Arrahmah.Com |
- Pers bermartabat, bukan mesin penindas
- Refleksi ekonomi 2014: Indonesia makin sengsara
- PBB desak Myanmar untuk memberikan kewarganegaraan penuh kepada Muslim Rohingya
- Takut perlawanan "militan", Mesir perluas zona penyangga Gaza
- Polisi "Israel" menahan 2 Muslimah Palestina di Yerusalem
- ECHR menerima permohonan Muslim Rusia untuk membangun masjid
- Syiah Houtsi di Yaman tuntut penghapusan Surat An-Nuur dalam Al-Qur'an
- Turki akan sponsori semua anak-anak Gaza yang kehilangan ayah mereka dalam perang
- Sebuah "kesaksian" dari dalam tentang Al-Qaeda dalam Majalah Dabiq edisi ke-6 ISIS
- 153 tewas oleh serangan pesawat tak berawak di Pakistan pada tahun 2014
Pers bermartabat, bukan mesin penindas Posted: 01 Jan 2015 05:00 AM PST Oleh Umar Syarifudin Lajnah Siyasiyah DPD Hizbut Tahrir Kota Kediri (Arrahmah.com) - Rakyat butuh wartawan dan Media Pers yang fair, cerdas dan punya nyali untuk menyampaikan informasi yang melepaskan diri dari intimidasi dan intervensi. Pers harusnya mampu bergerak di lingkungan yang secara ekstrim berada di antara racun dan kebenaran, yang dicemari kerahasiaan resmi, kepentingan bisnis, aliansi-aliansi pemerintah-bisnis, dan kampanye public relations korup yang dilancarkan rejim yang zalim. Tahun 2015 hendaknya menjadi era penerangan. Insan media hendaknya seperti burung elang yang terbang menuju era baru: membawa masyarakat pada berita yang adil dan jujur, apapun resikonya. Media harus melawan balik setiap kebohongan "resmi" dan berita palsu, secara otomatis para wartawan berfungsi sebagai penjaga kebenaran. Bukan malah berubah menjadi (maaf:) anjing bulldog yang mengamankan kepentingan pihak-pihak jahat dengan upaya pengaburan dan pemalsuan berita. Sebagai ilustrasi bentuk intervensi, maupun upaya pembungkaman pelaporan berita-pasca 9/11 sebagaimana yang diungkapkan Christiane Amanpour dari CNN dan CBS pada acara Topic yang diasuh Tina Brown di CNBC 10 September 2003 : "Saya kira pers dicocok hidungnya dan saya kira pers mencocok hidungnya sendiri. Maaf, harus saya katakan begitu, tetapi tentu televisi dan mungkin pada tingkat tertentu termasuk televisi saya – diintimidasi pemerintah dan para serdadunya di FOX News. Dan, nyatanya itu menghadirkan iklim ketakutan dan swa-sensor dalam hal siaran yang kami lakukan..." Manipulasi besar itu Dalam buku A Pretex for War, reporter keamanan nasional dan pengarang James Bramford menulis serdadu-serdadu rahasia Miller saat meliput pencarian senjata pemusnah massal di Irak: Seorang perwira militer mengeluh, Miller kadang-kadang 'mengintimidasi' tentara dengan membawa-bawa nama Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld atau Wakil Menteri Douglas Feith. Miller, punya riwayat kelas satu yang mencakup keahlian di bidang senjata pemusnah massal, tampaknya sudah membuat pakta jurnalis dengan setan. Reportase Miller adalah produk dari mesin manipulasi dan penipuan yang menggemparkan pemerintahan Bush, yang dibuat dan diawasi tiga mantan penasihat pemerintahan Israel, yang kemudian menjadi pejabat senior pemerintahan AS: Richard Perle, Douglas Feith, dan Richard Cheney. Mereka bertiga berbagi peran, Douglas Feith membentuk Kantor Pengaruh Strategis, yang, dalam bahasa Bramford,"dimaksudkan menjadi pabrik disinformasi besar-besaran." Jane Akre, dalam tulisan "Sang Serigala, anjing-anjing Pelacak, dan Sapi-Sapi Keramat" menggambarkan bagaimana dia dipecat setelah menolak mengubah ke titik memalsukan karya investigatifnya tentang kemungkinan bahaya perusahaan susu Bovine Growth Hormone milik Monsanto Corporations. Tulisannya menggambarkan pertarungan yang legal yang sedang berjalan melawan 'institusi Pers' Amerika Serikat yang membuat takut semua wartawan. Jelas, dibalik slogan kebebasan Pers Amerika Serikat, notabene sebagai kiblat demokrasi dan polisi dunia hanyalah isapan jempol. Amerika Serikat memiliki problem kronik jurnalisme. Kejujuran informasi hanyalah mitos. Pemutarbalikan fakta dan pembelokan sejarah benar-benar terjadi. Tak heran jika CBS, NBC, PBS, CNN dan ABC dalam memberikan potret muslim dan kelompok-kelompok Islam 'radikal' dalam perspektif mereka, selalu dipotret sebagai kaum maniak yang berteriak-teriak, ide-idenya adalah kejahatan. Amerika Serikat dalam Bisnis War on Terrorist dan Oil Game sangat membutuhkan salah satu mesin primer, yaitu Pers untuk memuluskan 'transaksinya'. Dosa-dosa pers dalam iklim yang ada sekarang – kapitalisasi berita, yaitu menahan dan menyembunyikan informasi yang harusnya memberi konteks dan melukiskan sejarah. Sangat paradoks dengan klaimnya sebagai negara yang menjamin transparansi berita. Sekali lagi, siapapun wartawan dan pers yang berpihak pada kebenaran harusnya merdeka membela kebenaran dalam situasi ketertekanan dan melawan penyensoran dari aktor-aktor gelap yang tidak ingin kepentingannya 'tersakiti'. Tulisan John Kelly tentang aktivitas CIA yang kini dijalankan sebagai bagian dari perang melawan teror memberi contoh yang jelas tentag pers yang menyerahkan pelaporan kepada pemerintah melawan untuk penyensoran:"Ironisnya, CIA memberi persetujuan atas peliputan pembunuhan yang dilakukannya." Nah, begitu jugakah paket alur disinformasi yang menjadi kanker ganas media-media mainstream pro-kapitalis yang ada Indonesia? Apakah mereka sudah 'berani' membongkar berbagai skandal, intrik, makar "rejim, mafia partai, korporat-korporat hitam dan Amerika serikat serta para bonekanya"? yang terjadi justru sebaliknya, dan peran kritik dan solusi banyak diambil oleh media-media Islam. Lampu, kamera, aksi Terhadap tayangan-tayangan majalah berita televisi, Mike Wallace koresponden peraih penghargaan untuk 60 Minutes mengakui, "ini soal waktu, uang dan bisnis rating". Dia menambahakan majalah berita "terlalu sedikit" mengerjakan jurnalisme investigatif yang signifikan. Mendapatkan berita seutuhnya memanglah melalui proses panjang dan tentu melelahkan. Pers dan wartawan haruslah memiliki ketrampilan dan proses yang benar dalam menggambarkan berita. Sehingga bisa 'dimakan' pembaca atau pemirsa sebagai 'makanan' yang bersih dan sehat. Bukan sampah dan racun. Jika sampai iman dan nurani insan Pers tergadai oleh recehan dollar atau rupiah, maka mereka adalah musuh kebenaran, yang akhirnya menjadi penyesat yang menyesatkan masyarakat. Kita berharap pada insan media yang pro-kebenaran, yang memilih berbicara lantang melawan kejahatan mafia korporat dan kritis terhadap rejim despotik yang memanfaatkan pers sebagai corong untuk berbohong kepada rakyat. Kita berharap pengungkapan yang kritis terhadap kegagalan konsep demokrasi ini memicu tuntutan publik akan terciptanya pers yang independen. Lebih penting lagi sebagai media penyadaran. Rakyat haus informasi yang jernih. Pantaskah mereka berharap pada media-media yang pro kapitalis? Pada tataran inilah kita membutuhkan "arus besar" pemikir yang kritis dan sangat terdidik dan sangat disiplin melawan kebohongan dan penyesatan informasi. Rakyat membutuhkan media yag tak mempan disuap. Siap melawan pembungkaman dan penyesatan informasi dari rejim penguasa. Sayang sekali, bukannya memberi informasi yang mencerahkan, media-media sekuler pro kapitalis malah mengangsingkan masyarakat dari fakta. Wajar masyarakat mendesak pers dan insan media sekuler pro kapitalis untuk bertanggung jawab atas 'intrik' dalam peliputannya. Walhasil, yang kita butuhkan bukanlah berita fatamorgana. (*/arrahmah.com) |
Refleksi ekonomi 2014: Indonesia makin sengsara Posted: 01 Jan 2015 03:18 AM PST BANDUNG (Arrahmah.com) - Momentum akhir tahun 2014 (28/12), HTI Kab. Bandung Barat (KBB) menyelenggarakan acara Refleksi Ekonomi Akhir Tahun 2014. Acara yang bertempat di masjid Al-Irsyad Kota Baru Parahyangan Padalarang KBB tersebut menegaskan sistem ekonomi Islam sebagai solusi. Acara tersebut juga dihadiri lebih dari 50 orang dari masyarakat sekitar. Acara tersebut diawali dengan penyampaian materi oleh Salman Iskandar, S.S. (HTI KBB) yang memaparkan sejarah perjalanan ekonomi Indonesia dari masa ke masa. "Indonesia merupakan negeri yang subur dan kaya namun faktanya negeri ini tidak berdaya melawan cengkeraman gurita kapitalisme global yang telah dilakukan beberapa ribu tahun lalu melalui kerjasama busuk antara penjajah dengan para cendikawan pribumi" tegasnya. "Pengkhianatan tersebut di awali pada saat KMB (Konferensi Meja Bundar) tahun 1949, dimana Indonesia dipaksa berhutang kepada Amerika yang berada di bawah lembaga IMF dan World Bank untuk membayar hutang yang dimiliki oleh penjajah Belanda yang ditukar dengan kemerdekaan semu," lanjutnya. Dia juga menegaskan bahwa melalui kerjasama tersebut rakyat Indonesia memiliki beban hutang hingga kini sebesar Rp. 3.042,751 Trilyun. Tidak hanya itu, kekayaan alam yang dimiliki oleh rakyat Indonesia habis digadaikan kepada pihak asing melalui kebijakan politik, sehingga mengakibatkan kondisi rakyat Indonesia semakin terpuruk dan sengsara. Hal tersebut dipertegas oleh Dr. Arim Nasim, M.Si.,Ak. selaku pembicara kedua. Dia mengatakan bahwa dampak dari kebijakan ekonomi kapitalisme tidak hanya dirasakan oleh masyarakat Indonesia tetapi juga dunia. Laporan Global Hunger Index (GHI) yang dibuat oleh International Food Policy Research Institute menyatakan bahwa sepanjang 2010 terdapat 1 Miliar penduduk dunia yang mengalami kelaparan. "Tingkat kelaparan di 25 negara bahkan sudah mencapai level ekstrem (extremely alarming), sementara untuk negara lainnya masuk level serius (serious alarming)" katanya mencontohkan. Dr. Arim menegaskan kembali bahwa Indonesia telah gagal dalam memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Hingga kini terdapat 96 juta jiwa berada digaris kemiskinan, sebesar 7,39 juta orang dari 118,19 juta menganggur tidak punya pekerjaan. Dia juga mengutip pernyataan Mantan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa bahwa, bahwa ada 13 juta masyarakat yang belum punya rumah dan ada 4 juta lebih yang rumahnya perlu diperbaiki. Bahkan di akhir tahun 2014 pemerintah telah memberikan kado pahit kepada rakyatnya dengan menaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang disusul dengan kenaikan yang lainnya seperti tarif angkot, harga sembako, dan lain-lain. Diskusi berjalan dengan khidmat, mulai pukul 09.00 hingga pukul 11.45 WIB. Para peserta antusias menyimak materi yang disampaikan oleh kedua pembicara, bahkan beberapa peserta terlihat marah dan kesal terhadap pemerintah yang abai terhadap rakyatnya. Di akhir acara, kedua pembicara menegaskan kembali bahwa kapitalisme merupakan sistem ekonomi rusak yang berasal dari buah pemikiran manusia yang serba lemah dan terbatas. Mereka juga mengimbau kepada para peserta untuk meninggalkan dan mencampakan ide tersebut dan kembali kepada sistem ekonomi Islam. Namun sistem ini tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus ada institusi yang menerapkannya yakni sistem khilafah yang berdiri di atas manhaj kenabian. (azm/arrahmah.com) |
PBB desak Myanmar untuk memberikan kewarganegaraan penuh kepada Muslim Rohingya Posted: 01 Jan 2015 03:00 AM PST RAKHINE (Arrahmah.com) - Majelis Umum PBB telah menyetujui resolusi yang mendesak Myanmar untuk memberikan "kewarganegaraan penuh '' kepada para minoritas Muslim Rohingya dan untuk memungkinkan mereka untuk bergerak bebas di seluruh negeri, sebagaimana dilansir oleh Al Jazeera, Selasa (30/12/2014). Resolusi yang diadopsi oleh konsensus pada Senin (29/12), menekankan "keprihatinan serius'' majelis tentang perlakukan pemerintah Myanmar terhadap Muslim Rohingya, dan mengirimkan pesan kuat dari 193 anggota badan dunia bahwa masyarakat internasional bersatu menginginkan perubahan dalam perlakukan pemerintah Myanmar terhadap minoritas Rohingya. Resolusi ini juga meminta kepada pemerintah untuk mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa Muslim Rohingya dengan aman dapat kembali ke komunitas mereka, untuk melakukan penyelidikan independen terhadap pelanggaran hak asasi, dan untuk mempromosikan hidup berdampingan secara damai". Sebanyak 1,3 juta Muslim Rohingya telah ditolak kewarganegaraannya berdasarkan hukum nasional dan efektif tanpa kewarganegaraan dan hampir tidak memiliki hak. Pihak berwenang Myanmar ingin secara resmi mengkategorikan mereka sebagai "Bengali," menyiratkan mereka adalah imigran gelap dari negara tetangga Bangladesh. Setelah Myanmar memulai transisi dari kediktatoran menuju demokrasi pada tahun 2011, kebebasan berekspresi yang baru memicu api kebencian terhadap Muslim Rohingya oleh mayoritas Buddha. Kekerasan yang dilancarkan oleh massa Buddha telah menyebabkan 280 orang tewas dan sebanyak 140.000 orang mengungsi dari rumah mereka sejak 2012. Rohingya kini hidup dalam kondisi apartheid seperti di kamp-kamp atau di desa-desa terbatas di negara bagian barat Rakhine. Majelis Umum mendesak pemerintah untuk memungkinkan minoritas Muslim menyebut dirinya Rohingya. Majelis ini juga meminta kepada pemerintah Myanmar untuk memastikan bahwa Rohingya memiliki akses pelayanan yang sama seperti kesehatan dan pendidikan, dan mengatasi akar penyebab kekerasan dan diskriminasi terhadap mereka. (ameera/arrahmah.com) |
Takut perlawanan "militan", Mesir perluas zona penyangga Gaza Posted: 01 Jan 2015 01:40 AM PST MESIR (Arrahmah.com) - Mesir mengatakan pada Selasa (30/12/2014) bahwa pekerjaan untuk memperluas zona penyangga yang dibangun di sepanjang perbatasan dengan Jalur Gaza untuk mencegah "militan" menyusup dari kantung Palestina akan dimulai pekan depan, lapor AFP. Sebuah zona penyangga dengan lebar 500 meter sekarang sedang dibangun di sepanjang sekitar 10 kilometer dari perbatasan, di mana ada sebanyak 800 rumah yang dibongkar untuk proses itu. Pekerjaan akan dimulai minggu depan untuk memperluas 500 meter lagi, kata Gubernur provinsi Sinai Utara, Abdel Fattah Harhur. Harhur mengatakan kepada AFP bahwa dia telah bertemu keluarga dari daerah itu untuk dievakuasi dan mengatakan kepada mereka bahwa mereka perlu untuk menginformasikan pihak berwenang kota perbatasan Rafah apakah mereka ingin kompensasi finansial atau alternatif perumahan. Pembangunan zona penyangga dilakukan setelah sebuah bom pada 24 Oktober menewaskan 30 tentara Mesir dan melukai banyak lainnya. Setelah kejadian itu, Mesir mengumumkan keadaan darurat selama tiga bulan di bagian Utara Sinai, sebuah kawasan terpencil namun strategis yang berbatasan dengan "Israel" dan Gaza. Mesir menuduh "militant" Palestina melancarkan serangan untuk melawan pasukan keamanan mereka di mana serangan tersebut telah meningkat sejak tentara junta menggulingkan Presiden Muhammad Mursi yang berasal dari Ikhwanul Muslimin pada tahun lalu. Tentara junta juga telah meningkatkan penghancuran terowongan Gaza yang mereka klaim digunakan untuk menyelundupkan senjata, makanan dan uang oleh kelompok "militan" Hamas Palestina. Mereka mengatakan telah menghancurkan lebih dari 1.600 terowongan sejak penggulingan Mursi. Pejuang perlawanan di Semenanjung Sinai telah menewaskan puluhan polisi dan tentara sejak penggulingan presiden terpilih. Mereka melakukan perlawanan atas tindakan keras polisi terhadap pendukung Mursi yang telah membunuh lebih dari 1.400 orang.
(banan/arrahmah.com) |
Polisi "Israel" menahan 2 Muslimah Palestina di Yerusalem Posted: 01 Jan 2015 01:37 AM PST PALESTINA (Arrahmah.com) - Pasukan penjajah "Israel" pada Selasa (30/12/2014) menahan dua Muslimah Palestina di Kota Tua Yerusalem, kata seorang tokoh lokal, seperti dilansir Ma'an. Kepala komite untuk keluarga tahanan di Yerusalem mengatakan, polisi "Israel" menahan Sabah Abu Hadwan (38) dan putrinya Alaa Ayyoub Abu Hadwan (21), di Gerbang Rantai pintu masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa. Kedua muslimah itu dibawa ke kantor polisi Beit Elyahu. "Israel" menduduki Yerusalem Timur pada tahun 1967 dan kemudian mencaploknya dalam sebuah langkah yang tidak pernah diakui dunia internasional. (banan/arrahmah.com) |
ECHR menerima permohonan Muslim Rusia untuk membangun masjid Posted: 01 Jan 2015 01:15 AM PST MOSKOW (Arrahmah.com) - Pengadilan Eropa untuk Hak Asasi Manusia (ECHR) untuk pertama kalinya menerima permohonan dari Muslim Rusia untuk membangun sebuah masjid dalam sebuah pernyataan yang disampaikan oleh Dagir Khasavov, seorang pengacara terkemuka di Rusia, sebagaimana dilansir oleh World Bulletin, Rabu (31/12/2014). Muslim Rusia yang tinggal di kota Kaliningrad, yang permohonanya ditolak oleh pengadilan Rusia, kemudian membuat permohonan kepada ECHR. Muslim di Kaliningrad telah berjuang selama 20 tahun yang panjang untuk membangun masjid mereka sendiri. Dengan pemikiran ini, ummat Islam telah membeli dan mengalokasikan lahan untuk pembangunan masjid ini pada tahun 2009. Pengadilan Kaliningrad membuat keputusan yang mengklaim bahwa tanah untuk pembangunan masjid tersebut erletak di area rekreasi serta area regional dan budaya, dan menolak keputusan alokasi tanah tersebut. Mahkamah Agung Rusia menolak banding dari Muslim Rusia. Pemerintah daerah menuntut agar masjid tersebut, yang 80% telah dibangun, dihancurkan. ECHR menerima pemohonan Muslim Rusia, dengan keputusan yang akan dibuat setelah dilakukan peninjauan. Dengan jumlah masjid yang sangat sedikit atau kekurangan, telah menjadi masalah serius antara Muslim dan pemerintah Rusia. (ameera/arrahmah.com) |
Syiah Houtsi di Yaman tuntut penghapusan Surat An-Nuur dalam Al-Qur'an Posted: 01 Jan 2015 12:15 AM PST YAMAN (Arrahmah.com) - Syiah Houtsi di Yaman baru-baru ini kembali menuntut surat An-Nuur, salah satu nama surat dalam Al-Qur'an, agar dihapus dari kurikulum sekolah karena dianggap menimbulkan fitnah. Sebagaimana diketahui, Allah Subhanahu wa Ta'ala membebaskan istri Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam, Aisyah binti Abu Bakar Radhiyallahu 'anha dari fitnah keji dalam surat ke-24 dari Al-Qur'an itu. "Syiah Houtsi kembali menuntut penghapusan surat An-Nuur yang membebaskan Ummul Mukminin Aisyah dari tuduhan keji dari kurikulum sekolah di Yaman," lansir portal berita Yaman, yemen-press.com, Senin (29/12/2014), sebagaimana dikutip Kiblat.net, Selasa (30/12). Kelompok Syiah itu beralasan bahwa surat tersebut hanya akan meningkatkan perselisihan sektarian. Tuntutan ini, tambah Yemen-Press, sebelumnya telah disuarakan Syiah Houtsi pada 2012 lalu. Mereka menuntut pembelajaran surat An-Nuur di sekolah dihapus setelah seorang guru Muslim memberikan soal kepada muridnya tentang Haditsul Ifki. Dalam soal itu, guru tersebut meminta murid memberikan dalil dari Al-Qur'an bahwa istri Nabi shallallahu 'alaisi wa sallam, Aisyah, dibebaskan dari tuduhan perzinahan. Pada waktu itu, Syiah Houtsi menuntut pemerintah supaya menghapus pembelajaran surat An-Nuur di sekolah karena dapat menimbulkan perselisihan antara Sunni dan Syiah. Tuntutan ini mencuat setelah Syiah Houtsi merasa kuat dan orang-orang mereka duduk di pemerintahan. Sebagaimana diketahui, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah membebaskan Aisyah Radhiyallahu 'anha dari tuduhan perzinahan yang dihembuskan oleh orang-orang munafik. Fitnah itu sempat membuat Rasulullah terguncang dan menjauhi Aisyah selama beberapa hari. Akan tetapi, Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan ayat 11 dari surat An-Nuur yang menegaskan bahwa seluruh tuduhan itu adalah dusta dan dihembuskan oleh orang-orang munafik. Peristiwa itu dikenal dengan Haditsul Ifki. (salam-online/arrahmah.com) |
Turki akan sponsori semua anak-anak Gaza yang kehilangan ayah mereka dalam perang Posted: 31 Dec 2014 11:35 PM PST ANKARA (Arrahmah.com) - Palang Merah Turki mengumumkan bahwa mereka akan mensponsori semua anak yatim Palestina yang kehilangan ayah mereka dalam perang terakhir "Israel" di Jalur Gaza, sebagaimana dilansir oleh MEMO, Selasa (30/12/2014). Sementara itu di kantor Kemeterian Urusan Sosial Palestina, direktur Bulan Sabit Merah Turki di Gaza Arda Tarhan mengatakan kepada wartawan: "Kami di sini untuk menandatangani protokol sebuah proyek untuk mendistribusikan dana zakat bagi 1905 anak yatim yang ayahnya gugur dalam perang "Israel" baru-baru ini." Tarhan mengatakan bahwa pelaksanaan proyek ini akan bekerja sama dengan Kementerian Urusan Sosial Palestina, dan setiap anak yatim akan menerima $102 setiap bulan. Deputi Menteri Urusan Sosial Yousef Ibrahim mengatakan bahwa uang ini akan mengurangi penderitaan anak-anak yang kehilangan ayah mereka. Menurut kementerian itu, perang "Israel" terbaru di Gaza menyebabkan 2.000 anak Palestina menjadi yatim piatu. (ameera/arrahmah.com) |
Sebuah "kesaksian" dari dalam tentang Al-Qaeda dalam Majalah Dabiq edisi ke-6 ISIS Posted: 31 Dec 2014 10:45 PM PST (Arrahmah.com) - Al-Hayat Media Center telah merilis Majalah Dabiq edisi ke-6. Majalah Dabiq merupakan salah satu media resmi berbahasa Inggris milik kelompok Daulah Islam, atau Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS. Ulasan dan pembahasan atas manhaj Al-Qaeda menjadi fokus utama dalam edisi Majalah Dabiq kali ini. Sebanyak 24 halaman dari total 60 halamannya, majalah ini secara khusus membahas isu Al-Qaeda dan manhaj serta aqidahnya yang diklaim rusak menurut sudut pandang Daulah. Majalah Dabiq edisi ke-6 yang dengan jelas telah menampakkan hakikat manhaj khawarij dan takfir ekstrim yang dianut Jama'ah Daulah tersebut mengangkat tema "Al-Qaeda Waziristan, sebuah kesaksian dari dalam". Tema yang dinyatakan dalam artikel yang ditulis oleh orang bernama Abu Jarir Asy-Syimali ini pun memicu tanggapan luas, terutama atas tuduhan bahwa Al-Qaeda bermanhaj Murji'ah. Kiblat.net pada Kamis (1/1/2015) secara khusus mempublikasikan sebuah analisa terhadap kesaksian Abu Jarir selaku penulis dalam tema Majalah Dabiq edisi ke-6 itu. Analisa ini secara padat mengulas sejumlah poin yang dikritisi Abu Jarir yang memutuskan tetap tinggal di Waziristan setelah dia keluar dari penjara di mana dia merasa tidak puas mengapa hukum Allah belum ditegakkan di wilayah yang dipenuhi dengan mujahidin bersenjata yang menurutnya memiliki kemampuan untuk mengambil kendali wilayah itu. Kesaksian Abu Jarir pun berlanjut hingga dia memisahkan diri dari Tandzim Al-Qaeda. Perjalanan Abu Jarir tersebut terdapat pada halaman 40-55 dalam Majalah Dabiq edisi ke-6. Namun, Kiblat menyampaikan bahwa Abu Jarir Asy-Syimali yang menyatakan dukungannya kepada ISIS pada April 2014 lalu ini, justru bukanlah siapa-siapa di organisasi Al-Qaeda. Pernyataan dia sendirilah yang menunjukkan pada halaman 45 bahwa dia tidak lulus dalam proses "Tarbiyah Jihadiyah" yang diterapkan oleh Al-Qaeda. Selain itu, Abu Jarir juga hendak membentuk opini bahwa tokoh satu-satunya yang masih bisa dipercaya sebagai amir ideologi adalah Syaikh Abu Mus'ab Az-Zarqawi, sedangkan tokoh-tokoh senior lainnya telah menyimpang. Berikut analisa lengkapnya: Daulah Islam telah merilis Majalah Dabiq edisi keenam, mengangkat tema utama Al-Qaidah dari Waziristan. Tema ini memicu respons luas terutama tuduhan bahwa Al-Qaidah bermanhaj Murji'ah. Tema tersebut dinyatakan dalam anak judul sebagai "kesaksian dari dalam" oleh Abu Jarir Asy-Syimali. Kesaksian Abu Jarir dimulai menarik ketika ia masuk ke Waziristan pada 2011, setelah keluar dari penjara. Ia merasa aneh dengan keadaan dan mengatakan, "Kejutan pertama dan kejutan besar bagiku adalah bahwa aku berpikir tentang wilayah Waziristan adalah daerah yang benar-benar dibebaskan –di mana seseorang ketika akan melakukan perjalanan ke timur, barat, utara, dan selatan—tidak lagi melihat tentara murtad dan tidak mendengar suara dari mereka. Aku telah berpikir mujahidin mengambil keputusan di sana dan bahwa hukum syar'i dilaksanakan oleh mereka di sana. Tapi sayangnya dan sayangnya, hukum yang dominan adalah hukum kesukuan." Beberapa poin yang ia kritisi setelah memutuskan tetap tinggal di Waziristan adalah:
Ia merasa tidak nyaman. Ia bingung mau ke mana, lalu berpikir untuk ke Burma. "Saya melihat di sekeliling dan tidak menemukan tempat yang dapat dituju di mana hukum Islam dapat berdiri tegak. Pada awalnya saya berpikir untuk pergi ke Burma dan berperang di sana. Saya bertanya pada salah seorang saudara dan teman senior serta mujahidin terkemuka dari Punjab. Dia mengatakan kepadaku bahwa pergi ke Burma adalah sesuatu yang tidak mungkin karena sulit dan panjangnya perjalanan ditambah adanya rezim rasis thaghut Bangladesh." Ia bersama orang-orang yang sependapat dengannya semakin resah dan tidak sabar, hingga akhirnya meninggalkan Al-Qaidah dan bergabung dengan ISIS. Ungkapnya, "Kami (Arab dan Ajam), Muhajirin dan Anshar mulai bertanya tentang apa yang terjadi di lapangan. Kami membuat sejumlah pertanyaan untuk Tandhim, yang diharapkan bisa mereka tanggapi atau bila tidak akan menjadi persimpangan akhir serta mengakhiri hubungan kami dengan Tandhim." Ia menambahkan, "Adapun permintaan yang kami ajukan, yaitu :
Dengan alasan tersebut Abu Jarir memisahkan diri dari Tandzim Al-Qa'idah dan beberapa orang dari mereka berbaiat kepada ISIS pada 17 April 2014 lalu. Tidak lama setelah itu, tepatnya Juli 2014 ia dikabarkan telah masuk ke Suriah.
Ada beberapa poin penting yang patut digarisbawahi dari testimoni yang menjadi tema utama majalah ISIS tersebut: Pertama, Abu Jarir Asy-Syimali yang menyatakan dukungannya kepada ISIS pada April 2014 lalu ini, bukan siapa-siapa di organisasi Al-Qaidah. Pernyataannya sendiri menunjukkan bahwa ia tidak lulus dalam proses "tarbiyah jihadiyah" yang diterapkan oleh Al-Qaidah. Hal ini terlihat jelas dalam pernyataannya di halaman 45: "Filter dari Tandhim akan menyaring semua orang yang berkecimpung di lapangan. Siapa saja yang tidak menentang metodologi kepemimpinan akan naik ke tangga yang lebih tinggi (dalam organisasi). Sayangnya, saya menemukan bahwa manhaj Al-Qaidah setelah kesyahidan Syekh Usamah bin Laden (rahimahullah) sama dengan manhajnya sebelum ia menyatakan kekafiran secara eksplisit rezim Saudi dan tentaranya." Pernyataan tersebut sekaligus menandakan bahwa Al-Qaidah menilai Abu Jarir, saat di Waziristan, masuk ke dalam tiga kemungkinan yang disebutkan sendiri dalam testimoninya, "Tandzim malah sibuk mengelompokkan mujahidin di lapangan menjadi takfir ekstrem, Khariji, dan semi takfiri. Ini justru akan mendekatkan diri mereka sendiri ke dalam irja' dengan dalih menghancurkan pemikiran khawarij dan ghuluw dari Tandzim tersebut." Secara keseluruhan "A TESTIMONY FROM WITHIN" ini dapat disimpulkan bukanlah "kesaksian orang dalam" melainkan opini penulis atas ketidakpuasannya terhadap Al-Qaidah.
Kedua: Abu Jarir hendak membentuk opini bahwa tokoh satu-satunya yang masih bisa dipercaya sebagai amir ideologi adalah Syaikh Abu Mus'ab Az-Zarqawi, sedangkan tokoh-tokoh senior lainnya telah menyimpang. Hal ini terlihat sejak awal testimoninya. Ia mengatakan, "Abu Mus'ab Az-Zarqawi adalah contoh muwahhid (orang yang bertauhid dengan benar) yang mempraktikkan jihad. Dia menjadi fokus bagi seluruh hati para ikhwan. Dia seperti amir bagi kita. Aku tidak melihat seorang pun yang menentang pendapat atau kesepakatan ini." Sementara itu, tanpa saya ulang di sini, tokoh utama Al-Qaidah lainnya dijatuhkan. Ungkapannya, "Sayangnya, saya menemukan bahwa manhaj Al-Qaidah setelah kesyahidan Syekh Usamah bin Ladin (rahimahullah)," menunjukkan bahwa sebenarnya Abu Jarir ingin mengecualikan Syaikh Usamah dari tuduhan Murjiah. Hal ini juga terlihat di bagian awal testimoni, "Sebelum peristiwa 11 September, kami meyakini Tandhim Al-Qa'idah sebagai organisasi jihad yang berorientasi Murjiah. Hal ini lantaran apa yang telah dinyatakan di masa lalu (pada akhir 80-an dan awal 90-an) oleh beberapa pemimpinnya berkaitan dengan para penguasa murtad – terutama Saudi – dan tentaranya." Selain Syaikh Az-Zarqawi, Abu Jarir sebenarnya hendak mengikuti Juru Bicara ISIS untuk menokohkan Syaikh Usamah bin Laden. Hal ini tampak jelas dalam ungkapannya setelah mengutip pernyataan-pernyataan dua pemimpin Al-Qaidah tersebut, "Inilah Al-Qaidah yang kami cintai. Inilah Al-Qaidah yang kami loyal kepadanya. Inilah Al-Qaidah yang kami dukung…." (baca: Maaf Wahai Amir Al-Qaidah). Di halaman 53 Majalah Dabiq, Abu Jarir mengatakan: "Ya, kami memberikan baiat kepada Amirul Mukminin Abu Bakar Al-Baghdadi setelah saya berbaiat kepada Imarah dan Mullah Muhammad Umar, serta berbaiat keada Syaikh Usamah dan juga Dr Aiman Adh-Dhawahiri. Tetapi pembatalan bai'at ini hanya kepada Mulla Muhammad Umar dan Dr Aiman saja." Namun Abu Jarir Asy-Syimali terjebak ke dalam kontradiksi. Artinya ia juga menuduh Syaikh Usamah Murjiah! Di halaman 42, ia mengatakan dirinya ditangkap pada tahun 2003, sebelum Baghdad jatuh. Dibebaskan pada tahun 2010. Artinya ia ditangkap setelah peristiwa 11 September kemudian bebas pada masa Syaikh Usamah masih hidup. Tetapi, di halaman 45, ia mengatakan, "Jadi, Al-Qaidah tetap sama semenjak saya masuk penjara hingga dibebaskan. Yaitu, bermanhaj Murjiah, yang menahan diri dari berbagai hal dengan alasan hati hati atau demi suatu maslahat." Alasannya untuk melepas baiat dari Mullah Muhammad Umar dan Dr Aiman bahwa keduanya telah menyimpang. Untuk melihat apakah klaim ini benar, bagaimana sikap Syaikh Abu Mus'ab Az-Zarkawi sendiri terhadap Mullah Muhammad Umar, dan apakah Dr Aiman benar-benar mengubah manhaj Al-Qaidah, kami akan membahasnya di bagian kedua, insyaa Allah. (aliakram/arrahmah.com) |
153 tewas oleh serangan pesawat tak berawak di Pakistan pada tahun 2014 Posted: 31 Dec 2014 10:33 PM PST ISLAMABAD (Arrahmah.com) - Setidaknya 153 orang telah tewas dalam 25 serangan pesawat AS di daerah suku Pakistan pada tahun 2014, menurut angka yang diungkap oleh sebuah pusat studi yang berbasis di Pakistan, sebagaimana dilansir oleh World Bulletin, Rabu (31/12/2014). Institut Pakistan untuk Studi Konflik dan Keamanan, sebuah pusat studi yang memonitor serangan drone, mengungkapkan bahwa sebanyak 22 dari 25 serangan dilakukan di Waziristan Utara, salah satu dari tujuh daerah suku otonomi di Pakistan dan dianggap sebagai "jantung militansi" oleh pemerintah AS. Serangan pesawat tak berawak yang lainnya dilakukan di dekat wilayah Waziristan Selatan dan Khyber Agency. Sebanyak 64 orang juga terluka dalam serangan itu, ungkap laporan yang disampaikan oleh Institut Pakistan untuk Studi Konflik dan Keamanan. Laporan tersebut juga mengatakan bahwa pesawat tak berawak itu menyerang jaringan Taliban terutama menargetkan negara tetangga Afghanistan, termasuk jaringan Haqqani, yang bertanggung jawab atas serangan terhadap pasukan asing. Hanya dua serangan yang dilakukan terhadap Tehreek-e-Taliban Pakistan, koalisi utama Taliban yang beroperasi di dalam Pakistan, yang telah menjadi target operasi selama berbulan-bulan oleh tentara Pakistan. Pada awalnya serangan drone di Pakistan hanya terjadi dalam lima bulan pertama tahun 2014, tetapi operasi itu kemudian dipercepat ketika tentara Pakistan memulai operasi militer di Waziristan Utara pada bulan Juni. Lebih dari 3.450 orang telah tewas dalam 416 serangan pesawat tak berawak di Pakistan sejak tahun 2004. Menurut lembaga think tank internasional dan kelompok-kelompok hak asasi manusia, termasuk Amnesti internasional dan Biro Investigasi Jurnalisme, 70 persen korban drone adalah warga sipil tak bersenjata. (ameera/arrahmah.com) |
You are subscribed to email updates from Arrahmah.com To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |