AS Bingung Menghadapi Mujahidin

Presiden AS Barack Obama merasa sangat prihatin dengan semakin meluasnya pengaruh  al-Qaidah. Pengaruh al-Qaidah sebagai gerakan yang menyerukan jihad, menyebar dari Atlantik sampai Samudera Hindia.

Gerakan ini mengendalikan wilayah yang sangat luas, dan lebih banyak lagi pejuang yang bergabung, dan al-Qaidah semakin kuat daya tariknya. Sementara itu, berbagai prediksi pemerintahan Obama akan menghadapi kehancuran.

AS menghadapi kenyataan dan fakta, sesudah tiga tahun  penarikan pasukan AS, Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) telah menduduki dan menguasai kota-kota di Irak dan Suriah. Ini sebuah perkembangan yang sangat dramatik. Di mana AS tidak mampu menjaga dan melindungi para sekutunya di manapun secara permanen.

AS seperti orang tua yang sudah “renta” tidak mampu  lagi, berbuat apapun menghadapi situasi dan pergolakan yang terjadi di Timur Tengah, dunia Arab, Afrika, dan Asia Selatan sakrang ini.
Timur Tengah, Dunia Arab, dan Afrika, serta Asia Selatan dan Tengah, sedang menuju perubahan besar, dan AS tanpa bisa lagi mengelola perubahan yang terjadi, sesuai dengan skenario yang diinginkannya. Ini menunjukkan  bahwa AS sudah “udzur”, dan energinya sudah habis, dan tidak dapat lagi mengantisipasi setiap perubahan dan gejolak yang ada.

AS di menit-menit terakhir mengubah keputusannya, saat akan menyerang rezim Bashar al-Assad, yang sudah menggunakan senjata pemusnah massal (sarin), dan membunuhi ribuan rakyatnya sendiri.
Obama tidak memiliki keberanian dan sudah kehilangan karakter dasarnya sebagai “super power” yang ekspansif, hegemonik, dan unilateral (sepihak dalam setiap tindakanya).  Gelar AS sebagai “super power” secara de facto sudah luruh dan sudah ditinggalkan, dan akhirnya AS hanya bisa mengekor kepada Rusia dan Vladimir Putin.

AS yang sudah memasuki era baru pemerintahannya, dan ingin lebh fokus kepada masalah domestik. menghadapi utang luar negeri, yang tidak kecil, $ 16.8 triliun dollar! AS menghadapi defisit anggaran (APBN), sekitar $ 2 triliun dollar. AS menghadapi defisit perdagangan luar negerinya yang semakin membengkak.

Jika doktrin AS ingin mengubah rezim-rezim di Timur Tengah mengikuti doktrin AS, pasca “perang dingin”, menuju kehidupan baru yang demokratis, justru itu tidak terjadi,  maka sejatinya pengaruh AS sudah usai. AS sudah tidak memiliki pengaruh apapun di dunia sekarang ini.