Arrahmah.Com

Arrahmah.Com

Link to Arrahmah.com

Mujahidin Jaisyul Fath bersihkan kota Ariha dari pasukan rezim Nushairiyah

Posted: 29 May 2015 04:45 PM PDT

Penduduk kota Ariha melarikan diri dari rumah mereka karena takut akan pembalasan oleh rezim Nushairiyah setelah kekalahan telak yang mereka alami. (Foto: Reuters)

ARIHA (Arrahmah.com) - Pejuang Suriah telah merebut kota terakhir yang dikuasai oleh rezim Nushairiyah di provinsi Idlib setelah pasukan rezim mundur ke basis mereka di wilayah pesisir, menurut laporan aktivis Suriah dan kelompok pemantau.

Sebuah koalisi Mujahidin Suriah yang dikenal dengan Jaisyul Fath merebut kota Ariha pada Kamis (28/5/2015), memberikan mereka kontrol penuh atas provinsi Idlib.

Jaisyul Fath terdiri dari beberapa faksi Islam termasuk Jabhah Nushrah dan Ahrar Syam.

Hadi al-Abdallah, seorang aktivis Suriah yang melaporkan dari Ariha mengatakan kepada Al Jazeera bahwa puluhan tentara rezim tewas dalam pertempuran.

"Tentara Suriah mundur dari Ariha dan Jaisyul Fath berhasil menyerang setidaknya tiga tank pemerintah saat mereka melarikan diri dari kota, meninggalkan puluhan tentara tewas," ujar Abdallah.

"Tentara rezim mundur ke beberapa kota di luar provinsi Idlib dan Jaisyul Fath kini memiliki kontrol penuh atas kota mengikuti kerugian besar bagi pasukan rezim Suriah."

Pekan lalu, Jaisyul Fath menguasai pangkalan militer terbesar yang tersisa di provinsi Idlib setelah pertempurang sengit melawan pasukan rezim Nushairiyah selama berhari-hari.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) mengatakan pada Jum'at (29/5) bahwa bentrokan meninggalkan banyak tentara tewas.

SOHR juga melaporkan bahwa Jaisyul Fath berhasil mengambil alih beberapa kota di sekitar Ariha setelah pertempuran selama beberapa minggu dengan pasukan rezim yang mendapat dukungan udara.

Puluhan keluarga dilaporkan melarikan diri dari Ariha, mereka takut adanya respon dari rezim atas kekalahan yang dialaminya. (haninmazaya/arrahmah.com)

Pertempuran sengit kembali pecah di Aden

Posted: 29 May 2015 04:19 PM PDT

Milisi pro-Hadi mengambil posisi selama pertempuran melawan milisi Syi'ah Houtsi di pinggiran Aden, Dar Saad. (Foto: AFP)

ADEN (Arrahmah.com) - Pertempuran sengit pecah di Yaman selatan dekat kota pelabuhan Aden pada Jum'at (29/5/2015) ketika pasukan yang loyal terhadap Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi menyerang milisi Syi'ah Houtsi dalam upaya untuk mendorong Houtsi keluar dari distrik, ujar warga setempat.

Serangan udara koalisi pimpinan Saudi juga telah melancarkan empat serangan di pangkalan militer di dekat bandara, ujar seorang sumber kepada Reuters.

Aden adalah pusat komersial Yaman. Bandara di sana ditutup sejak pertempuran merebak namun pelabuhan masih menyediakan akses untuk bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan di negara tersebut.

Houtsi dan sekutunya, unit tentara yang masih setia kepada mantan presiden Ali Abdullah Saleh, terkonsentrasi di sekitar distrik Khor Maksar, Crater dan Moalla di Aden.

Pertempuran di Khor Maksar telah menewaskan empat milisi Sunni dan 15 milisi Syi'ah Houtsi sejauh ini, ujar sumber kepada Reuters.

Serangan udara intensif oleh aliansi pimpinan Saudi juga dilaporkan oleh penduduk provinsi Saada yang berbatasan dengan Arab Saudi di barat laut Yaman. Razia juga menargetkan situs penyimpanan senjata di Sana'a, lanjut pernyataan warga.

Pada Senin lalu, milisi Syi'ah Houtsi mengalami kemunduran signifikan di wilayah selatan dalam perang selama dua bulan terakhir ketika milisi Sunni setempat mengusir mereka dari kota Dalea, sekitar 170 km dari Aden.

Milisi Sunni yang menyebut diri mereka Perlawanan Selatan adalah kelompok pejuang yang mengangkat senjata mereka melawan Houtsi. (haninmazaya/arrahmah.com)

Lima orang tewas, delapan luka-luka dalam serangan roket di Benghazi Libya

Posted: 29 May 2015 04:06 PM PDT

Anggota pasukan pro-pemerintah Libya berdiri di atas sebuah tank di kota Benghazi. (Foto: Reuters)

BENGHAZI (Arrahmah.com) - Lima orang dilaporkan tewas dan delapan lainnya luka-luka ketika sebuah roket menghantam daerah pemukiman di kota Benghazi, Libya selatan pada Jum'at (29/5/2015).

Komandan militer Libya menyalahkan pejuang Islam atas serangan roket ini. Namun sejauh ini belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab, seperti dilansir Al Arabiya.

Berbagai faksi di Libya telah terlibat pertempuran selama bertahun-tahun untuk mengambil alih kontrol atas kota terbesar kedua di Libya. (haninmazaya/arrahmah.com)

Heboh lomba berbusana mirip isteri teroris, Majelis Mujahidin datangi Gramedia

Posted: 29 May 2015 08:53 AM PDT

Laskar Majelis Mujahidin diterima Manajeman Toko buku Gramedia Depok, Jumat (29/5/2015)

DEPOK (Arrahmah.com) - Terkait heboh di media sosial dan media masa online mengenai rencana lomba berbusana mirip teroris yang akan digelar di toko buku Gramedia Depok, Ahad (31/5/2015), sejumlah laskar Majelis Mujahidin mendatangi toko buku Gramedia di Jl. Margonda Depok, Jawa Barat, Jumat (29/5/2015). Maksud kedatangan mereka untuk klarifikasi dan memastikan adanya kegiatan tersebut.

Berikut ini adalah hasil pertemuan laskar Majelis Mujahidin yang disebar kepada wartawan.

Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakaatuh,

Hasil konfirmasi Majelis Mujahidin atas acara lomba busana "mirip istri teroris" di gramedia depok

Tanggal: 29 Mei, 2015
Jam : 16:20 WIB
Tempat : Gramedia, Depok.

Majelis Mujahidin:
1. Iman (Data dan Informasi LPW Jabodetabek).
2. Abu Umar (Komandan Laskar LPW Jaboetabek).
3. Abu Azka (LPD Cibubur).
4. Abu Fatimah (LPD Tangerang).

Gramedia:
Aulia Siska, Asisten Manager Gramedia, Depok.

Pertanyaan:
1. Apakah benar selebaran yang kami baca di medsos mengenai Gramedia di Depok akan mengadakan acara peluncuran dan bedah buku "Aku Istri Teroris", yang juga dibarengi dengan "Lomba Mengenakan Baju Paling Mirip Teroris"?

2. Apakah benar @gramediadepok adalah akun twitter resmi Gramedia?

3. Jika benar seperti di akun itu, dan berita di detik.com, bahwa Gramedia di Depok menyangkal memfasilitasi acara bedah buku dan lomba tersebut, apa kiranya tindakan yang akan diambil, sebagai pihak yang telah difitnah dan dibenturkan dengan umat Islam?

Jawaban:

1. Seperti di akun twitter dan berita di detik.com, Gramedia di Depok menyatakan bahwa itu hoax. Gramedia di Depok tidak pernah dihubungi untuk berkoordinasi mengenai pelaksanaan acara bedah buku tersebut. Hal ini terkait dengan tehnis dan prosedur pelaksanaan acara yang melibatkan tokoh (Kapolres Depok) sebagai pembicara, dan topik yang dinilai sangat sensitif.

Gramedia di Depok hanya menerima surat permohonan dari Event Organizer, "multievent", untuk menggunakan salah satu ruangan, untuk acara peluncuran dan bedah buku, "Aku Istri Teroris."

Yang menerima surat permohonan dari EO adalah Supervisor toko, Budi, sedangkan Ibu Aulia belum pernah bertemu dengan penerbit, penulis maupun EO tersebut. Gramedia di Depok belum menyetujui penggunaan ruangan untuk pelaksanaan acara tersebut, baru sebatas pengajuan.

Rencananya, hari ini, Jum'at, 29 Mei, 2015, akan diadakan pertemuan dengan EO mengenai negosiasi, informasi dan detail acara, karena sampai hari ini, Bu Aulia belum pernah diajak bicara mengenai tehnis pelaksanaan acara tersebut. Bahkan, Bu Aulia mengaku bahwa Gramedia belum menerima buku yang akan dibedah.

Kemudian, sekitar jam 10 pagi, terjadi kegemparan akibat selebaran acara, yang mengatakan bahwa berbarengan dengan bedah buku, juga diadakan "Lomba Baju Mirip Teroris."

Saat dihubungi oleh pihak Gramedia, nomor telpon yang tercantum pada surat pengajuan tersebut tidak dapat dihubungi, hingga sore. Karena tidak ada koordinasi, maka pihak Gramedia di Depok memutuskan untuk membatalkan acara tersebut.

2. Akun @gramediadepok adalah akun resmi Gramedia di Depok. Akun tersebut digunakan oleh Gramedia di Depok untuk pengumuman segala kegiatan, periklanan, dan lain-lain.

3. Untuk tindak lanjut, Gramedia di Depok harus berkoordinasi dengan Gramedia Pusat.

Pertanyaan tambahan:

Bagaimana dengan laporan dari masyarakat yang menegaskan bahwa mereka telah membeli buku "Aku Istri Teroris", dan melihat poster acara dipajang di Gramedia di Depok?

Jawaban:
Kami harus konfirmasi lagi. Karena jika ada acara, bagian CSO akan melakukan publikasi, termasuk via akun twitter tadi. Dan acara bedah buku tersebut, belum dikoordinasikan dengan bagian CSO.

Keadaannya, penerbit ingin menarik massa sebanyak mungkin dan kadang meletakkan poster sendiri tanpa koordinasi dengan bagian CSO. Hal ini menjadi masukkan bagi Gramedia di Depok untuk bisa lebih tegas dalam pelaksanaan prosedur. (azmuttaqin/arrahmah.com)

Taliban Pakistan menolak kekhilafahan yang diklaim sepihak oleh ISIS

Posted: 29 May 2015 07:50 AM PDT

TPP

PAKISTAN (Arrahmah.com) - Media resmi Tehrik Taliban Pakistan (TTP), Umar Media, telah merilis sebuah pernyataan berisi penolakan terhadap kekhilafahan yang diklaim secara sepihak oleh kelompok "Daulah Islamiyah", atau Islamic State (IS) yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS, di Irak dan Suriah.

Publikasi tersebut ditulis oleh seorang jihadis yang dikenal sebagai Abu Usman Salarzai sebanyak hampir 60 halaman dan dimaksudkan untuk menunjukkan kesalahan-kesalahan dalam "penobatan" Abu Bakar Al-Baghdadi untuk menjadi khalifah baru.

Dalam pernyataannya, Salarzai memuji pemimpin Taliban Afghanistan Mullah Umar, serta Syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah dan penggantinya sebagai Amir Al-Qaeda, Syaikh Aiman Az-Zhawahiri, sebagaimana dilansir LWJ pada Rabu (27/5/2015).

Pasca klaim sepihak ISIS tersebut, anggota ISIS di Afghanistan dan Pakistan terus berusaha 'memburu' para petinggi Taliban dan Al-Qaeda agar berbaiat kepada ISIS.

Pada bulan Januari, sekelompok komandan Taliban Pakistan menengah memberikan baiat mereka kepada Baghdadi. Pada bulan Februari, amir kelompok untuk lembaga suku Bajaur juga membelot untuk berbaiat kepada Baghdadi. Pembelotan terjadi setelah adanya perselisihan internal tahun lalu.

Namun demikian, pada bulan Maret, sebuah faksi utama yang menamakan dirinya sebagai Jamaah Al-Ahrar Taliban Pakistan memutuskan untuk bergabung kembali dengan organisasi utama Taliban Pakistan. Selain itu, kelompok jihad lain bernama Lashkar-i-Islam juga memutuskan untuk bergabung dengan Taliban Pakistan.

Ada indikasi dalam beberapa pekan terakhir bahwa Al-Qaeda tengah berperan penting dan telah memimpin upaya untuk menyatukan kembali mujahidin yang terpecah belah.

Awal bulan ini, Matiur Rahman, seorang veteran pemimpin Al-Qaeda, menyatukan tiga kelompok jihad di bawah komandonya dan kemudian menggabungkannya ke dalam koalisi Taliban Pakistan. Pihak salibis AS telah menjelaskan Rahman sebagai "direktur perencanaan Al-Qaeda." Rahman telah dihubungkan dengan beberapa serangan yang direncanakan terhadap Barat, termasuk plot pesawat London 2006 Al-Qaeda dan upaya untuk membom kereta di wilayah New York City pada tahun 2009.

Umar Media baru-baru ini juga melaporkan bahwa hubungan dekat Taliban Pakistan dengan Al-Qaeda saat ini terus dilakukan dengan sejumlah cara.

Pada bulan April, juru bicara Taliban Pakistan Muhammad Khurasani merilis sebuah pidato untuk Ustadz Ahmad Faruq dan Qari Imran, dua pemimpin Al-Qaeda di Anak Benua India atau Al-Qaeda in the Indian Subcontinent (AQIS) yang gugur dalam serangan pesawat tak berawak salibis AS yang terpisah pada bulan Januari.

Khurasani mengatakan bahwa Faruq mengawasi propaganda Umar Media. "Kami sering bertemu untuk tujuan terkait tugas media," jelas Khurasani. "Selama pertemuan kami, jika dia [Faruq] melihat kesalahan dalam produksi Umar Media kami atau di salah satu pernyataan saya yang akan saya rilis sebagai juru bicara, dia akan menunjukkan kesalahan-kesalahan itu dengan cara yang sangat baik dan penuh kasih, yang membuat saya memperoleh manfaat dari saran-sarannya yang berharga."

Khurasani mengatakan Imran adalah salah seorang "di antara guru gerilyawan terbesar," dan mencatat bahwa dirinya dan ribuan jihadis lainnya dilatih di bawah bimbingan Imran.

Penolakan Abu Usman Salarzai terhadap "khilafah" ISIS berisi sebuah kritik terhadap operasi-operasi yang disahkan oleh Baghdadi. Yakni, Salarzai mengkritik penargetan ISIS terhadap rumah ibadah kaum Syiah dan warga sipil. Ia mengatakan bahwa serangan tersebut "tidak bijaksana" karena mereka justru mengucilkan penduduk sipil.

Dokumen-dokumen yang diperoleh dari kompleks Syaikh Usamah rahimahullah menunjukkan bahwa Al-Qaeda telah lama mempertahankan hubungan mereka dengan Taliban Pakistan. Diantaranya ialah dengan mengendalikan operasi militer Taliban Pakistan yang dinilai berlebihan atau kurang strategis.

(banan/arrahmah.com)

Wawancara Amir Jabhah Nushrah Syaikh Abu Muhammad Al-Jaulani dengan kantor berita Al-Jazeera

Posted: 29 May 2015 07:00 AM PDT

Al-Jazeera-al-Jaulani

(Arrahmah.com) - Syaikh Abu Muhammad Al-Jaulani, Amir Jabhah Nushrah, kembali muncul di hadapan publik dalam sebuah wawancara dengan TV Al-Jazeera. Dalam wawancara tersebut, Syaikh Al-Jaulani mengungkap sekian banyak fakta dan data mengenai medan jihad Syam, yang pada hari ini menjadi medan jihad yang paling kompleks di dunia.

Wawancara yang dikemas dalam program Bila Hudud tersebut ditayangkan pada Rabu malam (27/5/2015), pukul 22.05 waktu setempat.

Wawancara ini menjelaskan pola pandang Jabhah Nushrah yang mewakili mujahidin bumi Syam dalam melihat jihad di bumi Suriah sebagai jihad defensif, sehingga membutuhkan partisipasi seluruh elemen umat Islam dan sangat menghajatkan adanya manajemen medan tempur yang cerdas dalam menentukan prioritas musuh dan mengelola sumber daya yang dimiliki.

Oleh karena itu, Syaikh Al-Jaulani menyatakan bahwa mereka hanya akan memerangi kelompok yang mengangkat senjata untuk memerangi kaum Muslimin. Sebagaimana para mujahidin tidak akan melawan kalangan Syiah Alawi, kalangan Kristen, maupun orang-orang Kurdi yang tidak terlibat untuk memerangi mereka.

Wawancara ini dimulai dengan uraian singkat pewawancara dari Al-Jazeera tentang sejarah Jabhah Nushrah, bahwa sebelumnya ia adalah bagian dari Daulah Islamiyah Irak yang di kirim ke Suriah. Situasi pun kemudian berkembang dengan terjadinya pengkhianatan dari organisasi Daulah pimpinan Abu Bakar Al-Baghdadi terhadap kepemimpinan pusat Al-Qaeda paska pembentukan Daulah Islamiyah Irak dan Syam atau ISIS.

Hal tersebut mendorong Jabhah Nushrah untuk berbaiat kepada Syaikh Aiman Az-Zhawahiri yang semakin mengukuhkan fakta bahwa Jabhah Nushrah merupakan bagian tak terpisahkan dari Al-Qaeda, sebuah posisi yang secara praktis dan politis memisahkan Jabhah Nushrah dengan ISIS.

Pewawancara juga menyebutkan kiprah Jabhah Nushrah sebagai salah satu faksi Islam terkuat di Suriah, sekaligus menyinggung dimulainya serangan terbaru oleh salibis AS pada Jabhah Nushrah.

Berikut transkrip terjemahan wawancara Syaikh Al-Jaulani dengan kentor berita Al-Jazeera tersebut, yang dipublikasikan oleh Muqawamah Media pada Kamis (28/5).

Jazeera (J): Bagaimana pendapat Anda tentang Jaysh Al-Fath dan kemenangan yang mereka raih baru-baru ini?

Syaikh Al-Joulani (SJ): "Wilayah ini adalah wilayah yang strategis dan memiliki jalan pasokan ke daerah yang lebih maju dan strategis. Wilayah ini adalah wilayah Sunni dan dinding pertahanan bagi warga Sunni. Wilayah ini juga merupakan pintu keseluruhan dari Suriah dan pjntu gerbang menuju wilayah kaum Syiah Alawiyin."

J: "Banyak daerah-daerah Syiah Alawi yang telah Anda kuasai. Orang-orang bilang Anda telah persiapkan rencana untuk memulai pembantaian terhadap Alawi, apa tanggapan Anda?"

SJ: "Tidak diragukan lagi Syiah Nushairiyah dan Alawiah telah membantai Sunni untuk waktu yang lama, mereka lakukan penyiksaan di penjara, menjatuhkan bom barel, Mereka membuat jutaan Muslimin terusir ke pengungsian, yang lainnya tenggelam di lautan, mereka juga membantai ratusan ribu kaum Muslimin.

Syiah Alawiah menganggap Sunni sebagai musuh. Assad tidak berjuang sendiri, ada Alawi di sisinya. Daerah Syiah Alawi tidak ditargetkan oleh bom Assad, pertempuran itu hanya terjadi di wilayah Sunni. Sekarang semua telah berubah. Assad menggunakan mereka untuk memperkuat posisinya. Pertempuran ini tidak akan berakhir di wilayah Syiah Alawi, tetapi akan berakhir di Damaskus. Seluruh ulama telah bersepakat bahwa Alawi telah keluar dari bingkai Islam. Namun demikian, kami tidak akan melawan kecuali mereka yang melawan kami."

J: "Apakah Anda menganggap diri Anda berperang dalam posisi bertahan atau berperang untuk mendirikan sebuah negara?"

SJ: "Kami masih dalam posisi berperang untuk bertahan (Jihad defensif). Agama sesat Druze ada di sini, tetapi mereka tidak melawan kita, sehingga tidak ada alasan bagi kami untuk memerangi mereka. Adapun tindakan kami terhadap Druze saat ini adalah; kami berdakwah kepada mereka, dan kami mengirim banyak orang untuk mengajarkan pada mereka tentang kesalahan aqidah mereka dan kesesatan pada agama mereka.

Setelah semua yang dilakukan oleh Alawi, kami masih berada di dalam agama yang penuh rahmat. Kami melawan mereka yang melawan kita, (tetapi kami tetap mendakwahi mereka apapun kondisinya) jika kami tunjukkan kepada mereka kesalahan mereka dalam agama dan mereka bertaubat dan kembali pada Allah dan bersikap baraa' pada Assad, kami akan menerima mereka dan melindungi mereka dan mereka akan menjadi saudara-saudara kami. Setiap desa Syiah Alawi yang menyatakan bahwa mereka berlepas diri dari yang Assad lakukan dan mencegah anak-anak mereka bergabung dengan Bashar, dan mereka bertaubat serta kembali ke Islam, maka mereka akan jadi saudara Islam kami. Ini adalah sikap resmi kami.

Ada tentara Syiah Alawi yang menyerah dan bertaubat, kami menerima mereka dan membiarkan mereka kembali pada keluarga mereka. Rezim Assad-lah yang justru menakuti tentara mereka dan menipu mereka tentang Mujahidin, bahwa kami akan membantai mereka. Jadi beginilah bagaimana kita memperlakukan orang-orang yang menyerah dari tentara mereka, jadi apa yang Anda bayangkan dari isu bahwa kami akan membantai seluruh Syiah Alawi tanpa pandang bulu?

Kami tidak memerlukan penjelasan dari Barat kepada kami seperti apa hak asasi manusia atau hak-hak binatang. Justru Barat-lah yang menginginkan minoritas yang memerintah Suriah, bukan mayoritas. Bahkan jika mereka tidak dapat menyelamatkan Assad, mereka tetap ingin melindungi rezim.

Adapun kami, kami akan menerapkan Islam dan tidak ada yang lain. Mari kita ambil contoh dari orang Kristen. Mayoritas orang Kristen sekarang di Suriah mendukung rezim. Kami tidak melawan mereka semua, tapi hanya orang-orang yang memerangi kami. Untuk saat ini, kami belum mewajibkan Jizya atau apapun pada orang Kristen, karena untuk saat ini kami belum berperang melawan mereka.

Kami tidak menyamakan posisi orang Kristen di Suriah atau menyuruh mereka bertanggung jawab seperti apa yang telah dilakukan oleh Kristen Amerika atau Kristen Koptik Mesir (atau memberi contoh di Sira)

J: Berkaitan dengan pengepungan Jabhah Nushrah terhadap desa-desa Syiah, apakah Anda aliansi yang Anda bersekutu dengan mereka ini hanya merupakan sebuah langkah strategis atau bagaimana?

SJ: "Saya berbicara tentang Jabhah Nushrah, kami memang membentuk Syura di Jaysh Al-Fath, Jaysh Al-Fath bukan aliansi antara Jabhah Nushrah dan faksi selain mereka, tetapi ini adalah sebuah Majelis Syura antara semua faksi (semacam Majelis Syura Mujahidin Suriah). Dan beberapa dari Jaysh Al-Fath tidak setuju dengan saya. Padahal, desa-desa tersebut secara terbuka berperang melawan kami, dan kami berperang dengan mereka.

J: Bagaimana menurut pandangan Anda tentang sekutu Anda?

SJ: "Kami melihat mereka sebagai Muslim. Memang beberapa dari mereka memiliki kesalahan, tapi sekarang bukan waktunya, karena pertempuran saat ini memanas."

J: Beberapa sekutu Anda diketahui mendapat dukungan dari luar negeri. Dari mana Anda dapatkan dukungan?

SJ: Kami mendapatkan suplai dari aktivitas perniagaan, Suriah negara kaya, tak seorang pun perlu bersedekah untuk itu, kami dapatkan rampasan perang. Kami tidak memiliki link ke badan intelijen apapun, dari negara manapun di dunia.

Mereka, para sekutu kami yang mengambil dukungan dari luar negeri, mereka katakan kepada kami bahwa mereka tidak memiliki perjanjian dengan donatur. Tetapi, semua orang tahu tidak ada yang seperti itu. Selalu ada perjanjianan. Bahkan misalnya saat mereka katakan, "Ambil senjata dan pergilah bebaskan Aleppo." Para donatur ini ingin mereka pergi ke sana dan bukan ke Homs. Semua ini karena kepentingan mereka. Selalu ada syarat demi mendapatkan dukungan dari luar negeri.

J: Bagaimana Anda bisa berdiri sendiri sementara faksi-faksi tersebut membutuhkan dukungan?

SJ: "Mereka diciptakan seperti itu, mereka tidak akan dapat lakukan tanpa amunisi, tank, dan lain-lain, untuk pertempuran tertentu misalnya, kami melihatnya sebagai bahaya bila mereka terus dapatkan dukungan dari luar negeri. Setan datang kepada yang membutuhkan.

Kami akan terus mandiri dan bebas tanpa perlu membutuhkan apa-apa dari luar negeri.

Rampasan perang sangat cukup, dan beberapa merchandise dan bidang perdagangan kami lebih baik bagi kami, serta memberikan kami keleluasaan untuk mengatur kepentingan kami secara mandiri.

J: Saya telah pergi ke berbagai tempat di Suriah dan berbicara dengan banyak orang, ada banyak hal yang baik, tetapi rakyat Suriah tidak memberikan pajak atau apa pun kepada faksi Jabhah Nushrah, bagaimana bisa mandiri tanpa dukungan dana?

SJ: "Memang benar ada juga donor swasta dari luar negeri, tetapi bukan dari sebuah negara. Kami menerima uang dari umat Islam dari seluruh dunia, dan itu halal bagi kami, dan orang-orang mencintai kami dan kami berharap orang-orang akan terus mendukung Jihad & Mujahidin."

J: Apakah Anda pikir upaya tersebut akan cukup untuk menggulingkan rezim?

SJ: Ya, akan cukup. Namun beberapa fraksi memiliki beberapa masalah dari pendukung mereka di luar negeri, mereka memaksa untuk membuat pernyataan. Bahaya yang paling nyata sebenarnya adalah faksi tidak mandiri dan bebas.

J: Saya telah membaca hal-hal tentang adanya tekanan bagi Jabhah Nushrah agar keluar dari Al-Qaeda, bagaimana tanggapan Anda?

SJ: Mereka tidak bisa melakukan itu (memisahkan kami dari Al-Qaeda). Nusrah tidak mudah untuk dikalahkan atau ditekan. Mereka tidak bisa mengabaikan kami. Kami tidak menyuruh orang untuk mencintai kami, atau membenci kami, tetapi demi Allah kami ada di sini dan orang-orang mencintai kami.

(banan/arrahmah.com)

"Masjid" Syiah di Arab Saudi diserang, empat orang tewas

Posted: 29 May 2015 06:20 AM PDT

ATTENTION EDITORS - VISUAL COVERAGE OF SCENES OF INJURY OR DEATH    Firemen work at the site where a car exploded near a Shi'ite mosque in Saudi Arabia's Dammam May 29, 2015. A car exploded near a Shi'ite mosque in Saudi Arabia's Dammam on Friday, killing two people, a witness said.The witness, identified only as Ahmed, told Reuters he was with his family near the mosque when "a quick explosion" happened. He did not know the cause of the blast.He said acquaintances at the mosque told him an attendant was killed along with a bomber when he tried to prevent him from reaching it. REUTERS/Ali Alhaji      TEMPLATE OUT	            TPX IMAGES OF THE DAY           TPX IMAGES OF THE DAY

DAMMAM (Arrahmah.com) - Empat orang tewas ketika sebuah mobil meledak di dekat sebuah "masjid" Syiah di kota timur Arab Saudi, Dammam, pada Jum'at (29/5/2015), Saudi Press Agency melaporkan.

Laporan itu menambahkan bahwa para penyerang tidak berhasil dalam upaya mereka untuk menghantam "masjid" setelah para petugas keamanan menggagalkan serangan tersebut.

Serangan itu menargetkan jamaah Syiah di "Masjid" Al-Anoud saat "shalat Jum'at", seorang juru bicara kementerian mengatakan sebagaimana dikutip oleh kantor berita negara, SPA.

Pasukan keamanan mencurigai sebuah mobil yang diparkir di dekat masjid yang meledak saat mereka berjalan ke arahnya. Ledakan itu menewaskan empat orang dan membuat mobil di sekitarnya terbakar, lapor SPA.

Salah satu dari mereka yang tewas dicurigai sebagai supirnya, tambahnya.

ms2

Suasana setelah ledakan terjadi

Gambar sesosok jenazah pria yang hancur dan diyakini sebagai foto pelaku bom bunuh diri di sana dikabarkan telah tersebar. Selain itu tersebar pula gambar kepulan asap hitam di area parkir di luar masjid.

ms3

Kepulan asap hitam terlihat setelah terjadinya ledakan

Ini adalah serangan bom kedua di sebuah "masjid" Saudi dalam seminggu. Pada hari Jum'at, 22 Mei lalu, 21 orang dilaporkan tewas saat jamaah Syiah berada di sebuah "masjid" di wilayah timur negara itu.

(banan/arrahmah.com)

Buku "Akulah isteri teroris", judul kontradiksi dengan isi

Posted: 29 May 2015 05:00 AM PDT

Muslimah berniqab

JAKARTA (Arrahmah.com) - Pengamat kontra terorisme Harits Abu Ulya menilai pilihan kata (diksi) pada judul buku Akulah Isteri Teroris begitu defensif dengan menerima label "teroris".

"Menyerah dan menerima label atau stigma terorisme pada diri Muslimah yang menjadi istri orang-orang yang di tuduh teroris," katanya kepada Arrahmah.com, Jumat (29/5/2015)..

Padahal saat yang bersamaan, jelas Harits, penulis buku ingin menjelaskan sebuah perspektif baru tentang realitas "istri teroris"

Dia memahami judul ini hanya pertimbangan pasar saja, atau untuk membuat buku punya daya tarik terhadap publik.

Memang menurut Harits niat dan langkah Abidah penulis buku patut diapresiasi, karena ia mencoba menghilangkan stigma bahwa Islam identik dengan terorisme, atau sosok wanita muslimah yang bercadar itu istri para "teroris".

"Sebuah karya yang hendak mencairkan kebekuan pandangan yang tedensius dari element masyarakat yang phobia terhadap Islam," kata Harits.

Lebih jauh dia mengatakan buku ini sebuah contoh langkah advokasi seorang novelis/writer yang punya empati kepada sebagian Muslimah yang terdzalimi dalam isu terorisme. Dia berharap semoga bisa menginspirasi bagi pihak lainnya.

"Lebih penting lagi, realitas faktual muslimah-muslimah yang terdzalimi tersebut jumlahnya banyak bukan hanya seorang "Ayu" dan mereka benar-benar butuh advokasi atas keadaan dan nasib mereka. Tapi bukan dan tidak boleh cukup di kapitalisasi melalui buku yang dijual luas ke masyarakat," tukasnya.

Perlawanan terhadap stigma "teroris"

Terkait, mengutip Hidayatullah.com 19 November 2014, Abidah penulis buku Akulah Isteri Teroris, terdorong menulis novel dengan tema yang mengundang antusiasme masyarakat karena tawaran dan tantangan dari sahabatnya, untuk menulis nasib para istri-istri tertuduh kasus terorisme dalam perspektif kaum perempuan.

Dari pernyataan singkat sahabatnya tersebut, anak keempat dari tujuh bersaudara pasangan suami-istri Abdul Khaliq dan Misnawati ini kemudian tergerak untuk memenuhi permintaan dari kawan lamanya.

Pada awalnya, novelis yang merupakan Alumnus Pondok Pesantren Putri Modern Persis, Bangil, Pasuruan, Jawa Timur itu sempat ragu karena dirinya merasa tidak menguasai persoalan dan isu tentang terorisme, khususnya yang terjadi di Indonesia.

"Jika diprosentasekan, pada saat itu, saya baru mengetahui masalah yang berkecamuk seputar isu tersebut, sekitar 10 persen saja, tidak lebih", aku penulis Novel Perempuan berkalung Sorban ini.

Lantas, novelis yang kini tinggal di Kota Budaya, Yogyakarta ini melakukan penelitian pustaka terkait dengan kasus terorisme.

Abidah menyelesaikan tulisannya, dia memutuskan untuk melakukan penelitian lapangan ke daerah Poso, Sulawesi Tengah.
Di antara hasil penelitiannya ini, ia mendapatkan kenyataan, bahwa ternyata para terduga kasus terorisme, secara umum dari segi fisiknya, tidaklah pantas untuk disebut atau dicap teroris.

"Kebanyakan dari mereka memiliki perawakan tubuh kecil, penampilannya sederhana dan sikapnya pun santun. Yang pantas dianggap teroris adalah Densus 88, yang memiliki badan besar, bicaranya keras, sikapnya kasar dan terlihat sangar. Pun, demikian halnya dengan para istri mereka. Mereka adalah perempuan santun, lembut dan sangat baik hati. Sungguh amat sangat salah jika masyarakat mengecam dan mengejek. (azmuttaqin/arrahmah.com)

Saudi lists two Hezbollah officials as terrorists

Posted: 29 May 2015 03:30 AM PDT

Hezbollah supporters stand in front of a portrait of Iran's late leader Ayatollah Khomeini, background and wave their group flags, as they watch Hezbollah leader Sheik Hassan Nasrallah speaking via a video link, during a ceremony to mark the anniversary of the death of Hezbollah leaders, in the southern suburbs of Beirut, Lebanon, Monday, Feb. 16, 2015. Nasrallah strongly denounced the Islamic State group's beheading of a group of Egyptian Christian hostages in Libya, and said the CIA and Israel's Mossad are behind the extremist group. (AP Photo/Hussein Malla)

RIYADH (Arrahmah.com) - Saudi Arabia blacklisted two senior officials of the Lebanese militant group Hezbollah as "terrorists" for their involvement in spreading "chaos and instability" across the Middle East, the state-run Saudi Press Agency (SPA) reported Wednesday (27/5/2015).

SPA identified one as Khalil Youssef Harb and described him as the military commander in charge of Hezbollah's operations in the Middle East. The state-run agency said he was also responsible for the group's activities in Yemen.

The second listed Hezbollah official was Mohammed Qabalan, which SPA said had been convicted by an Egyptian court in absentia in 2010 for heading a terrorist cell that targeted tourist destinations in Egypt.

The officials were also blamed for activities including supporting the regime of Syrian President Bashar al-Assad and recruiting fighters to engage in the bloody conflict, SPA added.

The U.S. treasury department hailed the latest move by Saudi Arabia, Al Arabiya News Channel reported.

The kingdom's decision imposes financial sanctions on the two commanders, including freezing their assets and banning Saudis from any dealings with them.

"As long as Hezballah spreads instability, conducts terrorist attacks and engages in criminal and illicit activities around the world, we will continue to designate Hezballah's operatives, leaders and businesses and impose sanctions as a result of designation," the SPA statement said.

Saudi's interior ministry in March last year designated several Islamist organizations based in the kingdom and abroad, including the Iranian-backed Hezbollah, as terrorist groups.

Saudi Arabia has been leading a coalition of Arab states in air strikes on Houthis in Yemen, as part of a campaign to restore President Abdrabbu Mansour Hadi to power.

The kingdom is also a leading supporter of moderate rebels trying to topple Syrian President Bashar al-Assad, while Hezbollah fighters are helping to shore up his forces against groups they deem as terrorists.

Hezbollah has repeatedly criticized Saudi Arabia over both its military operations in Yemen and its support for rebels in Syria. (english.alarabiya.net/reuters.com/arrahmah.com)

MUI sesali Panglima TNI ralat kebijakan jilbab

Posted: 29 May 2015 03:18 AM PDT

Wanita TNI berjilbab

JAKARTA (Arrahmah.com) - Pasca Panglima TNI Jenderal Moeldoko meralat peraturan jilbab bagi prajurit wanita TNI, Majelis Ulama Indonesia (MUI) angkat bicara.

Mewakili MUI, Ketua Bidang Dakwah MUI Cholil Nafis menilai sikap Jenderal Moeldoko bertentangan dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945.

"Ya, harusnya taat kepada UUD 45 adalah bagian dari kesepakatan umat Islam," ujar Cholil Nafis kepada Republika, Rabu (27/5/2015).

Cholil menjelaskan, wajib hukumnya bagi Muslim untuk menaati kesepakatan dalam beragama, salah satunya adalah berpakaian. Sebab, sehubungan dengan jilbab, merupakan kesepakatan umat Islam untuk bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Maka, TNI harus memenuhi janjinya dalam mendukung Islam dalam bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

MUI berharap, ucapan yang telah disampaikan Panglima TNI sebagai bentuk kebenaran dalam mendukung dan menjalankan dasar negara. Sehingga, ujar Cholil, pernyataan itu tidak perlu diralat ataupun ditarik.

"Sebab ucapan baik itu adalah kemaslahatan umum," katanya.

Sebelumnya, Kepala Pusat Penerangan Tentara Nasional Indonesia (Kapuspen TNI) Mayor Jenderal M. Fuad Basya membantah wacana yang membolehkan anggota perempuan TNI berjilbab dalam pakaian dinas.

Fuad mengklarifikasi pernyataan Panglima Jenderal Moeldoko sebelumnya yang mengisyaratkan prajurit wanita boleh mengenakan jilbab. Lebih jelasnya, pemakaian jilbab TNI hanya untuk aktivitas sehari-hari dan tidak dalam kondisi dinas.

Kalaupun ingin tetap memakai jilbab, ujar Fuad, prajurit wanita TNI yang bersangkutan akan ditempatkan di Aceh. (adibahasan/arrahmah.com)