Arrahmah.Com

Arrahmah.Com

Link to Arrahmah.com

Petani Palestina dilarang untuk mengakses lahan pertanian mereka di Qalqilya

Posted: 17 May 2015 04:37 PM PDT

Dinding pemisah yang dibangun oleh "Israel" membatasi gerak warga Palestina. (Foto: Ma'an)

QALQILYA (Arrahmah.com) - Otoritas Zionis "Israel" telah menutup gerbang di Qalqilya utara yang digunakan oleh petani Palestina untuk mengakses tanah mereka yang berada di luar tembok apartheid selama tiga hari dimulai pada Ahad (17/5/2015)
pagi, menurut pernyataan penduduk setempat.

"Kami telah diberitahu oleh dewan kota bersama empat desa, Kafr Jammal, Kafr Zibad, Kafr Abbush dan Kafr Sur, bahwa rute utama menuju lahan pertanian kami yang berada di balik dinding melalui gerbang di desa Falamya akan ditutup oleh pendudukan 'Israel'," ujar seorang petani dari Kafr Jammal kepada Ma'an.

Ashraf Abd al-Rahim menambahkan bahwa para petani diberitahu mereka bisa mengakses tanah mereka melalui pintu gerbang lain di desa Jayyus. Namun, pintu gerbang Jayyus terletak beberapa kilometer ke selatan dan petani harus mengambil rute yang sangat panjang, tambahnya.

Walikota empat desa Kafr, Abd al-Ghani Murshid mengonfirmasi kepada Ma'an bahwa pasukan "Israel" akan menutup gerbang Falamya selama tiga hari dimulai pada Ahad.

Dia menambahkan bahwa petani diizinkan mengakses tanah mereka melalui gerbang Jayyus yang akan dibuka selama enam jam sehari.

Penduduk setempat mengatakan kepada Ma'an bahwa para petani dan organisasi lokal akan melakukan unjuk rasa di dekat gerbang Falamya untuk memprotes keputusan "Israel".

Dinding pemisah yang mulai dibangun pada tahun 2003 memberikan kontribusi besar bagi "Israel" untuk mempersempit dan membatasi gerak warga Palestina di tanah miliknya sendiri. Jika telah selesai, 85 persen dari dinding akan melintas di Tepi Barat.

Pada tahun 2004, Mahkamah Internasional menyerukan "Israel" untuk menghentikan pembangunan tembok pemisah di Tepi Barat yang diduduki, namun seruan ini tidak dipedulikan oleh "Israel". (haninmazaya/arrahmah.com)

Alhamdulillah, aliansi Mujahidin Jaisyul Fath kembali menguasai kota strategis di provinsi Idlib

Posted: 17 May 2015 04:07 PM PDT

Ledakan bom mobil

IDLIB (Arrahmah.com) - Mujahidin Suriah pada Ahad (17/5/2015) telah menguasai kota-kota strategis al-Mastouma dan al- Muqbela di provinsi Idlib, mereka terus menekan pasukan rezim Nushairiyah dalam upaya untuk menguasai sebuah kamp militer di dekatnya.

Aliansi kelompok-kelompok Mujahidin termasuk Jabhah Nushrah, ingin memotong rute pasokan rezim Nushairiyah yang menghubungkan kota Ariha dengan kamp al-Mastouma, ujar sumber seperti dilansir Zaman Alwasl.

Hadi Alabdallah, seorang aktivis media mengatakan pejuang Jaisyul Fath telah menangkap 12 pos pemeriksaan setelah sebuah bom mobil besar menargetkan kamp al-Mastouma di mana pasukan Bashar al-Assad bersembunyi di benteng terakhir mereka di utara Idlib.

Jaisyul Fath telah menyita sejumlah besar wilayah di utara Suriah sejak akhir Maret 2015 termasuk kota Idlib dan Jisr al- Shughur. (haninmazaya/arrahmah.com)

Junta militer Mesir telah mengeksekusi enam aktivis Islam

Posted: 17 May 2015 03:57 PM PDT

Otoritas junta militer Mesir telah mengeksekusi enam pria Muslim dengan cara digantung di salah satu penjara di Kairo. (Foto: Reuters)

KAIRO (Arrahmah.com) - Junta militer Mesir semakin keras terhadap ummat Islam di sana, dilaporkan bahwa mereka telah menggantung enam orang yang dijatuhi hukuman mati dengan tuduhan membunuh tentara Mesir, ujar seorang polisi junta pada Ahad (17/5/2015).

Persidangan mengabaikan banding para korban yang mengatakan mereka tidak bersalah dan mereka berada di dalam tahanan pada saat dugaan kejahatan yang didakwakan pada mereka terjadi, seperti dilansir AFP.

Pengadilan militer mengukuhkan hukuman mati pada Maret lalu, menyusul pengadilan di mana enam orang dituduh melakukan serangan beberapa bulan setelah militer melakukan kudeta dan menggulingkan presiden Muhammad Mursi di bulan Juli
tahun 2013.

Jaksa mengkalim bahwa mereka adalah anggota Anshar Baitul Maqdis yang berbasis di Sinai.

Dikatakan bahwa hukuman dilaksanakan di penjara Kairo.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia telah meminta penundaan eksekusi, mengatakan bahwa dua dari terdakwa berada di dalam tahanan saat dugaan kejahatan terjadi.

Amnesti Internasional mengatakan para pria ini menghadapi persidangan yang tidak adil dan bahwa satu-satunya saksi selama persidangan adalah seorang polisi rahasia. (haninmazaya/arrahmah.com)

Kelompok bersenjata menembak mati tiga hakim di Semenanjung Sinai usai keputusan hukuman mati bagi Mursi

Posted: 16 May 2015 08:17 PM PDT

Polisi junta Mesir berjaga-jaga di depan gedung pengadilan di pinggiran kota Kairo saat sidang yang memutuskan hukuman mati bagi Muhammad Mursi. (Foto: Reuters)

SINAI (Arrahmah.com) - Sekelompok pria bersenjata tak dikenal menembak mati tiga hakim Mesir pada Sabtu (16/5/2015) di wilayah Semenanjung Sinai yang bergolak di mana pasukan junta Mesir memerangi pejuang Islam.

Penembakan melukai tiga hakim lainnya di ibukota provinsi El-Arish dan terjadi beberapa jam setelah sebuah pengadilan di Kairo menjatuhkan hukuman mati terhadap presiden terguling Muhammad Mursi, lansir AFP.

Polisi mengatakan para hakim diserang saat mereka bepergian dengan mobil dari kota Ismailiya menuju El Arish untuk menghadiri sidang pengadilan.

Setelah serangan, kementerian dalam negeri Mesir menempatkan polisi di seluruh negeri dalam siaga tinggi.

Tidak jelas apakah serangan tersebut terkait dengan kemarahan atas hukuman mati yang dijatuhkan terhadap Muhammad Mursi dan sejauh ini belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

Partai pendukung Mursi, Ikhwanul Muslimin, telah dilarang oleh otoritas junta Mesir dan dinyatakan sebagai organisasi "teroris". Ratusan anggota dan para pendukungnya ditangkap dan dipenjara sejak pertengahan tahun 2013 di mana kudeta militer dilancarkan dan menggulingkan Mursi dari kekuasaan. (haninmazaya/arrahmah.com)

Universitas Cina melarang kerudung bagi Muslimah

Posted: 16 May 2015 05:45 PM PDT

chinese

XIAN (Arrahmah.com) - Sebuah universitas di China telah memicu kontroversi setelah melarang mahasiswi Muslimah mengenakan kerudung di kampus, sebagaimana dilansir oleh World Bulletin, Sabtu (16/5/2015).

Dilaporkan bahwa Universitas Shaanxi Normal di Xian, sebuah kota dengan populasi Islam yang besar, mengatakan kepada sembilan mahasiswi Muslimah untuk melepaskan kerudung mereka pada bulan April dan kemudian mengeluarkan pemberitahuan yang melarang kerudung pada awal bulan ini.

Sebuah situs Cina berbahasa Inggris, Global Times, melaporkan bahwa mahasiswa laki-laki yang lain juga dituduh melakukan "pidato ilegal" setelah ia tertangkap membaca Al-Qur'an di kantin di universitas yang sama bulan lalu.

"Kami menerima adat istiadat mereka. Tapi yang menjadi poin penting kami adalah bahwa kami tidak mengizinkan mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan keagamaan," Li Chenzi, seorang pejabat di universitas tersebut, menulis di situs tanya-jawab Cina Zhihu.com setelah perdebatan terkait larangan kerudung menyebar.

Meskipun Li membantah bahwa mahasiswi Muslimah diperintahkan untuk melepas kerudung mereka, salah satu dari mahasiswi Muslimah yang tidak ingin disebutkan namanya membantah klaim universitas itu dalam sebuah wawancara dengan Global Times.

"Larangan kerudung telah menyebar ke semua mahasiswi Muslimah dari berbagai kelompok etnis, termasuk orang-orang Uighur, Kazak dan Hui, saat otoritas kampus mengklaim bahwa larangan tersebut dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan," ungkap mahasiswa itu.

Meskipun tidak ada larangan yang jelas terkait pakaian agama, akan tetapi sejak Xi Jinping menjadi Presiden universitas Cina telah memberikan kontrol yang lebih ketat terhadap Islam.

Xian berusaha untuk melakukan pembatasan populasi multi-etnis yang mencakup setidaknya 50.000 minoritas Muslim Hui, banyak dari mereka yang tinggal di jalan-jalan sempit di sekitar Masjid Agung di kota itu.

Beberapa daerah di Xinjiang juga mulai menerapkan larangan cadar tahun lalu, termasuk Turpan dimana pejabat di daerah tersebut telah menyusun undang-undang yang meniru pelarangan kerudung yang diberlakukan di Perancis dan Belgia.

(ameera/arrahmah.com)

Reaksi dunia terhadap hukuman mati Mursi

Posted: 16 May 2015 05:01 PM PDT

morsi-trial

KAIRO (Arrahmah.com) - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan merupakan salah satu pemimpin dunia pertama yang mengecam keputusan pengadilan Mesir yang menjatuhkan hukuman mati terhadap mantan Presiden Mesir Mohammad Morsi, sebagaimana dilansir oleh World Bulletin, Sabtu (16/5/2015).

Selama upacara pembukaan di Sultangazi, Istanbul, Presiden Erdogan mengatakan: "Hari ini kita telah menyaksikan kejadian yang lain. Saya baru saja mendengar berita itu. Morsi memenangkan kepresidenannya dengan 52 persen suara terbanyak dan ia telah dijatuhi mati. Ada poin yang sangat menarik dari hal ini."

"Mesir telah kembali ke jaman Mesir kuno. Rakyat Mesir tidak bisa melawan Sisi. Barat tidak bisa mengambil sikap terhadap Sisi. Mereka tetap menjadi penonton terhadap situasi ini, dan tidak melakukan apa-apa untuk menghentikannya."

Erdogan menyerukan kepada masyarakat internasional, terutama dunia Barat, untuk mengambil sikap terhadap keputusan pengadilan Kairo. Dia juga mengkritik kebisuan dunia atas masalah ini.

Wakil Perdana Menteri Turki Yalcin Akdogan juga mengecam keputusan pengadilan Mesir dan menyebutnya sebagai sebuah tindakan keji.

"Menjatuhkan hukuman mati untuk seorang presiden terpilih merupakan perbuatan keji seperti halnya merencanakan kudeta," kata Akdogan pada Sabtu (16/5) selama upacara pembukaan pusat koordinasi pemilu di ibukota Ankara.

Anak laki-laki dari Muhammad Mursi mengecam keputusan pengadilan Kairo yang memaksakan hukuman mati terhadap ayahnya dengan tuduhan pembobolan penjara.

"Putusan ini tidak valid," ungkap Osama Morsi kepada Anadolu Agency via telepon pada Sabtu (16/5).

"Presiden tetap teguh dan akan terus membela kehendak rakyat sampai revolusi menang," ungkapnya.

(ameera/arrahmah.com)