Kilas TimurTengah | Dalam konferensi pers di Kedutaan Besar Arab Saudi di Washington, Jumat
(17/6), Menlu Saudi Adel al-Jubeir mengatakan monarki Arab sejak dulu
mendukung serangan militer AS demi menggulingkan Presiden Suriah Bashar
al-Assad.
Menteri Saudi menambahkan sejak awal krisis di Suriah, Riyadh sangat mendukung "kebijakan lebih kuat, termasuk serangan udara, zona aman, zona larangan terbang."
Dia melanjutkan kerajaan juga menyerukan upaya mempersenjatai "oposisi moderat" di Suriah dengan misil darat-ke-udara. Dan Saudi jua bersedia mengerahkan pasukan khusus dalam operasi yang akan dipimpin AS melawan pemerintah Damaskus.
Komentar Jubeir terjadi setelah 51 pejabat Departemen Luar Negeri AS menandatangani sebuah dokumen internal, dikenal dengan "kabel saluran perbedaan pendapat" pada minggu ini yang menyerukan serangan militer terhadap Suriah.
Departemen Luar Negeri mengakui keberadaan kabel tersebut meski mengomentari isinya.
Sementara itu, Rusia mengecam kabel tersebut dan memperingatkan bahwa upaya menggulingkan Assad tidak akan "memberi kontribusi dalam keberhasilan perang melawan terorisme."
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan hal itu "bisa menjerumuskan wilayah dalam kekacauan total." [http://islamtimes.org]
Menteri Saudi menambahkan sejak awal krisis di Suriah, Riyadh sangat mendukung "kebijakan lebih kuat, termasuk serangan udara, zona aman, zona larangan terbang."
Dia melanjutkan kerajaan juga menyerukan upaya mempersenjatai "oposisi moderat" di Suriah dengan misil darat-ke-udara. Dan Saudi jua bersedia mengerahkan pasukan khusus dalam operasi yang akan dipimpin AS melawan pemerintah Damaskus.
Komentar Jubeir terjadi setelah 51 pejabat Departemen Luar Negeri AS menandatangani sebuah dokumen internal, dikenal dengan "kabel saluran perbedaan pendapat" pada minggu ini yang menyerukan serangan militer terhadap Suriah.
Departemen Luar Negeri mengakui keberadaan kabel tersebut meski mengomentari isinya.
Sementara itu, Rusia mengecam kabel tersebut dan memperingatkan bahwa upaya menggulingkan Assad tidak akan "memberi kontribusi dalam keberhasilan perang melawan terorisme."
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan hal itu "bisa menjerumuskan wilayah dalam kekacauan total." [http://islamtimes.org]