Arrahmah.Com

Arrahmah.Com

Link to Arrahmah.com

Seorang ulama dan mujahid senior jihad Afghan memberikan penjelasan mengenai ISIS

Posted: 29 Aug 2014 09:34 AM PDT

Syaikh Abu Muadz Nuruddin Nafi'ah (hafizahullah wa fakkallah asroh)

PENJELASAN MENGENAI TANZHIM DAULAH AL BAGHDADI

Oleh: Syaikh Abu Muadz Nuruddin Nafi'ah
Ditulis dari dalam penjara Bourkayz di Kota Fez, Maroko

(Arrahmah.com) - Situs Al-Maqreze dikirimi email yang berisi pernyataan dari seorang syaikh yang dipenjara oleh pemerintah Maroko, yaitu Syaikh Nuruddin Nafiah atau yang lebih dikenal dengan nama Abu Muadz!

Syaikh Abu Muadz adalah termasuk generasi awal yang berhijrah untuk berjihad pada masa penjajahan Uni Soviet di Afghanistan, beliau juga pernah mengikuti sejumlah peperangan dan pernah bertemu langsung dengan Syaikh Doktor Abdullah Azzam – Rahimahullah – dan para pembesar jihad lainnya seperti Syaikh Ayman Azh Zhawahiri, Syaikh Usamah bin Laden – Rahimahullah –, Syaikh Ibnu Syaikh Al Libi – Rahimahullah –, dan Abu Mushab Az Zarqawi – Rahimahullah –. Beliau adalah sosok yang sangat dihargai dan sangat dihormati oleh para komandan mujahidin, beliau juga sering dimintai pendapat karena banyaknya pengalaman beliau di bidang kemiliteran dan keilmuan.

Setelah kejatuhan Imarah Islam Afghanistan, beliau bersama saudara-saudara yang lain menepi ke Pakistan, selama di sana beliau ditemani oleh sang istri yaitu Ummu Muadz, seorang wanita yang dua orang saudara kandungnya berada di penjara Guantanamo. Ketika kondisinya mulai susah beliau dengan ditemani oleh sang istri pindah ke Mauritania, namun di sana beliau bersama istrinya ditangkap!

Keduanya lalu diserahkan ke pemerintahan Maroko dengan menggunakan pesawat khusus, lalu ditahan secara rahasia selama satu tahun, mereka berdua mendapatkan penyiksaan dan penghinaan yang sangat parah sehingga menyebabkan istri beliau menderita sakit parah di bagian kepala dan sistem saraf.

Status penahanan beliau ditangguhkan hingga terjadi peristiwa pengeboman pada tanggal 16 Mei 2003 di Kota Casablanca, setelah peristiwa itu barulah beliau diajukan ke pengadilan dan dijatuhi dengan hukuman 20 tahun penjara, 12 tahun di antaranya beliau lalui di balik jeruji besi kezhaliman, namun Allah memberikan ketabahan kepada beliu, sehingga beliau tidak bergeming walaupun kaki tangan pihak keamanan Maroko memberikan banyak cobaan dan tekanan kepada beliau.

Hingga kini Syaikh Nuruddin Nafi'ah masih mendekam di dalam Penjara Bourkayz di Kota Fez, beliau senantiasa bersabar, semoga Allah mempercepat kebebasan beliau serta saudara-saudara lainnya yang terzhalimi, Allahumma Amin..

www.almaqreze.net

ISI PENJELASAN

بسم الله الرحمن الرحيم

Segala puji bagi Allah rabb semesta alam, shalawat serta salam kepada Nabi yang diutus dengan membawa kasih sayang bagi seluruh alam, kepada keluarga beliau, kepada para sahabat beliau dan kepada siapa saja yang mengikuti jejak mereka hingga hari kiamat, amma ba'du:

Ini adalah penjelasan kepada umat Islam secara umum dan kepada masyarakat yang ada di Maroko secara khusus , saya ingin menjelaskan sikap saya sebagai seorang hamba yang faqir di hadapan Allah, seorang Abu Muadz Nuruddin Nafi'ah mengenai Tanzhim Daulah Islamiyah. Saya tidak akan mengutuk kalangan yang lemah dan tidak akan memusuhi pihak yang menyerang orang-orang dari kalangan ahlul qiblat (orang Islam – red.) tanpa alasan yang benar, siapapun orangnya. Dan saya juga tidak akan berdiam diri membiarkan orang yang melecehkan kehormatan para ulama kami dan para pemimpin kami atau mencela keimanan mereka tanpa dasar ilmu, petunjuk dan dalil yang jelas.

Saya juga menekankan kepada setiap orang yang dapat membaca pernyataan saya ini dari seluruh kaum muslimin, bahwa di antara prinsip-prinsip agama yang Allah ridhai adalah menelusuri jejak Rasulullah SAW dan para salafush shalih, bersepakat di atasnya, dan mencontoh perilaku para pemimpin dan para ulama karena mereka adalah umat pilihan.

Diantara prinsip-prinsip lainnya adalah menjauhi hawa nafsu dan para pelakunya, menjauhi perpecahan dan penyebab-penyebabnya, dan menjauhkan diri dari bersikap sombong di muka bumi serta berbuat kerusakan. Prinsip-prinsip lainnya adalah menghukumi manusia sesuai dengan yang tampak dari mereka dan menyerahkan apa yang mereka rahasiakan kepada Allah, dan bahwa orang yang kebaikannya banyak dan dikenal terpuji perilakunya tidaklah perlu ditanyakan lagi tentang kebaikannya apalagi dikorek-korek kesalahannya. Begitu juga dengan orang yang telah dipastikan kebaikannya dan diyakini keamanahannya, perkataan seseorang tentang dirinya tidak perlu diperhatikan.

Katakanlah kepada si buta mata bahwa matahari itu memiliki mata
kecuali engkau dapat melihatnya terbenam dan terbit

Orang yang terpelihara dirinya tidak perlu ditanya untuk diberikan kecintaan
karena tidak elok rasanya jika ia diteliti di setiap sisi kehidupannya

Tuntutan yang tinggi itu tidak akan dapat diraih kecuali dengan bersikap murah hati, berlapang dada, serta menerima nasehat dari umat, dan Allah tidak akan memberikannya kepada orang yang menampakkan perbuatannya kepada orang-orang yang mengedepankan akalnya dengan menyelisihi prinsip kebijaksanaan, perbuatannya tampak sangat buruk dan tercela, walaupun itu diniatkan untuk meraih kemaslahatan tertentu, namun itu menyelisihi kemauan syariat dan tidak sesuai dengan prinsip kebijaksanaan.

Jika kebanyakan dari orang-orang yang menggunakan akalnya itu ingin mengetahui tentang kenabian seorang nabi dengan syariat yang ia bawa dan meminta bukti dari kenabiannya dengan menuntut bukti mukjizat yang ada pada nabi tersebut – karena dakwah para Rasul itu adalah fenomena terbesar yang menunjukkan akan kejujuran mereka – maka catatan perjalanan Tanzhim Daulah Islamiyah adalah kebalikan dari pada itu, fenomena terbesar yang tampak adalah; mereka adalah manusia yang paling jauh dari petunjuk dan manhaj nubuwah, dan setiap orang yang mengetahui perbuatan mereka namun tidak mencegah perbuatan mereka dan enggan untuk memahami kondisi yang sebenarnya lalu justru menolong mereka, maka orang-orang tersebut adalah sama dengan mereka, dan hukum yang diterapkan juga sama dengan hukum yang diterapkan kepada mereka, sebagaimana yang dikatakan oleh para ulama kami.

Kami katakan kepada seluruh orang Islam, bahwa apa yang dijanjikan oleh Allah itu adalah benar, dan apa yang disampaikan oleh Rasul kita SAW itu adalah realita yang tak terelakkan. Adanya eksistensi kebatilan pada alam semesta ini adalah bagian dari kebaikan yang sempurna dari kebenaran, karena "lawan suatu hal mampu menampakkan keindahan lawannya".

Tidaklah saya bertekad untuk membuat pernyataan ini kecuali setelah berdiam diri itu menjadi sebuah sikap yang dianggap sebagai dukungan terhadap apa yang menimpa saudara-saudara kita di Syam akibat kejahatan yang dilakukan oleh Tanzhim Daulah Islamiyah. Jikalau selama ini saya hanya diam, maka kini saya memandang perlu untuk memahami kondisi yang sebenarnya, mencari kejelasan dan kevalidan dari setiap petunjuk dan bukti yang mendasari sikap saya dalam pernyataan ini. Setelah melengkapi apa yang diperlukan dan memperjelas visi, maka menjadi suatu keharusan bagi saya untuk memberikan nasehat dengan harapan mendapatkan apa yang ada di sisi Allah dan membela orang-orang yang tertindas, serta menunaikan hak umat pilihan yang ada di pundak kami.

Saya ingin menyebutkan sebuah hadits shahih dari Nabi kita SAW, beliau bersabda:

بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ سِنُونَ خَدَّاعَةٌ، يُتَّهَمُ فِيهَا الْأَمِينُ، وَيُؤْتَمَنُ فيها الْمُتَّهَمُ، وَيَنْطَقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ . قَالُوا: وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ؟ قَالَ: «السَّفِيهُ يَنْطِقُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ

"Sesungguhnya menjelang hari kiamat akan ada tahun-tahun penuh rekayasa, orang yang terpercaya dicela, sementara pengkhianat justru dipercaya, kala itu pendusta dipercaya dan orang jujur didustakan, dan akan berbicara para 'Ruwaibidhah'. Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah Ruwaibidhah itu?". Beliau bersabda, "Orang bodoh yang berbicara tentang urusan orang banyak." [HR. Ahmad].

Di antara tanda-tanda besar dari fitnah akhir zaman adalah: tidak mempelajari agama, belajar bukan untuk beramal, mengharapkan dunia dengan menggunakan amalan akhirat, sedikit orang yang dapat dipercaya namun banyak orang yang memimpin, sedikit para fuqaha' namun banyak para pembaca Al-Quran.

Yang dapat melepaskan seseorang dari semua tanda-tanda itu adalah berpegang teguh dengan Al Kitab dan As Sunnah, serta mengembalikan urusan kepada Allah dan Rasul-Nya SAW ketika terjadi perselisihan, dan tidak mendahului keduanya dengan perkataan atau perbuatan. Orang yang paling utama yang berhak terbebas dari tanda-tanda itu adalah orang yang paling mengerti kebenaran, orang yang paling baik akhlaknya, dan orang yang memahami sunnatullah. Sedangkan orang yang paling tidak layak untuk terbebas dari tanda-tanda itu adalah orang-orang yang berkata dengan mengatasnamakan Allah dan Rasul-Nya SAW tanpa dasar pengetahuan, lalu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka selalu berkelompok-kelompok, dan orang-orang yang mencela para tokoh mereka padahal mereka membahayakan umat dan mereka adalah ahli berbuat dosa.

Kami mengharapkan keselamatan dari fitnah kepada Allah, baik yang tampak maupun yang tersebunyi, dan menganugerahi kami dan seluruh kaum muslimin dengan kebaikan dan keyakinan. Segala puji bagi Allah rabb semesta alam.

Ditulis dari dalam penjara Bourkayz, Kota Fez
Syaikh Abu Muadz, Nuruddin Nafiah
Pusat Studi Sejarah Al Maqreze London
30 Syawal 1435 H – 26 Agustus 2014
Diterjemahkan oleh :
logo-muqawamah

(aliakram/arrahmah.com)

HTI, Walisongo itu utusan Khilafah, bukan ISIS

Posted: 29 Aug 2014 09:15 AM PDT

Muhammad Ismail Yusanto

JAKARTA (Arrahmah.com) - Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI menyatakan bahwa, "Walisongo itu utusan Khilafah," sebagaimana hasil wawancaranya dengan wartawan Media Umat, Joko Prasetyo pada Jum'at (29/8/2014).

Hizbut Tahrir secara konsisten menyeru dan membina masyarakat agar turut memperjuangkan khilafah. Namun, mengapa HTI dengan tegas malah menolak pendeklarasian khilafah oleh ISIS? Berikut pandangan Hizbut Tahrir mengenai pendeklarasian khilafah oleh ISIS, sesuai dengan wawancara tersebut di atas.

Tidak memenuhi empat syarat pendirian Khilafah

Sikap Hizbut Tahrir sangatlah jelas. Intinya, HT menolak keabsahan kekhalifahan yang dideklarasikan oleh ISIS dengan khalifahnya bernama Abu Bakar Al-Baghdadi, karena tidak memenuhi empat syarat sekaligus.

Pertama, khilafah semestinya menguasai satu wilayah otonom, bukan berada di bawah sebuah negara. Kedua,semestinya khilafah mengontrol penuh keamanan dan rasa aman di wilayah itu. Ketiga, khilafah semestinya mampu menerapkan syariah Islam secara adil dan menyeluruh (kaffah). Keempat, pengangkatan khalifah semestinya memenuhi seluruh syarat-syarat pengangkatan (surutul in'iqadz), yaitu Muslim, laki-laki, baligh, berakal, merdeka, adil dan mampu, serta ia dibaiat dengan prinsip ridha wal ikhtiyar (kerelaan dan pilihan) oleh umat Islam di wilayah itu setelah opini tentang khilafah berkembang dan menjadi kesadaran umum di tengah masyarakat. Kenyataannya, semuanya tak terpenuhi.

Lagi pula, metode perjuangan yang digunakan ISIS tidaklah sesuai dengan metode Rasulullah SAW. Rasulullah SAW tidak menempuh jalan kekerasan, apalagi menghancurkan tempat ibadah, melakukan pembunuhan tanpa haq dan sebagainya.

Jadi, pasca deklarasi, ISIS sesungguhnya tetaplah sebagai milisi bersenjata, bukan khilafah. Haruslah diingat, bahwa khilafah adalah negara yang punya bobot, proklamasinya akan menjadi peristiwa yang hebat dan mengguncang dunia. Bukan seperti sekarang, yang justru menjadi bahan cemoohan di mana-mana.

Monsterisasi "khilafah" gegara ISIS

Setelah meledaknya soal ISIS, terlihat ada upaya monsterisasi istilah "khilafah" dengan mengaitkannya dengan ISIS.

Banyak pihak memanfaatkan pemberitaan soal ISIS ini untuk menciptakan stigmatisasi negatif, terorisasi, dan kriminalisasi terhadap simbol dan istilah-istilah Islam seperti syariah dan khilafah. Tanda-tanda ke arah sana sudah ada.

Fenomena monsterisasi istilah "khilafah" ini bisa terjadi di negeri yang mayoritas penduduknya Muslim seperti di Indonesia. Bahkan yang disebut-sebut sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Karena banyak pihak yang tidak menghendaki umat Islam di negeri ini bangkit. Sebab, bila itu terjadi tentu akan sangat berpengaruh terhadap konstelasi politik dunia, khususnya di dunia Islam.

Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah hal itu terjadi. Di antaranya dengan memunculkan kesan buruk dan menakutkan terhadap sejumlah ajaran kunci dalam Islam, yakni "syariah dan khilafah". Di situlah terjadi monsterisasi atau kriminalisasi istilah khilafah. Harapannya, bila orang-orang takut dan punya kesan buruk, maka dengan mudah didorong untuk menjauhi dan menolak ajaran Islam yang sesungguhnya sangat mulia itu.

Oleh karena itu, kita harus waspada jangan sampai isu ISIS dijadikan alat untuk menjauhkan Islam dari umat Islam. Juga jangan sampai penolakan terhadap ISIS, berkembang menjadi penolakan terhadap ide khilafah. Harus dibedakan antara tindak kekerasan ISIS dengan ide khilafah sebagai gagasan yang berasal dari Islam.

Peran khilafah dalam penyebaran Islam di Indonesia

Lantas jika kita melirik sejarah, khilafah sungguh sangat berperan dalam penyebaran di Indonesia. Bisa dikatakan tak akan ada Islam di Indonesia tanpa peran khilafah. Orang sering mengatakan bahwa Islam di Indonesia, khususnya di tanah Jawa disebarkan oleh Walisongo. Tapi tak banyak orang tahu, siapa sebenarnya Walisongo itu? Dari mana mereka berasal? Tidak mungkin to mereka tiba-tiba ada, seolah turun dari langit?

Dalam kitab Kanzul 'Hum yang ditulis oleh Ibn Bathuthah yang kini tersimpan di Museum Istana Turki di Istanbul, disebutkan bahwa Walisongo dikirim oleh Sultan Muhammad I. Awalnya, ia pada tahun 1404 M (808 H) mengirim surat kepada pembesar Afrika Utara dan Timur Tengah yang isinya meminta dikirim sejumlah ulama yang memiliki kemampuan di berbagai bidang untuk diberangkatkan ke Pulau Jawa.

Jadi, Walisongo sesungguhnya adalah para dai atau ulama yang diutus khalifah di masa Kekhilafahan Utsmani untuk menyebarkan Islam di Nusantara. Dan jumlahnya ternyata tidak hanya sembilan (Songo). Ada 7 angkatan yang masing-masing jumlahnya sekitar sembilan orang. Memang awalnya dimulai oleh angkatan I yang dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim, asal Turki, pada tahun 1400 an. Ia yang ahli politik dan irigasi itu menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara. Seangkatan dengannya, ada dua wali dari Palestina yang berdakwah di Banten. Yaitu Maulana Hasanudin, kakek Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Aliudin. Jadi, masyarakat Banten sesungguhnya punya hubungan biologis dan ideologis dengan Palestina.

Lalu ada Syekh Ja'far Shadiq dan Syarif Hidayatullah yang di sini lebih dikenal dengan sebutan Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati. Keduanya juga berasal dari Palestina. Sunan Kudus mendirikan sebuah kota kecil di Jawa Tengah yang kemudian disebut Kudus – berasal dari nama kota Al-Quds (Jerusalem dalam peta barat).

Dari para wali itulah kemudian Islam menyebar ke mana-mana hingga seperti yang kita lihat sekarang. Oleh karena itu, sungguh aneh kalau ada dari umat Islam sekarang yang menolak khilafah. Itu sama artinya ia menolak sejarahnya sendiri, padahal nenek moyangnya mengenal Islam tak lain dari para ulama yang diutus oleh para khalifah.

Khilafah perlu ditegakkan lagi dalam kondisi kekinian

Sedemikian pentingnya sebuah Khilafah, maka ia perlu ditegakkan dalam kondidi kekinian sebagai solusi dari segala aspek kehidupan (baca: ipoleksosbudhankam). Kita tahu, sejak runtuhnya khilafah Islam pada 3 Maret 1924 M, 92 tahun lalu, Ummat Islam kehilangan institusi pemersatu umat, penegak syariah dan pelaksana dakwah. Wilayah dunia Islam yang semula sangat luas kemudian dikerat-kerat oleh negara kafir penjajah menjadi negara kecil-kecil yang berdiri atas dasar nasionalisme. Harkat martabat umat dilecehkan, darah umat ditumpahkan, dan pemikiran umat disimpangkan.

Pendek kata, tanpa khilafah, umat mengalami keterpurukan yang luar biasa, yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Benarlah, ketika para ulama menyebut tiadanya khilafah itu sebagai ummul jarâim ataupangkal timbulnya aneka penderitaan, keburukan dan kejahatan.

Maka, menegakkan khilafah merupakan kewajiban besar bagi seluruh Ummat Islam untuk tegakknya kembali Izzul Islam wal Muslimin. Para ulama menyebut sebagai min a'dhamil wajibaat. Oleh karena itu, wajib pula bagi kita semua untuk mengerahkan segenap daya dan upaya guna mewujudkan cita-cita mulia ini. Inilah al-qadhiyyatul Muslimin al-mashîriyyah, atau persoalan utama umat Islam di seluruh dunia yang sesungguhnya.

Metode penegakan kembali khilafah yang sesuai dengan contoh Nabi

Secara ringkas, penegakan kembali khilafah sesuai yang dicontohkan Nabi diawali dengan kegiatan pembinaan dan pengkaderan. Ini tahap pertama, yang disebut marhalah tatsqif wa takwin.

Selanjutnya, tahap interaksi dengan umat (tafa'ul ma'al ummah) dan perjuangan politik (kifahus-siyasi) melalu usaha pembentukan opini dan kesadaran umat yang dilakukan secara langsung melalui seminar, diskusi, tabligh akbar dan lainnya, ataupun secara tidak langsung melalui media cetak, elektronik maupun online, serta usaha diraihnya dukungan tokoh umat dari kalangan ahlul quwwah melalui kontak dan pendekatan intensif hingga tercapai tahap istilamul hukmi (penyerahterimaan kekuasaan). Wallahu'alam bishowab.

(adibahasan/mediaumat.com/arrahmah.com)

Lebih dari 60 tentara "Israel" masih dirawat di rumah sakit

Posted: 29 Aug 2014 07:29 AM PDT

tentara israel

TEL AVIV (Arrahmah.com) - Lebih dari 60 tentara "Israel" masih mendapatkan perawatan medis untuk luka-luka yang mereka derita selama perang terakhir di Gaza, kata laporan-laporan media "Israel", sebagaimana dilansir oleh The Palestinian Information Center, Jum'at (29/8/2014).

Sumber itu menegaskan bahwa lebih dari 50 tentara "Israel" menerima pengobatan di Sheba Medical Center; kebanyakan dari mereka dirawat di bagian Ortopedi dan Rehabilitasi..

Sebagian besar tentara "Israel" itu menderita cedera anggota tubuh, sementara tujuh tentara menderita cedera otak, kata surat kabar Yedioth Ahronoth.

Dua tentara lainnya menderita luka bakar serius, sementara seorang perwira Brigade Golani masih dirawat di bagian terapi saluran pernapasan, surat kabar Yedioth Ahronoth menambahkan.

Empat tentara "Israel", termasuk dua orang yang mengalami cedera serius, masih menjalani perawatan di rumah sakit Soroka yang menyediakan pengobatan bagi puluhan tentara "Israel" selama agresi. Dua tentara lainnya juga dirawat di rumah sakit Hadasa.

Tentara terjun payung Shahar Shalev masih dirawat di Rambam Medical Center di Haifa, setelah ia menderita cedera kritis lebih dari sebulan lalu di Gaza ketika sebuah bom rakitan meledak di dekat posnya di Kfar Younis, yang menewaskan tiga tentara lainnya. Kaki Shahar diamputasi dan ia berada dalam kondisi yang serius.

(ameera/arrahmah.com)

Abu Ubaida: Perlawanan Palestina unggul dalam mempertahankan Gaza

Posted: 29 Aug 2014 07:04 AM PDT

jubir al-qassam

GAZA (Arrahmah.com) - Perlawanan dan rakyat Palestina telah berhasil menghancurkan citra pendudukan militer "Israel" dalam waktu 50 hari apa yang tentara besar di wilayah tersebut tidak bisa mencapainya selama bertahun-tahun.

Juru bicara Al-Qassam, Abu Ubaida, mengatakan dalam sebuah pidatonya yang disampaikan dalam "Konferensi Kemenangan" pada Rabu malam (27/8/2014, "Gerakan Perlawanan Palestina telah memaksa gencatan senjata dari pihak musuh dan tidak membiarkan mereka mencapai setiap strategi atau taktik. Hal itu tentu saja menghancurkan kebanggaannya yang telah dibuat selama beberapa dekade melalui media, dan laboratorium perang psikologis."

"Gerakan Perlawanan kami telah menang karena ini merupakan pukulan terhadap sejarah "Israel" .... Gaza telah menunjukkan siapa "Israel" serta para pemimpin keamanan dan militernya, dan sesungguhnya mereka hanyalah sekelompok penjahat dan pembunuh yang menargetkan warga sipil tak berdosa dan membalas dendam terhadap anak-anak dan perempuan ... Inilah saatnya dunia melihat siapa orang "Israel" dan bagaimana kelakukan dan kekejaman mereka," katanya.

Kemenangan ini tidak hanya untuk pejuang kami, ini adalah kemenangan dari pengorbanan sejati dari setiap ibu yang menyusui bayi-bayinya; ini adalah kemenangan dari setiap saudara perempuan, setiap anak perempuan, dan setiap istri yang melihat anaknya, saudaranya, suaminya, atau ayahnya terlibat dalam pertempuran melawan penjajah "Israel", mengetahui di dalam lubuk hati mereka bahwa mereka kemungkinan tidak kembali lagi ke rumah."

"Ini adalah kemenangan dari semua anak, semua orang tua, semua perempuan, yang musuh yang telah menghujani mereka dengan sejumlah besar bom dan [kemenangan] dari mereka yang rumahnya telah berubah menjadi puing-puing," tambah pernyataan itu.

"Fakta bahwa ribuan anak cucu kita, dalam negeri dan luar negeri, turun ke jalan-jalan merupakan ungkapan bahasa yang paling murni dari kesadaran masyarakat kami tentang nilai yang sebenarnya dari kemenangan tersebut. . . . Perlawanan Palestina berupaya untuk menanamkan dalam pikiran rakyat Palestina bahwa kami tidak pernah lemah dan kemenangan akan segera datang. Pembebasan al-Aqsha dan para pengungsi kami akan segera pulang ke rumah."

"Musuh kita, bersama dengan tentara dan pasukan elitnya, adalah sebuah kebohongan besar," katanya.

"Orang-orang kami menanggung beban begitu lama sebagai anak yatim dan mengalami penganiayaan. Hari ini, dari tanah kemenangan Gaza, seluruh dunia dapat melihat bahwa kami bukan anak yatim lagi. Para anak yatim itu telah tumbuh dan bakat perlawanan mereka telah tumbuh lebih kuat. Mereka akan melawan siapa pun yang berani menganiaya atau menindas mereka."

"Kami berada di sini hari ini untuk merayakan persatuan Palestina yang besar .... Perpecahan telah berakhir. Perlawanan telah menyatukan kita semua, sekali dan untuk selamanya."

Dalam pandangan Abu Ubaida ini, Gaza telah menang karena berhasil mengembalikan harapan dari satu setengah miliar orang-orang Arab dan Muslim, dan meyakinkan mereka bahwa perjalanan menuju Yerusalem akan menjadi lebih mudah jika mereka dilengkapi dengan itikad baik, energi, dan persenjataan yang cukup.

"Kami mendedikasikan keteguhan dan kemenangan orang-orang kami kepada para martir kami .... Mereka adalah orang yang membuat kemenangan ini terwujud."

"Untuk para tahanan .... kalian adalah ikon dan epitomes penderitaan dan harapan bangsa. . . penyebab kalian hadir setiap saat dan dimana saja; dalam masa perang dan damai. Pengorbanan dan prestasi Anda hadir di setiap kemenangan dan keberhasilan. . . . Anda selamanya akan tetap berada di garis depan prioritas kami. Kami tidak akan pernah melupakan kalian, insya Allah."

"Untuk semua ummat Islam, orang-orang Arab dan orang-orang di seluruh dunia, terima kasih atas dukungan kalian terhadap saudara-saudara Gaza kalian, dan bersama gerakan perlawanan kalian. Kami adalah para pembela kalian. Allah telah memilih kami untuk berdiri teguh dalam menghadapi musuh terbesar kami."

"Yang paling utama, kami mengucapkan Alhamdulillah atas rahmat-Nya, yang telah membuat kami menjadi kuat dan memberikan kami kemenangan besar seperti ini," demikian kesimpulan dari pidato tersebut.

(ameera/arrahmah.com)

Ghouta-Syria, the site of Armagedon before the Judgment Day

Posted: 29 Aug 2014 04:45 AM PDT

suriah dibantai

GHOUTA (Arrahmah.com) - Quoting Dr.Zahar Sahloul confession, here is a glance of what Armagedon looks like in Ghouta-Syria, as reported on Policy Review, Friday (29/8/2014). Dr. Zaher Sahloul is a Syrian-American Critical Care Specialist who also the president of The Syrian American Medical Society, SAMS.

***

It was just more than a year ago when Dr. Zahar Sahloul received a massive of Skype and Viber notifications from paramedics in Syria, desperately begging for help from abroad as they struggled to deal with an overwhelming influx of patients gasping for breath and collapsing at hospital doors.

The scale of the disaster in Ghouta did not truly sink in until he saw the images streaming in on YouTube and Arabic news channels. These are the images that throttle the soul— children, dead, lying in rows among hundreds, their angelic faces a chilling contrast to the monstrosity that claimed their lives. Nothing in medical school prepares you for this.

Syrian doctors had been preparing for the worst for three years, treating victims of sniper attacks, shelling, barrel bombing, and even small scale chemical weapon attacks—with shamefully limited resources—all while living under fire since the democratic protests of 2011. The Syrian American Medical Society, Dr. Zahar's group, has been working to help them.

Ghouta's fate seemed to have been written for it long before last year's attack. It is a strategic area outside Damascus, then under the control of the moderate FSA (Free Syrian Army) was a stable place for Syrian. Before the crisis, it had a vibrant population of 2 million people, now depleted to about 800,000, due to relentless shelling and a suffocating siege by Assad regime. Local folklore says Ghouta is the site of the Armageddon, where an army of the righteous face the forces of evil before Judgment Day.

Every doctors told a similar story— a large number of panicking patients, extremely distressed women and children arriving by foot or carried by motorcycles and cars, collapsing on the floors of the emergency rooms, foaming from the mouth, coughing, convulsing, and gasping for air. All had pinpoint pupils, a sign of exposure to an organophosphoric agent, or nerve gas.

Most of the people were asleep with their windows open when the first shells struck. Many died in their beds. Some awoke to witness Judgement Day. In the hours of confusion and horror while shells continued to drop and explode, many rushed to their basements, attempting to protect themselves from bombs. But sarin is heavier than air and it tends to gravitate downward—many were found dead on the stairs of the lower floors of their buildings. They didn't stand a chance.

One doctor from Ein Turma, who runs a small rural hospital for 20 patients, told Dr. Zahar with a trembling voice that he received about 700 patients in just a few hours. In spite of the heroic efforts by him and his volunteer medical team throughout that night, 141 of his patients died, including 66 children.

Another doctor told me that many arrived with respiratory failure—suffocating slowly, foaming and convulsing. He could save only few by placing them on life support, with limited access to respirators. He chose to save the youngest, as they had longer lives to live. Doctors should not be placed in a situation where they had to "play God". In Syria, where medical resources are scarce, and where the international community has largely turned a blind eye, this is happening every day.

Ghouta's first responders weren't spared. We had been able to get antidotes and equipment to areas where there had been chemical attacks, but not enough protective gear, which is usually only in the hands of the military. Many doctors and nurses had symptoms of exposure after a few hours of contact with their patients.

Dr. Abdel Rahman, from East Ghouta, treated a score of patients, protecting himself only with a simple mask. He developed blurry vision, tightness in his chest and a severe headache. His eyes began tearing and his breathing became heavier. When he told his colleagues that he was unable to continue working, and that he needed help, they injected him with atropine, the only available antidote, and rushed to intubate him and place him on life support. He did not make it, joining the long list of Syrian doctors and nurses who have died or been killed on duty.

The attack was not surprising to the small circle of medical relief organisations working to address the worst humanitarian crisis in their time. But in spite of their best efforts in the months leading up to that infamous night, they had been unable to deliver the necessary protective gear to prevent exposure of medical staff to nerve agents. Smaller scale nerve gas attacks were documented in the eight months leading up to the Ghouta massacre. There was at least 34 attacks with sarin had been reported by August 2013.

The first report came in late December 2012, from the Old City of Homs. In early April, Dr. Zahar's doctor team reported from the field that chemical weapons were deployed in civilian areas near Aleppo, Syria's second largest city, killing at least 40 people and injuring more than 200, mostly women and children.

Blood tests in an independent laboratory from one of the affected patients in Aleppo led to a diagnosis consistent with exposure to nerve gas. Later on, the US government confirmed that sarin gas was used in that and other attacks.

The red line was crossed, everyone thought. So what is next? The answer from Washington was as cold as the corpses of children in Ghouta – that the red line meant mass casualties. In the context of the Syrian conflict, where 100 to 200 people are killed daily by more conventional means, with the current death toll nearing 200,000, a mass casualty is needed to shake peoples' numbed consciousness.

On August 22, local medical councils compiled their numbers. More than 1,300 people had been gassed to death that night in East Ghouta and another 300 in West Ghouta. About 10,000 patients were treated for exposure. Forty percent of the victims were women and children. Those who survived had deep psychological scars. Many children lost all of their family members.

The doctors in Ghouta and the whole world waited for a meaningful reaction from the US, as parat of world security council. But the rest is well-known. Moral outrage, threatening to strike the Assad regime, then aborting the strike as the administration, working with Russia, proceeded to eliminate Assad's declared chemical weapon stockpile.

The days after the aborted strike witnessed intensification of shelling and bombing of Ghouta by Assad's forces using conventional weapons. More civilians have died since then than those who were gassed to death. The administration could have used the window of moral clarity and global outrage to pressure the Assad regime to lift the siege on Ghouta, Homs and other cities and to draw another line on bombing civilians indiscriminately, But unfortunately it was another opportunity lost.

Fast forward one year. The humanitarian situation is much worse, and Ghouta is still under siege, despite the UN Security Council resolution demanding that the Syrian authorities and other fighting groups lift the siege on civilian areas. UN agencies headquartered 15 minutes away in Damascus are not allowed by the Assad devilish regime to deliver humanitarian goods and medical supplies to the 800,000 people in Ghouta. The survivors of the chemical massacre have been living under this siege in starvation conditions. Not even one memorial was erected for the innocent victims.

Just like the last two dictators to gas their own people were Adolf Hitler and Saddam Hussein, Assad the evil in bodily appearance conduct a genocide. We told ourselves about this massacre, "never again". But the memory will always kept the time when an email by one of the local doctors who witnessed the massacre—"It looked like the Day of Judgment." History will judge those who would have been able to prevent the massacre and who remained silent. Yet, Allah the all-knowing will not absent in reassuring us that these devilish leader and worshipers responsible for what they caused in Syria. Indeed, Allah's wrath is very poignant. (adibahasan/arrahmah.com)

Sebut Bareskrim ATM pimpinan Polri, komisioner Kompolnas dipolisikan

Posted: 29 Aug 2014 04:38 AM PDT

Kantor Kompolnas

JAKARTA (Arrahmah.com) - Penyidik Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri memanggil Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Adrianus Meliala sebagai saksi atas dugaan fitnah kepada Polri terkait kasus suap yang melibatkan Ajun Komisaris Besar Murjoko Budoyono.

Adrianus yang ditemui sebelum masuk ke dalam ruang penyidik untuk pemeriksaan kali pertama mengatakan akan memberikan keterangan atas dugaan tersebut.

"Kalau kita lihat [siaran acara Metro TV] secara utuh, maka sebetulnya cukup seimbang," kata dia, Selasa (26/8/2014), tulis bisnis.com.

Pasalnya, ia tidak hanya mengkritik kasus suap Polri namun juga mengapresiasi kinerja Polri yang juga memiliki banyak hal positif.

Komisioner Kompolnas Adrianus Meliala dalam siaran wawancara dengan Metro TV, menyebutkan kepolisian melakukan tindak pidana korupsi terkait kasus suap Murjoko, hingga soal Bareskrim yang merupakan mesin anjungan tunai mandiri (ATM) pimpinan Polri, sehingga berpotensi terjadi penyimpangan.

"Kalau saya mengatakan kepada polisi harus akuntabel, berarti saya harus akuntabel. Cuma karena diangkat adalah yang lebih negatif, seolah menghina. Kalau yang diangkat positif berarti memuji dong," jelas Adrianus.

Pada kesempatan yang sama, Komisioner Kompolnas M. Nasser menambahkan Adrianus tidak sembarangan menyebut Bareskrim sebagai ATM. Sebutan itu, sambungnya, berdasarkan pengaduan tertulis dan lisan dari masyarakat dan anggota kepolisian.

"Beliau barangkali menyetir pengaduan-pengaduan itu dan itu tertulis," ujar Nasser.

Sementara Kapolri Jenderal Pol Sutarman, dikutip dari Antara, mengatakan bahwa pernyataan Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Adrianus Meliala yang menyebut Bareskrim sebagai ATM pimpinan Polri bisa mendiskreditkan institusi Polri.

"Apa yang kami lakukan dalam penindakan terhadap anggota ini ditanggapi oleh Bapak Adrianus Meliala denganstatement di media TV, ia mengatakan Reskrim sebagai ATM pimpinan Polri. Statement ini tidak benar dan dapat mendiskreditkan institusi Polri," kata Kapolri Jenderal Pol Sutarman di Jakarta, Jumat.

Kapolri pun memberi kesempatan untuk berdamai kepada Adrianus bila anggota Kompolnas itu mau meminta maaf dan mencabut pernyataannya.

"Kalau yang bersangkutan merasa bersalah, saya tidak bawa ke ranah hukum. Syaratnya ada dua. Pertama, meminta maaf secara terbuka kepada Polri melalui seluruh media di Indonesia. Kedua, mencabut statement itu yang dapat menimbulkan ketidakpercayaan dan dapat memancing rasa benci masyarakat ke Polisi," ujar Sutarman.

Sebagai informasi, Murjoko dan Ajun Komisaris Polisi Dudung diduga menerima suap sekitar Rp7 miliar dari AI, DT, dan T, yang merupakan bandar judi online karena membuka 13 rekening yang telah diblokir Direskrimum Polda Jabar pada tahun lalu.(azm/arrahmah.com)

Bantuan kemanusiaan Turki mulai memasuki Gaza

Posted: 29 Aug 2014 03:40 AM PDT

rafah crossing

(Arrahmah.com) - Pasca agresi 51 hari "Israel" yang telah memorak-porandakan Gaza, rakyat Gaza sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan untuk membangun kembali hidup mereka. Palang Merah Turki telah menyerahkan bantuan darurat kepada Palang Merah Palestina, menurut laporan Anadolu Agency (AA).

AA melaporkan bahwa Imad Abu-Matar, seorang pejabat di Palang Merah Turki, mengatakan bahwa bantuan itu telah memasuki Gaza melalui penyeberangan perbatasan Rafah.

"Ini adalah sebagian kecil dari bantuan kemanusiaan yang telah mencapai Gaza melalui Rafah. Ini adalah yang diizinkan saat ini dan jumlah yang tersisa akan dikirim ke Gaza melalui penyeberangan perbatasan Israel-Gaza," kata Abu-Matar.

Abu-Matar mengatakan bahwa sejumlah besar uang telah terkumpul di Turki untuk membantu rakyat Jalur Gaza. Dia juga mengatakan bahwa mereka akan membeli bahan-bahan bangunan dari Gaza ataupun dari tempat lain untuk mengistribusikannya ke rakyat Gaza yang mengungsi atau menderita kerugian akibat agresi "Israel".

(siraaj/arrahmah.com)

Islam dan "terorisme", video singkat yang menginspirasi

Posted: 29 Aug 2014 02:49 AM PDT

mz

VIRGINIA (Arrahmah.com) - Mohammed Zeyara dan Ustadz Omar Sulaeiman, tokoh Muslim Kanada-Amerika menginisiasi sebuah upaya membangun kesadaran Ummat Islam secara global. Untuk mencapai misi tersebut, bersama Islam Broadcasting Network yang berbasis di Virginia, mereka membuat seri film pendek bertajuk Inspiration Series. Kali ini, pada seri ke-9, Inspiration menyajikan isu hangat dengan topik "Islam dan Terorisme" yang dapat dinikmati melalui Youtube sejak Senin (26/8/2014).

Melalui rangkaian video singkat tersebut, kita dapat memperoleh hikmah tentang apa yang akan Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wasallam lakukan atas segala fenomena yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Dari setiap episode, kita dapat mengambil teladan praktis sesuai akhlak Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam secara sederhana, namun sarat akan makna yang mendalam.

Pada episode terbaru pekan ini, Mohammed Zeyara dan timnya mengangkat isu terhangat yang dapat menjelaskan bahwa terorisme tidak mencerminkan Muslim sama sekali. Secara tersirat, terdapat pula adegan yang "menyentil" penggunaan lambang tauhid pada cincin Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam oleh ISIS yang sedang booming saat ini.

Diperkirakan episode baru ini akan berdampak sangat kuat. Semoga setelah menyaksikannya, kita dapat lebih mencintai teladan kita dan membagikannya sebagai bentuk seruan untuk beritiba kepada Muhammad Al-Musthafa.

Episode yang sangat relevan dengan kejadian terkini di dunia tersebut, dapat kita saksikan pada link berikut ini.

Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=wDTPEw9yX2k
Vimeo: https://vimeo.com/104243621

Untuk episode sebelumnya, kita juga dapat melihatnya dalam playlist berikut: http://goo.gl/T0XZBv

Jangan lupa untuk berbagi video dengan semua teman Muslim maupun non-Muslim serta keluarga kita. Mari kita mulai mempelajari Islam kembali dan merefleksikannya dalam kehidupan kita sehari-hari dengan menggunakan #InspirationSeries. Untuk episode terbaru, Mohammed Zeyara dan tim akan mengunduhnya setiap Senin pukul 13:00 waktu setempat. Alhamdulillah. (adibahasan/arrahmah.com)

Para pahlawan berhelm putih bertaruh nyawa tanpa henti di Suriah

Posted: 29 Aug 2014 02:03 AM PDT

Lebih dari 650 bom barel telah dijatuhkan pasukan rezim Nushairiyah di wilayah sipil Suriah sejak PBB melarangnya pada bulan Februari lalu. Sementara itu, para pahlawan Suriah berhelm putih menghabiskan setiap momen mereka untuk menyelamatkan nyawa warga sipil yang menjadi korban kebrutalan pasukan rezim di bawah reruntuhan bangunan yang menjadi target pemboman.

Tempat Paling Berbahaya di Dunia

Pahlawan berhelm putih - atau Pertahanan Sipil Suriah - adalah para relawan penyelamat yang berjuang di tempat yang paling berbahaya di dunia. Di tengah memburuknya konflik di Suriah, para warga sipil membayarnya dengan harga tertinggi. Lebih dari 50 bom dan mortir mendarat di beberapa wilayah di Suriah. Banyak barel berkarat yang diisi dengan paku dan bahan peledak, diluncurkan helikopter pemerintah Nushairiyah ke rumah-rumah warga, sekolah dan rumah sakit.

Ketika ini terjadi, para pahlawan berhelm putih segera bergegas untuk mencari korban yang berhasil bertahan hidup di bawah reruntuhan, padahal mereka menyadari bahwa bom-bom lainnya mungkin akan menyusul dijatuhkan pasukan rezim di lokasi yang sama. Pada tahun lalu saja, para relawan yang mempertaruhkan nyawa mereka ini telah menyelamatkan 2.514 nyawa - dan jumlah ini terus bertambah setiap hari.

"Untuk dapat memahami secara akurat kerusakan dan ancaman serta kehancuran bencana di Suriah, [bisa diibaratkan seperti] mereka mengalami gempa [berskala] 7,6 selama 50 kali sehari," ungkap Direktur AKUT Search and Rescue Association, Turki, Dundar Sahin seperti dikutip whitehelmets.org.

(banan/arrahmah.com)

Membongkar "Khilafah Al-Baghdady" secara detil dan personil (4-tamat)

Posted: 28 Aug 2014 10:08 PM PDT

Abu Bakar Al Baghdady, Amirnya ISOS yang menjelma menjadi Kholifah versi kaumnya

(Arrahmah.com) - Mengutip dokumentasi Yousef Bin Tashfin dalam membongkar kronologis berdirinya khilafah Al-Baghdadi secara detil dan personil, berikut ulasan lanjutan yang dipublikasikan pada Wikialbaghdady sejak tahun 2012 hingga kini. Semoga Allah menjadikan risalah ini sebagai kabar yang menghimpun kembali ikhwah yang tercerai berai, dengan cahaya ilmu yang diungkapkan seiring berjalannya waktu. Ta'awudz wa basmallah.

***

Siapakah Abu Ayman, apakah dia anggota ISIS? Apa tanggung jawab Othamn (Al-Rayes) dari Arab Saudi? Apakah Al-Baghdadi mempertimbangkan akan kembali ke Irak dan mengapa? Semuanya merupakan tanda tanya besar yang dapat memungkaskan terbongkarnya beberapa konspirasi di balik berdirinya "Khilafah Al-Baghdadi" pada ulasan berikutnya.

Upaya membungkam kebenaran

Untuk membungkam kebenaran yang beredar di kalangan Masayikh, Al-Qahtani didelegasikan Al-Baghdadi. Sementara guna memberangus Mujahidin yang tertangkap ISIS, Al-Baghdadi memberitahu Al-Atsir bahwa ia harus mengeksekusi semua orang di penjara di Aleppo dan tidak boleh ada satu orang pun yang dibiarkan hidup.

'Umar (Abu Bakar) Al Qohthoni, dewan syariat ISIS, akun twitter: @ohqahtani

'Umar (Abu Bakar) Al Qohthoni, dewan syariat ISIS, akun twitter: @ohqahtani

Maka, ditunjuklah Amr Al-Absi dari Suriah, yang dengan pikiran dan mentalitasnya yang keji, dia mengendalikan penjara ISIS dan bertanggung jawab untuk membunuh dan menyiksa para tahanan. Beberapa bulan sebelumnya, Al-Qahtani terbujuk untuk menikahi beberapa wanita Suriah yang memiliki hubungandengan Al-Absi dengan dalih untuk mempererat loyalitas keduanya terhadap Al-Baghdadi. Al-Qahtani juga benar-benar mendukung cara Al-Absi memperlakukan dan menyiksa para Mujahidin yang tertahan.

Abul Atsir Amr Al 'Absi, wali ISIS di Aleppo

Abul Atsir Amr Al 'Absi, wali ISIS di Aleppo

Dengan menyatunya dua orang potensial (Al-Qahtani dan Al-Absi) di tubuh ISIS, Al-Baghdadi berpikir ulang untuk kembali ke Irak karena ia khawatir bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Namun, tiga orang dekatnya mencoba meyakinkan dia untuk tidak melakukannya. Mereka adalah Haji Bakar, Abu Ali Al-Anbari, dan Abu Ayman yang adalah seorang pemimpin senior di ISIS.

Haji Bakar, yang tewas baru-baru ini, sempat memperingatkan Al-Baghdadi memberitahukan bahwa kembali ke Irak bisa lebih berbahaya dan itu akan menyebabkan lebih banyak perpecahan di tubuh ISIS. Sementara itu, Al-Anbari meminta Othman Nazih untuk berbicara kepada para prajurit dan menginformasikan mereka tentang pentingnya berjuang untuk ISIS dan mati untuk itu.

Al-Anbari juga memberi suntikan semangat dengan cara memberi mereka tanggung jawab. Dengan demikian, perasaan "dipercayai pimpinan" dapat tumbuh dan memotivasi mereka. Dia sengaja mengajak anggotanya berdialog secara "one to one", setiap kali sesuatu yang serius sedang terjadi. Dengan demikian, secara alami dia pun terus menghujamkan pesan tentang betapa pentingnya berjanji setia kepada ISIS, dan para anggota dengan mudah menerimanya tanpa penolakan berarti.

Strategi memulihkan kekuatan ISIS sebelum "deklarasi"

Sayangnya, ternyata hidup para pemimpin Daulah ISIS tak pernah betul-betul tenang. Maka Al-Baghdadi bersama kaki tangnnya merencanakan pemulihan kekuatan ISIS. Terlebih, ada kekhawatiran bahwa di antara mereka bahwa Al-Anbari telah menyewa mata-mata di dalam ISIS. Itu merupakan salah satu rumor berbahaya yang dianggap mengancam keutuhan ISIS, sekaligus dapat membocorkan operasi penting sebelum deklarasi dilakukan. Menurut beberapa informan, Amr El-Eissa, anggota ISIS, memberi Al-Anbari daftar orang yang harus dieksekusi pada FSA dan Jabhah Islamiyyah.

Deklarasi Kekhilafahan ISIS oleh Al Adnani

Deklarasi Kekhilafahan ISIS oleh Al Adnani

Bagaimana perencanaan operasi pembunuhan pemimpin FSA? Apakah Al-Baghdadi mempertimbangkan lokasi deklarasi "Khilafahnya", di Suriah atau dimanakah? Apa hubungan Al-Baghdadi dengan pemimpin kelompok Irak Daiish Abu Awad? Semua pertanyaan ini mengerucut pada akhir terbongkarnya konspirsi di balik berdirinya "Khilafah Al-Baghdadi".

Al-Baghdadi bertemu beberapa kali dengan para pemimpin pasukannya dan ini dianggap sebagai waktu terburuk bagi mereka. Mereka telah kehilangan sejumlah besar pria pendukungnya. Saat Al-Baghdadi bertanya dua hari sebelum keberangkatannya tentang statistik pengikutnya, diketahuilah bahwa mereka hanya berjumlah 1.757 orang, sebagian besar dari Tunisia, Arab Saudi, Libya, dan Aljazair.

Dia pun menedapati bahwa sebagian besar pejuang yang meninggalkannya akan beralih keberpihakan kepada Jabhah Nusrah. Maka,spontan dia meminta orang-orang kepercayaannya untuk melakukan segala cara -apakah itu dengan optimalisasi media, metode pendekatan agama- guna menyerap lebih banyak pejuang untuk meningkatkan kekuatannya.

Dia juga meminta Al-Qahtani untuk mendokumentasikan setiap khutbah dari Syeikh yang akan menentang dia, agar kemudian dapat dilakukan kontra-opini. Seperti sebelumnya, Al-Qahtani adalah yang paling bersemangat untuk propaganda semacam ini. Dan, kebohongan besar pun dimulai dengan mengubah namanya menjadi Abu Bakar Al-Baghdadi.

Petinggi ISIS versi laporan Al Arabiyah

Petinggi ISIS versi laporan Al Arabiyah

Al-Qahtani mendelegasikn misi tersebut kepada Al-Faiiz dan memberitahunya bahwa ia harus meningkatkan kinerja media lagi dan melakukan semua yang dia bisa untuk menyelamatkan ISIS. Faiiz adalah anggota yang sangat setia kepadanya. Awalnya dia berjuang di Irak dan kemudian secara ilegal masuk Arab Saudi, kemudian dipenjarakan disana setelah dia ditembak di kakinya.

Faiiz memberitahu mereka bahwa dia akan melakukan semua yang dia bisa dan bersedia menyediakan mereka informasi penting, dengan syarat mereka harus percaya kepadanya. Dia juga menunjuk anggota lain sebagai timnya, yakni Abd El-Rahman Sultan, Rayan Abu Hamid, Adnan Al-Shaalan, dan Tamiim Al-Qaadi.

Di lain pihak, Al-Baghdadi juga menginstruksikan Al-Anbari untuk menghentikan pertempuran melawan pasukan Bashaar Al-Asad dan fokus pada memerangi mereka yang tidak mendukungnya, terutama dari Jabhah Nusrah dan Jabhah Islamiyyah. Dia juga membuat dua keputusan penting yang mendukung niatnya pada saat itu, yakni:

  1. Tidak ada cara lain yang mampu mengalahkan mereka kecuali dengan menggencarkan operasi "bom syahid", dengan lawan jihadnya sebagai kambing hitam
  2. Operasi "bom syahid" harus terjadi di Turki sehingga dampak dari insiden yang dia rencanakan itu bisa mengurangi dukungan Turki dan Barat.

Dia sangat percaya bahwa tidak ada cara lain yang akan mampu mengalahkan pihak lawan tanpa dua keputusan penting ini. Maka dapat kita saksikan dengan bergulirnya waktu bahwa selain operasi bom syahid itu, banyak pula kekerasan dan kekejian yang sengaja dibuat ISIS untuk memfitnah faksi jihad lain. Mulai dari aksi vandalisme, fa'i, hingga perkosaan, semua mereka rekayasakan dan sebarkan di semua media.

Dampak kebijakan fatalistik ISIS

Hanya orang berakal sehat dapat membuka mata dari kebijakan fatalistik yang dicuatkan Al-Baghdadi. Maka tak heran, ada sekitar dua puluh tiga puluh pejuang yang memisahkan diri dari ISIS setiap harinya. Fakta berbicara, bahwa para pejuang dari Arab Saudi adalah yang paling banyak memisahkan diri, sedangkan ikhwan dari Tunisia hanya sedikit yang ikut hijrah.

Tentara ISIS sedang berpatroli

Tentara ISIS sedang berpatroli

Eksodus besar-besaran itu terjadi ketika Al-Baghdadi memerintahkan bahwa pelaku bom bunuh diri sebanyak mungkin haruslah ikhwan yang berasal dari Saudi. Sementara ikhwan Tunisia tidak boleh terlibat karena mereka yang paling setia. Tentu saja, ini kebijakan paling konyol yang diambil oleh seseorang yang mengaku sebagai seorang pemimpin.

Namun, bukan Al-Bagdadi jika harus berhenti disana. Dia terus mencoba mendapatkan lebih banyak pejuang lagi tetapi tidak berhasil sama sekali. Dia menunjuk Abu Jaafar dari Tunisia sebagai senior dan memintanya untuk mencoba merangkul pejuang dari Tunisia, Libya, Turki, dan Mesir.

Syarat dari operasi penarikan pasukan tambahan itu adalah harus dilakukan tanpa sepengetahuan Daulah-Daulah yang menguasai wilayah-wilayah asal para pejuang tambahan. Abu Jaafar juga mencoba menunjuk pejuang dari kelompok yang berlawanan di Suriah dan bahkan menawarkan mereka $ 1500 untuk bergabung dengan mereka.

Namun, upaya itu tidak bekerja sama sekali tetapi mereka hanya berhasil merekrut Abu Musaab Al-Zarqawi dari Yordania. Saat direkrut, Al-Baghdadi segera mengubah namanya agar terdengar lebih penting dan agamis. Dia menyediakan banyak informasi penting kepada Al-Baghdadi.

Syaikh Abu Mus'ab Azh Zarqawi (rahimahullah)

Syaikh Abu Mus'ab Azh Zarqawi (rahimahullah)

Ketika itu, Al-Zarqawi masih marah kepada anggota lain dari ISIS karena mereka tidak melakukan apa-apa untuk menghentikan perpecahan. Dia juga tertarik dalam menunjuk dua agen Saudi, yakni Abu Al-Zubair dan Adel Al-Murshadi dengan misi mendukung ISIS di mata publik.

Abu Zubair adalah pejuang yang sebelumnya pernah turut berjihad di beberapa Daulah dan tahu banyak pemimpin senior. Dengan pertimbangan itu, keberadaan Zubair dapat menjadi magnet bagi loyalitas rekan-rekan seperjuangan Zubair sebelumnya. Qodarullah, ia menolak untuk membuat pengumuman publik dan memutuskan untuk hanya membantu Al-Baghdadi dalam mencari pejuang saja.

Abu Zubair melobbi berbagai kelompok di Teluk, terutama dewan hijau yang dipimpin oleh Abu Nasser Al Shamri, dan memberitahu mereka bahwa mereka harus bergabung dengan Al-Baghdadi. Namun, mereka menolak dan memberitahu mereka bahwa mereka tidak akan bergabung dengannya kecuali Syeikh Al-Elwan dan Al-Tarifi memberitahu mereka untuk melakukannya.

Abu Zubair kemudian mencoba menghubungi kelompok Al-Ezz yang terdiri dari dominasi Saudi, tetapi ajakan tersebut juga ditolak mereka. Dengan penolakan-penolakan dari berbagai pihak, telak Al-Baghdadi tidak memiliki banyak pendukung lagi.

Al-Baghdadi kemudian mengangkat Al-Murshidi untuk berbicara dengan beberapa Syaikh untuk mendukung ISIS atau setidaknya membiarkannya beroperasi dan jangan membuat fatwa-fatwa melawan ISIS. Maka terdapat satu nama yang dimunculkan, yakni Aliwi Al-Shamri yang kemudian berbicara dengan Hammad Al-Rayes.

Al-Rayes menolak untuk mengumumkan dukungannya karena dia mengklaim bahwa dia takut hukuman pemerintah Arab Saudi dan bahwa ia hanya akan memberikan fatwa saja. Al-Rayes juga memberitahu mereka bahwa dukungannya berupa mengirim pemimpin untuk Al-Baghdadi.

isis-syria-army-behead

Kekajaman dan pembantaian yang dilakukan oleh ISIS terhadap kaum Muslimin Suriah yang dituduh murtad dan kafir oleh mereka di kota Raqqah

Namun, ada berita mencapai Al-Baghdadi bahwa anak buahnya akan meninggalkannya. Lantas dia memanggil anak buahnya dan mengatakan akan meninggalkan Al-Baghdadi tanpa pemberitahuan apapun karena merasa tidak aman jika ditinggalkan di Suriah tanpa Al-Baghdadi. Ketika Al-Baghdadi berbicara kepada anak buahnya, dia mengatakan bahwa dia tidak akan meninggalkan Suriah.

Maka dengan demikian, ditetapkanlah Raqqah sebagai tempat mendeklarasikan khilafah ISIS. Semenjak itu, secara global, berdirinya "Khilafah Al-Baghdadi" menyedot perhatian dunia. Dia berhasil menyudutkan Islam kembali sebagai teroris di mata dunia, sekaligus menjadi hawa sejuk fana bagi para perindu khilafah di seluruh dunia.

Sebagian praktisi jihad global memandang ini sebagai khilafah "prematur" yang tidak matang secara syar'i juga belum siap diterima ummat yang masih mentah akan kekhilafahan. Sebagian mengatakan ini permainan baru "barat" dalam melawan geliat persatuan jihad beragam daulah dan imarah di seluruh dunia. Adapun kabar dukungan atasnya masih terasa sebagai euphoria. Wallahu'alam bishowab.

(adibahasan/wikialbaghdady/arrahmah.com)