The Washington Institute for Near East, lembaga yang berkaitan dengan kebijakan ‘Timur Jauh’ mengklaim bahwa Assad, meminta bantuan dari sekutunya, khususnya menghadapi semakin melemahnya pasukannya. Hampir mencapai 100.000 - 300.000 pasukan dari Lebanon, Irak, Iran, dan Yaman, masuk ke Suriah.
Rezim Bashar al-Assad melalui milisi Shabbiha, mampu menambahkan dari 50.000 personil ‘kekuatan inti’ , sekarang menjadi 150.000 personil. Iran mendorong sekutunya Hizbullah, di Lebanon, diperkirakan mengirimkan milisinya hingga 10.000 anggota almilisi Hisbullah. Inilah yang membuat Basar al-Assad , mampu bertahan.
Mereka telah berjuang dan berlatih bersama pejuang Syiah Irak yang juga mendukung Bashar al - Assad . Kekuatan yang menjadi ‘payung’ bagi rezim al-Assad , nampaknya telah menjadi kunci dalam mempertahankan cengkeramannya terhadeap kota Homs , Aleppo dan Damaskus.
Sejumlah milisi Syi’ah Houthi dari Yaman, ikut pula bertempur bersama dengan pasukan al-Assad. Milisi Syi’ah Turki, milisi Syi’ah Afghanistan dan Pakistan, serta tentara bayaran dari Rusia , dan diyakini jumlahnya mencapai 10.000 orang personil, dan telah terjun dalam medan perang di berbagai kota di Suriah.
Kekuatan kelompok Syi’ah Alawiyyin yang merupakan kekuatan lokal menjadi faktor pendukung utama al-0ssad. Kelompok Syi’ah dikenal sebagai Nusayris , hanyalah 11-16 % dari 23 juta penduduk Suriah dan terutama terletak di sepanjang pantai Mediterania . Mereka memegang pos kunci dalam pemerintahan di Suriah, termasuk militer, departemen pertahan intelijen, dan departemen dalam negeri serta kepolisian. Mereka inilah yang menjadi tulang punggung Bashar al-Assad, dan sekarang mereka terus menghancurkan kekuatan pejuang oposisi di Suriah.
Menurut Menlu AS, John Kerry, dalam perang di Suriah, Bashar al-Assad memiliki posisi yang kuat, karena itu, al-Assad meletakkan jabatannya sebagai presiden Suriah. Situasi ini semakin pelik, dan perundingan di Jenewa tidak mencapai kemajuan yang berarti. Nampaknya, hanya dengan jalan perang menyelesaikan krisis di Suriah.
Rezim Bashar al-Assad melalui milisi Shabbiha, mampu menambahkan dari 50.000 personil ‘kekuatan inti’ , sekarang menjadi 150.000 personil. Iran mendorong sekutunya Hizbullah, di Lebanon, diperkirakan mengirimkan milisinya hingga 10.000 anggota almilisi Hisbullah. Inilah yang membuat Basar al-Assad , mampu bertahan.
Mereka telah berjuang dan berlatih bersama pejuang Syiah Irak yang juga mendukung Bashar al - Assad . Kekuatan yang menjadi ‘payung’ bagi rezim al-Assad , nampaknya telah menjadi kunci dalam mempertahankan cengkeramannya terhadeap kota Homs , Aleppo dan Damaskus.
Sejumlah milisi Syi’ah Houthi dari Yaman, ikut pula bertempur bersama dengan pasukan al-Assad. Milisi Syi’ah Turki, milisi Syi’ah Afghanistan dan Pakistan, serta tentara bayaran dari Rusia , dan diyakini jumlahnya mencapai 10.000 orang personil, dan telah terjun dalam medan perang di berbagai kota di Suriah.
Kekuatan kelompok Syi’ah Alawiyyin yang merupakan kekuatan lokal menjadi faktor pendukung utama al-0ssad. Kelompok Syi’ah dikenal sebagai Nusayris , hanyalah 11-16 % dari 23 juta penduduk Suriah dan terutama terletak di sepanjang pantai Mediterania . Mereka memegang pos kunci dalam pemerintahan di Suriah, termasuk militer, departemen pertahan intelijen, dan departemen dalam negeri serta kepolisian. Mereka inilah yang menjadi tulang punggung Bashar al-Assad, dan sekarang mereka terus menghancurkan kekuatan pejuang oposisi di Suriah.
Menurut Menlu AS, John Kerry, dalam perang di Suriah, Bashar al-Assad memiliki posisi yang kuat, karena itu, al-Assad meletakkan jabatannya sebagai presiden Suriah. Situasi ini semakin pelik, dan perundingan di Jenewa tidak mencapai kemajuan yang berarti. Nampaknya, hanya dengan jalan perang menyelesaikan krisis di Suriah.