Arrahmah.Com |
- Turki: Ofensif rezim Suriah di Aleppo merupakan kebijakan pembersihan etnis
- 500 orang telah tewas sejak rezim Nushairiyah luncurkan ofensif di Aleppo pada awal bulan ini
- Mengagumkan, ini aksi Erdogan dalam memerangi rokok
- Biografi Syaikh Mujahid Abu Umar Muhammad bin Abdillah As Saif (1)
- Tujuh warga Saudi menghadapi eksekusi mati atas tuduhan "terorisme" di Irak
- Raja Bahrain berikan pedang emas yang dibuat di Damaskus sebagai hadiah untuk Putin
- Hukum memakan hidangan Imlek
- Baku tembak di Poso, tiga orang tewas
- Masya Allah, inilah citra bumi dari satelit sentinel
- Berjasa selamatkan warga Rohingya, nelayan Aceh masuk nominasi Nansen Refugee Award
Turki: Ofensif rezim Suriah di Aleppo merupakan kebijakan pembersihan etnis Posted: 10 Feb 2016 03:33 PM PST DENHAG (Arrahmah.com) - Pasukan rezim Nushairiyah yang didukung oleh jet tempur Rusia sedang melakukan kebijakan pembersihan etnis secara sengaja di sekitar kota Aleppo, ujar Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu pada Rabu (10/2/2016). Pada jumpa pers di Denhag dengan rekan Belandanya, Davutoglu mengatakan 60.000 warga telah melarikan diri dari medan pertempuran ke perbatasan Turki dan sementara Turki tidak akan menutup pintu, prioritas bantuan diberikan kepada mereka yang masih terjebak di dalam wilayah Suriah, ujar laporan Reuters. "Salah satu tujuan dari serangan terbaru adalah melakukan pembersihan etnis di Suriah dan Aleppo, bertujuan pendukung rezim saja yang tinggal," ujarnya. "Setiap pengungsi yang kami terima membantu kebijakan pembersihan etnis, namun kami akan terus menerima (pengungsi)." Pasukan rezim Nushairiyah yang didukung oleh serangan udara Rusia dan milisi Syiah asal Libanon yang menamai diri mereka "Hizbullah" juga Iran, telah meluncurkan serangan besar di pedesaan sekitar Aleppo. PBB memperingatkan, ratusan ribu warga sipil bisa mati kelaparan jika bagian yang dikuasai oleh pejuang Suriah terus dikepung. Baik PBB dan Uni Eropa terus mendesak Turki untuk membuka perbatasannya. Menanggapi hal ini, Davutoglu mengatakan bahwa mereka sangat munafik. Mereka meminta Turki untuk selalu membuka perbatasan namun mereka gagal untuk menghentikan serangan udara Rusia di Suriah. (haninmazaya/arrahmah.com) |
500 orang telah tewas sejak rezim Nushairiyah luncurkan ofensif di Aleppo pada awal bulan ini Posted: 10 Feb 2016 03:05 PM PST ALEPPO (Arrahmah.com) - Sedikitnya 500 orang termasuk 89 warga sipil telah gugur sejak Rusia melancarkan ofensif di provinsi Aleppo mulai awal bulan ini, ujar laporan kelompok pemantau. Kelompok pemantau perang Suriah yang berbasis di London, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) melaporkan pada Rabu (10/2/2016) bahwa sedikitnya 500 orang meninggal dunia sejak pasukan rezim Nushairiyah yang didukung oleh serangan udara Rusia meluncurkan ofensif besar dari utara Aleppo pada 1 Februari. Laporan SOHR mengatakan bahwa di antara korban tewas adalah 89 warga sipil termasuk 23 anak, 143 milisi pro-rezim dan 274 pejuang Suriah, seperti dilansir Al Jazeera. Sebelumnya PBB memperingatkan pada Selasa (9/2) bahwa lebih dari 300.000 orang yang tinggal di Aleppo saat ini terputus dari bantuan kemanusiaan karena tidak adanya akses masuk. "Jika kemajuan 'pemerintah' (baca: rezim Suriah) di sekitar kota berlanjut, dewan lokal memperkirakan sekitar 100.000 sampai 150.000 warga sipil kemungkinan akan melarikan diri," ujar laporan PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan. Badan amal medis, Dokter Tanpa Batas atau yang lebih dikenal dengan sebutan MSF mengatakan pada Rabu (10/2) bahwa sedikitnya 23.000 warga Suriah telah tiba di kamp-kamp sekitar kota Azaz, Aleppo timur. Di salah satu perbatasan Turki yang dikenal sebagai Bab Al-Salameh, MSF mengatakan terdapat sekitar 79.000 warga Suriah yang tinggal di kamp-kamp. Maria Zakharova, juru bicara kementerian luar negeri Rusia mengatakan: "Moskow masih belum menerima bukti-bukti kematian sipil sebagai hasi dari serangan udara Rusia di Suriah." Zakharova juga mengklaim bahwa operasi Rusia di Suriah telah "diarahkan secara eksklusif untuk memerangi ancaman 'teroris'." (haninmazaya/arrahmah.com) |
Mengagumkan, ini aksi Erdogan dalam memerangi rokok Posted: 10 Feb 2016 05:00 AM PST ANKARA (Arrahmah.com) - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengadakan jamuan makan pada Selasa (9/2/2016) untuk 300 orang yang telah berhasil berhenti merokok. Di antara 300 orang yang hadir, 18 di antaranya merupakan mantan perokok yang pernah dibujuk secara pribadi oleh Erdogan. Erdogan, yang dikenal sangat anti-rokok, tidak segan-segan menyita bungkus rokok dari seseorang jika didapati menghisap rokok di depannya dan memaksa mereka berjanji untuk berhenti merokok. "Anda tidak punya kebebasan untuk melakukan bunuh diri, jadi anda tidak memiliki kebebasan untuk membiarkan diri Anda terpapar penyakit," kata Erdogan dalam acara pada acara World Smoking Cessation Day, sebagaimana dilansir oleh Daily Sabah, Selasa (9/2/2016). Erdogan juga dikenal tidak suka berdekatan dengan perokok, dan di kalangan masyarakat dia juga dikenal sering berbincang-bincang dengan perokok yang dia datangi untuk membujuk mereka agar berhenti merokok. Pada beberapa kesempatan, ia telah menyarankan kepada para perokok, baik pedagang asongan maupun para wartawan terkenal, dan meminta mereka berjanji untuk menghentikan kebiasaan itu dan menuliskan janji tersebut di atas sebungkus rokok. "Ini adalah prinsip pribadi saya untuk memerangi rokok seperti yang saya lakukan terhadap semua kebiasaan berbahaya lainnya. Negara harus melindungi warganya dari tembakau, alkohol dan obat-obatan, seperti halnya negara wajib melindungi mereka dari kejahatan pencurian hingga terorisme," katanya. Erdogan mengucapkan selamat terhadap para mantan perokok karena telah menunjukkan kemauannya untuk berhenti merokok. Turki sendiri sudah memberlakukan larangan merokok di ruangan publik yang tertutup atau indoor sejak 2009. Presiden Erdogan dikenal sangat rajin melakukan kampanye anti-rokok. Hal ini dilakukan untuk mengurangi intensitas merokok di kalangan para perokok berat di Turki. (ameera/arrahmah,com) |
Biografi Syaikh Mujahid Abu Umar Muhammad bin Abdillah As Saif (1) Posted: 10 Feb 2016 04:30 AM PST (Arrahmah.com) - Sosoknya muncul seolah "menghangatkan" sebuah daerah dingin di pegunungan Kaukasus utara. Daerah bercurah hujan tinggi yang selalu dilanda "sengketa" dan menjadi saksi bisu perjuangan para mujahidin di sana. Ya, di wilayah Chechnya inilah seorang mujahid dari Afghanistan keturunan Arab hadir. Namanya tak asing dan tak usang di telinga masyarakat yang bermukim di dalamnya. Dialah Muhammad bin 'Abdullah bin Saif Al-Jabir Al-Buaynayn At-Tamimi, atau lebih dikenal dengan Abu Umar As-Saif. Seorang Arab dari Bani Tamim yang lahir dan besar di provinsi Al-Qasim, Arab Saudi. Bani Tamim adalah suku besar yang tersebar di seluruh Jazirah Arab. Abu Umar mempunyai 5 saudara laki-laki, dua orang kakak dan tiga orang adik. Kakak tertuanya adalah Mubarak dan Ibrahim. Keduanya bekerja di Royal Commision for Jubail, sebuah kota industri di provinsi Syarqiyah. Sedangkan ketiga adiknya adalah Faisal, Badr dan Ali. Selain saudara laki-laki, Abu Umar juga memiliki enam saudara perempuan. Ayah Abu Umar meninggal saat ia masuk di bangku perkuliahan. Masa mudanya seperti kebanyakan pemuda zaman saat itu, masih berkubang dalam kemaksiatan. Olahraga yang ia gemari adalah sepak bola, bahkan jabatan kapten tim disandangnya. Lantunan musik-musik jahiliyah masih sering terdendang dari lisannya. Tidak dijelaskan secara mendetail, bagaimana perjalanan pendidikannya dari dasar hingga perguruan tinggi. Abu Umar hidup ala kadarnya sebagai seorang pemuda yang beranjak dewasa. Semua berubah setelah hidayah dari Allah menghampirinya. Tak dinyana, seorang pemuda biasa berubah menjadi seorang ulama mujahid teladan bagi umat. Saat Hidayah itu Datang Hanya Allah-lah Sang Pemberi Hidayah. Terkadang hidayah itu muncul secara tiba-tiba dan dari arah yang tidak disangka-sangka. Sayup-sayup hidayah itu merasuk dalam hati Abu Umar saat tidak sengaja mendengar sebuah kajian. Dirinya tergerak dan mencari sumber suara. Ternyata suara kajian itu berasal dari ruang perpustakaan keluarga. Ada sebuah buku karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyah yang tergeletak di meja. Rupanya, kakek Abu Umar tidak sengaja meninggalkan kitab karya ulama besar ini. Abu Umar pun mendekati kitab itu dan mulai membaca lembar demi lembar secara seksama. Kitab-kitab ini berisi khusus tentang pengaruh dosa bagi diri manusia. Ya, nama kitab ini adalah Al-Jawabul Kafi Liman Saala 'an Ad-Dawaisy Syafi. Hati Abu Umar bergetar sedemikian hebatnya membaca goresan pena Ibnul Qayyim. Akhirnya, getaran itu menggerakkan hatinya melangkah ke masjid untuk mengikuti kajian kitab tersebut dari seorang syaikh. Kecenderungan di dalam dirinya mulai tumbuh. Hobi bermain sepak bola berganti menjadi melahap kitab-kitab Ibnul Qayyim lainnya, semisal Madarijus Salikin dan Thariqul Hijratain. Kehidupan Baru Hari-hari Abu Umar mulai terasa indah dan bermakna setelah tercelup dengan nikmatnya ilmu dan iman. Karena saking cintanya pada tulisan Ibnul Qayyim, ia telah membaca kitabThariqul Hijratain lebih dari dua puluh kali. Hampir-hampir, ia dapat menghafal seluruh isinya. Kehidupan masa lalunya mulai terkubur digantikan kehidupan baru. Ia tidak suka memiliki banyak pakaian sebagai bentuk sikap zuhud. Abu Umar mulai membenci kemewahan yang banyak diidamkan orang-orang. Ia lebih suka tidur beralaskan bumi daripada tidur di ranjang yang mewah. Bahkan kedua mobilnya, Nissan Pickup 85 dan Hilux 93 tidak pernah terdengar bunyi mesinnya hingga Abu Umar memutuskan hijrah ke Chechnya. Selain menuntut ilmu di bangku perkuliahan, Abu Umar juga mulai menghafal Al-Qur'an, Shahih Bukhari Muslim dan beberapa matan. Hampir semua kitab karya Ibnul Qayyim ia baca dan hafal sebagian besarnya. Abu Umar juga bermulazamah dengan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Jadwal rutinnya setelah Subuh adalah berdiam di masjid hingga terbit fajar untuk murajaah hafalan Al-Qur'an, kemudian pergi kuliah ke Universitas Muhammad Ibn Su'ud. Waktu Zuhur hingga Ashar ia gunakan untuk istirahat. Setelah itu, ia bermulazamah dengan Syaikh Al-Utsaimin membahas kitab Riyadhus Shalihin. Menginjak waktu sore sebelum Magrib, Abu Umar pulang ke rumah dan mempelajari ulang apa yang telah didapatnya hari itu. Selepas Maghrib, Abu Umar kembali belajar bersama Syaikh Al-Utsaimin. Ketika adzan Isya' berkumandang hingga iqamat, Abu Umar melanjutkan belajar dengan para masyayikh yang lain. Kemudian bakda Isya', Abu Umar belajar bersama murid-murid Syaikh Al-Utsaimin. Setelah selesai, ia kembali ke rumah untuk segera tidur dan bangun dua jam sebelum Subuh untuk melaksanakan Shalat Malam. Rutinitas tersebut dijalani setiap hari oleh Abu Abu Umar As-Saif karena kecintaannya terhadap ulumuddien. Abu Umar As-Saif adalah sosok yang sangat menjaga kesucian diri. Dia selalu menjaga perutnya agar dimasuki hanya dengan makanan yang halal. Dia juga menjaga diri dari berhutang dan menerima sedekah. Jika mendapat hadiah dari orang lain, tidak segan-segan ia bagikan kepada sesama. Ada satu kebiasaan unik saat ia belajar bersama Syaikh Al-Utsaimin. Abu Umar selalu duduk di belakang tiang hingga Syaikh tidak mengetahui kehadirannya. Abu Umar melakukan hal ini selama empat tahun, sampai-sampai Syaikh tidak tahu menahu bahwa Abu Abu Umar As-Saif mempunyai sangkut paut dengan Chechnya. Ibadah yang dilakukan Abu Umar sangatlah mengagumkan. Ia melaksanakan puasa sunnah Senin-Kamis dan padaAyyamul Bidh. Jika ia tidak berpuasa karena sakit, maka Abu Umar akan menggantinya di hari yang lain. Demikian seterusnya, seolah ia menganggap bahwa puasa itu wajib baginya hingga harus mengganti jika berhalangan tidak berpuasa. Malam-malamnya selalu dihiasi dengan Qiyamul Lail sebanyak sebelas rakaat selama tiga jam. Ia selalu memanjangkan waktu di setiap ruku dan sujudnya. Kantung-kantung di bawah matanya terlihat besar dan basah disebabkan banyaknya menangis di sepertiga malam. Abu Umar juga seorang yang "pendiam". Dia tidak akan pernah bicara kecuali terkandung manfaat di dalamnya. Ia juga jarang tertawa, dan jika menemui orang yang tertawa, ia akan berkata, "Banyak tertawa itu mematikan hati." Ulama sekaligus mujahid Chechnya ini selalu bersemangat tinggi dalam taqarrub kepada Allah. Ia tidak akan pernah ridha jika ada seseorang mendahuluinya dalam beribadah. Ada sebuah kisah menarik tentang hal ini. Suatu ketika Abu Umar selalu datang lebih awal ke masjid saat hari Jumat. Tapi, ternyata ada seseorang yang datang lebih dahulu dari Abu Umar. Ia pun bertanya pada orang itu, "Sejak kapan dirimu berada di masjid?". Orang itu menjawab,"Saya berada di masjid sejak syuruq (matahari terbit)." Sepekan kemudian, orang yang datang di masjid setelah syuruq itu mendapati Abu Umar datang lebih dulu sebelum syuruq. Subhanallah… Meskipun dikenal sebagai ahli ibadah dan ahli ilmu, ternyata Abu Umar juga seorang yang sangat menjaga kebugaran dan kekuatan tubuh. Setiap pekan ia memiliki kebiasaan berlari dari dataran rendah menuju dataran yang tinggi dan kembali menuruninya. Semua itu ia lakukan untuk menjaga kekuatan tubuhnya. Allah lebih menyukai seorang Muslim yang kuat daripada yang lemah. Pribadi Abu Umar As-Saif adalah pribadi yang lengkap. Dari segi gizi rohani, ia isi dengan ibadah yang mengagumkan, gizi akal diisi dengan ulumuddien, dan gizi jasmani ia tempa dengan latihan-latihan kebugaran tubuh. Perjalanan Jihad Syaikh Abu Umar As-Saif Setelah berbincang mengenai kepribadiannya, kita mulai bahas soal perjuangannya dalam jihad. Ternyata, di sela-sela kesibukannya dalam menuntut ilmu Abu Umar sempat pergi menimba ilmu di Afghanistan selama dua tahun (1986-1988). Ali At-Tamimi, adik Abu Umar memberi kesaksian kepada koran Al-Hayat, "Kakak saya (Abu Umar) ikut andil dalam jihad di Afghanistan. Ia berguru pada Syaikh Abdullah Azzam dan kembali ke Saudi setelah penarikan tentara Rusia. Pada saat itu juga sedang terjadi perang saudara di Afghanistan. Setibanya di Saudi, kakak saya menyelesaikan pendidikan di Fakultas Syariah Universitas Muhammad Bin Saud. Selepas lulu, ia pernah ditawari bekerja di bidang hukum, tetapi ia menolaknya dan memilih bergabung kembali bersama mujahidin." Tidak ada informasi tentang bagaimana kehidupan Abu Umar As-Saif ketika di Afghanistan. Tetapi diketahui, selama Abu Umar menuntut ilmu sekaligus berjihad di sana ia sempat pulang satu kali ke Saudi. Kemudian kembali lagi dan menggenapkannya hingga dua tahun. Episode perjuangannya di Afghanistan rupanya membuat dia menikmati kehidupan di bumi jihad. Ilmunya yang ia dapatkan dari Syaikh Abdullah Azzam memantapkan hatinya untuk melangkah di jalan perjuangan ini. Pada seri kedua nanti, akan diceritakan secara khusus kehidupan Syaikh Abu Abu Umar As-Saif ketika berkiprah di bumi jihad Chechnya. Situs al-qoqaz.net telah membuat video khusus profil dari Syaikh Abu Umar As-Saif ketika di Chechnya. Video berbahasa Arab ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Ansar Al-Mujahideen. Jangan lupa, nantikan kisah selanjutnya! Penulis: Dhani el_Ashim Editor: Rudy (kiblat.net/arrahmah.com) |
Tujuh warga Saudi menghadapi eksekusi mati atas tuduhan "terorisme" di Irak Posted: 10 Feb 2016 04:00 AM PST IRAK (Arrahmah.com) - Menurut Faris, kantor berita Iran, sebanyak 111 tahanan Saudi di Irak telah dijatuhi hukuman mati terkait tuduhan "terorisme". Kantor berita itu melaporkan pada Selasa (9/2/2016) bahwa tujuh warga Saudi telah ditetapkan akan dieksekusi, di mana pelaksanaannya akan dilakukan dalam beberapa hari mendatang, lansir Arabi21. Abraham Abadi, sekretaris menteri dalam negeri Irak menekankan bahwa negaranya tidak akan mengekstradisi Arab Saudi atas warganya yang ditahan di Irak. Abadi dalam sebuah pernyataan sebelumnya mengatakan, "Mereka tidak tercakup dalam kesepakatan pertukaran tahanan, yang mencakup hanyalah mereka yang dihukum atas masalah kriminal dan keuangan." (banan/arrahmah.com) |
Raja Bahrain berikan pedang emas yang dibuat di Damaskus sebagai hadiah untuk Putin Posted: 10 Feb 2016 03:30 AM PST SOCHI (Arrahmah.com) - Raja Bahrain, Hamad bin Isa Al-Khalifa, berada di Sochi untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin - dan membawakan hadiah untuknya. Kepala negara yang kaya akan gas itu menyiapkan pedang yang terbuat dari baja Damaskus dan logam mulia lainnya untuk presiden Rusia tersebut. Raja Hamad sendiri bahkan mengambil bagian dalam merancang senjata itu, lansir RT pada Senin (8/2/2016). Pedang adalah hadiah yang biasa diletakkan atau digantung di atas perapian, dan hampir tidak digunakan dalam kehidupan nyata saat ini. Negara-negara Teluk terkenal akan kecintaan mereka terhadap kuda, dan tidak terkecuali Raja Bahrain. Pada bulan Mei, ia bahkan melewatkan pertemuan dengan Presiden AS Barack Obama untuk bergabung dengan Ratu Elizabeth II di pameran kuda di Inggris. Putin pun memberi tamunya itu hadiah seekor kuda - tapi bukan sembarang kuda - yaitu kuda yang begitu bagus yang telah memenangkan penghargaan jenis kuda terbaik pada dua kesempatan. Kuda jantan berusia empat tahun bernama Khadzhibek itu adalah seekor Akhal-Teke, jenis kuda yang memiliki reputasi atas kecepatan, daya tahan dan kecerdasannya. Sementara itu, dunia Islam memandang pemberian hadiah pedang Raja Bahrain terhadap Putin sebagai bentuk pengkhianatan putra Arab terhadap kaum Muslimin yang dibombardir pesawat-pesawat tempur Rusia di Suriah. Sambil menyerahkan hadiah itu, Raja Bahrain berkata kepada Putin, "Kami menamakannya pedang kemenangan dan kemenangan bersamamu, Insyaa Allah." (banan/arrahmah.com) |
Posted: 10 Feb 2016 03:00 AM PST (Arrahmah.com) - Pertanyaan: Apakah dibolehkan bagi seorang Muslim untuk memakan hidangan yang disiapkan oleh Ahlul Kitab atau Musyrikin untuk memperingati hari besar keagamaan (i'ed) mereka. Dan apakah pemberian mereka dalam rangka peringatan i'ed mereka tersebut boleh diterima? Syaikh Muhammad Al-Imam hafizhahullah pernah memberikan fatwa mengenai permasalahan ini: مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ "Barangsiapa yang mengada-adakan perkara baru dalam agama kami yang tidak ada keterangannya dari agama maka perkara tersebut tertolak." (*/arrahmah.com) |
Baku tembak di Poso, tiga orang tewas Posted: 10 Feb 2016 02:34 AM PST POSO (Arrahmah.com) - Baku tembak antara personel Operasi Tinombala Polda Sulteng dengan kelompok sipil bersenjata yang diduga kuat anak buah Santoso, kembali terjadi di Desa Sangginora, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, Kabupaten Poso, Selasa, sekitar pukul 10.00 WITA, menewaskan tiga orang, dua dari pihak sipil bersenjata dan seorang polisi. Mengutip Antara, Selasa (9/2/2016), pimpinan Operasi Tinombala Poso Kombes Pol Leo Bona Lubis mengemukakan kepada wartawan di Mapolres Poso, Selasa, baku tembak itu berawal ketika personel operasi menerima informasi intelijen bahwa ada sekolompok orang yang mencurigakan ingin membeli sembako di Desa Sangginora. Personel kemudian langsung dikerahkan melakukan penjagaan dan pencarian orang tersebut yang dilaporkan menggunakan mobil Avanza warna hitam. Personel Operasi Tinombala kemudian berhasil mencegat mobil tersebut yang ditumpagi dua orang anggota kelopok bersenjata. Ketika akan diperiksa, penumpang mobil itu langsung mengeluarkan tembakan ke arah polisi, sehingga terajadi kontak senjata di antara kedua kelompok di dalam desa tersebut. "Ada tiga orang meninggal dunia dalam baku tembak itu, dua dari pihak kelopok bersenjata dan satu dari kepolisian yakni berinsial WS dengan pangkat brigadir," ujar Leo Bona Lubis. Korban WS mengalami luka di bagian dagu sebelah kanan yang tembus bagian belakang kepala. Jenazah korban sempat dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Poso, dan kini dalam proses evakuasi ke Kota Palu. Mengenai identitas dua jenazah oknum teroris itu, Leo Bona mengaku masih dalam proses identifikasi. Sebagai informasi, Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah optimistis bisa menyelesaikan tugasnya dengan menangkap kelompok sipil bersenjata pimpinan Santoso alias Abu Wardah dalam tenggang waktu 60 hari. "Operasi Tinombala yang sudah dimulai dari tanggal 10 Januari 2016, dan kini sudah memasuki minggu ketiga. Kita optimistis dengan sisa waktu operasi ini, mampu menyelesaikan tugas," kata Kepala Operasi Daerah (Kaopsda) Tinombala, Kombes Pol. Leo Bona Lubis, Senin (25/1/). Adapun aparat yang dikerahkan sebanyak 2.400 lebih personel Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polri dikerahkan dalam pencarian Santoso. "Jumlah personel gabungan yang mengejar jaringan teroris Santoso itu lebih dari 2.400 orang," ujar Kepala Biro Operasional Polda Sulteng Kombes Pol Herry Nahak di Makassar, Selasa (19/1). (azm/arrahmah.com) |
Masya Allah, inilah citra bumi dari satelit sentinel Posted: 10 Feb 2016 02:00 AM PST PARIS (Arrahmah.com) - Citra Bumi dari ketinggian 700 km di ruang angkasa. Bagaikan kartu pos berwarna-warni, kontras dan beresolusi tinggi. Inilah foto-foto perdana yang dikirim satelit pemantau bumi Sentinel-2A yang diluncurkan 23 Juni 2015. (fath/deutschewelle/arrahmah.com) |
Berjasa selamatkan warga Rohingya, nelayan Aceh masuk nominasi Nansen Refugee Award Posted: 10 Feb 2016 01:37 AM PST LHOKSEUMAWE (Arrahmah.com) - Direktur Internasional Yayasan Geutanyoe, Lilianne Fan mengatakan, nelayan Aceh yang berjasa menyelamatkan warga Rohingya dan Bangladesh saat terdampar di laut, masuk nominasi penerima Nansen Refugee Award 2016 dari Komisioner Tinggi untuk Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations High Commissioner for Refugees/UNHCR). Yayasan Geutanyoe, yang menilai perjuangan para nelayan menyelamatkan ribuan warga Rohingya dan Bangladesh layak dihargai, mengusulkan nelayan Aceh sebagai kandidat penerima Nansen Refugee Award ke UNHCR. "Kalau tidak ditolong oleh para nelayan Aceh, maka nyawa anak-anak, warga Rohingya dan Bangladesh yang terdampar di laut bisa tidak terselamatkan. Maka kami mengajukan para nelayan ini untuk Nansen Refugee Award 2016," kata Lilianne Fan di Lhokseumawe, Rabu, lansir Antara Setiap tahun UNHCR memberikan Nansen Refugee Award kepada lembaga dan relawan yang telah menyelamatkan para pengungsi yang mencari suaka politik serta fokus memberikan bantuan pendidikan kepada anak-anak pengungsi di berbagai negara. Menurut Lilianne, para nelayan Aceh menunjukkan aksi nyata kerja kemanusiaan dengan menyelamatkan para pengungsi yang terdampar tanpa memandang ras dan suku. "Tindakan penyelamatan yang dilakukan oleh para nelayan Aceh, serta respons masyarakat lokal dan pemerintah untuk membantu mereka berujung pada peninjauan kembali oleh Pemerintah Indonesia mengenai kebijakan mereka terhadap pengungsi," kata Lilianne. Jumlah pengungsi etnis Rohingya yang ditampung di Provinsi Aceh dilaporkan hanya tersisa 350 orang dari sebelumnya 1.010 orang. Para pengungsi tinggal di tempat penampungan di Pelabuhan Kuala Langsa, Kota Langsa, di panti yang ada di Desa Bayeun, Kabupaten Aceh Timur, dan barak Desa Blang Ado, Kabupaten Aceh Utara. (azm/arrahmah.com) |
You are subscribed to email updates from Arrahmah.com. To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |