Arrahmah.Com |
- Pengungsi Gaza masih membutuhkan solusi untuk berjuang melawan dingin di musim dingin tahun ini
- Mujahidin IIA serang distrik di barat daya Kabul dan berusaha untuk menguasainya
- Aksi protes anti-kudeta terus berlanjut di Mesir
- FUI Dompu: Penembakan Nurdin nodai Syariat Islam
- Video serangan Jabhah Nushrah terhadap markas milisi Syiah Hizbul Lata di Lebanon
- Teror Densus 88; Antara pembubaran dan menanti pengadilan Khilafah
- Mujahidin AQAP menyeru umat Islam angkat senjata melawan milisi pemberontak Syiah Houtsi
- Salibis AS meluncurkan serangan drone kedua di Shabwa, 4 Mujahidin AQAP dilaporkan gugur
- Pemukim Yahudi mencoba menculik seorang bocah Palestina di Al-Quds
- Jabhah Nushrah membombardir markas milisi Syiah Hizbul Lata di Lebanon
Pengungsi Gaza masih membutuhkan solusi untuk berjuang melawan dingin di musim dingin tahun ini Posted: 26 Sep 2014 04:46 PM PDT GAZA (Arrahmah.com) - Warga Palestina di Jalur Gazayang terlantar akibat serangan militer "Israel" baru-baru ini masih menunggu solusi, karena musim dingin semakin dekat. Serangan mengakibatkan lebih dari 110.000 warga Palestina menjadi tunawisma dan mencari perlindungan dari satu tempat ke tempat lain, lansir Ma'an pada Jum'at (26/9/2014). Muin Bahar, yang tinggal di puing-puing rumahnya yang hancur mengatakan kepada Ma'an bahwa sulit untuk menemukan tempat tinggal, makan atau minum. "Semua yang bisa kami makan adalah makanan kaleng dan saya tidak memiliki pekerjaan atau uang untuk kami dan anak-anak untuk pergi ke sekolah," ujarnya. Dia mendesak pemerintah Palestina untuk memulai proses pembangunan kembali sebelum musim dingin tiba. "Segera, kami bisa tidur di bawah hujan." Dengan perundingan yang ditunda sampai akhir Oktober, kehidupan bagi warga Gaza menjadi lebih sulit dari hari ke hari, karena bahan yang diperlukan untuk rekonstruksi tidak diperbolehkan masuk ke wilayah Gaza. "Kesepakatan gencatan senjata menjadikan keamanan diperketat dan material tidak diizinkan masuk ke Jalur Gaza dan dipantau oleh 'Israel'," ujar ekonom Maher al-Tabba. Rekonstruksi juga harus mendapatkan lisensi dari Ramallah, menunjukkan bahwa "Israel" tidak mengakui pemerintah persatuan, lanjut laporan Ma'an. Penduduk Gaza akan menghadapi bencana jika musim dingin tiba sebelum mereka menemukan tempat berlindung. Masyarakat internasional harus menemukan solusi cepat bagi ribuan warga Gaza yang menjadi tunawisma dalam serangan "Israel" selama 51 hari, ujar Komite Populer untuk Memecah Blokade Gaza seperti dilansir Anadolu Agency. Biaya untuk rekonstruksi penuh rumah dan infrastruktur yang hancur selama perang dilaporkan mencapai 7,8 miliar USD. Fadl al-Helw, seorang pengangguran Gaza berusia 40 tahun mengatakan bahwa ia kehilangan rumahnya yang sederhana dalam serangan "Israel". "Saya tidak bisa membeli rumah baru," ujarnya. Dia mengatakan bahwa ia harus berjuang untuk musim dingin yang menunjukkan tanda-tanda akan segera tiba di Jalur Gaza pada pekan ini. (haninmazaya/arrahmah.com) |
Mujahidin IIA serang distrik di barat daya Kabul dan berusaha untuk menguasainya Posted: 26 Sep 2014 04:08 PM PDT GHAZNI (Arrahmah.com) - Ratusan pejuang Imarah Islam Afghanistan (IIA) menyerbu sebuah distrik yang berlokasi di barat daya ibukota Afghanistan dan para pejabat mengatakan daerah tersebut dalam bahaya jatuh ke kelompok bersenjata setelah Pertempuran di Ajrestan, provinsi Ghazni masih berlangsung hingga saat ini, lapor Al Jazeera pada Jum'at (26/9/2014). Sedikitnya 70 orang dilaporkan tewas dalam pertempuran tersebut. Mujahidin IIA mengatakan kepada Al Jazeera pada Jum'at (26/9) bahwa mereka berniat menguasai distrik yang berlokasi sekitar 300 km dari ibukota Kabul dan telah mengirimkan ratusan pejuang ke daerah itu untuk mencapai tujuan mereka. "Ini adalah bagian dari pola yang telah kita lihat di seluruh negeri pada musim panas ini di mana Taliban mencoba untuk mengambil kendali dari pusat provinsi," ujar reporter Al Jazeera yang melaporkan dari Kabul. Para pejabat polisi boneka mengatakan mereka telah mengirimkan 400 petugas ke daerah tersebut dalam 24 jam terakhir, namun tidak mampu memasuki pusat Ajrestan karena Mujahidin IIA telah menguasai banyak jalan menuju ke sana. Wakil Gubernur boneka, Mohammad Ali Ahmadi menyerukan dukungan lebih dari pemerintah pusat, menurutnya tanpa serangan udara, Mujahidin IIA bisa menguasai pusat distrik. (haninmazaya/arrahmah.com) |
Aksi protes anti-kudeta terus berlanjut di Mesir Posted: 26 Sep 2014 07:20 AM PDT MESIR (Arrahmah.com) - Sejumlah daerah Mesir menjadi saksi demonstrasi malam menentang kudeta militer yang menggulingkan Presiden Muhammad Mursi dari Ikhwanul Muslimin pada Rabu (24/9/2014), lansir MEMO. Enam aksi protes berlangsung di Alexandria pada Rabu (24/9) malam, termasuk di Al-Mandara, Al-Muntazah dan Al-Wardian. Slogan-slogan Rabia diangkat dalam rangka menuntut pembebasan para tahanan yang dipenjara oleh otoritas junta Mesir. Menteri pemerintah mengatakan bahwa Dewan Menteri belum membahas usulan undang-undang yang mengatur aksi protes. Seorang juru bicara Departemen Kehakiman Mesir mengatakan sebelumnya bahwa departemen mereka bekerja pada amandemen undang-undang yang melarang demonstrasi tanpa izin polisi. Hukum ini telah memicu kontroversi yang luas sejak rilisnya pada November lalu dan organisasi hak asasi manusia telah menuntut penghapusan hukum tersebut. Keputusan itu digunakan untuk melakukan penangkapan beberapa aktivis politik dan untuk mengeluarkan putusan pengadilan terhadap mereka. (banan/arrahmah.com) |
FUI Dompu: Penembakan Nurdin nodai Syariat Islam Posted: 26 Sep 2014 06:20 AM PDT DOMPU (Arrahmah.com) - Penembakan Nurdin Bin Abdullah di Dusun Kala Timur Desa O'o Kecamatan Dompu oleh Tim Densus 88 Sabtu (20/9/2014), mendapat kecaman keras dari Forum Ummat Islam (FUI) Kabupaten Dompu. Pasalnya penembakan yang dilakukan oleh Densus tersebut dinilai sungguh kejam. Saat konferensi pers di Masjid Umar Bin Khatab di Dusun Kala Timur, Selasa (22/9/2014), Juru bicara FUI Ust. Taqiyuddin, S.Pd.I menilai bahwa penembakan terhadap Nurdin sangat brutal, kejam dan zhalim, karena posisi Nurdin ketika ditembak sedang menunaikan Shalat Ashar. Apa yang dilakukan oleh Densus menurutnya tidak dibenarkan oleh UU dan agama manapun. "Berdasarkan info yang kami dapatkan dari pihak keluarga dan secara jujur mereka ceritakan, kejadian terjadi sekitar waktu Shalat Ashar. Saat itu di rumah mereka ada istri almarhum (Nurdin-red), orang tua dan anggota keluarga lainnya. Bahkan ketika itu selang beberapa waktu sebelum kejadian, istrinya melihat bahwa Nurdin sedang Shalat, pada saat itu datanglah sekelompok orang berseragam dengan lambang burung hantu, lalu memasuki rumah, dan kemudian mereka melepaskan tembakan sebanyak Tiga kali. Setelah itu Nurdin dimasukkan dalam kantung dan dibawa kabur. Tidak lama kemudian, dihebohkan dengan isu ada tas pinggang berisi mercon, tapi kata mereka bahwa bom. Dan benda yang diduga bom oleh mereka diledakkan, ternyata ledakan tidak lebih dahsyat dari ledakan mercon. Kami memahami dan mensinyalir bahwa semuanya penuh rekayasa karena mereka ahli rekayasa," beber Ustadz Taqi, dilaporkan Mifta kepada redaksi Jumat. Selain bom, tambah dia, juga ditemukan tiga lembar baju bergambar ISIS, padahal jangankan untuk membeli atau memiliki baju tersebut, untuk baju sehari-hari dan kebutuhan lain saja Nurdin tidak punya, karena kehidupan mereka dari keluarga yang tidak ada. Lebih jauh Ustad Taqi menjelaskan bahwa tiga tahun terakhir Nurdin tidak tergabung dalam Jama'ah atau jaringan manapun sebagaimana yang dituduhkan. Sehingga, kata Ustadz Taqi, dari drama penembakan Nurdin, ada tiga kejanggalan yang kami temukan. Pertama, Nurdin ditembak dalam keadaan shalat, melihat keadaan darah yang bercucuran dan pengakuan jujur dari keluarga. Pertanyaan kami aturan mana yang membenarkan penembakan orang dalam keadaan shalat. Tidak ada agama manapun yg membenarkan. Ini adalah bentuk kedzaliman yang luar biasa, karena densus sudah menodai islam, menodai syariat islam. Mestinya tutur Ustadz Taqi, Umat Muslim harus marah karena membunuh orang dalam keadaan Shalat. Tokoh Islam dan ormas Islam harus marah. Kedua, sambung dia, dari enam orang yang ditangkap, kenapa hanya Nurdin yang dieksekusi mati? Dan dalam keadaan sedang shalat. Sementara lain yang ditangkap tidak dalam keadaan shalat. "Oleh karena itu, kami mengajak tokoh dan ormas Islam harus bersuara lantang dan mengkaji kebiadaban ini. Dalam kasus ini, Densus ingin memberikan kesan dan provokasi bahwa kalian jangan coba-coba, apalagi saat ini kami FUI sedang gencar menolak pembangunan Pura terbesar di Asia Tenggara yang terletak di Kecamatan Pekat," terang Ustadz. Kemudian yang ketiga, mereka diduga menyimpan mercon atau bom sebagaimana yang diisukan. Hal tersebut untuk menutupi kebohongan mereka (polisi-red), karena mereka ahli rekayasa. Jika merunut dalam aturan mereka, kalau sebuah obyek sudah dilingkari police lain, maka tidak ada seorang pun yang bisa memasukinya, tapi mereka secara bebas memasuki areal tersebut. "Pada kesempatan ini, kami meminta kepada beberapa pihak untuk mengadvokasi masalah ini, dan kepada mereka (kepolisian, red) untuk mengusut secara tuntas," tegas Ustadz Taqi. Dalam kasus ini, kami tidak punya kepentingan, justru kami pasang dada membela hak-hak Muslim yang terdzalimi, tegas Ust. Taqi. Walaupun tidak ada yang berani karena ketakutan akan jabatan dan posisi merek, tapi kami yang akan memulainya. "Dengan Bismillah, tawakal kepada Allah kami tampil untuk memberikan pernyataan, sejauh yang kami ketahui. Kami sudah berbicara dengan keluarga dan mereka jujur apa adanya menceritakan apa sesungguhnya yang terjadi," kata Ustadz Taqi dihadapan puluhan jama'ah Shalat Dzuhur. Tidak diketahui motif terkait penembakan Nurdin, namun dia curiga bahwa dibalik kasus ini ada upaya pengalihan isu atas persoalan penolakan pembangunan Pura terbesar di Asia Tenggara yang terletak di Kecamatan Pekat. Namun, FUI tetap memberikan info kepada masyarakat akan upaya kami dalam masalah Pura, karena masalah itu menyangkut aqidah. "Sekali lagi, mereka seakan memberikan pesan dan ancaman kepada kami bahwa jangan macam-macam. Dan mereka (polisi-red) membentuk opini bahwa FUI adalah teroris," pungkasnya.(azm/arrahmah.com) |
Video serangan Jabhah Nushrah terhadap markas milisi Syiah Hizbul Lata di Lebanon Posted: 26 Sep 2014 05:00 AM PDT QALAMOUN (Arrahmah.com) - Murasil Al-Manarah Al-Baidha' pada hari Senin (22/9/2014) merilis video berdurasi 7 menit 4 detik berjudul "Aliansi musuh akan dikalahkan dan melarikan diri 3". Video tersebut mendokumentasikan operasi serangan ketiga Jabhah Nushrah terhadap posko militer Zaitunah, milik milisi Syiah Hizbul Lata Lebanon di wilayah Jarud Nahlah, Lebanon. Pertempuran sengit antara mujahidin Jabhah Nushrah dan milisi Syiah Hizbul Lata Lebanon di distrik Qalamoun telah berlangsung sejak milisi Syiah tersebut berperang di pihak rezim teroris Bashar Asad. Saling serang dan ancam antara mujahidin Jabhah Nushrah dan milisi Syiah Hizbul Lata Lebanon sampai saat ini masih terus berlanjut. Merespon serangan demi serangan dan ancaman demi ancaman milisi Syiah Hizbul Lata Lebanon, mujahidin Jabhah Nushrah pada hari Sabtu (20/9/2014) melancarkan serangan ketiga terhadap markas milisi Syiah Hizbul Lata Lebanon di wilayah Jarud Nahlah, wilayah Lebanon yang berbatasan dengan distrik Qalamoun. Konvoi mujahidin Jabhah Nushrah berangkat untuk melakukan serangan tersebut dengan mobil-mobil bak terbuka. Jabhah Nushrah membawa sejumlah senjata mesin menengah dan berat di atas mobil-mobil tersebut. Posko militer Zaitunah, markas militer milisi Syiah Hizbul Lata Lebanon di wilayah Jarud Nahlah, menjadi target serangan mujahidin Jabhah Nushrah. Mujahidin Jabhah Nushrah memulai serangan dengan menembakkan meriam SPG 9 dan roket Cornet. Serangan roket Cornet tersebut berhasil menghancurkan meriam 57 mm milik milisi Syiah Hizbul Lata dalam posko militer Zaitunah. Serangan pembuka itu langsung menewaskan dan mencederai sejumlah anggota milisi Syiah Hizbul Lata. Mujahidin kemudian membombardir posko militer Zaitunah dengan tembakan senjata mesin menengah dan berat secara gencar. Mujahidin membombardir markas milisi Syiah Hizbul Lata di atas pegunungan Jarud Nahlah tersebut selama beberapa jam, sejak bakda Ashar sampai waktu malam. (muhib al majdi/arrahmah.com) |
Teror Densus 88; Antara pembubaran dan menanti pengadilan Khilafah Posted: 26 Sep 2014 04:18 AM PDT Oleh Agus Suryana Pengurus Hizbut Tahrir Indonesia Jawa Barat (Arrahmah.com) - Kabar memilukan datang dari Dusun Kala Timur, Desa O'o, Kabupaten Dompu, NTB, Sabtu (21/9/2014). Nurdin yang dikenal sebagai adik seorang guru di Ponpes Umar Bin Khatab (UBK) dibunuh aparat Densus 88 dengan cara keji sekitar jam 15.20. Dia ditembak mati di bagian kepalanya dari jarak dekat menggunakan peluru kaliber besar. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya ceceran darah dan serpihan tulang tengkorak kepala Nurdin di lokasi kejadian. Menurut istrinya yang menjadi saksi langsung kejadian itu, suaminya ditembak dalam keadaan shalat. Nurdin dan istrinya sedang shalat ashar berjamaah namun beberapa saat kemudian Densus 88 langsung masuk dengan menendang pintu rumah dan langsung menembak suaminya yang sedang sholat, kepala pecah dengan otak berserakan serta bagian leher tembus oleh peluru, sungguh sebuah fragmen yang sangat keji dan benar-benar biadab. Korban "Pembunuhan berencana" Dari puluhan orang yang ditembak mati Densus 88, semua korban masih dalam status baru terduga teroris dan banyak diantaranya yang dibunuh tanpa alasan pasti. Bahkan beberapa catatan menunjukkan, berulangkali Densus 88 menembak mati orang yang justru tidak bersalah. Atas apa yang dilakukannya, secara nyata dan meyakinkan, Densus 88 telah melakukan operasi extra judicial killing (pembunuhan diluar jalur hukum). Kasus Cililitan mengingatkan kita akan memori tsb. Dua orang yang menurut polisi adalah terduga teroris ditembak mati pada Selasa (8/5/2010). Namun akhirnya tidak diketahui siapa kedua orang tersebut. Anehnya, sang penembak mati (anggota Densus 88) sendiri tidak tahu siapa orang itu. Di batu nisan makam korban, namanya tertulis Mr X. Di Bandung, Densus 88 menangkap seorang terduga teroris bernama Untung Budi Susanto (43) pada hari Ahad (12/6/2011). Saat ditangkap, Untung dalam kondisi sehat. Namun baru sehari dalam masa interogasi, ia meninggal. Selasa (14/6/2014) jenazahnya diantar kepada keluarganya oleh Densus 88 dalam peti mayat untuk dikuburkan. Rumahnya dijaga ketat belasan Densus 88 dengan senjata lengkap. Keluarganya diancam Densus 88 agar tidak melakukan tiga hal; membuka jenazah korban, melaporkan kepada TPM, dan menghubungi media massa. Di Tanjung Balai, Medan, (24/9/2010) empat orang yang sedang menunaikan shalat Maghrib diberondong peluru Densus 88. Dua diantaranya tewas. Khairul Ghazali yang memimpin shalat itu diinjak-injak di depan keluarganya. Itu adalah beberapa contoh kasus, masih banyak puluhan kasus sadis dan memilukan lainnya yang dihadapi korban "pembunuhan berencana" Densus 88. Tidak sekadar membunuh dengan sadis, Densus 88 juga kadang melakukan tindakan keji dan zhalim terhadap jenazah korban, salah satu contoh adalah bola mata salah satu jenazah terduga "Teroris Ciputat" hilang dicongkel. Mirip pembunuh bayaran Siapapun yang menyimak sepak terjang Densus 88 dalam melakukan operasinya, mereka tak ubahnya seperti pembunuh bayaran. Di kota-kota besar Indonesia, seperti Jakarta, tidak sulit untuk mencari pembunuh bayaran atau orang yang bersedia dibayar untuk melenyapkan nyawa seseorang. Mereka umumnya adalah alumni Lembaga Pemayarakatan (Lapas) alias mantan napi. Biasanya setelah ada kata sepakat antara sang penyewa dengan sang pembunuh bayaran, sang pembunuh bayaran professional akan menggali informasi sebanyak mungkin dari sang penyewa tentang targetnya. Informasinya menyangkut nama lengkap, alamat hingga kebiasaan sang target sehari-hari. Informasi tersebut dikonfirmasi melalui observasi langsung selama beberapa hari. Kemudian, sang pembunuh bayaran akan menentukan waktu, lokasi hingga alat yang digunakan untuk menghabisi dan membunuh korban. Dengan kecermatan seperti itu kemungkinan melesetnya target justru sangat minim dibanding dengan apa yang dilakukan Densus 88, "pembunuh bayaran" yang satu ini malah sering meleset dalam mengeksekusi target atau memang mungkin sengaja mencari target secara acak untuk menyenangkan tuan pembayar. Berbeda dengan pembunuh bayaran yang menyusun rencana agar eksekusi dapat dilakukan sesingkat mungkin dan saksi seminim mungkin untuk selanjutnya menentukan tempat persembunyian pasca eksekusi, Densus 88 justru melakukan aksi dengan sebaliknya, mereka akan menyusun rencana agar eksekusi dapat dilakukan dengan durasi selama mungkin agar terkesan lebih dramatis dan menegangkan untuk menguatkan asumsi banyak pihak bahwa para terduga teroris itu melakukan perlawanan saat hendak ditangkap. Pembunuh bayaran membunuh target dengan sembunyi-sembunyi, Densus 88 justru sangat demonstratif, dilakukan rame-rame, bersenjata lengkap, memakai seragam resmi, dan penuh percaya diri karena mendapat legalitas dan justifikasi dari institusi. Sehingga siapapun masyarakat yang menyaksikan aksi mereka pasti akan memberikan apresiasi dan dukungan penuh bahwa mereka adalah penumpas teroris. Benar-benar pembunuh bayaran yang paling nyaman beraksi. Siapa yang bayar? Pasca peristiwa penghancuran menara kembar WTC pada 9/11 2001 silam, AS telah membagi dunia menjadi dua bagian; ikut bersama teroris atau ikut bersama AS untuk menumpas mereka. Negara yang memilih ikut bersama teroris, maka dia akan mendapat stick (tongkat) dari AS sebagai simbol perlawanan sehingga layak untuk dipukul (diperangi), dan negara yang memilih bersama AS, maka dia akan mendapatkan carrot (wortel) sebagai simbol dukungan untuk bersama seiring sejalan melakukan agenda besar yang kemudian dikenal sebagai war on terrorism. Sebagai mitra AS sejak zaman Orde Baru, tentu saja Indonesia memilih opsi kedua, sebab para kacung AS yang notabene adalah para penguasa negeri ini tak ingin tuannya marah. Maka sejak saat itu berbagai MoU untuk penanggulangan bahaya terorisme banyak ditandatangani. Berdasarkan data Human Right Watch tentang couter terorism yang dilakukan AS, pembentukan Densus 88 di Indonesia pada tahun 2002 (setahun setelah peristiwa 9/11) didanai AS sebesar 16 Juta Dollar. Pada tahun 2001, Polri juga telah menerima dana untuk penanganan terorisme sebesar 10 Juta Dollar. Dana untuk penanggulangan terorisme yang dikeluarkan AS tersebut setiap tahunnya mengalami peningkatan. Dana penanggulangan terorisme pada tahun 2007 sebesar 93 Milyar dollar, dan untuk tahun 2008 sebesar 141 Milyar dollar untuk seluruh dunia. Sebagai penyandang dana terbesar program-program pemberantasan terorisme di Indonesia, AS tentu sangat berkepentingan untuk mengawal agar program tsb berjalan, melalui BNPT AS ingin memastikan bahwa upaya memberangus habis gerakan-gerakan Islam ideologis yang dalam perspektifnya dipandang sebagai gerakan radikal yang berbahaya dapat berjalan sempurna, dan sejauh ini upaya tersebut terus mendapat perlawanan dari berbagai kelompok Islam ideologis yang diartikulasikan melalui perlawanan fisik hingga membangun kesadaran pemikiran umat dengan pembinaan. Upaya global ini disadari AS sebagai suatu pemudaran isu war on terrorism yang meniscayakan adanya revitalisasi. Munculnya isu Islamic State (IS) atau sebelumnya ISIS menjadi momentum paling tepat dalam 'mengasah' pisau tumpul war on terrorism. Isu yang mulai meredup seiring dengan tumbuhnya kesadaran akan urgensi kembalinya umat pada pangkuan Khilafah di seluruh dunia, kembali diberikan ruang untuk beraksi. Berita tentang tegaknya khilafah di Mosul dijadikan alasan bagi Amerika untuk melakukan intervensi di negeri timur-tengah dan di Indonesia munculnya IS telah dijadikan agenda kriminalisasi Khilafah oleh beberapa pihak dibawah kontrol BNPT. Adanya pihak yang mengatakan bahwa perjuangan menegakkan Khilafah adalah terorisme merupakan upaya mengkriminalisasi kewajiban Khilafah yang sudah jelas kewajibannya secara hukum syara'. Termasuk upaya kriminalisasi itu adalah mencoba menempatkan siapapun yang memperjuangkan Khilafah sebagai kelompok teroris. Maka episode war on terrorism pun berlanjut hingga sekarang dengan maraknya kembali penangkapan dan pembunuhan ala Densus 88 terhadap para terduga teroris. Mengapa harus Dibunuh? Prosedur tembak mati di tempat yang dilakukan Densus 88 terhadap para terduga teroris menuai banyak kecaman. Menurut Komisioner Komnas HAM, Siane Indriani, apabila memang para terduga teroris itu sudah lama diintai, Densus 88 mestinya punya banyak kesempatan untuk menangkap para terduga teroris itu hidup-hidup dan tidak perlu dibunuh. Selain itu, Polri juga memiliki alat canggih seperti CCISO (Cyber Crime Investigation Satelit Operation) yang bisa menyadap dan mendeteksi dimanapun keberadaan para terduga terorisme tsb, atau bisa juga menembakkan senjata atau gas pembius untuk membuat terduga pingsan, dan cara lainnya. Intinya jika ini dilakukan secara profesional tentu tidak perlu ada penembakan mati. Terlebih penggerebeg-an kadang dilakukan di desa terpencil, dengan lokasi berbukit-bukit, ini memungkinkan terduga ditangkap hidup-hidup. Jika memang benar para terduga teroris itu dicurigai terlibat aksi terorisme sebagaimana yang disangkakan Densus 88, tentunya lebih menguntungkan jika ditangkap dalam keadaan hidup karena mereka belum tentu bersalah. Sejauh ini sudah sekitar 110 korban yang ditembak mati Densus 88 tanpa proses pengadilan. Justru sebagian besar korban ditembak dalam kondisi tidak berdaya. Siane Indriani menuturkan hingga saat ini, tak ada prestasi membanggakan yang ditunjukkan Densus 88 dalam upaya pengungkapan sejumlah kasus terorisme. Aksi tembak mati sesungguhnya hanya akan menstimulasi tindakan balas dendam (revans) dan menumbuhsuburkan teror-teror berikutnya secara berkelanjutan. Tidak ada satupun alasan bagi Densus 88 untuk merenggut nyawa alm Nurdin dan korban-korban tindakan terorisme yang lainnya. Selain karena Nurdin baru sebatas terduga teroris, juga karena hanya pengadilanlah yang berwenang untuk memvonis yang bersangkutan benar tidaknya terlibat aksi terorisme atau dia hanyalah korban salah tangkap.Namun tindakan Densus 88 ini sudah jauh melampaui dari batas kewenangannya. Menembak mati seseorang yang sedang shalat adalah bentuk teror atas nama pencegahan terorisme. Wajib dibubarkan dan menanti pengadilan Khilafah Adalah fakta yang sulit untuk ditolak bahwa tindakan keji Densus 88 adalah benar-benar tindakan tidak beradab dan oleh karenanya lembaga ini harus dibubarkan. Umat sejatinya memahami bahwa tindakan teror ala Densus 88 ini telah memelihara kondisi kacau dantidak aman negeri ini. Sebagai agama dan ideologi yang lengkap dan sempurna, Islam telah memberikan solusi yang jelas dan tegas terhadap tindakan teror. Tindakan teror, baik secara verbal maupun fisik, sama-sama diharamkan oleh Islam. Nabi menyatakan, "Siapa saja yang meneror orang Islam demi mendapatkan ridha penguasa, maka dia akan diseret pada Hari Kiamat bersamanya." (Lihat, as-Suyuthi, Jami' al-Masanid wa al-Marasil, VII/44). Teror yang dimaksud di sini bisa berbentuk verbal maupun fisik. Demikian juga hadits Nabi, "Siapa yang menghunus pedang terhadap seorang Muslim, maka benar-benar telah menumpahkan darahnya." (Lihat, as-Syaibani, Syarah as-Sair al-Kabir, I/6). Kedua hadits ini jelas mengharamkan tindakan teror. Karena itu, tindakan ini dianggap pelanggaran syar'i (mukhalafah syar'iyyah), dan merupakan bentuk krimininal (jarimah). Dalam Islam, setiap pelanggaran ada sanksinya, sesuai dengan bentuk dan kadarnya. Jika tindakan teror yang dilakukannya menyebabkan hilangnya nyawa orang banyak, maka menurut mazhab Hanafi, orang tersebut harus dibunuh, tidak perlu membayar diyat. Namun, menurut Imam as-Syafii, itu belum cukup. Selain harus dibunuh, dia diwajibkan membayar diyat kepada seluruh keluarga korban. Alasannya, karena nyawa yang dia renggut lebih dari satu. Jika di-qishash, maka nyawanya hanya berlaku untuk satu korban, sementara korban yang lain belum mendapat bagian. Karena itu, dia wajib membayar diyat, agar defisit qishash tersebut bisa ditutup (Lihat, as-Sarakhsi, al-Mabsuth, III/99). Namun, jika tindakan teror yang dilakukan tidak sampai menyebabkan hilangnya nyawa, tetapi hanya menimbulkan hilangnya anggota badan, maka Islam menetapkan diyat untuk masing-masing. Dengan ketentuan: (1) Jika anggota badan tersebut hanya mempunyai satu organ, maka jika organ tersebut terluka, wajib dibayar 100 unta; (2) Jika terdiri dari dua organ, dan yang terluka hanya salah satu, seperti telinga sebelah kiri, maka wajib dibayar 50 unta; (3) Jika terdiri dari sepuluh bagian, seperti jari, maka setiap jari wajib dibayar 10 unta. Diyat ini berlaku, jika organ tersebut hilang. Namun, jika hanya terluka, dan luka tersebut luka dalam, maka diyat yang harus dibayar adalah sepertiga (Lihat, al-Maliki, Nidzam al-'Uqubat). Demikian juga terkait dengan harta yang dirusak, dan kehormatan wanita yang direnggut, semuanya ada balasannya. Semuanya ini telah dirinci dan dibahas oleh para fuqaha, dan banyak kita temukan rinciannya di dalam kitab-kitab fiqih mereka. Inilah ketentuan Islam terkait dengan teror yang mengakibatkan hilangnya nyawa, harta dan kehormatan, dilihat dari aspek tindakan kriminalnya. Dalam Islam, negara Khilafah akan mengontrol dan menghukum mereka dengan menerapkan hukum-hukum peradilan yang terkait. Semuanya ini dilakukan berdasarkan bukti, dan tidak boleh ada sanksi apapun yang dijatuhkan kepada mereka hanya karena "diduga". Sebab, prinsip pengadilan dalam Islam adalah, al-ashl bara'tu ad-dzimmah (asas praduga tidak bersalah). Islam membolehkan dilakukannya penangkapan, jika ada indikasi kuat yang mengarah kepada pelaku, agar bisa ditanya. Meski begitu, dengan tegas Islam mengharamkan penyiksaan, teror dan sejenisnya terhadap orang yang diduga atau dituduh sebagai pelaku. Islam mengharamkan aktivitas spionase terhadap mereka, termasuk menyadap telpon, email dan sebagainya. Namun, larangan spionase tersebut dikecualikan terhadap Ahl Raib. Meski boleh jadi mereka adalah Muslim, tetapi karena keterkaitan mereka dengan orang Kafir Harbi fi'lan, dan kebolehan untuk memata-matainya, maka hal yang sama juga berlaku terhadap Ahl Raib ini. Meski demikian, kebolehan tersebut dibatasi dengan dua syarat: Pertama, jika Departemen Perang dan Keamanan Dalam Negeri menyatakan, bahwa hasil pengawasannya membuktikan mereka terlibat dengan negara kafir harbi fi'lan. Kedua, hasil pengawasan tersebut kemudian diserahkan kepada Qadhi Hisbah, dan Qadhi Hisbah menyatakan bahwa aktivitas mereka bisa membahayakan Islam dan kaum Muslim. Jika dua syarat ini terpenuhi, maka negara melalui Departemen Keamanan Dalam Negeri bisa memata-matai mereka. Namun, jika dua syarat tersebut tidak terpenuhi, tidak boleh. Jadi bisa dihitung berapa sanksi yang akan Allah timpakan kepada para anggota Densus 88 itu? Inilah supremasi hukum yang akan ditegakkan dengan seadil-adilnya dalam pengadilan Islam. Dengan cara seperti itu, negara akan bisa menyelesaikan masalah terorisme sampai ke akar-akarnya. Solusi yang dibangun berdasarkan fakta kejahatan yang memang benar-benar telah dilakukan oleh pelakunya, bukan sekedar dugaan, apalagi rekayasa demi kepentingan politik penguasa komprador dan majikannya. Semuanya hanya dapat diimplementasikanjika kita menerapkan pengadilan agung dalam sistem Khilafah bukan sistem sekular yang diterapkan saat ini. Disinilah relevansi antara kerinduan kita untuk hidup aman, damai, dan sejahtera dengan urgensi kita untuk mewujudkan institusi Khilafah yang akan mewujudkan kondisi tersebut, termasuk masalah penuntasan masalah terorisme.Selama Khilafah belum tegak, selama itu pula umat akan terus diteror oleh kepentingan Kapitalis asing beserta antek-anteknya, karenanya Densus 88 bukan sekedar wajib dibubarkan tetapi mengadili para anggotanya dalam konteks pengadilan Khilafah adalah sebuah keniscayaan . Wallahu a'lam. (arrahmah.com) |
Mujahidin AQAP menyeru umat Islam angkat senjata melawan milisi pemberontak Syiah Houtsi Posted: 26 Sep 2014 04:00 AM PDT YAMAN (Arrahmah.com) - Di tengah sepekan meletusnya pertempuran sengit antara para pejuang Muslim Ahlussunnah (Sunni) melawan milisi pemberontak Syiah Houtsi di Sana'a, Mujahidin Al-Qaeda di Jazirah Arab atau Al-Qaeda in the Arabian Peninsula (AQAP) merilis pernyataan terbaru yang ditujukan kepada umat Islam, lansir LWJ. "Pernyataan Mengenai Kejahatan dari Fraksi Houtsi Terhadap Kaum Sunni," yang juga diberi subjudul "Seruan kepada Ahlussunnah" tersebut disebarkan pada Selasa (23/9/2014) melalui akun Twitter AQAP. Pernyataan ini dimulai dengan mendeskripsikan tindakan Syi'ah Houtsi baru-baru ini di Sana'a sebagai tindakan mencari "penyelesaian proyek Rafidah [Syi'ah] (Persian) di Yaman". Sejumlah pemimpin komunitas Sunni, serta ulama dan tokoh Islam, disebut dalam pernyataan itu telah membantu dan bersekongkol membantu musuh. "Hal ini terjadi akibat mereka menutup mata terhadap mereka [Syiah Houtsi] dan dengan tetap diam terhadap kejahatan yang mereka lakukan terhadap kaum Sunni di Sa'ada dan di tempat lainnya," ungkap pernyataan itu, "dan dengan [bantuan] pertahanan mereka [tokoh Sunni] terhadap mereka [Syiah Houtsi] dalam pengikisan revolusi, mereka mengklaim bahwa mereka [Syiah Houtsi] adalah bagian dari rakyat dan bagian dari revolusinya." Pernyataan itu merangkum, "Dengan cara itu, racun menyebar, dan Persia menikam kami dengan belati beracun (Syiah Houtsi) mereka yang diwarisi dari moyang Majusi mereka (Abu Lu'lu')." Pernyataan AQAP kemudian memaparkan sejarah akar pemberontakan Syiah Houtsi. Mereka memulainya dengan menjabarkan sejarah Islam di Persia. Setelah penaklukan Arab, "tanah Persia berlindung di bawah naungan syariat" dan Persia "dijinakkan oleh keadilan Islam dan rahmat serta masuk ke dalam agama Allah. Semuanya baik-baik saja sampai Khomeini menipu Persia, menciptakan "Revolusi Rafidi Dua Belas," dan mulai mencari cara untuk menyebarkannya ke negeri-negeri Muslim lainnya. AQAP menyatakan bahwa Hussein Badreddin Al-Houtsi, pendiri kelompok Syiah Houtsi, "membawa bendera Rafidi di bumi Yaman" dengan alasan palsu dan sering berubah. Pernyataan AQAP ini menggambarkan pemimpin Syiah Houtsi, Abdul Malik Al-Houtsi "bahkan lebih besar kebohongan, khayalan, dan keberanian dalam kepalsuannya" dan mengutuk dia karena mempersekutukan dirinya dengan diktator Bashar Assad serta Nouri Al-Maliki melawan kepentingan Kaum Muslimin. "Wahai Ahlussunnah, kalian harus bangun dari mimpi dan tidur kalian," seru AQAP. Waktu untuk faksionalisme dan tribalisme telah berlalu dan sekarang adalah waktunya untuk "persatuan di bawah bendera rakyat Ahlusunnah [Islam]." Pernyataan itu kemudian mengingatkan pembacanya bahwa "konsekuensi dari pengkhianatan begitu berat" sementara "kemuliaan membantu seorang Muslim begitu besar." AQAP kemudian menyampaikan seruan untuk mengangkat senjata. "Wahai Ahlussunnah [Sunni], angkatlah senjata kalian, ambilah jalan perjuangan [jihad], dan ketahuilah bahwa apa yang telah jatuh hanya bisa kembali dengan mengangkat senjata." Pernyataan itu menyimpulkan dengan meyakinkan umat Islam Ahlussunnah (Sunni) bahwa kemenangan yang diraih akan menjadi sumber kenyamanan, serta mengingatkan mereka tentang berbagai upaya yang telah AQAP lakukan untuk membela mereka. Dalam ancaman akhir untuk pemeberontak Syiah Houtsi, AQAP menegaskan, "Kami datang [melawan] kalian, membawa jiwa-jiwa kami di bahu kami dan kami memandangnya sebagai membelanjakannya di jalan Allah [yaitu mati syahid] pengorbanan terbesar kepada Allah." (banan/arrahmah.com) |
Salibis AS meluncurkan serangan drone kedua di Shabwa, 4 Mujahidin AQAP dilaporkan gugur Posted: 26 Sep 2014 03:00 AM PDT YAMAN (Arrahmah.com) - Pejabat lokal di provinsi selatan Yaman, Shabwa, melaporkan bahwa serangan pesawat tak berawak Salibis Amerika membunuh sedikitnya empat Mujahidin Al-Qaeda di Jazirah Arab atau Al-Qaeda in the Arabian Peninsula (AQAP) pada Kamis (25/9/2014). Serangan tersebut adalah serangan mereka yang kedua di Yaman pada bulan ini. Sebelumnya AS juga menargetkan Mujahidin AQAP di provinsi Shabwa pada 11 September lalu, lansir LWJ. Serangan udara yang diluncurkan oleh "predator" yang dikemudikan jarak jauh itu menargetkan kendaraan AQAP yang melintasi sepanjang jalan gunung di wilayah Al-Kardoum yang berbatasan dengan wilayah Nisab Shabwa timur. Lokasi serangan dilaporkan sekitar 570 kilometer tenggara ibukota Yaman, Sana'a, yang berbatasan dengan provinsi Hadramout. Laporan lain dalam pers Arab mengklaim bahwa 5 Mujahidin AQAP gugur dalam serangan itu. Saksi mata mengatakan kepada media berbahasa Arab bahwa kendaraan yang ditargetkan hancur. Pemerintah Yaman belum mengeluarkan pernyataan tentang operasi tersebut. Shabwa telah lama menjadi benteng bagi AQAP. Militer Yaman pernah menyerang mujahidin dari provinsi selatan Yaman, terutama dengan serangan pada tahun 2012 dan 2014. Baru-baru ini, AQAP telah berusaha untuk mengkonsolidasikan kekuatannya di provinsi Hadramout timur yang berbatasan dengan lokasi serangan di wilayah Nisab Shabwa ini. (banan/arrahmah.com) |
Pemukim Yahudi mencoba menculik seorang bocah Palestina di Al-Quds Posted: 26 Sep 2014 02:08 AM PDT AL-QUDS (Arrahmah.com) - pemukim "Israel" mencoba menculik seorang bocah Palestina pada Rabu (24/9/2014) di Al-Quds, kata ayah anak itu, sebagaimana dilansir oleh Ma'an News Agency. Ayah dari Muhammad Khaled al-Zaghl mengatakan bahwa delapan pemukim Yahudi berusaha menculik anaknya yang berusia 11 tahun ssaat ia dalam perjalanan pulang di daerah Ras al-Amud. "Muhammad berhasil melarikan diri dan diselamatkan oleh sekelompok penduduk setempat yang ada di dekatnya," katanya kepada Ma'an. Polisi "Israel" kemudian tiba di daerah itu dan menahan Muhammad karena diduga telah melemparkan batu kepada para pemukim. Ia dibawa ke pusat kepolisian "Israel" di jalan Salah al-Din, di mana ia diinterogasi sebelum kemudian dibebaskan. Polisi "Israel" tidak membuka penyelidikan atas klaim percobaan penculikan tersebut. (ameera/arrahmah.com) |
Jabhah Nushrah membombardir markas milisi Syiah Hizbul Lata di Lebanon Posted: 26 Sep 2014 02:00 AM PDT QALAMOUN (Arrahmah.com) - Pertempuran sengit antara mujahidin Jabhah Nushrah dan milisi Syiah Hizbul Lata Lebanon di distrik Qalamoun telah berlangsung sejak milisi Syiah tersebut berperang di pihak rezim teroris Bashar Asad. Saling serang dan ancam antara mujahidin Jabhah Nushrah dan milisi Syiah Hizbul Lata Lebanon sampai saat ini masih terus berlanjut. Merespon serangan demi serangan dan ancaman demi ancaman milisi Syiah Hizbul Lata Lebanon, mujahidin Jabhah Nushrah pada hari Sabtu (20/9/2014) melancarkan serangan ketiga terhadap markas milisi Syiah Hizbul Lata Lebanon di wilayah Jarud Nahlah, wilayah Lebanon yang berbatasan dengan distrik Qalamoun. Konvoi mujahidin Jabhah Nushrah berangkat untuk melakukan serangan tersebut dengan mobil-mobil bak terbuka. Jabhah Nushrah membawa sejumlah senjata mesin menengah dan berat di atas mobil-mobil tersebut. Posko militer Zaitunah, markas militer milisi Syiah Hizbul Lata Lebanon di wilayah Jarud Nahlah, menjadi target serangan mujahidin Jabhah Nushrah. Mujahidin Jabhah Nushrah memulai serangan dengan menembakkan meriam SPG 9 dan roket Cornet. Serangan roket Cornet tersebut berhasil menghancurkan meriam 57 mm milik milisi Syiah Hizbul Lata dalam posko militer Zaitunah. Serangan pembuka itu langsung menewaskan dan mencederai sejumlah anggota milisi Syiah Hizbul Lata. Mujahidin kemudian membombardir posko militer Zaitunah dengan tembakan senjata mesin menengah dan berat secara gencar. Mujahidin membombardir markas milisi Syiah Hizbul Lata di atas pegunungan Jarud Nahlah tersebut selama beberapa jam, sejak bakda Ashar sampai waktu malam. Murasil Al-Manarah Al-Baidha' pada hari Senin (22/9/2014) telah merilis video berdurasi 7 menit 4 detik yang mendokumentasikan operasi serangan Jabhah Nushrah tersebut.
(muhib al majdi/arrahmah.com) |
You are subscribed to email updates from Arrahmah.com To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |