posted: 22 May 2015 09:43 PM PDT

Tommy Soeharto

JAKARTA (Arrahmah.com) - Perdebatan tilawah Al Qur'an dengan langgam Jawa belum juga reda. Hingga putra mantan Presiden Soeharto, Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto ikut urun gagas. Dalam akun Twitternya, Tommy menentang tilawah Al Quran dibaca dengan langgam non Arab, sebagaimana dilaporkan Intelijen, Jum'at (22/5/2015).

Tak tanggung-tanggung, Tommy Soeharto meminta Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin untuk dicopot, jika memang tidak paham Al Qur'an. "Menteri Agama Kalau tidak Paham Apa itu Al'Quran Sebaiknya Ganti Saja, Jangan Membuat Pengalihan Isu dengan Al Quran, 'Hormati' #SaveAlquran," tegas Tommy Soeharto melalui akun Twitter @HutomoMP_9.

Menurut Tommy Soeharto, sejak Al Quran diturunkan, manusia diperintahkan untuk membacanya, bukan 'menggantinya' atau 'menyanyikannya'.

"Sejak Pertama Turun perintahnya 'Bacalah.!! Bukan Ganti lah atau Nyanyikanlah' Orang tidak sekolah Juga paham Artinya," tulis @HutomoMP_9.

@HutomoMP_9 juga menulis: "Pedoman Utama Umat Islam Al Qur'an, jelas dalam Al Qur'an tertulis Kata 'Bacalah dengan Nama Tuhanmu' Bukan malah Atas Nama Ahli atau kelompok."

Tommy juga meminta semua pihak untuk tidak memperdebatkan segala hal yang sudah ditentukan dalam ayat suci Al Qur'an.

"Tidak ada ahli tafsir yg melampaui kecerdasan Al Qur'an, tanpa Al Qur'an mereka tidak akan pernah menjadi ahli tafsir,'berpeganglah pada Alqur'an'," pesannya. (adibahasan/arrahmah.com)

Makanan halal meningkat di Rusia

Posted: 22 May 2015 07:55 PM PDT

halal-expo

MOSKOW (Arrahmah.com) - Pasar produk dan jasa halal di Rusia telah meningkat dari tahun ke tahun, ungkap wakil ketua dewan mufti Rusia, atau RMC, sebagaimana dilansir oleh World Bulletin, Jum'at (22/5/2015)

Rushan Abbasov, yang termasuk dalam komite panitia International Halal Expo Moskow yang ke enam, yang dimulai pada hari Kamis, mengatakan bahwa minat terhadap sektor halal di Rusia telah meningkat dan banyak perusahaan makanan telah mendapatkan sertifikat halal.

"Meskipun terjadi krisis ekonomi di Rusia, minta terhadap pameran ini tidak menurun tahun ini," katanya.

Pasar Rusia untuk produk halal - daging yang disembelih sesuai dengan hukum Islam - meningkat seiring dengan pertumbuhan kesadaran beragama di kalangan ummat Islam Rusia, menurut penyelenggara pameran tersebut.

Pameran halal tersebut dikemas dengan menampilkan perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam keuangan Islam, pakaian, fashion, budaya, farmasi dan pariwisata, serta produk makanan dan jasa halal.

Abbasov, juga mengucapkan terima kasih kepada Anadolu Agency untuk mendukung pameran halal tersebut.

Beberapa perusahaan yang ikut serta dalam pameran terseut ada yang berasal negara yang jauh seperti Turki, Iran, Inggris, Pakistan, Arab Saudi, Indonesia dan Malaysia untuk menghadiri pameran yang berlangsung selama tiga hari.

Program ini mencakup budaya Islam, memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk melihat tren baru di dunia fashion serta masakan Muslim.

(ameera/arrahmah.com)

Setelah penderitaan panjang di laut, Muslim Rohingya menemukan kemanusiaan di Aceh

Posted: 22 May 2015 06:42 PM PDT

rohingy in aceh

(Arrahmah.com) - Aceh, wilayah ini sudah tak asing lagi di telinga masyarakat dunia karena tsunami yang pernah melanda tanah itu 2004 lalu. Siapa saja yang mendengar Aceh pasti ingatannya tertuju pada tragedi tsunami besar yang menelan korban ribuan jiwa dan akan terharu pada ketegaran masyarakat Aceh untuk bangkit dari bencana.

Kini Aceh kembali booming. Kembali menjadi sorotan dunia. Betapa tidak, wilayah ini menjadi tempat berlabuh sejumlah besar "manusia perahu". Lebih dari 1.300 Muslim Rohingya dari Myanmar berlabuh di provinsi Aceh dan Sumatera Utara pada pekan lalu, menurut data UNHCR. Di saat pemerintah-pemerintah regional, termasuk Indonesia, menolak kehadiran warga Rohingya atas nama kedaultan negara, warga Aceh tanpa ragu menerima para "manusia perahu" itu dan membantu mereka karena rasa kemanusiaan.

Melarikan diri dari Myanmar untuk menyelamatkan jiwa mereka dari penindasan, warga Rohingya yang tiba di daratan Aceh meneteskan air mata haru karena melihat kebaikan warga Aceh kepada mereka.

Masyarakat lokal Aceh telah memobilisasi donasi makanan, air, pakaian serta dukungan moral yang sangat para pengungsi Rohingya butuhkan setelah menderita di tengah lautan luas.

Di antara mereka adalah Fatimah (18), bukan nama sebenarnya, yang selamat dari perjalanan yang mengerikan itu. Dia memutuskan untuk meninggalkan kamp pengungsian di Sittwe, ibukota Rakhine, Myanmar, setelah suaminya yang nelayan tewas dibunuh dalam kondisi yang misterius setahun yang lalu dan ia tidak bisa lagi bertahan sendirian bersama kedua puterinya yang masih kecil, menurut rilisan UNHCR.

Fatimah berharap bisa bergabung dengan saudarinya di Malaysia. Ia memberikan semua harta yang ia punya -200.000 kyat- untuk turut berlayar dalam perahu sekitar tiga bulan lalu. Perahu yang ia naiki amat penuh sesak oleh pengungsi. Mereka diberi makan dua kali sehari, kadang-kadang nasi, bubur, ikan kering atau kentang. Lebih dari sepekan yang lalu, kru perahu penyelundup meninggalkan mereka di perahu penuh sesak, terombang-ambing di lautan lepas.

"Para nelayan dan orang-orang lokal sangat menolong dan baik pada kami," kata Fatimah kepada relawan, berdasarkan laporan yang dirilis unhcr.org. "Mereka membawa kami ke masjid terdekat dan mengizinkan kami untuk beristirahat sambil memberikan kami makanan, air dan makanan ringan."

Puteri pertamanya, Anwara (3), sakit akibat dehidrasi pada hari-hari pertama tiba di Aceh. Seorang perempuan lokal, Rusmawati, bukan nama sebenarnya, mengundang mereka ke rumahnya untuk membersihkan diri mereka, dan khawatir saat melihat gadis kecil itu masih sakit pada hari berikutnya.

"Kami berbicara dalam bahasa yang berbeda, sangat sulit untuk memahami apa yang mereka katakana, tetapi Saya tahu bahwa kami memiliki agama yang sama dan kami merasakan bahwa mereka butuh untuk ditolong," katanya sambil menangis, berharap Anwara segera sembuh.

Menurut laporan UNCHR, Pada hari-hari pertama perahu itu, mereka ditempatkan di gedung olahraga di Lhoksukon di bawah koordinasi Dinas Sosial, kantor sosial dan kesejahteraan kabupaten tersebut. UNHCR bekerja untuk mendata warga Rohingya di antara kelompok pengungsi, sementara makanan dan pakaian disumbangkan oleh masyarakat lokal dan instansi pemerintah terus berdatangan. Tiga kali sehari staf bergantian untuk menyediakan makanan bagi para pengungsi itu.

Warga lokal juga terus berdatangan untuk melihat kondisi para pengungsi dari Myanmar dan Bangladesh itu. Di antaranya Ani, seorang guru SMA, datang bersama dengan seluruh muridnya dan membawa kardus-kardus mie instan dan makanan ringan. Ani kemudian meminta staf UNHCR untuk memberikan sesi untuk menjelaskan mengapa para pengungsi itu datang dan mengapa masyarakat perlu untuk membantu mereka.

Pada Rabu lalu, ratusan warga lokal berkumpul di luar gedung olahraga, untuk melihat para pengungsi itu. Banyak wanita yang menangis karena rasa simpati dan keprihatinan. Banyak dari pengungsi menyalami tangan-tangan warga, mereka berusaha untuk menunjukkan rasa terimakasih atas kedermawanan dan rasa kasih sayang yang diberikan oleh warga Aceh.

"Anwara sudah membaik hari ini," kata Fatimah ketika sedang bersiap-siap untuk menumpangi bus yang disediakan pihak imigrasi untuk memindahkan mereka ke tempat pengungsian sementara. "Hanya Allah yang bisa membalas kebaikan mereka kepada kami," ujarnya haru.

Selain Fatimah dan pengungsi yang bersamanya, sekitar 7.000 para pengungsi Rohingya lainnya dikabarkan masih terombang-ambing di laut Asia Selatan. Berharap pemerintah negara-negara wilayah ini mau membuka pintu dan memberikan mereka pertolongan. (siraaj/arrahmah.com)