Kamis (6/2/2014), sebuah catatan harian seorang mujahid muda di Suriah yang baru saja gugur syahid tersebar. Menjadi perbincangan hangat dan tak henti-hentinya membuat banyak orang berdecak kagum.
Bukan karena amalan Jihadnya yang luar biasa. Memimpin operasi Mujahidin, membunuh banyak musuh, dan lain sebagainya.
Namun sang Mujahid muda tersebut, mengisi buku diary-nya di medan jihad dengan daftar dosa dan kesalahan yang selalu ia kerjakan setiap harinya.
Alkisah, terjadi baku tembak sengit antara Mujahidin Suriah dengan Tentara Nushairiyyah yang menghantarkan beberapa Mujahid gugur syahid.
Usai pertempuran dan kemenangan berada di pihak Mujahidin, mereka mulai menyisir lokasi guna mencari jasad saudara-saudaranya yang gugur. Dan ditemukanlah jasad seorang Mujahid muda yang baru berumur 16 tahun.
Mujahidin temukan dan saksikan tanda-tanda kesyahidan pada sang bocah Mujahid tadi. Rasa takjub mereka tak berhenti sampai disitu. Mereka temukan sebuah buku catatan kecil di saku syuhada’ cilik tadi.
Apakah isinya? Isinya adalah daftar dosa dan kesalahan yang dilakukan sang Mujahid muda tadi selama satu pekan terakhir di bumi Jihad.
Senin : Aku tidur tanpa mengambil air wudhu terlebih dahulu.
Selasa : Aku tertawa terbahak-bahak dengan suara yang sangat keras.
Rabu : Aku menyelesaikan Qiyamul Lail (Sholat Malam) dengan terburu-buru.
Kamis : Tatkala aku sedang beristirahat, dan bermain bola dengan teman-teman lain, aku mencetak angka, memasukkan bola ke gawang lawan. Dan saat itu menyelusup di batinku rasa bangga/ ujub.
Jum’at : Aku hanya bersholawat 700 kali, padahal seharusnya 1000 kali.
Sabtu : Salah satu komandan Mujahidin mendahuluiku ketika memberikan salam.
Ahad : Aku lupa berdzikir pagi.
Dan hal yang mengejutkan adalah, ia lakukan hal-hal yang ia anggap sebagai “dosa” dan “kesalahan” itu tatkala ia sedang beramal Jihad, beramal Ribath, berjaga-jaga di front pertempuran terdepan melawan musuh-musuh Islam.
Lantas, bagaimanakah kita ketika menghitung-hitung setiap kesalahan dan berintrospeksi diri atasnya?
Sungguh kita perlu belajar dari Sang Mujahid muda ini. Meski ia telah memiliki gelar sebagai seorang “Mujahid” dan bahkan “Syuhada”, InsyaAllah. Dirinya tetap diselimuti rasa rendah hati, dan tak berpuas diri dengan hanya amal jihadnya saja.
Bukan karena amalan Jihadnya yang luar biasa. Memimpin operasi Mujahidin, membunuh banyak musuh, dan lain sebagainya.
Namun sang Mujahid muda tersebut, mengisi buku diary-nya di medan jihad dengan daftar dosa dan kesalahan yang selalu ia kerjakan setiap harinya.
Alkisah, terjadi baku tembak sengit antara Mujahidin Suriah dengan Tentara Nushairiyyah yang menghantarkan beberapa Mujahid gugur syahid.
Usai pertempuran dan kemenangan berada di pihak Mujahidin, mereka mulai menyisir lokasi guna mencari jasad saudara-saudaranya yang gugur. Dan ditemukanlah jasad seorang Mujahid muda yang baru berumur 16 tahun.
Mujahidin temukan dan saksikan tanda-tanda kesyahidan pada sang bocah Mujahid tadi. Rasa takjub mereka tak berhenti sampai disitu. Mereka temukan sebuah buku catatan kecil di saku syuhada’ cilik tadi.
Apakah isinya? Isinya adalah daftar dosa dan kesalahan yang dilakukan sang Mujahid muda tadi selama satu pekan terakhir di bumi Jihad.
Senin : Aku tidur tanpa mengambil air wudhu terlebih dahulu.
Selasa : Aku tertawa terbahak-bahak dengan suara yang sangat keras.
Rabu : Aku menyelesaikan Qiyamul Lail (Sholat Malam) dengan terburu-buru.
Kamis : Tatkala aku sedang beristirahat, dan bermain bola dengan teman-teman lain, aku mencetak angka, memasukkan bola ke gawang lawan. Dan saat itu menyelusup di batinku rasa bangga/ ujub.
Jum’at : Aku hanya bersholawat 700 kali, padahal seharusnya 1000 kali.
Sabtu : Salah satu komandan Mujahidin mendahuluiku ketika memberikan salam.
Ahad : Aku lupa berdzikir pagi.
Dan hal yang mengejutkan adalah, ia lakukan hal-hal yang ia anggap sebagai “dosa” dan “kesalahan” itu tatkala ia sedang beramal Jihad, beramal Ribath, berjaga-jaga di front pertempuran terdepan melawan musuh-musuh Islam.
Lantas, bagaimanakah kita ketika menghitung-hitung setiap kesalahan dan berintrospeksi diri atasnya?
Sungguh kita perlu belajar dari Sang Mujahid muda ini. Meski ia telah memiliki gelar sebagai seorang “Mujahid” dan bahkan “Syuhada”, InsyaAllah. Dirinya tetap diselimuti rasa rendah hati, dan tak berpuas diri dengan hanya amal jihadnya saja.